KEPERAWATAN GERONTIK
oleh:
Kelompok 2/ E 2016
Siti Kholidah 162310101122
Siti Naylatul R 162310101240
Muhammad Sufyan A 162310101271
Ferian Andre D 162310101278
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penuaan Sistem Kardiovaskuler (Hipertensi) Pada Lansia” ini dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik. Penyusunan gagasan ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak.
Maka dari itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Hanny Rasni, M.Kep.. Selaku dosen pengampuh mata kuliah Keperawatan
Gerontik;
2. Dukungan dan doa kedua orang tua kami;
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
Kelompok 2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Menua (Aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Proses menua merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor
yang saling berkaitan. (Buku ajar Boedhi D.2015)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas. Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di
negara maju maupun negara berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan
angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan
angka harapan hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk
secara keseluruhan. Proses terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh
beberapa faktor, misalnya: peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan,
hingga kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik
(KEMENKES RI, 2017)
Transisi epidemiologi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran
pola penyakit, di mana terjadi peningkatan penyakit kronis degeneratif. Salah
satu penyakit kronik degeneratif yang ada kaitannya dengan faktor tersebut
adalah penyakit hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
140 mmHg dan tekanan darah diastolik ~ 90 mmHg. (jurnal 1)
Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau
26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara
berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Penyakit terbanyak pada
usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi.
dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan
63,8% pada usia ≥ 75 tahun (Infodatin Kemenkes RI,2016).
Menurut SKRT 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 14%
dengan kisaran 13,4-14,6%. Prevalensi hipertensi meningkat dengan
bertambahnya umur, pada kelompok umur 25- 34 tahun sebesar 7%, naik
menjadi 16 persen pada kelompok umur 35-44 tahun, pada kelompok umur
65 tahun atau lebih menjadi 29%. Prevalensi tersebut ~ada perempuan (16%)
lebih tinggi dibandingkan laki-laki (12%). (jurnal 1)
Faktor-faktor determinan terhadap terjadinya penyakit kronis termasuk
hipertensi adalah pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok,
minum alkohol, pola makan dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres
dan pencemaran lingkungan. (jurnal 1)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dalam penelitian ini
dirumuskan permasalahan “Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami Hipertensi?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1.1.1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami
Hipertensi.
1.1.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar hipertensi pada lansia
b. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
c. Mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan
d. Mengetahui asuhan keperawatan hipertensi pada lansia
e. Mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif untuk
mengurangi tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan
mengembangkan di bidang Ilmu Keperawatan khususnya dalam
merawat lansia hipertensi dengan terapi relaksasi otot progresif untuk
mengurangi tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai informasi tentang gejala klinis yang terjadi pada penderita
hipertensi, sehingga diharapkan mereka mampu menjaga keadaan
tubuhnya agar tetap terpelihara kesehatannnya dan mampu melakukan
terapi relaksasi otot progresif untuk mengurangi tekanan darah pada
lansia yang mengalami hipertensi secara mandiri.
1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan panduan kepada keluarga untuk dapat
memberikan perawatan yang baik dan optimal serta mengajarkan terapi
relaksasi otot progresif untuk mengurangi tekanan darah pada lansia
yang mengalami hipertensi dengan baik dan benar
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit
kardiovaskular. Ketika hipertensi dikombinasikan dengan diabetes atau
hiperlipidemia, risiko akan meningkat secara dramatis. Pencegahan primer dari
hipertensi esensial terdiri atas mepertahankan berat badan ideal, diet rendah
garam, pengurangan stress, dan aktivitas fisik secara teratur. Deteksi dini dan
penatalaksanaan hipertensi yang efektif penting untuk mencegah terjadinya
penyakit jantung hipertensif. (Stanley, 2006).
Hipertensi mencetuskan timbulnya plak aterosklerotik di arteri serebral
dan arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi arteri, cedera iskemik dan stroke
sebagai komplikasi jangka panjang (Yonata, 2016).
