Anda di halaman 1dari 39

PENUAAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA LANSIA

KEPERAWATAN GERONTIK

oleh:
Kelompok 2/ E 2016
Siti Kholidah 162310101122
Siti Naylatul R 162310101240
Muhammad Sufyan A 162310101271
Ferian Andre D 162310101278

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
JEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Penuaan Sistem Kardiovaskuler (Hipertensi) Pada Lansia” ini dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik. Penyusunan gagasan ini tentunya tidak lepas dari kontribusi berbagai
pihak.
Maka dari itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Hanny Rasni, M.Kep.. Selaku dosen pengampuh mata kuliah Keperawatan
Gerontik;
2. Dukungan dan doa kedua orang tua kami;
3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Penyusun

Kelompok 2
BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Menua (Aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Proses menua merupakan kombinasi dari bermacam-macam faktor
yang saling berkaitan. (Buku ajar Boedhi D.2015)
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun
2004, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas. Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat baik di
negara maju maupun negara berkembang, hal ini disebabkan oleh penurunan
angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian), serta peningkatan
angka harapan hidup (life expectancy), yang mengubah struktur penduduk
secara keseluruhan. Proses terjadinya penuaan penduduk dipengaruhi oleh
beberapa faktor, misalnya: peningkatan gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan,
hingga kemajuan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang semakin baik
(KEMENKES RI, 2017)
Transisi epidemiologi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran
pola penyakit, di mana terjadi peningkatan penyakit kronis degeneratif. Salah
satu penyakit kronik degeneratif yang ada kaitannya dengan faktor tersebut
adalah penyakit hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
140 mmHg dan tekanan darah diastolik ~ 90 mmHg. (jurnal 1)
Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau
26,4% orang di seluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara
berkembang, termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Penyakit terbanyak pada
usia lanjut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah hipertensi.
dengan prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan
63,8% pada usia ≥ 75 tahun (Infodatin Kemenkes RI,2016).
Menurut SKRT 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 14%
dengan kisaran 13,4-14,6%. Prevalensi hipertensi meningkat dengan
bertambahnya umur, pada kelompok umur 25- 34 tahun sebesar 7%, naik
menjadi 16 persen pada kelompok umur 35-44 tahun, pada kelompok umur
65 tahun atau lebih menjadi 29%. Prevalensi tersebut ~ada perempuan (16%)
lebih tinggi dibandingkan laki-laki (12%). (jurnal 1)
Faktor-faktor determinan terhadap terjadinya penyakit kronis termasuk
hipertensi adalah pola hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok,
minum alkohol, pola makan dan obesitas, aktivitas fisik yang kurang, stres
dan pencemaran lingkungan. (jurnal 1)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dalam penelitian ini
dirumuskan permasalahan “Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami Hipertensi?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1.1.1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia yang mengalami
Hipertensi.
1.1.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar hipertensi pada lansia
b. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
c. Mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan
d. Mengetahui asuhan keperawatan hipertensi pada lansia
e. Mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif untuk
mengurangi tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Dapat digunakan untuk menambah ilmu pengetahuan dan
mengembangkan di bidang Ilmu Keperawatan khususnya dalam
merawat lansia hipertensi dengan terapi relaksasi otot progresif untuk
mengurangi tekanan darah pada lansia yang mengalami hipertensi
1.4.2 Bagi Masyarakat
Sebagai informasi tentang gejala klinis yang terjadi pada penderita
hipertensi, sehingga diharapkan mereka mampu menjaga keadaan
tubuhnya agar tetap terpelihara kesehatannnya dan mampu melakukan
terapi relaksasi otot progresif untuk mengurangi tekanan darah pada
lansia yang mengalami hipertensi secara mandiri.
1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dapat memberikan panduan kepada keluarga untuk dapat
memberikan perawatan yang baik dan optimal serta mengajarkan terapi
relaksasi otot progresif untuk mengurangi tekanan darah pada lansia
yang mengalami hipertensi dengan baik dan benar
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit
kardiovaskular. Ketika hipertensi dikombinasikan dengan diabetes atau
hiperlipidemia, risiko akan meningkat secara dramatis. Pencegahan primer dari
hipertensi esensial terdiri atas mepertahankan berat badan ideal, diet rendah
garam, pengurangan stress, dan aktivitas fisik secara teratur. Deteksi dini dan
penatalaksanaan hipertensi yang efektif penting untuk mencegah terjadinya
penyakit jantung hipertensif. (Stanley, 2006).
Hipertensi mencetuskan timbulnya plak aterosklerotik di arteri serebral
dan arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi arteri, cedera iskemik dan stroke
sebagai komplikasi jangka panjang (Yonata, 2016).

