Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUANPADA PASIEN CA MAMMAE DI RS

BALADHIKA HUSADA JEMBER

TUGAS APLIKASI KNILIS KEPERAWATAN

Oleh :
Mohammad Fariyadid Taufiq
NIM 162310101293

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


PROGRAM SRUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER
2018

1
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Anatomi Fisiologi


1.1.1 Anatomi

Gambar 1.1 Anatomi Payudara

(Sumber : Irmayanti, 2016)

Pada wanita kelenjar mamae mulai berkembang pada permulaan masa


pubertas (adolesens), pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae tumbuh menjadi
besar sebelah lateral linea aksilaris anterior/medial ruang interkostalis III dan
sebelah kaudal ruang interkostalis VII-VIII.
Kelenjar mamae terdapat di atas bagian luar fasia torakalis superfisialis di
daerah jaringan lemak subkutis:
1. Ke arah lateral sampai ke linea aksilaris media
2. Melewati linea media mencapai kelenjar mamae sisi yang lain
3. Ke arah bawah mencapai daerah aksila (lipatan ketiak)

2
Kelenjar mamae menyebar di sekitar areola mamae, mempunyai lobus
antara 15-20. Tiap lobus berbentuk pyramid dengan puncak mengarah ke areola
mamae. Masing-masing lobus dibatasi oleh septum yang terdiri dari jaringan
fibrosa yang padat. Serat jaringan ikat fibrosa terbentang dari kulit ke fasia
pektoralis yang menyebar diantara jaringan kelenjar.
Tiap lobus kelenjar mamae mempunyai saluran keluar yang disebut ductus
laktierus yang melebar, disebut sinus laktiferus. Di daerah terminalis lumen sinus
ini mengecil dan bercabang-cabang ke alveoli. Ruangan di antara jaringan
kelenjar dan jaringan fibrosa diisi oleh jaringan lemak yang membentuk postur
dari mamae sehingga permukaan mamae terlihat rata. Kelenjar-kelenjar mamae
dapat dipisahkan dengan mudah dari fasia dan kedudukan mamae mudah bergeser.

1.1.2 Fisiologi
Menurut Soetrisno 2010 menjelaskan Secara fisiologi, unit fungsional
terkecil jaringan payudara adalah asinus. Sel epitel asinus memproduksi air susu
dengan komposisi dari unsur protein yang disekresi apparatus golgi bersama
faktor imun IgA dan IgG, unsur lipid dalam bentuk droplet yang diliputi
sitoplasma sel. Dalam perkembangannya, kelenjar payudara dipengaruhi oleh
hormon dari berbagai kelenjar endokrin seperti hipofisis anterior, adrenal, dan
ovarium. Kelenjar hipofisis anterior memiliki pengaruh terhadap hormonal siklik
follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Sedangkan
ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron yang merupakan hormon siklus
haid. Pengaruh hormon siklus haid yang paling sering menimbulkan dampak yang
nyata adalah payudara terasa tegang, membesar atau kadang disertai rasa nyeri.
Sedangkan pada masa pramenopause dan perimenopause sistem keseimbangan
hormonal siklus haid terganggu sehingga beresiko terhadap perkembangan dan
involusi siklik fisiologis, seperti jaringan parenkim atrofi diganti jaringan stroma
payudara, dapat timbul fenomena kista kecil dalam susunan lobular atau cystic
change yang merupakan proses aging. Dimana fungsi dari payudara yaitu
memproduksi ASI, menyalurkan ASI, dan sebagai ekstetika

1.2 Definisi

3
Ca Mamae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di
payudara. Jika benjolan kanker tidak terkontrol, maka sel-sel kanker bisa
bermetastase pada bagian-bagian tubuh yang lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu, sel-sel
kanker bisa bersarang ditulang, paru, hati kulit dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat
berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya. (Kemenkes, 2017)

Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan, sebelum


gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan. Sebagian besar
massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana awalnya bersifat jinak dan
terus berkembang dan menyebar sehingga tidak terkendali. Analisi mikroskopis
payudara diperlukan untuk diagnosis definitis dan untuk mengetahui tingkat
penyebaran (in situ atau invasif) dan ciri jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis
jaringan didapat melalui biopsi jarum atau bedah. Biopsi didasarkan pada klinis
pasien individu faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu
(American Cancer Soxiety, 2015).

1.3 Epidemiologi

Ca mamae merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia.


Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, kanker payudara
menempati urutan pertama dengan frekuensi relative sebesar 18,6%. (Data Kanker
di Indonesia, 2010). Menurut Hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa estimasi jumlah
kasus Ca Mamae di Indonesia sebesar 61.682. Kasus terbanyak ada di Jawa
Tengah yaitu sebesar 11.511. Diperkirakan angka kejadian di Indonesia sebesar
12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika sebesar 92/100.000 wanita dengan
mortalitas yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kasus yang
ditemukan pada stadium lanjut dimana dalam upaya pengobatan sudah sulit untuk
dilakukan. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman tentang upaya pencegahan,
diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif, serta upaya rehabilitasi yang

4
baik agar pelayanan untuk penderita dapat dilakukan secara optimal. (Kemenkes,
2017)

1.4 Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan
pada wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki
resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena
diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat
meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah satu
dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat
besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah
usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah
hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko
menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang
mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum
diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun
tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan resikonya
meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause

5
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan. Beberapa
penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae
kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko
terjadinya Ca mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industry
lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki
resiko tinggi menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa
kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan kanker
usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa meningkatkan
resiko terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).

