Anda di halaman 1dari 7

ANALISA TINDAKAN 1

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL


DI RUANG PUSPANIDRA RSUD KARDINAH TEGAL

OLEH :

NAMA : ARI ROHYATI

NIM : 180104018

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

TAHUN 2018
1. Tindakan Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul
2. Indikasi Dilakukan Pemberian Oksigen
Indikasi dilakukan pemberian oksigen pada pasien yang sulit bernafas spontan tetapi
membutuhkan alat bantu nasal kanul untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

3. Rasionalisasi Pemberian Oksigen Melalui Nasal Kanul


Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernafasaan dengan
menggunakan alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui nasal
kanul dan masker oksigen. Tujuan dalam pemberian oksigen yaitu untuk meningkatkan
ekspansi dada, memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan
oksigen,mencegah hipoksia dan meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi nafas
pada penyakit paru.

4. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Terkait Pemberian Oksigen


a. Anatomi Sistem
1) Sistem Pernafasan
b. Fisiologi Sistem
1) Rongga hidung (cavum nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan
kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda
asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek
dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga
terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi
menghangatkan udara yang masuk.
Di dalam rongga hidung terjadi penyesuaian suhu dan kelembapan udara sehingga
udara yang masuk ke paru-paru tidak terlalu kering ataupun terlalu lembap. Udara
bebas tidak hanya mengandung oksigen saja, namun juga gas-gas yang lain.
Misalnya, karbon dioksida (co2), belerang (s), dan nitrogen (n2). Selain sebagai organ
pernapasan, hidung juga merupakan indra pembau yang sangat sensitif. Dengan
kemampuan tersebut, manusia dapat terhindar dari menghirup gas-gas yang beracun
atau berbau busuk yang mungkin mengandung bakteri dan bahan penyakit lainnya.
Dari rongga hidung, udara selanjutnya akan mengalir ke faring.
2) Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2
saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya
pita suara (pita vocalis).masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara
bergetar dan terdengar sebagai suara.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun
demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara
tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
3) Laring
Laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya
udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai
suara. Laring berparan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas
terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh
benda asing ( gumpalan makanan ), infeksi ( misalnya infeksi dan tumor)
4) Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10-12 cm dengan diameter 2,5 cm,
terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan
tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga
bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran
pernapasan.
Trakea tetap terbuka karena terbentuk dari adanya 16-20 cincin kartilao berbentuk
huruf c yang membentuk trakea.
5) Cabang-cabang bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus primer (kanan
dan kiri). Bronkus kiri lebih tinggi dan cenderung horizontal daripada bronkus kanan,
karena pada bronkus kiri terdapat organ jantung. Bronkus kanan lebih pendek dan
tebal dan bentuknya cenderung vertical karena arcus aorta membelokkan trakea
kebawah.Masing-masing bronkus primer bercabang lagi menjadi 9-12 cabang untuk
membentuk bronkus sekunder dan tersier (bronkiolus) dengan diameter semakin
menyempit.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan
bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin
tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna.
6) Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi
oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat.
Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3
lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian
dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis)
dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk
disebut pleura luar (pleura parietalis).
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang
masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan
zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh
darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan
dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter ± 1 mm,
dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini memiliki
gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki dinding
yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.
Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam campuran,
terlepas dari keberadaan gas lain (hukum dalton). Bronkiolus tidak mempunyi tulang
rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan tidak bersilia.
Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah
satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena
alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka
memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.

5. Alat dan Bahan Tindakan Pemberian Oksigen


a. Nasal kanul sesuai ukuran
b. Selang oksigen dengan manometer
c. Humidifier
d. Flowmeter
e. Water steril (aquabidest)
f. Plester gunting plester
g. Jelly
h. Handscone

6. Prinsip Tindakan pemberian Oksigen


Prinsip dalam melakukan tindakan pemberian oksigen dengan memperhatikan prinsip
steril dalam melakukan tindakannya.

7. Prosedur Tindakan Pemberian Oksigen


a. Fase pra interaksi
1) Catatan medis dan perawat
2) Persiapan alat dan bahan
b. Fase interaksi
1) Memberikan salam
2) Melakukan validasi nama pasien, dan memperkenalkan diri
3) Melakukan kontrak waktu, tempat dan topic pertemuan
c. Fase Kerja
1) Menjaga privasi pasien
2) Mencuci tangan
3) Menggunakan handscone
4) Pasang mano meter pada tabung oksigen
5) Pasang flowmeter dan pastikan alirannya mati
6) Pasang botol humidifier, yang sudah disi aquabidest
7) Sambungkan selang ke humidifier
8) Buka flowmeter untuk membuka aliran oksigen
9) Cek aliran oksigen dengan menggunakan punggung tangan
10) Atur aliran oksigen sesuai indikasi
11) Masukan selang kedalam hidung pasien
12) Menanyakan apakah sudah berasa aliran udara di hidung
13) Amati respon klien
14) Pasang plester untuk fiksasi
15) Rapikan pasien dan alat-alat
d. Fase terminasi
1) Evaluasi repon pasien
2) Tentukan rencana tindak lanjut
3) Kontrak pertemuan berikutnya
4) Pendokumentasian

8. Respon Pasien Setelah Dilakukan Tindakan


a. Respon objektif
Pasien tampak tenang, dan tidak terlihat menggunakan otot bantu nafas serta tidak ada
cuping hidung
b. Respon subjektif
Pasien mengatakan sesak nafas yang dialami berkurang dan pasien sudah berasa nyaman
9. Analisis Keberhasilan
Pada tindakan pemberian terapi oksigen ini berhasil dengan lancar, tidak ada masalah
selama melakukan tindakan. Tindakan pemberian oksigen kali inin sudah tidak menggunakan
tabung oksigen karena sudah menggunakan selang gas oksigen yang sudah ada pada setian
dinding tiap bedyang telah terhubung dengan tabung oksigen yang besar diluar rumah sakit

10. Refleksi Diri


a. Kekurangan selama fase pra interaksi
Pada fase ini tidak ada kekurangan yang terjadi selama tindakan
b. Kekurangan selama fase kerja
Pada fase ini kekurangan yang dilakukan tidak melakukan fiksasi karena pasien tidak
mau untuk di fiksasi.
c. Kekurangan selama fase terminasi
Pada fase ini tidak ada kekurangan
d. Kekurangan selama fase setelah interaksi
Pada fase ini tidak ada kekurangan

Anda mungkin juga menyukai