2.1 Definisi Hipertensi


Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering
kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit
yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai
peringatan bagi korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2014).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diastolik maupun
sistolik secara hilang timbul atau menetap.Hipertensi dapat terjadi secara esensial
(primer atau idiopatik) dimana faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, atau
secara sekunder, akibat dari penyakit tertentu yang diderita. Hipertensi adalah
penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal.Hipertensi primer
terjadi sebesar 90 - 95 % kasus dan cenderung bertambah seiring dengan
bertambahnya waktu. (Robinson dan Saputra, 2014).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi
adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
2.2 Tanda dan Gejala Hipertensi
Menurut (Nurarif dan Kusuma 2013) Tanda-tanda dan gejala hipertensi
adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada gejala
Tekanan darah yang tinggi namun penderita tidak merasakan perubahan
kondisi tubuh, seringkali hal ini mengakibatkan banyak penderita hipertensi
mengabaikan kondisinya karena memang gejala yang tidak dirasakan
2. Gejala yang lazim
Gejala yang menyertai hipertensi adalah nyeri kepala dan kelelahan.
Beberapa pasien memerlukan pertolongan medis karena mereka mengeluh
sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah,
episktaksis, dan kesadaran menurun. Untuk hipertensi yang menaun dan
tergolong hipertensi berat, biasanya akan menimbulkan keluhan yang sangat
tampak yaitu : sakit kepala, kelelahan, mual muntah, sesak nafas, nafas
pendek (terengah-engah), gelisah, pandangan mata kabur dan berkunang-
kunang, emosional, telinga berdegung, sulit tidur, tengkuk terasa berat,
nyeri kepala bagian belakang dan di dada, otot lemah, terjadi pembengkakan
pada kaki dan pergelangan kaki, keringat berlebih, denyut jantung yang
kuat, cepat atau tidak teratur, impotensi, perdarahan di urine, bahkan
mimisan.
2.3 Etiologi Hipertensi pada Lansia
Penyebab peningkatan darah pada usia lanjut secara patofisiologik, selain dari
usia, genetik, pola makan, kegemukan, dan kurang aktifitas dapat sebagai akibat
dari.
1. Akibat kekakuan dinding arteri besar
2. Peningkatan konsentrasi renin
3. Asupan sodium terlalu tinggi
4. Kontrol sistem simpatis pada sirkulasi
5. Tanggapan tak seimbang antara reseptor α dan β
6. Efek perubahan ateromatous pada endotel vaskuler, yang berakibat pada
disfungsi endotel dan peningkatan resistensi perifer. (Buku ajar Boedhi D
2015).
2.4 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi menurut WHO
Kategori TD Sistolik TD Diastolik
(mmHg) (mmHg)

Optimal ≤ 120 ≤ 80
Normal ≥ 130 ≤ 85
Tingkat 1 (HT ringan) 140 – 159 90 – 99
Tingkat 2 (HT sedang) 160 – 179 100 – 109
Tingkat 3 (HT berat) ≥ 180 ≥ 110
Tingkat 4 (HT maligna) ≥ 210 ≥ 120

2.5 Komplikasi Hipertensi


Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang
berbahaya menurut (Iriyanto, 2014).
1. Payah Jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi jantung tidak
mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi
karena kerusakan otot jantung atau sistem listrik jantung.
2. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke, karena tekanan
darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah
lemah menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka
terjadi pendarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat
terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet dipembuluh yang
sudah menyempit.
3. Kerusakan Ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju
ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya
gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan
membuangnya kembali kedarah.
4. Kerusakan Penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,
sehingga mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur atau buta.
Pendarahan pada retina mengakibatkan pandangan menjadi kabur,
kerusakan organ mata dengan memeriksa fundus mata untuk menemukan
perubahan yang berkaitan dengan hipertensi yaitu retinopati pada
hipertensi. Kerusakan yang terjadi pada bagaian otak, jantung, ginjal dan
juga mata yang mengakibatkan penderita hipertensi mengalami kerusanan
organ mata yaitu pandangan menjadi kabur.