1.5 Klasifikasi

Klasifikasi Stadium
Stadium Ca mammae ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM American
Joint Committee on Cancer (AJCC) 2010, Edisi 7, untuk Ca mammae yaitu :
1. Kategori T (Tumor)
TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
T0 Tumor primer tidak terbukti
Tis Karsinoma in situ
Tis (DCIS) = ductal carcinoma in situ Tis (LCIS) = lobular carcinoma in
situ
Tis (Paget’s) = Paget’s disease pada puting payudara
tanpa tumor
T1 Tumor 2 cm atau kurang
pada dimensi terbesar

6
T1mic Mikroinvasi 0.1 cm atau
kurang pada dimensi
terbesar
T1 a Tumor lebih dari 0.1 cm
tetapi tidak lebih dari 0.5
cm pada dimensi terbesar

T1b Tumor lebih dari 0.5 cm


tetapi tidak lebih dari 1 cm
pada dimensi terbesar
T1c Tumor lebih dari 1 cm
tetapi tidak lebih dari 2 cm
pada dimensi terbesar
T2 Tumor lebih dari 2 cm
tetapi tidak lebih dari 5 cm
padadimensi terbesar
T3 Tumor berukuran lebih dari
5 cm pada dimensi terbesar
T4 Tumor berukuran apapun
dengan ekstensi langsung
ke dinding dada / kulit

T4a Ekstensi ke dinding dada,


tidak termasuk otot
pectoralis
T4b Edema (termasuk peau
d’orange) atau ulserasi
kulit payudara atau satellite
skin nodules pada payudara
yang sama
T4c Gabungan T4a dan T4b
T4d Inflammatory carcinoma

7
Gambar 1.5 Stadium tumor Ca mammae
(Sumber : American Cancer Soxiety, 2015)

2. Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)


N0: tidak ada metastasis kelenjar limfe regional
N1: metastasis kelenjar limfe regional
N2: Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau
KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis.
N3 : Metastatis pada KGB infraklavikula iplateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila aau pada KGB mamaria interna yang terdeteksi
secara klinis dan jika terdapat metastasi KGB aksila secara klinis atau
metastasis pada KGB supraklivkula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB kasila atau mamaria interna.
3. Metastasis Jauh (M)

a. Mx Metastasis jauh
tak dapat dinilai
b. M0 Tak ada
metastasis jauh
c. M1 Terdapat
Pengelompokan Stadium
Metastasis jauh
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1A T1 N0 M0
Stadium 1B T0 N1 M0
T1 NI M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1- M0
N2
Stadium IIIB T4 N1- M0
N2

8
Stadium IIIC Semua N3 M0
T
Stadium IV Semua Semua M1
T N

a. Stadium 0
Dikatakan stadium 0 karena kanker masih berada di pembuluh/saluran payudara
serta kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari area tersebut
b. Stadium 1
Stadium 1 A

Gambar 1.7 Stadium 1 A


(Sumber : Soleha, 2017)
Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum ditemukannya
pada pembuluh getah bening.
Stadium 1B

Gambar 1.8
Stadium 1B
(Sumber :
Soleha, 2017)
Kanker payudara stadium 1B
berarti bahwa sel kanker payudara dalam bentuk yang kecil ditemukan pada
kelenjar getah bening dekat payudara. Tidak ada tumor dalam payudara, atau
umor memiliki ukuran lebih kecil dari 2cm.
c. Stadium 2

9
Stadium 2A

Gambar 1.9 Stadium 2A


(Sumber : Soleha, 2017)
a. Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada getah
bening di area sekitar ketiak.
b. Kanker telah berukuran 2-5 cm, pada pembuluh getah bening belum terjadi
penyebaran titik-titik sel kanker
c. Titik-titik di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak ada
tanda tumor pada bagian payudara
Stadium 2 B
Gambar 2 Stadium 2B

(Sumber : Soleha, 2017)


1. Kanker berukuran 2-5 cm

10
2. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak telah tersebar sel-sel kanker
payudara

3. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum terjadi penyebaran


d. Stadium 3
Stadium 3A

Gambar 2.1 Stadium 3A


(Sumber : Soleha,
2017)
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker pada
titik-titik pembuluh getah bening di ketiak Atau

Gambar 2.2
Stadium 3A
(Sumber :
Soleha, 2017)
Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk kecil sel kanker payudara berada di
kelenjar getah bening.
Atau

11
Gambar 2.3 Stadium 3A
(Sumber : Soleha, 2017)
Tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke hingga 3 kelenjar getah bening di
ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada
Stadium 3B

Gambar 2.3
Stadium 3B
(Sumber :
Soleha, 2017)
Terjadinya
pembengkakan pada dinding dada yang juga sudah mulai adanya luka yang
menghasilkan nanah pada dada. Penyebarannya bisa sudah mengenai getah bening
di ketiak dan lengan atas
Stadium 3C

Gambar 2.4
Stadium 3C
(Sumber :
Soleha,
2017)

12
Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebat ke titik-titik pembuluh getah
bening yaitu sekitar 10 area getah bening telah tersebar sel-sel kanker, tepatnya
dibawah tulang selangka.
e.Stadium 4

Gambar 2.5
Stadium 4
(Sumber :
Soleha, 2017)

Tidak diketahui telah


berapa ukuran pasti sel kanker
pada fase ini. Karena sel
kanker telah menyebar ke
jaringan lainnya yang
sulit untuk diketahui. Sel
kanker yang menyebar telah
mulai menyebar ke berbagai lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati dan juga tulang
rusuk.

1.6 Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain
obesitas, radiasi, hyperplasia, optik, riwayat keluarga dengan mengkonsumsi zat-
zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat
menyebabkan kanker payudara. Karsinoma mamae berasal dari jaringan epitel dan
paling sering terjadi di sistem duktal, mula-mula terjadi hyperplasia sel-sel dengan
perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carcinoma insitu
dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat
diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
carcinoma mamae telah bermetastasis. Carsinoma mamae bermetastasis dengan

13
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan
aliran darah (Indonesian Cancer Foundation, 2012)
Ca Mamae tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang dekat
maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilaris
dan terjadi benjola, dari sel epidermis penting mnejadi invasi timbul krusta pada
organ pulmo mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal (Mansjoer, 2000).

1.7 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena
mulai timbul pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar putting
susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah
diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

1.8 Pemeriksaan Diagnosis


a.Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)

