Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS TINDAKAN

DI RUANG EDELWEIS ATAS


RSUD KARDINAH TEGAL

DISUSUN OLEH :

Nama : ARI ROHYATI


NIM : 180104018

PRAKTIK PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2018
ANALISA TINDAKAN 1
PEMASANGAN INFUS
1. Nama Jenis Tindakan
Pemasangan Infus
2. Indikasi Tindakan
a. Pada pasien yang memerlukan pemberian obat melalui intravena.
b. Obat yang diberikan memiliki bioavailbilitas oral (efektifitas dalam darah jika
dimasukan melalui mulut) yang terbatas.
c. Pasien tidak dapat meminum obat karena muntah, atau tidak dapat menelan obat
atau adanya sumbatan disaluran cerna atas.
d. Kesadaran menurun yan berisiko aspirasi
e. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga perlu diberikan
melalui injeksi bolus.
3. Rasionalisasi Tindakan
Pemasangan infuse merupakan suatu proses memasukan jarum infus kedalam
pembuluh darah vena yang kemudian disambungkan dengan selang infus dan
dialirkan cairan infus. Tujuan dari pemasangan infus antara lain memberikan
sejumlah cairan ke dalam tubuh memalui pembulh darah vena dan sebagai media
untuk memberikan obat melalui vena.
4. Anatomi Fisiologi Dari Organ Yang Dilakukan Tindakan Keperawatan
a. Anatomi
Sistem sirkulasi vena superfisial,arteri,syaraf dan jaringan struktural dari sekitar
pemasangan jalur intravena.
b. Fisiologi
5. Alat Dan Bahan

6. Prinsip Tindakan Keperawatan


7. Prosedur Tindakan Keperawatan
8. Respon Obyektif Dan Subyektif
9. Menganalisis Keberhasilan Tindakan Keperawatan
10. Refleksi Diri Dari Kekurangan Tindakan Keperawatan
ANALISIS TINDAKAN 2
PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL

1. Pengertian
Pengukuran tanda-tanda vital merupakan suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh.
Tanda-tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah.
2. Indikasi
Indikasi pengukuran tanda-tanda vital yaitu untuk memantau perkembangan pasien. Sebagai tindakan
pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem tubuh.
3. Rasionalisasi
Tanda-tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital,
misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut nadi dapat
menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat menunjukkan fungsi
pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan
dengan denyut nadi. Semua tanda-tanda vital tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Perubahan tanda-tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktifitas berat atau dalam keadaan sakit
dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh.
4. Anatomi dan Fisiologis
1. Pengukuran tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator dalam menilai fungsi kardiovaskuler.
tekanan maksimum pada dinding arteria yang terjadi ketika bilik kiri jantung
menymprotkan darah klep aortik yang terbuka kedalam aorta disebut sebagai tekanan
sistolik. Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis disebut
atrium dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel. Paru-paru mengalirkan
darah yang teroksigenasi ke atrium kiri, dari atrium kiri darah akan ditampung ke
ventrikel kiri, bila darah dalam ventrikel kiri penuh maka katup aortif akan membuka,
dan darah dari ventrikel kiri pertama kali akan menyentuh dinding katup aortif (sistol)
dan darah mengalir ke aorta dan langsung ke vena dan arteri lebih sempit. Setelah
melewati arteri vena, ada mekanisme pembuluh vena balik akan mengeluarkan darah
kembali ke atrium kanan melalui vena kafa superior dan inferior. Darah dari atrium
kanan akan berbagi dengan ventrikel kanan, dari atrium kiri dan kanan darah yang
penuh akan di alirkan ke ventrikel kiri dan kanan (rendahnya darah dari atrium ke
ventrikel lebih besar dari diastole).
2. Pengukuran denyut nadi
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang.
Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah
cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-
ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan
dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh. Pada
umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri
radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis,
arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior.
3. Pengukuran respirasi (pernafasan)
Respirasi, atau bernapas, memiliki tiga fungsi utama yaitu untuk mengambil
oksigen, untuk mengeluarkan karbon dioksida, dan untuk meregulasi komposisi relatif
dari darah. Tubuh membutuhkan oksigen untuk metabolisme makanan. Selama proses
metabolisme, oksigen digabungkan dengan atom karbon dalam makanan, memproduksi
karbon dioksida (CO2). Sistem pernapasan membawa udara, termasuk oksigen, melalui
inspirasi, menghilangkan karbon dioksida melalui ekspirasi.
Sistem pernapasan melibatkan beberapa organ, termasuk hidung, mulut, faring,
trakea, diafragma, otot perut, dan mulut kemudian melewati faring dan laring untuk
trakea. Trakea, tabung berotot membentang ke bawah dari laring, membagi di ujung
bawah menjadi dua cabang yang disebut bronkus primer. Setiap bronkus memasuki
paru-paru, di mana ia kemudian membagi ke saluran pernapasan sekunder, bronkiolus
dan akhirnya duktus alveolar mikroskopis, yang berisi banyak kantung-kantung kecil
yang disebut alveoli. Alveoli dan kapiler bertanggung jawab untuk pertukaran oksigen
dan karbon dioksida.
Inspirasi udara proses aktif, disebabkan oleh kontraksi otot. Inspirasi
menyebabkan paru-paru untuk mengembang di dalam thorax (dinding dada). Ekspirasi,
kontras adalah fungsi pasif, dibawa oleh relaksasi paru-paru, yang mengurangi volume
paru-paru dalam dada. Paru-paru mengisi sebagian besar ruang di dalam torax, yang
disebut rongga dada, dan sangat elastis, tergantung di dinding toraks.
4. Pengukuran suhu
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara
mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuhmanusia memiliki
seperangkat sistem yang memungkinkan tubuhmenghasilkan, mendistribusikan, dan
mempertahankan suhu tubuh dalamkeadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh
sebenarnya merupakan produk tambahan proses metabolisme yang utama. Suhu tubuh
manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan
konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme
umpan balik ( feed back ) yang diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.
Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh
akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu
inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang
disebut titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti
konstan pada 37°C. Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus
akan merangsang untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan
suhu dengan cara menurunkan produksi panas danmeningkatkan pengeluaran panas
sehingga suhu kembali pada titik tetap.