2.6 Pencegahan Hipertensi


1. Pemberian edukasi tentang hipertensi. Munculnya masalah kesehatan
seperti hipertensi tidak hanya disebabkan oleh kelalaian individu, namun
dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat sebagai akibat dari
kurangnya informasi tentang suatu penyakit. Rendahnya pengetahuan
tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat tentang hipertensi merupakan
penyebab utama tidak terkontrolnya tekanan darah, terutama pada pasien
hipertensi di Asia.
2. Modifikasi Gaya Hidup. Gaya hidup merupakan faktor penting yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat.Resiko seseorang untuk
mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara memeriksa tekanan
darah secara teratur; menjaga berat badan ideal, mengurangi konsumsi
garam; jangan merokok; berolahraga secara teratur; hidup secara teratur;
mengurangi stress, jangan terburu-buru, dan menghindari makanan
berlemak. Menjalankan pola hidup sehat setidaknya selama 4–6 bulan
terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan secara umum dapat
menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. (Miller, C.A, 2012)
3. Pencegahan Primer yaitu tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari;
kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak aktifitas fisik untuk
mengurangi berat badan; kurangi konsumsi alcohol; konsumsi minyak
ikan; suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darah
tapi kalsium juga cukup membantu.
4. Pencegahan Sekunder yaitu pola makanam yamg sehat; mengurangi garam
dan natrium di diet anda; fisik aktif; mengurangi Akohol intake; berhenti
merokok.
5. Pencegahan Tersier yaitu pengontrolan darah secara rutin; olahraga dengan
teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh.

2.7 Penatalaksanaan Hipertensi


1. Pengaturan diet
2. Perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat
3. Manajemen stres
4. Mengontrol kesehatan
5. Olahraga teratur
6. Manajemen pengobatan hipertensi
a. obat pertama yang diberikan sebaiknya adalah diuretika golongan
tiasid
b. apabila tekanan darah > 160 mmHg, biasanya diperlukan lebih dari 1
macam anti-hipertensi, dimana obat kombinasi ini sebaiknya termasuk
diuretika tiasid. (Buku ajar Boedhi D 2015).

2.8 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian secara umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama,
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental,
Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2. Riwayat atau adanya faktor Risiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3. Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4. Integritas Ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
5. Makanan dan Minuman
a. Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam,
tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam, kandungan
tinggi kalori.
b. Mual, muntah.
c. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6. Nyeri atau Ketidaknyamanan
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau
katup dan penyakit cerebro vaskuler.
b. Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eliminasi
a. Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atau riwayat penyakit ginjal. masa lalu
3. Neurosensori
a. Keluhan pusing.
b. Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
a. Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
b. Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
c. Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
d. Riwayat merokok

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
4. Nutrisi , perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kebutuhan metabolic
5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan system
pendukung yang tidak adekuat
6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kasus

Ny.T seorang wanita lansia (81 Tahun) yang menderita penyakit Hipertensi
sejak 2 tahun yang lalu. 2 minggu yang lalu pasien dibawa ke mantri untuk
dilakukan pemeriksaan karena pasien mengeluhkan nyeri, pusing di kepala dan
nyeri dibagian leher didapatkan hasil tekanan darah pasien mencapai 220/90
mmHg. Pasien mengatakan juga masih bisa berjalan dengan menggunakan alat
bantu berupa tongkat, meskipun demikian pasien tetap tidak bisa berjalan jauh.
Pasien hanya mampu berjalan sekitar ± 2 meter dengan langkah yang terseret-
seret dan pasien sering merasakan keletihan jika melakukan aktivitas seperti
masak, dan ambil wudhu’ dengan posisi yang terlalu lama bediri. hal tersebut
dipicu oleh faktor usia dan rasa nyeri yang dirasakan pasien pada kedua kakinya.
Keseharian pasien saat ini yakni tinggal seorang diri dan berusaha untuk
melakukan semua kebutuhan sehari-harinya sendiri seperti memasak, mencuci
dan menyapu. Anak-anak pasien tidak terlalu memperhatikan kondisi pasien
dikarenakan kesibukan masing-masing. Saat terjadi masalah pasien tertutup
tidak mau bercerita kepada keluarganya dikarenakan tidak ingin menjadi beban
bagi keluarganya. Didapatkan hasil pengukuran MMSE 20. Apgar Lansia 5.
SPMSQ 5.