14
Gambar 1.6 Fine Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
(Sumber : Jitendra, 2017)

Prosedur pemeriksaan ini dengan cara menyuntikkan jarum berukuran 22–25


gauge melewati kulit atau secara percutaneous untuk mengambil contoh cairan
dari kista payudara atau mengambil sekelompok sel dari massa yang solid pada
payudara. Setelah dilakukan FNAB, material sel yang diambil dari payudara akan
diperiksa di bawah mikroskop yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan
pengecatan sampel. Sebelum dilakukan pengambilan jaringan, terlebih dulu
dilakukan pembersihan pada kulit payudara yang akan diperiksa. Apabila benjolan
dapat diraba maka jarum halus tersebut di masukan ke daerah benjolan. Apabila
benjolan tidak dapat diraba, prosedur FNAB akan dilakukan dengan panduan dari
sistem pencitraan yang lain seperti mammografi atau USG. Setelah jarum
dimasukkan ke dalam bagian payudara yang tidak normal, maka dilakukan
aspirasi melalui jarum tersebut. Pada prosedur FNAB seringkali tidak dilakukan
pembiusan lokal karena prosedur anastesi lebih memberikan rasa sakit
dibandingkan pemeriksaan FNAB itu sendiri. Selain itu, lidokain yang digunakan
sebagai bahan anestesi bisa menimbulkan artefak yang dapat terlihat pada
pemeriksaan mikroskopis Hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi,
baik yang letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam
rongga tubuh unpalpable, dengan indikasi:
a. Membedakan tumor kistik, solid dan peradangan
b. Diagnosis prabedah kanker sebagai pengganti diagnosis potong beku
intraoperatif
c. Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan wanita
lanjut usia
d. Payudara yang telah dilakukan beberapa kali biopsi diagnostik
e. Penderita yang menolak operasi atau anestesi
f. Nodul–nodul lokal atau regional setelah operasi mastektomi
g. Kasus Ca mammae stadium lanjut yang sudah inoperabel
h. Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Prosedur FNAB memiliki beberapa keuntungan antara lain FNAB adalah
metode tercepat dan termudah dibandingkan biopsi eksisi maupun insisi
payudara. Hasil dapat diperoleh dengan cepat sehingga pasien dapat segera
mendapatkan terapi selanjutnya. Keuntungan lain dari metode ini adalah

15
biaya pemeriksaan lebih murah, rasa cemas dan stress pasien lebih singkat
dibandingkan metode biopsi. Kekurangan dari metode ini hanya mengambil
sangat sedikit jaringan atau sel payudara sehingga hanya dapat menghasilkan
diagnosis berdasarkan keadaan sel. Dari kekurangan tersebut, FNAB tidak
dapat menilai luasnya invasi tumor dan terkadang subtipe kanker tidak dapat
diidentifikasi sehingga dapat terjadi negatif palsu
b. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan jarum yang
sangat halus maupun dengan jarum yang cukup besar untuk mengambil
jaringan. Kemudian jaringan yang diperoleh menggunakan metode insisi
maupun eksisi dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin dan Eosin. Metode
biopsi eksisi maupun insisi ini merupakan pengambilan jaringan yang
dicurigai patologis disertai pengambilan sebagian jaringan normal sebagai
pembandingnya. Tingkat keakuratan diagnosis metode ini hampir 100%
karena pengambilan sampel jaringan cukup banyak dan kemungkinan
kesalahan diagnosis sangat kecil. Tetapi metode ini memiliki kekurangan
seperti harus melibatkan tenaga ahli anastesi, mahal, membutuhkan waktu
pemulihan yang lebih lama karena harus di insisi, menimbulkan bekas berupa
jaringan parut yang nantinya akan mengganggu gambaran mammografi, serta
dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan dan infeksi,
c. Mammografi dan ultrasonografi
Berperan dalam membantu diagnosis lesi payudara yang padat palpable
maupun impalpable serta bermanfaat untuk membedakan tumor solid, kistik
dan ganas. Teknik ini merupakan dasar untuk program skrinning sebagai alat
bantu dokter untuk mengetahui lokasi lesi dan sebagai penuntun FNAB.
Menurut Muhartono (2012), FNAB yang dipandu usg untuk mendiagnosis
tumor payudara memiliki sensitivitas tinggi yaitu 92% dan spesifisitas 96%.
Pemeriksaan ini mempergunakan linear scanner dengan transduser
berfrekuensi 5 MHz. Secara sistematis, scanning dimulai dari kuadran medial
atas dan bawah dilanjutkan ke kuadran lateral atas dan bawah dengan film
polaroid pada potongan kraniokaudal dan mediolateral oblik. Nilai ketepatan
USG untuk lesi kistik adalah 90–95%, sedangkan untuk lesi solid seperti

16
FAM adalah 75–85%. Untuk mengetahui tumor ganas nilai ketepatan
diagnostik USG hanya 62–78% sehingga masih diperlukan pemeriksaan
lainnya untuk menentukan keganasan pada payudara.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan CT-SCAN
Walaupun dalam beberapa hal MRI lebih baik daripada mamografi,
namun secara umum tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining karena
biayanya mahal dan memerlukan waktu pemeriksaan yang lam. Akan tetapi
MRI dapat dipertimbangkan pada wanita muda dengan payudara yang padat
atau pada payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan resiko
tinggi untuk menderita Ca Mamae.
e. USG payudara
USG payudara dapat memberi gambaran jelas mengenai kondisi
jaringan kelenjar susu , tepi, ada tidaknya benjolan, ukuran, bentuk, sifat
tumor, dan lainnya. Ketepatan USG dalam mendiagnosa sekitar 80-85%
f. Pemeriksaan Immunohistokimia
Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan
menggunakan antibody sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam
potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk preparasi sel lainnya. IHK
merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker payudara. Pemeriksaan
IHK pada karsinoma payudara berperan dalam membantu menentukan
prediksi respons terapi sistemik dan prognosis.
Pemeriksaan imunohistokimia yang standar dikerjakan untuk karsinoma
payudara adalah :
1. Reseptor hormonal yaitu reseptor esterogen (ER) dan reseptor progesterone
(PR)
2. HER2
3. Ki-67

1.9 Penatalaksaan Farmakologi dan Non Farmakologi


1. Penatalaksanaan Farmakologi
Obat kemo yang paling umum digunakan untuk Ca mammae dini
meliputi antrasiklin (seperti doxorubicin/Adriamycin dan epirubicin/Ellence)
dan taxanes (seperti paclitaxel/Taxol dan docetaxel/Taxotere). Ini dapat
digunakan dalam kombinasi dengan obat-obatan tertentu lainnya, seperti
fluorouracil (5-FU), siklofosfamid (Cytoxan), dan carboplatin.Wanita yang
memiliki gen HER2 dapat diberikan trastuzumab (Herceptin) dengan salah