Optimal ≤ 120 ≤ 80
Normal ≥ 130 ≤ 85
Tingkat 1 (HT ringan) 140 – 159 90 – 99
Tingkat 2 (HT sedang) 160 – 179 100 – 109
Tingkat 3 (HT berat) ≥ 180 ≥ 110
Tingkat 4 (HT maligna) ≥ 210 ≥ 120
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kebutuhan metabolic
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system
pendukung yang tidak adekuat
6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Ny.T seorang wanita lansia (81 Tahun) yang menderita penyakit Hipertensi
sejak 2 tahun yang lalu. 2 minggu yang lalu pasien dibawa ke mantri untuk
dilakukan pemeriksaan karena pasien mengeluhkan nyeri, pusing di kepala dan
nyeri dibagian leher didapatkan hasil tekanan darah pasien mencapai 220/90
mmHg. Pasien mengatakan juga masih bisa berjalan dengan menggunakan alat
bantu berupa tongkat, meskipun demikian pasien tetap tidak bisa berjalan jauh.
Pasien hanya mampu berjalan sekitar ± 2 meter dengan langkah yang terseret-
seret dan pasien sering merasakan keletihan jika melakukan aktivitas seperti
masak, dan ambil wudhu’ dengan posisi yang terlalu lama bediri. hal tersebut
dipicu oleh faktor usia dan rasa nyeri yang dirasakan pasien pada kedua kakinya.
Keseharian pasien saat ini yakni tinggal seorang diri dan berusaha untuk
melakukan semua kebutuhan sehari-harinya sendiri seperti memasak, mencuci
dan menyapu. Anak-anak pasien tidak terlalu memperhatikan kondisi pasien
dikarenakan kesibukan masing-masing. Saat terjadi masalah pasien tertutup
tidak mau bercerita kepada keluarganya dikarenakan tidak ingin menjadi beban
bagi keluarganya. Didapatkan hasil pengukuran MMSE 20. Apgar Lansia 5.
SPMSQ 5.
I. Identitas Klien
Nama : Ny. T
Umur : 81 Tahun
Agama : Islam
1. Keluhan Utama: Pusing, Nyeri Leher, Nyeri kedua kaki pada daerah
Telapak dan Punggung kaki.
P : Tekanan darah yang tinggi
Q : Seperti ditusuk-tusuk dan berat
R : Leher bagian belakang dan daerah kaki khususnya Telapak dan
Punggung kaki
S : 6 (skala nyeri sedang)
T : Setiap hari. Pada bagian leher jika pasien kurang istirahat. Sedangkan
untuk daerah kaki pasien merasa nyeri setiap hari
- Kemandirian : mandiri
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
Fungsi dan keadaan indera : fungsi dan keadaan indera pasien semua
berjalan dengan baik, namun indera penglihatan pasien akhir-akhir ini
mengalami penurunan (Buram).
Peran Diri : Pasien masih bisa melakukan semua pekerjaan rumah tangga
dan menerima keadaannya yang sekarang hidup sendiri.
9. Pola peran & hubungan : Anak-anak pasien kurang mengerti dan menjaga
kondisi pasien karena terhalang kesibukan masing-masing.
11. System nilai & keyakinan : Pasien sangat taat untuk menjalankan
ibadahnya namun belum bisa menerima dengan kondisinya yang sekarang.
Keadaan umum: Pasien terlihat rapi dan bersih, kondisi tubuh dalam keadaan
sedang dan kaki pasien terlihat lemas. Pasien juga menggunakan alat bantu
berjalan seperti tongkat
Tanda vital:
1. Kepala
I : Sebaran rambut tidak merata, sebagian sudah memutih, tidak ada lesi
P : Tidak ada nyeri tekan
2. Mata
I : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, penurunan penglihatan
3. Telinga
I : Tidak ada serumen yang keluar ,Tidak ditemukan adanya penurunan
pendengaran
4. Hidung
I : Tidak terdapat pembengkakan (polip), tidak ada hambatan pernafasan
5. Mulut
I : Mukosa bibir normal, tidak terdapat sariawan, Gigi sudah mulai
berkurang, tidak ada lesi
6. Leher
I : Tidak ada kesulitan menelan, Tidak terdapat pembengkakan
P : Terdapat nyeri tekan dibagian belakang leher dan terasa kaku
7. Ekstremitas
Atas : Tidak terjadi gangguan
Bawah : Kedua kaki khususnya daerah telapak dan punggung kaki terasa
nyeri
DO :
1. Pasien saat ini menggunakan alat bantu
untuk berjalan berupa tongkat.