I. Identitas Klien

Nama : Ny. T

Umur : 81 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pendidikan : Tidak Sekolah

Alamat : Jalan. Branjangan Kelurahan Bintaro Kecamatan Patrang

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


Status : Cerai Mati

Sumber Informasi: Pasien dan Keluarga

II. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama: Pusing, Nyeri Leher, Nyeri kedua kaki pada daerah
Telapak dan Punggung kaki.
P : Tekanan darah yang tinggi
Q : Seperti ditusuk-tusuk dan berat
R : Leher bagian belakang dan daerah kaki khususnya Telapak dan
Punggung kaki
S : 6 (skala nyeri sedang)
T : Setiap hari. Pada bagian leher jika pasien kurang istirahat. Sedangkan
untuk daerah kaki pasien merasa nyeri setiap hari

2. Riwayat penyakit sekarang: Pasien mengatakan jika setiap hari merasa


pusing dan nyeri pada lehernya, sehingga lehernya sulit untuk digerakkan.
Pasien juga mengatakan jika setiap malam rasa nyeri dirasakan di kedua
telapak dan punggung kakinya.

3. Riwayat kesehatan terdahulu:


a. Penyakit yang pernah dialami: Gastroenteritis (Muntaber), Asam Urat
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll): Pasien tidak memiliki alergi obat,
makanan ataupun plester dll
c. Imunisasi: Tidak terkaji dikarenakan pasien tidak ingat tentang riwayat
imunisasinya
d.Kebiasaan/pola hidup/life style: Pasien sepanjang hari hanya melakukan
pekerjaan rumah yang dirasa mampu dan sudah 1 tahun terakhir ini
berhenti mengikuti acara-acara yang diselenggarakan oleh ibu-ibu sekitar,
dikarenakan sudah tidak mampu berjalan dan sering mengeluh pusing.
e. Obat-obat yang digunakan: Captopril
4. Riwayat penyakit keluarga: Tidak terkaji dikarenakan pasien tidak ingat
tentang riwayat penyakit keluarganya.
Genogram:

III. Pengkajian Keperawatan

1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan


Pasien mengatakan jika saat ini sudah menghindari makanan-makanan
yang bisa membuat tekanan darahnya tinggi, dan pasien juga tidak terlalu
memikirkan kondisinya dikarenakan jika pasien mempunyai masalah
sedikit saja maka kepalanya akan terasa pusing dan sakit. Dan ketika
pasien merasa sakit, namun pasien tidak langsung meminta anaknya untuk
mengantarkannya ke mantri terdekat karena tidak ingin menjadi beban
untuk anak-anaknya.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
- Frekuensi : 3x sehari
- Jenis : Nasi, sayur dan Tahu Tempe
- Jumlah: Sedikit
2
BMI : BB/TB
: 2
38/(1,42)
:
18,9 (Berat badan normal)
3. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : 4-5 x sehari
- Jumlah : Normal
- Warna : Kuning
- Bau : Amoniak
- Karakter : Jernih
- Alat Bantu : Tidak ada

- Kemandirian : Mandiri namun pasien terkadang tidak bisa


mengontrol BAK nya.
BAB
- Frekuensi : 1x sehari
- Jumlah : Normal
- Warna : Normal
- Bau : Khas
- Karakter : Padat
- Alat Bantu : Tidak ada

- Kemandirian : mandiri

4. Pola aktivitas & latihan


Pasien saat ini kegiatan sehari-hari yang dilakukannya hanya memasak,
mencuci dan menyapu meskipun demikian, hal ini dilakukan ketika pasien
merasa mampu saja.

Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting √

Berpakaian √
Berpindah √

Ambulasi / ROM √

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:


dibantu alat, 4: mandiri

5. Pola tidur & istirahat


Durasi : ± 8 jam
Gangguan tidur : Rasa nyeri pada leher bagian belakang dan nyeri di
kedua kaki
Keadaan bangun tidur : Kurang nyenyak dikarenakan nyeri yang dirasakan

6. Pola kognitif & perceptual


Fungsi Kognitif dan Memori : fungsi kognitif pasien masih normal, ketika
berbicara jelas dan tidak cadel. Namun, daya ingat pasien mulai
mengalami penurunan.