17
satu taxanes. Pertuzumab (Perjeta) juga dapat dikombinasikan dengan
trastuzumab dan docetaxel untuk kanker HER2 positif. Banyak obat
kemoterapi yang berguna dalam mengobati wanita dengan Ca mammae
stadium lanjut, seperti:
1) Docetaxel
2) Paclitaxel
3) Agen Platinum (cisplatin, carboplatin)
4) Vinorelbine (Navelbine)
5) Capecitabine (Xeloda)
6) Liposomal doxorubicin (Doxil)
7) Gemcitabine (Gemzar)
8) Mitoxantrone
9) Ixabepilone (Ixempra)
10) Albumin-terikat paclitaxel (menangkap-paclitaxel atau Abraxane)
11) Eribulin (Halaven)(Samiadi, 2017).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Terapi pada Ca mammae harus didahului dengan diagnosa yang
lengkap dan akurat ( termasuk penetapan stadium ). Diagnosa dan terapi pada
Ca mammae haruslah dilakukan dengan pendekatan humanis dan
komprehensif. Terapi pada Ca mammae sangat ditentukan luasnya penyakit
atau stadium dan ekspresi dari agen biomolekuler atau biomolekuler-
signaling. Terapi pada Ca mammae selain mempunyai efek terapi yang
diharapkan, juga mempunyai beberapa efek yang tak diinginkan (adverse
effect), sehingga sebelum memberikan terapi haruslah dipertimbangkan
untung ruginya dan harus dikomunikasikan dengan pasien dan keluarga.
Selain itu juga harus dipertimbangkan mengenai faktor usia, co-morbid,
evidence-based, cost effective, dan kapan menghentikan seri pengobatan
sistemik termasuk end of life isssues.
1. Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan
Ca mammae. Terapi pembedahan dikenal sebagai berikut :
a. Terapi atas masalah lokal dan regional : Mastektomi, breast conserving
surgery, diseksi aksila dan terapi terhadap rekurensi lokal/regional.
b. Terapi pembedahan dengan tujuan terapi hormonal : Ovariektomi,
Adrenalektomi, dsb.
c. Terapi terhadap tumor residif dan metastase.

18
d. Terapi rekonstruksi, terapi memperbaiki kosmetik atas terapi lokal atau
regional dapat dilakukan pada saat bersamaan setelah beberapa waktu
Jenis pembedahan pada Ca mammae:
1. Mastektomi
a. Mastektomi Radikal Modifikasi (MRM)
MRM adalah tindakan pengangkatan tumor payudara dan seluruh payudara
termasuk kompleks puting-areola, disertai diseksi kelenjar getah bening
aksilaris level I sampai II secara en bloc. Indikasi: Ca mammae stadium I, II,
IIIA dan IIIB. Bila diperlukan pada stadium IIIb, dapat dilakukan setelah
terapi neoajuvan untuk pengecilan tumor. (Kemenkes, 2017)
b. Mastektomi Radikal Klasik (Classic Radical Mastectomy)

Mastektomi radikal adalah tindakan pengangkatan payudara, kompleks


puting-areola, otot pektoralis mayor dan minor, serta kelenjar getah bening
aksilaris level I, II, III secara en bloc. Jenis tindakan ini merupakan tindakan
operasi yang pertama kali dikenal oleh Halsted untuk Ca mammae, namun
dengan makin meningkatnya pengetahuan biologis dan makin kecilnya tumor
yang ditemukan maka makin berkembang operasi operasi yang lebih
minimal. Indikasi:
 Ca mammae stadium IIIb yang masih operable
 Tumor dengan infiltrasi ke muskulus pectoralis major
c. Mastektomi dengan teknik onkoplasti
Rekonstruksi bedah dapat dipertimbangkan pada institusi yang mampu
ataupun ahli bedah yang kompeten dalam hal rekonstruksi payudara tanpa
meninggalkan prinsip bedah onkologi. Rekonstruksi dapat dilakukan dengan
menggunakan jaringan autolog seperti latissimus dorsi (LD) flap atau
transverse rectus abdominis myocutaneous (TRAM) flap; atau dengan
prosthesis seperti silikon. Rekonstruksi dapat dikerjakan satu tahap ataupun
dua tahap, misal dengan menggunakan tissue expander sebelumnya.
(Kemenkes, 2017)
d. Mastektomi Simpel
Mastektomi simpel adalah pengangkatan seluruh payudara beserta kompleks
puting- areolar,tanpa diseksi kelenjar getah bening aksila.
Indikasi:
a. Tumor phyllodes besar

19
b. Keganasan payudara stadium lanjut dengan tujuan paliatif menghilangkan
tumor.
c. Penyakit Paget tanpa massa tumor
d. DCIS

e. Mastektomi Subkutan (Nipple-skin-sparing mastectomy)


Mastektomi subkutan adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara,
dengan preservasi kulit dan kompleks puting-areola, dengan atau tanpa
diseksi kelenjar getah bening aksila
indikasi:
a. Mastektomi profilaktik
b. Prosedur onkoplasti
f. Breast Conserving Therapy (BCT)
Pengertian BCT secara klasik meliputi : BCS (=Breast Conserving Surgery),
dan Radioterapi (whole breast dan tumor sit). BCS adalah pembedahan atas
tumor payudara dengan mempertahankan bentuk (cosmetic) payudara,
dibarengi atau tanpa dibarengi dengan rekonstruksi. Tindakan yang dilakukan
adalah lumpektomi atau kuadrantektomi disertai diseksi kelenjar getah bening
aksila level 1 dan level 2. Tujuan utama dari BCT adalah eradikasi tumor
secara onkologis dengan mempertahankan bentuk payudara dan fungsi
sensasi. BCT merupakan salah satu pilihan terapi lokal Ca mammae stadium
awal. Beberapa penelitian RCT menunjukkan DFS dan OS yang sama antara
BCT dan mastektomi. Namun pada follow up 20 tahun rekurensi lokal pada
BCT lebih tinggi dibandingkan Mastektomi tanpa ada perbedaan dalam OS.
Sehingga pilihan BCT harus didiskusikan terutama pada pasien Ca mammae
usia muda. Secara umum, BCT merupakan pilihan pembedahan yang aman
pada pasien Ca mammae stadium awal dengan syarat tertentu. Tambahan
radioterapi pada BCS dikatakan memberikan hasil yang lebih baik
Indikasi :
a. Ca mammae stadium I dan II.
b. Ca mammae stadium III dengan respon parsial setelah terapi neoajuvan
Kontra indikasi :
a. Ca mammae yang multisentris, terutama multisentris yang lebih dari 1
kwadran dari payudara.
b. Ca mammae dengan kehamilan
c. Penyakit vaskuler dan kolagen (relatif)