2. Umur pasien 81 tahun
3. TTV :
-
TD
: 170/90 mmHg
- Nadi : 85 X/mnt
- RR : 24 X/mnt
0
- Suhu : 36,5 C
1. ttv :
- Tekanan Darah : 170/90 mmHg Resistensi Pembuluh darah otak
- Nadi : 85 X/mnt
- Suhu : 36,5
Judul jurnal Effect Of Progressive Muscle Relaxation Exercise To decrease Blood Pressure For Patients With
Primary Hypertension
Menggunakan metode pretest dan postest dengan 15 pasien perempuan dengan rentang 34 – 59
Metodelogi tahun, dengan tekanan darah sistol >140 mmhg dan diastol >90 mmhg dan umur 60 – 70 tahun sistol
>160 mmhg dan diastol >90 mmhg. Responden diperoleh secara purposive sampling, namun
responden tidak mengambil obat antihipertensi dan belum mendapatkan latihan fisik. Kriteria
eksklusi adalah: kehadiran komorbiditas apapun (yaitu, diabetes, gagal jantung kronis, dll), angina
tidak stabil, infark miokard, chronicmetabolic, ortopedi, atau penyakit menular; pengobatan dengan
steroid, hormon, atau kemoterapi kanker. terapi relaksasi otot progresif dilakukan dengan
menegangkan dan relaksasi otot-otot di lengan, tangan, bahu, leher, wajah, perut, dan kaki selama 20
menit sehari selama 7 hari dan dua kali sehari. Tekanan darah subyek diukur dua kali oleh
spigmomanometer digital Omron Hem-7203. Data kemudian dianalisis dengan perangkat lunak
komputer menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk menentukan perbedaan tekanan darah
sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif.
4.2 Saran
1. Tenaga kesehatan
Diharapkan dengan adanya terapi relaksasi otot progresif ini dapat
berkontribusi bagi tenaga kesehatan dan menerapkan terapi alternatif ini
dalam pengobatan hipertensi, serta dapat memperhatikan kembali cara
penanganan pasien dengan hipertensi.
2. Mahasiswa
Relaksasi otot progresif ini dapat sebagai bahan pembelajaran serta
menjadi salah satu terapi alternatif atau komplementer di komunitas dalam
penatalaksaan hipertensi.
3. Masyarakat
Terapi ini dapat menjadi alternative sebagai terapi non farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah secara efisien dan efektif. Selain itu
masyarakat dapat menerapkan atau mencoba pengobatan alami sebagai
pilihan pengobatan hipertensi sebelum menggunakan obat-obatan medis.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G, et al. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC), 6 th Edition.
Singapure : ELSEVIER
Hedidmen dan Heather. 2018. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC
Herawati I.Azizah SN.2016.Effect Of Progressive Muscle Relaxation Exercise To
Decrease Blood Pressure For Patients With Primary
Hypertension.International Conference on Health and Well-Being
KEMENKES RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Pusat
Data dan Informasi Kesehatan
KEMENKES RI. 2017. Analisis Lansia Di Indonesia. Pusat Data dan Informasi
Kesehatan
Kumutha V.Aruna S.Poongodi R.2014.Effectiveness of Progressive Muscle
Relaxation Technique on Stress and Blood Pressure among Elderly with
Hypertension.IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-
JNHS).Volume 3, Issue 4
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.
Moor H, et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5 th Edition.
Singapure : ELSEVIER
Reginalis G.Prastiwi S.Mahaji P.2018.Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Hipertensi Pada Lansia di Kelurahan Tlogomas
Malang.Nursing News.Volume 3,Nomor 3.
Sarwanto.2008.prevalensi penyakit hipertensi penduduk di indonesia dan faktor
yang berisiko.puslitbang sistem dan kebijakan kesehatan.
Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:
EGC.
LAMPIRAN
Mini-Mental State Exam ( MMSE )
Nama (Initial) : Ny. T ( L / P)
Umur : 81 Tahun
Keterangan: Total 5
Selalu = 2,
Kadang-kadang = 1,
Hampir tidak pernah = 0
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Nama Pasien : Ny.T (L /P)
Umur : 81 Tahun
Jumlah
Jumlah
Benar : 5
Salah : 5 ( Fungsi intelektual kerusakan ringan)
Interpretasi
Salah 0-3 : Fungsi Intelektual Utuh
Salah 4-5 : Fungsi Intelektual Kerusakan Ringan
Salah 6-8 : Fungsi Intelektual Kerusakan Sedang
Salah 9-10 : Fungsi Intelektual Kerusakan Berat