Fungsi dan keadaan indera : fungsi dan keadaan indera pasien semua
berjalan dengan baik, namun indera penglihatan pasien akhir-akhir ini
mengalami penurunan (Buram).

7. Pola persepsi diri


Gambaran diri : Pasien mengatakan mengapa disaat berumur tua ini sakit
yang dideritanya tidak sembuh-sembuh hanya membebani dirinya.

Peran Diri : Pasien masih bisa melakukan semua pekerjaan rumah tangga
dan menerima keadaannya yang sekarang hidup sendiri.

8. Pola seksualitas & reproduksi


Pola seksualitas : Pasien telah hidup sendiri selama 15 tahun
Fungsi reproduksi : Pasien menopause sejak umur 55 tahun

9. Pola peran & hubungan : Anak-anak pasien kurang mengerti dan menjaga
kondisi pasien karena terhalang kesibukan masing-masing.

10. Pola manajemen koping-stress : Pasien menyikapi penyakitnya dengan


cara tidak memberitahukan apapun yang terjadi kepada anak-anaknya.

11. System nilai & keyakinan : Pasien sangat taat untuk menjalankan
ibadahnya namun belum bisa menerima dengan kondisinya yang sekarang.

IV. Pemeriksaan Fisik (PENDEKATAN SISTEMATIS: INSPEKSI,


PERKUSI, PALPASI AUSKULTASI)

Keadaan umum: Pasien terlihat rapi dan bersih, kondisi tubuh dalam keadaan
sedang dan kaki pasien terlihat lemas. Pasien juga menggunakan alat bantu
berjalan seperti tongkat

Tanda vital:

- Tekanan Darah : 170/90 mmHg


- Nadi : 85 X/mnt
- RR : 24 X/mnt
- Suhu : 36,5

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)

1. Kepala
I : Sebaran rambut tidak merata, sebagian sudah memutih, tidak ada lesi
P : Tidak ada nyeri tekan

2. Mata
I : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, penurunan penglihatan
3. Telinga
I : Tidak ada serumen yang keluar ,Tidak ditemukan adanya penurunan
pendengaran

4. Hidung
I : Tidak terdapat pembengkakan (polip), tidak ada hambatan pernafasan

5. Mulut
I : Mukosa bibir normal, tidak terdapat sariawan, Gigi sudah mulai
berkurang, tidak ada lesi

6. Leher
I : Tidak ada kesulitan menelan, Tidak terdapat pembengkakan
P : Terdapat nyeri tekan dibagian belakang leher dan terasa kaku

7. Ekstremitas
Atas : Tidak terjadi gangguan
Bawah : Kedua kaki khususnya daerah telapak dan punggung kaki terasa
nyeri

8. Kulit dan kuku Kulit


: Keriput Kuku :
Sedikit hitam
V. ANALISA DATA
NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH Paraf
&
Nama

1.DS : Hipertensi Sindrom Lansia Lemah ₯


1. Ny. T mengatakan sering mengalami
nyeri di kepala, nyeri dan kaku dibagian Penurunan Kekuatan Otot
bahu
2. Pasien mengatakan jika kesulitan untuk Intoleransi Aktivitas
berjalan karena nyeri di bagian kaki
3. Pasien mengatakan kelelahan ketika Keletihan
berjalan. Dan hanya mampu berjalan sekitar
2 meter. Sindrom Lansia Lemah

4. Pasien mengatakan jika sedang memiliki


masalah tidak ingin bercerita kepada
siapapun.

DO :
1. Pasien saat ini menggunakan alat bantu
untuk berjalan berupa tongkat.
2. Umur pasien 81 tahun
3. TTV :
-

TD

: 170/90 mmHg
- Nadi : 85 X/mnt
- RR : 24 X/mnt
0
- Suhu : 36,5 C

2. DS : Usia Nyeri Kronis ₯


1. Ny. T mengatakan sering mengalami
nyeri dikepala, nyeri dan kaku di bagian Elastisitas Arteriosklerosis
bahu.
2. Pasien mengatakan jika nyeri yang Hipertensi
dirasakan sejak 2 tahun yang lalu.
Kerusakan Vaskuler pembuluh darah
DO : Ganguan sirkulasi

1. ttv :
- Tekanan Darah : 170/90 mmHg Resistensi Pembuluh darah otak
- Nadi : 85 X/mnt