20
d. Tumor di kuadran sentral (relatif)
Syarat :
1) Terjangkaunya sarana mamografi, potong beku, dan radioterapi.
2) Proporsi antara ukuran tumor dan ukuran payudara yang memadai.
3) Pilihan pasien dan sudah dilakukan diskusi yang mendalam (Kemenkes,
2017).
g. Salfingo Ovariektomi Bilateral (SOB)
Salfingo ovariektomi bilateral adalah pengangkatan kedua ovarium dengan/
tanpa pengangkatan tuba Falopii baik dilakukan secara terbuka ataupun per-
laparaskopi.Tindakan ini boleh dilakukan olehspesialis bedah umum atau
Spesiali Konsultan Bedah Onkologi, dengan ketentuan tak ada lesi primer di
organ kandungan.
Indikasi :
a. Dilakukan oleh dokter bedah yang kompeten dan mempunyai timyang
berpengalaman.( Spesialis bedah konsultan onkologi).
b. Karsinoma payudara stadium IV premenopausal dengan reseptor hormonal
positif.
Catatan :Stadium IV dengan reseptor hormonal negatif dapat
dilakukan dalam konteks penelitian klinis dan harus mendapatkan ethical
clearance dari lembaga yang berwenang. (Kemenkes, 2017)

h. Metastasektomi
Metastasektomi adalah pengangkatan tumor metastasis pada Ca mammae.
Tindakan ini memang masih terjadi kontroversi diantara para ahli, namun
dikatakan metastasektomi mempunyai angka harapan hidup yang lebih
panjang bila memenuhi indikasi dan syarat tertentu.Tindakan ini dilakukan
pada Ca mammae dengan metastasis kulit, paru, hati, dan payudara
kontralateral.Pada metastasis otak, metastatektomi memiliki manfaat klinis
yang masih kontroversi.
Indikasi:
a. Tumor metastasis tunggal pada satu organ
b. Terdapat gejala dan tanda akibat desakan terhadap organ sekitar
Syarat:
a. Keadaan umum cukup baik (status performa baik = skorWHO >3)
b. Estimasi kesintasan lebih dari 6 bulan
c. Masa bebas penyakit > 36 bulan (Kemnkes, 2017)

21
2. Terapi Sistemik
a. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan dapat berupa obat tunggal atau berupa gabungan
beberapa kombinasi obat kemoterapi. Kemoterapi diberikan secara bertahap
biasanya sebanyak 6 – 8 siklus agar mendapatkan efek yang diharapkan
dengan efek samping yang masih dapat diterima. Hasil pemeriksaan
imunohistokimia memberikan beberapa pertimbangan penentuan regimen
kemoterapi yang akan diberikan. Beberapa kombinasi kemoterapi yang telah
menjadi standar lini pertama (first line) adalah :
1. CHF
Cyclophospamide100 mg/m2, hari 1 s/d 14 (oral)(dapat diganti injeksi
cyclophosphamide 500 mg/m2, hari 1 & 8 ), Methotrexate 50 mg / m2 IV,
hari 1 & 85 Fluoro-uracil 500 mg/m2 IV,hari 1 & 8.
2. CAF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Doxorubin 50 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
6 Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
3. CEF
Cyclophospamide 500 mg/m2, hari 1
Epirubicin 70 mg/m2, hari 1
5 Fluoro Uracil 500 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus

Regimen Kemoterapi
1. AC
Adriamicin 80 mg/m2,hari 1
Cyclophospamide 600 mg/m2,hari 1
Interval 3-4 minggu, 4 siklus
2. TA (Kombinasi Taxane – Doxorubicin)
Paclitaxel 170 mg/m2, hari 1
Doxorubin 90 mg/m2, hari 1
3. ACT
TC
Cisplatin 75 mg/m2 IV, hari 1
Docetaxel 90 mg/m2, hari 1
Interval 3 minggu / 21 hari, 6 siklus
4. Pilihan kemoterapi kelompok HER 2 negatif
Dose Dence AC + paclitaxel
Docetaxel cyclophospamide
5. Pilihan kemoterapi HER 2 positif

22
AC (Antharacycline) + TH (Taxotere dan Herceptin)
TCH (Taxotere, Carboplatin, Herceptin)

b. Terapi hormonal
Pemeriksaan imunohistokimia memegang peranan penting dalam menentukan
pilihan kemo atau hormonal sehingga diperlukan validasi pemeriksaan
tersebut dengan baik. Terapi hormonal diberikan pada kasus-kasus dengan
hormonal positif. Terapi hormonal bisa diberikan pada stadium I sampai IV.
Pada kasus kanker dengan luminal A (ER+,PR+,Her2-) pilihan terapi ajuvan
utamanya adalah hormonal bukan kemoterapi. Kemoterapi tidak lebih baik
dari hormonal terapi..Pilihan terapi tamoxifen sebaiknya didahulukan
dibandingkan pemberian aromatase inhibitor apalagi pada pasien yang sudah
menopause dan Her2-.Lama pemberian ajuvan hormonal selama 5-10 tahun.
(Kemnkes, 2017)
c. Terapi target
Pemberian terapi anti target hanya diberikan di rumah sakit tipe A/B.
Pemberian anti-Her2 hanya pada kasus-kasus dengan pemeriksaan IHK yang
Her2 positif. Pilihan utama anti-Her2 adalah herceptin, lebih diutamakan pada
kasus-kasus yang stadium dini dan yang mempunyai prognosis baik (selama
satu tahun: tiap 3 minggu). Penggunaan anti VEGF atau m-tor inhibitor
belum direkomendasikan. (Kemnkes, 2017)
d. Radioterapi
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam tatalaksana Ca
mammae. Radioterapi dalam tatalaksana Ca mammae dapat diberikan sebagai
terapi kuratif ajuvan dan paliatif.
Radioterapi Kuratif Ajuvan
Radioterapi pasca BCS (radioterapi seluruh payudara)
Indikasi
Radioterapi seluruh payudara pada pasca BCS diberikan pada semua kasus
Ca mammae (ESMO Level 1, grade A). Hal ini disebabkan radioterapi pada
BCS meningkatkan kontrol lokal dan mengurangi angka kematian karena Ca
mammae dan memiliki kesintasan yang sama dengan pasien Ca mammae
stadium dini yang ditatalaksana dengan MRM. Radioterapi seluruh payudara
dapat diabaikan pada pasien Ca mammae pasca BCS berusia > 70 tahun