Pusat termoregulator hipotalamus merupakan sekelompok saraf pada area


preoptik dan hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai termostat. Termostat
hipothalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan untuk
mempertahankan suhu tubuh :
a. Termoreseptor perifer, terletak di dalam kulit, mendeteksi perubahan suhu kulit dan
membran mukosa tertentu serta mentransmisi informasi tersebut ke hipothalamus.
b. Termoreseptor sentral, terletak di antara hipothalamus anterior, medula spinalis,
organ abdomen dan struktur internal lainnya, juga mendeteksi perubahan suhu
darah.
5. Alat dan Bahan
1. Pengukuran Tekanan Darah
a. Alat dan bahan
- Tensimeter
- Stetoskop
- Buku catatan tanda vital
- Pena
2. Pengukuran denyut nadi
a. Alat dan bahan
- Alat tulis
- Jam
3. Pengukuran respirasi (pernafasan)
a. Alat dan bahan
- Alat tulis
- Jam
4. Pengukuran suhu
a. Alat dan bahan
- Thermometer
- Jam
- Alat tulis
- Larutan chlorin 0,9% atau desinfektan
- Larutan sabun
- Air bersih
1. Prosedur
1. Pengukuran Tekanan Darah
a. Fase pre interaksi
1) Persiapan alat
- Tensimeter
- Stetoskop
- Buku catatan tanda vital
- Pena
b. Fase Orientasi
- Memberikan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan
- Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
- Menjelaskan lamanya waktu tindakan
c. Fase Kerja
- Mencuci tangan
- Mengatur posisi klien
- Meletakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
- Membuka lengan baju
- Memasang manset pada lengan kanan / kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa cubiti
(jangan terlalu ketat maupun longgar)
- Menentukan denyut nadi arteri radialis dekstra / sinistra
- Memompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
- Memompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik
radialis tidak teraba.
- Meletakkan diafragma stetoskop diatas nadi brakhialis dan kempeskan balon
udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup
pada pompa udara berlawanan arah jarum jam
- Mencatat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai
ini menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi
d. Fase Terminasi
- Merapikan alat
- Mendokumentasikan hasil
2. Pengukuran denyut nadi
a. Fase pre interaksi
1) Persiapan alat
- Alat tulis
- Jam
b. Fase orientasi
- Menyambt klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
- Memperkenalkan diri kepada klien
- Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
c. Fase Kerja
- Mencuci tangan
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/ tidur)
- Meraba arteri Radialis dengan menggunakan jari telinjuk dan jari tengah
- Menghitung denyut nadi selam 1 menit penuh
d. Fase Terminasi
- Mencatat hasil pemeriksaan
- Menjelaskan hasil pemeriksaan
- Merapikan pasien
- Membereskan alat
- Mencuci tangan
3. Pengukuran respirasi (pernafasan)
a. Fase Pra Interaksi
1) Persiapan alat
- Alat tulis
- Jam
b. Fase orientasi
- Menyambt klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
- Memperkenalkan diri kepada klien
- Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
c. Fase kerja
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (duduk/ tidur)
- Menghitung pernapasan dengan memperhatikan gerakan pernapasan pada dada
pasien (menghitung dalam waktu 1 menit penuh)
d. Fase terminasi
- Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan
- Merapikan pasien
- Membereskan alat
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
- Dokumentasi
4. Pengukuran suhu
a. Fase pra interaksi
1) Persiapan alat
- Thermometer
- Jam
- Alat tulis
- Larutan chlorin 0,9% atau desinfektan
- Larutan sabun
- Air bersih