- RR : 24 X/mnt Nyeri Kronis

- Suhu : 36,5

2. Terdapat nyeri tekan dibagian belakang


leher dan terasa kaku dan berat

P : Tekanan darah yang tinggi


Q : Seperti kaku dan berat
R : Leher bagian belakang
S : 6 (skala nyeri sedang)
T : Setiap hari. Pada bagian leher jika pasien
kurang istirahat.
DS : Nyeri Ketidakefektifan Koping ₯
- Pasien mengatakan mengapa disaat
berumur tua ini sakit yang dideritanya Kelemahan Fisik
tidak sembuh-sembuh hanya
membebani dirinya. Tidak mampu mengatasi masalah
- Pasien menyikapi penyakitnya dengan
cara tidak memberitahukan apapun Kurangnya dukungan sosial
yang terjadi kepada anak-anaknya.
DO : Ketidakefektifan koping

- Anak-anak pasien kurang mengerti dan


menjaga kondisi pasien karena
terhalang kesibukan masing-masing.
- Pasien hidup sendiri dan tidak bersama
anak-anaknya.
VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Sindrom Lansia Lemah b.d Penyakit Kronis (Hipertensi) d.d Pasien mengalami kesulitan berjalan sehingga harus menggunakan tongkat
dan Pasien tidak memiliki tempat bercerita tentang keluh kesahnya.
2. Nyeri akut b.d Hipertensi d.d nyeri dan pusing di kepala, nyeri dan kaku di bahu
3. Ketidakefektifan Koping berhubungan dengan kurang dukungan social d.d keluarga kurang mengetahui keadaan pasien
VII. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Hari/ Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional Nama
tanggal Keperawatan dan
/jam Paraf

1. Selasa/ Sindrom Tujuan : 1. Bantu Perawatan diri Pasien 1. Agar pasien ₯


19 Lansia Lemah Setelah dilakukan asuhan 2. Ajarkan Relaksasi otot progresif mengetahui cara
Maret keperawatan pada lansia. 3. Terapi latihan peregangan otot perawatan secara
2019/ Diharapkan masalah sindrom 4. Peningkatan keterlibatan mandiri
15.00 lansia lemah teratasi dengan keluarga 2. Agar nyeri di bahu
kriteria hasil : 5. dukungan spiritual pasien berkurang
1. Berpartisipasi dalam latihan 3. Sehingga otot-otot
2.Menunjukan penurunan gejala- pasien lebih rileks
gejala Intoleransi aktivitas 4. Sehingga pasien
3. Dapat melakukan aktivitas lebih merasa
sehari-hari dianggap oleh
4. Rasa kelelahan yang keluarganya
berkurang 5. Agar pasien lebih
5. Timbulnya rasa dimengerti merasa diterima oleh
oleh orang lain orang lain.

2. Selasa/ Nyeri Kronis Tujuan: Manajemen Nyeri 1. Mengetahui ₯


19 Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan pengkajian nyeri karakterisitk dari
Maret keperawatan selama 3x24 jam komperehensif yang meliputi nyeri pasien
2019/ klien dapat mengurangi nyeri. lokasi, karakteristik, onset/durasi, 2.Menghindari faktor
15.30 frekuensi, kualitas, intensitas atau yang data
Kriteria Hasil : beratnya nyeri dan faktor pencetus menyebabkaan
Kontrol nyeri : 2. Kendalikan faktor pasien tidak
1. Pasien mengenali kapan lingkungan yang dapat nyaman
nyeri terjadi (4) mempengaruhi respon pasien 3.Mengurangi faktor
2. Dapat menggunakan terhadap kenyamanan yang dapat
analgesik yang 3. Kurangi atau eleminasi mengkibatkan nyeri
direkomendasikan (4) faktor- faktor yang dapat pada pasien
3. Pasien dapat melaporkan mencetuskan atau meingkatakan 4.Pasien mengetahui
perubahan terhadap nyeri cara untuk dapat
gejala nyeri 4. Ajarkan prinsik-prinsip mengendalikan
4. Nyeri dpat terkontrol manajemen nyeri nyerinya sendiri
oleh pasien (4) 5. Dorong pasien untuk 5.mendukung pasien
5. Memberikan pilihan- memonitor nyeri dan menaganni untuk memonitor
pilihan untuk manajamen nyerinya dengan cepat nyeri
nyeri kepada pasien (4) 6. Pilih dan implementasikan 6.Mengetahui
tindakan yang beragam (misalnya pemberian
farmakologi, nonfarmakologi, farmakologi pada
interpersonal) untuk memfasilitasi pasien
penurunan nyeri, sesuai dengan 7.Agar pola tidur
kebutuhan pasien adekuat
7. Dukung istirahat atau tidur yang membantu
yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
penurunan nyeri. 8. Mengurangi skala
8. Pastikan pemberian nyeri 8 untuk
analgesik dan atau strategi non pemberian
farmakologi sebelum dilakukan analgesik
prosedur yang menimbulkan nyeri.