23
dengan syarat: (ESMO Level 2, grade B, NCCN kategori 1). Reseptor
estrogen +Klinis N0 T1 yang mendapat terapi hormonal (Kemenkes, 2017)

24
BAB 2. PATHWAY

Faktor predisposisi dan resiko tinggi


Hiperplasia pada sel mamae

Mensuplai
Mendesak jaringan Mendesak sel Mendesak
nutrisi ke per
sekitar syaraf pembuluh
jaringan ca Menekan jaringan Interupsi sel syaraf
darah
pada mamae
Hipermetabolis ke
nyeri Aliran darah
jaringan Peningkatan konsistensi terhambat
mamae
Suplai nutrisi
jaringan lain
Mamae hipoksia
membengkak Ukuran mamae
abnormal Kecemasan Bakteri
BB turun patogen
Massa tumor
mendesak ke Mamae Resiko
Nutrisi kurang Perfusi jaringan
jaringan luar asimetrik infeksi
dari kebutuhan terganggu
tubuh
Gangguan
Infiltrasi
body image
pleura
parietal
ulkus

Ekspansi paru
menurun Gangguan
integritas jaringan
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI
Gangguan
2.1 Pengkajian
pola nafas
I. Identitas Klien
Nama, umur (usia lebih dari 50 tahun beresiko terkena Ca mamae), jenis
kelamin (jenis kelamin perempuan sangat beresiko terkena Ca mammae
dibandingkan dengan laki-laki), agama, pendidikan, alamat, No. RM, pekerjaan,
status perkawinan (wanita yang belum menikah memiliki resiko untuk terkena Ca
Mamae) tanggal MRS, tanggal pengkajian, dan sumber informasi.

II. Riwayat Kesehatan

25
1. Diagnosa Medik : Ca Mamae
2. Keluhan Utama :
Terasa nyeri dan adanya benjolan pada payudara
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
a. Biasanya klien timbul benjolan pada payudara dan benjolan ini makin lama
makin mengeras
b. Terasa nyeri pada payudara jika benjolan semakin membesar
c. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu :
a. Penyakit yang pernah dialami
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit
payudara jinak, hyperplasisa tipikal, dan pernah mengalami sakit bagian dada
sehingga mendapatkan terapi penyinaran
b. Alergi (obat, makanan, plester,dll)
Tidak ada
c. Imunisasi
Imunisasi lengkap
d. Kebiasaan/pola hidup/life style
Kebiasaan makan tinggi lemak
e. Obat-obat yang digunakan
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca mammae. Adanya
keluarga yang mengalami ca adanya keluarga yang mengalami ca mammae
berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun
keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium dan kanker serviks
Genogram :
Ibunya menderita ca mamae, maka resiko besar untuk anak perempuannya
menderita ca mamae

III. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi Kesehatan & Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien menganggap benjolan di payudara adalah hal yang biasa dan
tidak perlu untuk dibawa ke dokter
2. Pola Nutrisi/metabolic
Biasanya klien mengalami gangguan dalam pemenuhan nutrisi karena klien
susah makan dan akibatnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya.
Adanya penurunan berat badan

26
3. Pola Eliminasi
BAB dan BAK klien lebih sedikit dari biasanya karena klien sulit makan
4. Pola Aktivitas & Latihan (saat sebelum sakit dan saat di RS)
Adanya gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya rasa
nyeri pada payudara

Aktivitas Harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum

Toileting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi / ROM

Ket : 0: tergantung total, 1: bantuan petugas dan alat, 2: bantuan petugas,


3: bantuan alat, 4: mandiri
5. Pola Tidur & Istirahat
Biasanya klien mengalami gangguan tidur dikarenakan nyeri pada payudara
yang ia rasakan
6. Pola Kognitif & Perceptual
Biasanya klien mengalami pusing pasca bedah sehingga ada komplikasi pada
kognitif, sensorik maupun motorik
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Organ payudara merupakan alat vital bagi manusia. Kelainan atau kehilangan
bahkan adanya gangguan mengakibatkan klien tidak percaya diri, malu dan
kehilangan haknya sebagai wanita
8. Pola Seksual & Reproduksi
Biasanya ada sedikit gangguan dalam kebutuhan reproduksinya dan biasanya
kurang puas
9. Pola Peran & Hubungan
Ada gangguan dalam hubungan dengan keluarga maupun orang lain.
Gangguan peran pun ada karena klien tidak dapat melakukan perannya seperti
biasa
10. Pola Manajemen Koping & Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan dan ada keputusasaan

27
11. Sistem Nilai & Keyakinan
Aktivitas spiritual pasien mengalami penurunan khusunya dalam
melaksanakan ibadah akibat dari nyeri dan ketidakmampuan melakukan
aktivitas

IV. Pemeriksaan Fisik


Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, RR, dan suhu
Pengkajian Fisik Head to toe
1. Kepala
Normal, kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan
oksipital dibagian posterior.
2. Mata
Mata simetris kanan dan kiri. Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi
yang tidak adekuat
3. Telinga
Terlihat bersih dan tidak ada gangguan
4. Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, nampak secret, adanya pernafasan cuping
hidung yang disebabkan oleh sesak nafas karena kanker sudah bermetastase
ke paru
5. Mulut
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih. Biasanya gusi klien mudah
terjadi perdarahan akibat rapuhnya pembuluh darah. Lidah terlihat tampak
pucat dan kurang bersih. Mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
6. Leher
Biasanya terdapat pembesaran getah bening
7. Dada
Adanya kelainan kulit berupa Peu d’ orange (Nampak seperti kulit jeruk),
dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang
8. Mamae
a. Inspeksi
Terdapat benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus dan berwarna
merah, dan payudara mengerut seperti kulit jeruk
b. Palpasi
Terasa benjolan keras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak
9. Abdomen
a. Inspeksi
Tidak ada pembesaran
b. Palpasi
Biasanya tidak terdapat bising usus

28
c. Perkusi
Biasanya hepar dan lien tidak teraba
d. Auskultasi
Tympani
10. Urogenital
Biasanya genitalia bersih dan tidak ada gangguan
11. Ekstremitas
Biasanya terjadi edema pada ekstremitas atas
12. Kulit dan kuku
Terjadi perubahan kelembapan kulit, dan turgor kulit tidak elastis
V. Pemeriksaan penunjang
a. Biopsi payudara (jarum atau eksisi)
Biopsy ini memberikan diagnosa definitife terhadap massa dan berguna untuk
klasifikasi histologi pentahapan, dan selaksi terapi yang tepat.
b. Foto thoraks
Foto thorak dilakukan untuk mengkaji adanya metastase.
c. CT scan dan MRI
CT scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara,
khususnya massa yang lebih besar, atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mammografi
d. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi dapat membantu dalam membedakan antara massa padat dan kista
dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras; hasil komplemen dari
e. Mammografi.
Mammografi Mammografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat
untuk mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap
awal.