b. Fase orientasi
- Menyambt klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
- Memperkenalkan diri kepada klien
- Menjelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
c. Fase kerja
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih
- Menggunakan sarung tangan
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
- Membuka lengan baju pasien
- Mengeringkan ketiak pasien bila basah oleh keringat dengan menggunakan baju
pasien atau kassa
- Mengecek kembali thermometer dalam posisi angka dibawah 350C
- Memasang ujung thermometer ditengah- tengah ketiak dan menganjurkan pasien
menjepit dengan lengannya dengan melipatkan lengan pasien ke dada
- Pemeriksaan thermometer dilakukan setelah kira- kira 10 – 15 menit
- Membaca dengan teliti angka pada skala thermometer kemudian mencatatnya
- Mendisinfeksi thermometer dengan larutan chlorine 0,5 % selama 10 menit
- Mencuci larutan chlorine dengan larutan sabun
- Membilas ternoneter dengan air bersih
- Mengeringkan thermometer dengan kassa
- Menurunkan air raksa dan menempatkan thermometer ke tempat semula
d. Fase terminasi
- Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan
- Merapikan pasien
- Melepas sarung tangan, sebelumnya cuci tangan dalam larutan chlorine 0,5%
selama 10 menit.
- Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk
bersih
- Dokumentasi

A. Respon Objektif dan Subjektif


1. Respon objektif
Hasil pengukuran tanda-tanda vital: TD : 120/80 mmHg, Nadi : 90x/menit, RR :
18x/menit, S : 37,5oC.
2. Respon subjektif
Pasien merasa lebih tenang setelah mengetahui hasil pengkuran tanda-tanda vital.
B. Analisa Tindakan dan Refleksi Diri
Pengukuran tanda-tanda vital yang telah dilakukan sudah sesuai dengan prosedur.
Pengukuran tanda-tanda vital juga tidak hanya dilakukan satu kali dalam sehari, dalam satu
hari pasien dilakukan pengukuran tanda-tanda vital sebanyak tiga kali, atau setiap
pergantian jaga. Hal tersebut dilakukan untuk memantau status kondisi pasien. Kekurangan
pada tindakan pengukuran tanda-tanda vital yaitu saya tidak melakukan kontrak waktu
untuk kegiatan yang selanjutnya. Seharusnya, sebagai seorang perawat kita harus
melakukan kontrak waktu untuk kegiatan yang akan dilakukan agar pasien dapat
dikondisikan, sehingga pada saat akan melakukan kegiatan yang selanjutnya pasien berada
dalam kondisi yang sudah siap.
ANALISIS TINDAKAN 3
TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

A. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal
ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas
lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara
perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.
B. Indikasi
Relaksasi nafas dalam di indikasikan pada klien yang akan mengalami gangguan pada
kualitas istirahatnya terutama yang memiliki gangguan dalam kualitas tidur (insomnia),
klien yang mengalami gangguan ventilasi paru seperti pada penderita PPOK, klien yang
mengalami kecemasan, dank lien yang mengalami nyeri akut.
C. Rasionalisasi
Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli,
memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk,
mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri
dan menurunkan kecemasan.
D. Anatomi dan Fisiologis
Prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem
syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan
homeostatis lingkungan internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia
seperti bradikinin, prostaglandin dan substansi, akan merangsang syaraf simpatis sehingga
menyebabkan vasokostriksi yang akhirnya meningkatkan tonus otot yang menimbulkan
berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya menekan pembuluh darah, mengurangi
aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman
impuls nyeri dari medulla spinalis ke otak dan dipersepsikan sebagai nyeri. Teknik relaksasi
nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktifitas saraf simpatik
dalam sistem saraf otonom. Hal tersebut akan meningkatkan aktifitas komponen saraf
parasimpatik vegetatif secara simultan. Teknik tersebut dapat mengurangi sensasi nyeri.
Selain itu, relaksasi nafas dalam juga dapat menurunkan hormon adrenalin dan kortisol
yang menyebabkan stress. Jika stress berkurang maka denyut nadi dan tekanan darah juga
akan mengalami penurunan, hal tersebut dapat membantu mengurangi nyeri.
E. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam hanya buku
catatan keperawatan dan pulpen untuk mencatat hasil dari perkembangan pasien.
F. Prosedur
1. Fase Pra Interaksi
a. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Fase Orientasi
- Memberikan salam
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan
- Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
- Menjelaskan lamanya waktu tindakan
3. Fase Kerja
- Mencuci tangan
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Usahakan tetap rileks dan tenang
- Lakukan pengkajian nyeri terutama skala yeri sebelum dilakukan pemberian
teknik relaksasi nafas dalam
- Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan
- Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
- Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
- Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui mulut secara
perlahan-lahan
- Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
- Usahakan agar tetap konsentrasi/ mata sambil terpejam
- Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri
- Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
4. Fase Terminasi
- Menanyakan respon pasien setelah diberikan terapi kompres hangat
- Mencuci tangan
- Dokumentasikan
G. Respon Objektif dan Subjektif
Respon objektif pasien setelah diberikan teknik rileksasi kompres hangat yaitu pasien
terlihat lebih nyaman dan adanya penurunan skala nyeri dari skala 6 menjadi skala 4
sedangkan respon subjektif setelah diberikan kompres hangat yaitu pasien mengatakan
sangat nyaman dan nyerinya semakin berkang.
H. Analisis Tindakan dan Refleksi Diri
Tindakan teknik relaksasi yang telah dilakukan sudah sesuai dengan prosedur. Saya juga
telah mengkaji nyeri pasien sebelum dan setelah dilakukan rileksasi nafas dalam.
Kekurangan pada pemberian teknik relaksasi nafas dalam yaitu saya kurang
memperhatikan respon tindakan dengan nyeri yang dirasakan pasien, sebaiknya kita tetap
memperhatikan respon tindakan pada nyeri pasien, jika pasien merasakan nyeri saat
dilakukan tindakan maka tindakan diberhentikan terlebih dahulu, setelah pasien merasa
nyaman maka tindakan dapat dilanjutkan kembali.
ANALISIS TINDAKAN 4
PEMASANGAN EKG

A. PENGERTIAN

Elektrokardiograf (EKG) adalah alat ukur yang digunakan untuk


mengukur/mendeteksi kondisi jantung dengan cara memantau irama dan frekuensi detak
jantung. Untuk mengukur detak jantung, elektrode-elektrode dari elektrokardiograf
ditempatkan ke dada pasien. Elektrode mendeteksi turun-naiknya arus listrik jantung dan
mengirimnya ke elektrokardiograf, yang merekam perubahannya sebagai bentuk
gelombang pada gulungan kertas yang bergerak. Rekaman hasil pengukuran ini disebut
elektrokardiogram. Setiap kontraksi, otot jantung menghasilkan impuls kelistrikan dalam
bentuk gelombang sinusoidal (bentuk gelombang pada gerak harmonis) yang ditampilkan
pada layar elektrokardiograf.

B. INDIKASI

Indikasi pemeriksaan EKG pada kondisi berikut:

1. Pasien yang dicurigai sindroma koroner akut.


2. Pasien dengan aritmia.
3. Pasien dengan gangguan konduksi jantung.
4. Pasien dengan gangguan elektrolit, terutama kalium.
5. Pasien dengan kecurigaan keracunan obat.
6. Evaluasi pasien yang terpasang implan defibrillator dan pacu jantung
7. Sebagai monitoring pada sindroma koroner akut, aritmia dan gangguan elektrolit paska
terapi.

Kondisi Gawat Darurat

Pada kondisi gawat darurat, pemeriksaan EKG diindikasikan pada pasien yang mengeluh:

Nyeri Dada
EKG diperlukan pada pasien dengan keluhan nyeri dada sebagai berikut:

 Nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang menetap di dada.