3 Selasa/ Ketidakefektif Tujuan: Konseling : 1. memberikan ₯


19 an Koping Setelah dilakukan asuhan 1. menjelaskan tentang konseling penjelasan tentang
Maret keperawatan 3x24 jam pasien 2. tunjukan empati, kehangatan, konseling sebelum
2019/ dapat menyelesaikan masalah ketulusan memulai konseling
16.00 Kriteria Hasil: 3. gunakan teknik relaksasi dan agar pasien bisa
1. mengidentifikas koping yang klarifikasi untuk memfasilitasi mengetahui tahap-
efektif ekspresi yang menjadi perhatian tahap yang ada dalam
2. menggunakan koping yang 4.libatkankeluargadalam terapi konseling
efektif konseling tersebut
3. menggunakan dukungan social 2. memberikan
yang ada empati, kehangatan
dan ketulusan adalah
awal untuk
memberikan
kepercayaan pada
pasien.
3. teknik relaksasi
diberikan untuk
membuat pasien
merasa nyaman sat
melakukan terapi.
4. keluarga adalah
aspek terenting untuk
tindakan seterusnya
agar hubungan pasien
dan keluarga lebih
dekat dan saling
peduli.

3.2 ANALISIS JURNAL


Nama jurnal, edisi/volume, Internasional Conference on Health and Well-Being (ICHWB) 2016
nomor dan tahun

Judul jurnal Effect Of Progressive Muscle Relaxation Exercise To decrease Blood Pressure For Patients With
Primary Hypertension

Penulis Jurnal Isnaini Herawati , Siti Nur Azizah


Tujuan Penelitian Untuk membuktikan bahwa latihan otot progresif dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada
pasien pada rentan umur 34 – 70 tahun.

Menggunakan metode pretest dan postest dengan 15 pasien perempuan dengan rentang 34 – 59
Metodelogi tahun, dengan tekanan darah sistol >140 mmhg dan diastol >90 mmhg dan umur 60 – 70 tahun sistol
>160 mmhg dan diastol >90 mmhg. Responden diperoleh secara purposive sampling, namun
responden tidak mengambil obat antihipertensi dan belum mendapatkan latihan fisik. Kriteria
eksklusi adalah: kehadiran komorbiditas apapun (yaitu, diabetes, gagal jantung kronis, dll), angina
tidak stabil, infark miokard, chronicmetabolic, ortopedi, atau penyakit menular; pengobatan dengan
steroid, hormon, atau kemoterapi kanker. terapi relaksasi otot progresif dilakukan dengan
menegangkan dan relaksasi otot-otot di lengan, tangan, bahu, leher, wajah, perut, dan kaki selama 20
menit sehari selama 7 hari dan dua kali sehari. Tekanan darah subyek diukur dua kali oleh
spigmomanometer digital Omron Hem-7203. Data kemudian dianalisis dengan perangkat lunak
komputer menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test untuk menentukan perbedaan tekanan darah
sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif.