2.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan Ca Mamae antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya infiltrasi tumor
2. Cemas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan peningkatan
ketegangan, gemetar dan gelisah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan perubahan pada bentuk tubuh karena
proses penyakit

29
2.3 Intervensi

DIAGNOSIS PERENCANAAN INTERVENSI


KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN

(NOC) (NIC)

Nyeri akut Setelah 1605 Kontrol nyeri 1400 Manajemen


Setelah dilakukan
berhubungan dilakukan Nyeri
tindakan keperawatan 1. Lakukan
dengan adanya tindakan
selama lebih dari 1 jam pengkajian nyeri
infiltrasi tumor selama lebih
klien dapat mengatasi komprehensif yang
dari 1 jam,
nyerinya ditandai meliputi lokasi,
nyeri pasien
dengan : karakteristik,
bisa
1. Dapat mengenali
onset/durasi,
berkurang
kapan nyeri terjadi
frekuensi, kualitas,
2. Klien dapat
intensitas atau
menggunakan
beratnya nyeri dan
tindakan
faktor pencetus
pengurangan nyeri
2. Berikan informasi
tanpa analgesic
mengenai nyeri
3. Klien melaporkan
3. Ajarkan prinsip-
perubahan terhadap
prinsip manajemen
gejala nyeri pada
nyeri
professional 4. Kurangi atau
kesehatan eliminasi faktor-
4. Klien mengenali apa
faktor yang dapat
yang terkait dengan
mencetuskan nyeri
gejala nyeri
dan meningkatkan
5. Klien melaporkan
nyeri
nyeri yang terkontrol
5. Gali bersama
pasien faktor-faktor
yang dapat
menurunkan dan

30
memperberat nyeri
6. Kolaborasi dengan
pasien, orang
terdekat dan tim
kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasi
kan tindakan
penurun nyeri non
farmakologi, sesuai
kebutuhan
Cemas Setelah Kriteria hasil : 4020 Pengurangan
berhubungan dilakukan Kecemasan
1. Klien mampu 1. Gunakan
dengan krisis intervensi
mengidentifikasi pendekatan yang
situasi ditandai keperawatan
dan menenangkan dan
dengan selama 1x45
mengungkapkan meyakinkan
peningkatan menit
gejala cemas. 2. Jelaskan semua
ketegangan, diharapkan 2. Mengidentifikasi, prosedur termasuk
gemetar dan gelisah cemas mengungkapkan, sensasi yang dirasakan
berkurang. dan menunjukkan yang mungkin akan
teknik mengontrol dialami
cemas. 3. Berikan informasi
3. Vital sign dalam factual terkait
batas normal. diagnosis, perawatan
4. Postur tubuh,
dan prognosi
ekspresi wajah, 4. Berada disisi klien
bahasa tubuh dan untuk meningkatkan
tingkat aktivitas rasa aman dan
menunjukkan mengurangi ketakutan
berkurangnya 5. Dengarkan klien
6. Kontrol stimulus
kecemasan
untuk kebutuhan klien

31
yang tepat

Ketidakseimbangan Setelah 1004 Status nutrisi 1100 Manajemen


Setelah dilakukan
nutrisi kurang dari dilakukan nutrisi
tindakan keperawatan 1. Tentukan status gizi
kebutuhan tubuh tindakan
31-45 menit status pasien dan
berhubungan keperawatan
nutrisi klien normal kemampuannya
dengan selama 31-
ditandai dengan : memenuhi
ketidakmampuan 45 menit,
1. Tidak ada masalah
kebutuhan gizi
mengabsorbsi maka klien
pada asupan gizi, 2. Tentukan jumlah
nutrient ke jaringan memiliki
makanan dan cairan kalori dan jenis
berat badan 2. Tidak adanya
nutrisi yang
yang ideal kekurangan energy
dibutuhkan untuk
3. Normalnya rasio antara
sesuai tinggi
memenuhi
berat badan dan tinggi
badan
persyaratan gizi
badan
3. Monitor kalori dan
4. 1014 Nafsu makan
Setelah dilakukan asupan makanan
4. Monitor
tindakan keperawatan
kecenderungan
31-45 menit nafsu
terjadinya
makan klien meningkat
penurunan dan
ditandai dengan :
1. Adanya keinginan kenaikan berat
untuk makan badan
2. Meningkatnya intake
1240 Peningkatan
makanan, nutrisi dan
berat badan
cairan
3. Tidak terganggunya 1. Monitor mual
rangsangan untuk muntah
makan 2. Dukung
1015 Fungsi peningkatan asupan
gastrointestinal kalori
Setelah dilakukan 3. Instruksikan cara
tindakan keperawatan meningkatkan
31-45 menit fungsi asupan kalori
4. Kenali apakah

32
gastrointestinal kembali penurunan berat
normal ditandai badan yang dialami
dengan : pasien merupakan
1. Tidak terganggunya
tanda penyakit
nafsu makan
terminal
2. Tidak adanya nyeri
5. Instruksikan pasien
abdomen
dan keluarga
3. Tidak adanya refluks
mengenai target
lambung dan
yang realistis
peningkatan
terkait penyakit dan
peristaltic
4. Klien tidak peningkatan berat
mengalami mual badannnya
muntah
5. Tidak adanya
penurunan berat
badan
Gangguan citra Setelah 1200 Citra Tubuh 5220. Peningkatan
1. Gambaran internal
tubuh berhubungan dilakukan Citra Tubuh
diri 1. Gunakan bimbingan
perubahan pada intervensi
2. Kepuasaan dengan
antisipatif menyiapkan
bentuk tubuh keperawatan
penampilan tubuh
pasien terkait dengan
karena proses selama 1x45 3. Kepuasaan dengan
perubahan-perubahan
penyakit menit fungsi tubuh
4. Penyesuaian terhadap citra tubuh
diharapkan
2. Bantu pasien untuk
perubahan tampilan
gangguan
mendiskusikan
fisik
citra tubuh
5. Penyesuaian terhadap perubahan-perubahan
dapat
perubahan fungsi tubuh disebabkan adanya
berkurang.
penyakit atau
pembedahan
3. Monitor frekuensi
dari pernyataan
mengkritisi diri
4. Bantu pasien