 Rasa seperti ditekan atau diinjak di dada.
 Nyeri ulu hati atau rasa terbakar di dada, terutama pada pasien wanita. Pemeriksaan EKG
semakin kuat diindikasikan pada pasien dengan keluhan nyeri ulu hati yang tidak membaik
dengan pemberian obat-obat lambung.

Jantung Berdebar

Keluhan jantung berdebar berupa rasa berdebar-debar di dada, biasanya denyut nadi di atas
150 x per menit atau denyut nadi iregular, atau rasa denyut nadi terlalu lambat (denyut nadi di
bawah 50 x per menit) juga memerlukan pemeriksaan EKG.

Keluhan Lain

Keluhan lain yang memerlukan pemeriksaan EKG adalah:

 Pingsan yang tidak diketahui penyebabnya, terutama pada populasi geriatri. Pada populasi
geriatri, pingsan adalah gejala sindrom koroner akut yang paling sering.
 Pasien yang mengalami stroke yang pertama kali.
 Kesulitan bernafas tanpa ada gejala paru yang khas
 Henti jantung
 Pengguna kokain
 Keracunan obat

C. RASIONALISASI

D. ANATOMI FISIOLOGIS

Anatomi daerah yang menjadi target pemeriksaan elektrokardiogram terkait dengan


pemasangan ke 12 sadapannya. Setiap sadapan memiliki area pemeriksaan yang berbeda-
beda.
1. Sadapan Bipolar
Sadapan ini terdiri dari dua elektroda, yaitu positif dan negatif. Istilah “bipolar” berarti
bahwa elektrokardiogram yang direkam itu berasal dari dua elektroda yang diletakkan
pada tubuh dalam hal ini anggota badan. Sadapan ini diletakkan pada pergelangan-
pergelangan tangan atau kaki sehingga terbentuk tiga sadapan ekstremitas bipolar untuk
mencatat potensial bioelektrik jantung. Sadapn ini terdiri dari:
a. Lead I : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan (Right
Arm/RA) dan lengan kiri (Left Arm/LA), di mana lengan kanan
bermuatan (-) dan lengan kiri bermuatan (+).
b. Lead II : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kanan (Right
Arm/RA) dan kaki kiri (Left Foot/LF), di mana lengan kanan bermuatan
(-) dan kaki kiri bermuatan (+).
c. Lead III : merekam perbedaan potensial dari elektroda di lengan kiri (LA) dan kaki
kiri (LF), di mana lengan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+).

2. Sadapan Unipolar
a. Sadapan Unipolar Ekstremitas
Sadapan ini merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, di mana elektroda
eksplorasi diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan elektroda-
elektroda pada ekstremitas lain membentuk elektroda indiferen (potensial 0).
Sadapan ini terdiri dari:
1) Lead aVR : merekam potensial listrik pada lengan kanan (RA), di mana lengan
kanan bermuatan (+), lengan kiri (LA) dan kaki kiri (LF)
membentuk elektroda indiferen.
2) Lead aVL : merekam potensial listrik pada lengan kiri (LA), di mana lengan
kiri bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan kaki kiri (LF)
membentuk elektroda indiferen.
3) Lead aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), di mana lengan kiri
bermuatan (+), lengan kanan (RA) dan lengan kiri (LA) membentuk
elektroda indiferen
b. Sadapan Unipolar Prekordial
Sadapan ini merekam besar potensial listrik jantung dengan meletakkan elektroda
positif secara horizontal pada dinding dada atau punggung mengelilingi jantung.
Sadapan ini terdiri dari:
1) Lead V1 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kanan
2) Lead V2 : Elektroda ditempatkan pada ICS IV, garis sternum kiri
3) Lead V3 : Elektroda ditempatkan pada pertengahan antara V2 dan V4
4) Lead V4 : Elektroda ditempatkan pada ICS V, garis midklavikula kiri
5) Lead V5 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila depan
6) Lead V6 : Elektroda ditempatkan sejajar dengan V4, garis aksila tengah

3. Sandapan tambahan
Sadapan ini dipakai dalan keadaan tertentu saja. Terdiri dari:
a. V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
b. V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
c. V9 : batas kin dan kolumna vertebra sejajar dengan V4
d. V3R - V9R posisinya sama dengan V3 - V9, tetapi pada sebelah kanan.

G. Aspek Keamanan dan Keselamatan


1. Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG.
2. Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan.
3. Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks
4. Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil.
5. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor, bergerak,
batuk dan lain-lain.
6. Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.

E. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan EKG adalah:
1. Elektrokardiogram
2. Elektroda ekstremitas
3. Elektroda isap (“suction electrode”)
4. Kabel penghubung klien dan kabel penghubung tanah (“grounding”
5. Kapas dan alkohol
6. Elektrolit jelly
F. PRINSIP TINDAKAN

G. PROSEDUR TINDAKAN

1. Persiapan Pasien:
 Pasien diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
 Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama
perekaman.
2. Cara Menempatkan Elektrode
Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset,
beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
 Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah
dengan telapak tangan.
 Pada ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
 Posisi pada pergelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai
ke bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
 Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
a. Merah (RA / R) lengan kanan
b. Kuning (LA/ L) lengan kiri
c. Hijau (LF / F ) tungkai kiri
d. Hitam (RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)
 Hubungkan kabel dengan elektroda:
a. Kabel merah dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kanan
b. Kabel kuning dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan kiri
c. Kabel hijau dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kiri
d. Kabel hitam dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kanan

 Bersihkan pula permukaan kulit di dada klien yang akan dipasang elektroda
prekordial dengan kapas alkohol dan beri jelly pada setiap elektroda, pasangkan pada
tempat yang telah dibersihkan.
 Hubungkan kabel dengan elektroda:
a. C1 : untuk Lead V1 dengan kabel merah
b. C2 : untuk Lead V2 dengan kabel kuning
c. C3 : untuk Lead V3 dengan kabel hijau
d. C4 : untuk Lead V4 dengan kabel coklat
e. C5 : untuk Lead V5 dengan kabel hitam
f. C6 : untuk Lead V6 dengan kabel ungu
Pada C2 dan C4 merupakan titik-titik untuk mendengarkan bunyi jantung I dan II.

3. Cara Merekam EKG


 Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
 Periksa kembali standarisasi EKG antara lain :
a. Kalibrasi 1 mv (10 mm)
b. Kecepatan 25 mm/detik
Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah kertas
bergerak, tombol kalibrasi ditekan 2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
 Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara
berturut-turut yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR, aVL, aVF, VI, V2, V3, V4, V5, V6.
Setelah pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali,
setelah itu matikan mesin EKG
 Rapikan pasien dan alat-alat.
 Catat di pinggir kiri atas kertas EKG: Nama pasien, Umur, Tanggal/Jam, Dokter yang
merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah
 Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa

I. Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan


1. Status kesehatan klien, pantau setiap saat
2. Pemasangan EKG harus sesuai dengan cara yang benar
3. Pasien diusahakan jangan terkena besinya, jangan batuk, dan tidak mengobrol, karena
akan mempengaruhi hasil EKG.

J. Hal-hal Penting yang Harus Dicatat


1. Nama pasien
2. Status klien (usia, jenos kelamin, berat badan, tinggi bdan, tekanan darah)
3. Tanggal/Jam
4. Dokter yang merawat
5. Yang membuat perekaman pada kiri bawah
6. Rekam Medik pasien
7. Frekuensi jantung per menit
8. Irama jantung
9. Gelombang P
10. Interval P-R
11. Kompleks QRS
12. Gelombang T
13. Gelombang U
14. Kelainan EKG yang ditemukan

ANALISA TINDAKAN 5

PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANUL

1. Tindakan bemberian oksigen melalui nasal kanul

2. Indikasi dilakukan pemberian oksigen

3. Rasionalisasi pemberian oksigen melalui nasal kanul

4. Anatomi dan fisiologi sistem terkait pemberian oksigen

5. Alat dan bahan tindakan pemberian oksigen


6. Prinsip tindakan pemberian oksigen

7. Prosedur tindakan pemberian oksigen

8. Respon pasien setelah dilakukan tindakan

9. Analisis Keberhasilan

Pada tindakan pemberian terapi oksigen ini berhasil dengan lancar, tidak ada masalah
selama melakukan tindakan. Tindakan pemberian oksigen ini sudah tidak

10. Refleksi Diri

a. Kekurangan selama fase pra interaksi

Pada fase ini tidak ada kekurangan yang terjadi selama tindakan

b. Kekurangan selama fase kerja

Pada fase ini kekurangan yang dilakukan tidak melakukan fiksasi karena pasien
tidak mau untuk difiksasi

c. Kekurangan selama fase terminasi

Pada fase ini tidak ada kekurangan

d. Kekurangan selama fase interaksi

Pada fase ini tidak ada kekurangan

Anda mungkin juga menyukai