33
mengidentifikasi
tindakan-tindakan yang
meningkatkan
penampilan
5. Dorong klien
mengungkapkan
perasaannya
6. Berikan dukungan
emosi klien
7. Anjurkan keluarga
klien untuk selalu
mendampingi klien

2.4 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi Tanda
tangan
1 Nyeri berhubungan S : Pasien mengatakan nyerinya FY
dengan adanya sudah berkurang
penekanan massa tumor O : Nyeri hilang
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2 Cemas berhubungan S : Pasien mengatakan sudah FY
dengan krisis situasi tidak cemas
ditandai dengan O : Pasien nampak tenang
peningkatan ketegangan, A : Masalah teratasi
gemetar dan gelisah P : Lanjutkan Intervensi

34
3. Ketidakseimbangan S : Pasien mengatakan nafsu FY
nutrisi kurang dari makannya sudah bertambah
kebutuhan tubuh O : Berat badan pasien naik
berhubungan dengan A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

4 Gangguan citra tubuh S : Pasien mengatakan sudah FY


berhubungan dengan mulai menerima dengan
mastektomi keadaannya dan sudah mulai
percaya diri
O : Pasien nampak berinteraksi
aktif dengan lingkungannya
A : Masalah Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

35
BAB IV. DICHARGE PLANING

Discharge Planing
Rencana pemulangan untuk pasien dengan Ca mammae yaitu :
1. Evaluasi kesiapan untuk pulang
a. Tidak terdapat keluhan nyeri
b. Kebutuhan nutrisi sudah adekuat
2. Memberikan intruksi kepada keluarga dan klien
a. Penjelasan mengenai penyakit yang sedang diderita
b. Pencegahan infeksi
c. Edukasi mengenai nutrisi yang dibutuhkan
d. Anjurkan untuk segera membawa ke pelayanan kesehatan ketika
timbulnya nyeri atau benjolan nampak semakin besar
e. Anjurkan untuk istirahat yang cukup dan teratur

DAFTAR PUSTAKA

36
Administrator. (2012). Kanker Payudara.
https://bukusakudokter.org/2012/11/04/ca-mamae-kanker-payudara/.
[diakses tanggal 8 Januari 2018].
American Cancer Society. 2015. Breast cancer facts and figure 2015-2016.
Diambil dari https://www.cancer.org/content/dam/cancer-
org/research/cancer-facts-and-statistics/breast-cancer-facts-and-
figures/breast-cancer-facts-and-figures-2015-2016.pdf [diakses pada 8
januari 2018].
Bioherbaka. (2016). Tinjauan Medis: Cara Mengencangkan Payudara.
http://bioherbaka.com/tinjauan-medis-cara-mengencangkan-
payudara.html. [diakses tanggal 14 Januari 2017].
Buku saku dokter. 2017.Ca mammae atau Ca mammae. Diambil dari
https://bukusakudokter.org/2012/11/04/ca-mamae-kanker-payudara/ [Diakses
pada 8 Januari 2018].
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher., Joanne M. Dochterman., cheryl M.
Wagner. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). 6th Edition.
Singapore: Mosby, Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari.,
Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Interventions Classification (NIC).
Edisi Ke-6. Indonesia: CV Mocomedia.
Erik, T. (2005). Kanker, Antioksidan dan Terapi Komplementer. Jakarta:
Gramedia.
Irmayanti, U. 2016. Anatomi Fisiologi Masa Nifas. Diambil dari
https://sites.google.com/site/ulfhairmayyy05/anatomi-dan-fisiologi-
payudara [Diakses pada 8 Januari 2018].
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKPayudara.pdf. [diakses tanggal
8 Januari 2018].
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Situasi Penyakit Kanker.
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ah
UKEwj11KP54dHYAhVEro8KHSwAB-UQFggoMAA&url=http%3A
%2F%2Fwww.depkes.go.id%2Fdownload.php%3Ffile%3Ddownload
%2Fpusdatin%2Fbuletin%2Fbuletin-
kanker.pdf&usg=AOvVaw35Jb54sFMKwOES38rnotah. [diakses tanggal
12 Januari 2017].
Konsula Amarta Nusantara. (2016). Kanker Payudara.
https://www.konsula.com/blog/kanker-payudara/komplikasi-kanker-
payudara/. [diakses tanggal 9 Januari 2018].

37
Lusiana, Bidan. (2017). Patofisiologi dan Proses Terjadinya Sel-Sel Kanker
Payudara. https://bidanlusiana.com/kanker-payudara/patofisiologi-kanker-
payudara/. [diakses tanggal 9 Januari 2018].
Modern Cancer Hospital Guangzhou. (2015). Diagnosis Kanker Payudara.
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/breast-cancer-
diagnosis/. [diakses tanggal 9 Januari 2018].
Moorhead, Sue., Marion Johnson., Meridean L. Maas., Elizabeth Swanson. 2013.
Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Mosby,
Elsevier Inc. Terjemahan oleh Nurjannah, Intansari., Roxsana Devi
Tumanggor. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi Ke-5.
Indonesia: CV Mocomedia.
Pandik. (2018). Laporan Pendahuluan Ca Mamae (Carsinoma Mamae) / Kanker
Payudara.
https://www.academia.edu/14732106/LAPORAN_PENDAHULUAN_CA
_MAMMAE_CARSINOMA_MAMMAE_KANKER_PAYUDARA?
auto=download. [diakses tanggal 8 Januari 2018].
Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M. (1995). Buku 1 Patofisiologi “Kosep Klinis
Proses-Proses Penyakit”, edisi : 4. Jakarta : EGC.
Samiadi, Lika Aprilia. (2017). Komplikasi Pengobatan Kanker Payudara.
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/kanker-payudara/komplikasi-
pengobatan-kanker-payudara/. [diakses tanggal 9 Januari 2018].
Sjamsuhidayat, R dan De Jong W. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Syaiffudin. (2010). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi Untuk
Keperawatan & Kebidanan, Ed. 4. Jakarta : EGC.

38

Anda mungkin juga menyukai