Hasil dan Pembahasan


uji Wilcoxon dengan SPSS untuk nilai-nilai tekanan darah sistolik diperoleh p = 0,008, yang berarti bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistolik pada pre-test dan post test. Hal ini menunjukkan
bahwa otot progresif latihan relaksasi mempengaruhi penurunan tekanan darah sistolik pada pasien dengan
hipertensi primer. Untuk hasil tekanan darah diastolik, diperoleh p = 0,077, yang berarti tidak ada pengaruh
otot progresif latihan relaksasi dalam menurunkan tekanan darah diastolik pada pasien dengan hipertensi
primer
kita sebagai seorag perawat dapat menerapkan terapi otot progresif ini pada pasien hipertensi dengan
Implikasi Keperawatan tujuan dapat menurunkan tekadan darah secara perlahan tanpa bantuan farmakologi dan pasien
dewasa hingga lansia bisa menggunakan terapi ini.
Jurnal Pendukung
1. Dalam Jurnal “Effectiveness of Progressive Muscle Relaxation Technique on
Stress and Blood Pressure Among Elderly with Hypertension” oleh kumutha V.
Dr.Aruna S. Poongodi R. Didapatkan hasil bahwa Relaksasi Otot Progresif
menjadi metode yang efektif untuk mengurangi stres dan tekanan darah di
kalangan lansia dengan penyakit hipertensi. Dengan metode studi atau penelitian
ini dilakukan kepada lansia yang terpilih dengan kelompok usia 60-70 tahun yang
mengalami hipertensi. Kelompok studi (n = 30) menunjukkan teknik relaksasi otot
progresif selama 20 menit selama 21 hari. Kelompok kontrol mengikuti kegiatan
rutin. Data dikumpulkan pada empat fase: Survei (pretest), demonstrasi PMR,
praktik PMR selama 21 hari, posttest pada hari ke-22 setelah intervensi. Selama
posttest, stres dan tekanan darah diukur.

2. Dalam Jurnal “Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan


Hipertensi pada Lansia di Kelurahan Tlogomas Malang” oleh Gaudensius
Reginalis Leu.Swito Prastiwi.Ronasari Mahaji Putri. Didapatkan hasil bahwa
dengan relaksasi otot progresif terbukti tekanan darah pada penderita hipertensi
dapat menurun. Penelitian lain oleh Patel, dkk (2012) juga menunjukkan adanya
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi essensial dengan dilakukannya
relaksasi otot progresif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang
dengan risiko hipertensi, tekanan darahnya dapat distabilkan dengan melakukan
relaksasi otot. Dengan metode penelitian ini menggunakan metode experimental.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di RW 05 sebanyak 50 lansia
dan semua lansia di RW 06 sebanyak 40 lansia yang mengalami hipertensi dan
teknik sampel yang digunakan adalah teknik simple random sampling sebanyak
20 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Dilakukan
pre-test Tekanan Darah sebelum terapi relaksasi otot progresif dan post-test
setelah terapi relaksasi otot progresif
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya
penyakit kardiovaskular. Ketika hipertensi dikombinasikan dengan
diabetes atau hiperlipidemia, risiko akan meningkat secara dramatis.
Pencegahan primer dari hipertensi esensial terdiri atas mepertahankan
berat badan ideal, diet rendah garam, pengurangan stress, dan aktivitas
fisik secara teratur. Deteksi dini dan penatalaksanaan hipertensi yang
efektif penting untuk mencegah terjadinya penyakit jantung hipertensi.
Relaksasi progresif adalah satu cara dari teknik relaksasi yang
mengkombinasikan latihan nafas dalam dan serangkaian seri kontraksi dan
relaksasi otot tertentu. Dimana latihan otot progresif ini mampu
menurukan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.

4.2 Saran
1. Tenaga kesehatan
Diharapkan dengan adanya terapi relaksasi otot progresif ini dapat
berkontribusi bagi tenaga kesehatan dan menerapkan terapi alternatif ini
dalam pengobatan hipertensi, serta dapat memperhatikan kembali cara
penanganan pasien dengan hipertensi.
2. Mahasiswa
Relaksasi otot progresif ini dapat sebagai bahan pembelajaran serta
menjadi salah satu terapi alternatif atau komplementer di komunitas dalam
penatalaksaan hipertensi.
3. Masyarakat
Terapi ini dapat menjadi alternative sebagai terapi non farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah secara efisien dan efektif. Selain itu
masyarakat dapat menerapkan atau mencoba pengobatan alami sebagai
pilihan pengobatan hipertensi sebelum menggunakan obat-obatan medis.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G, et al. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC), 6 th Edition.
Singapure : ELSEVIER
Hedidmen dan Heather. 2018. NANDA-1 Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC
Herawati I.Azizah SN.2016.Effect Of Progressive Muscle Relaxation Exercise To
Decrease Blood Pressure For Patients With Primary
Hypertension.International Conference on Health and Well-Being
KEMENKES RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Pusat
Data dan Informasi Kesehatan
KEMENKES RI. 2017. Analisis Lansia Di Indonesia. Pusat Data dan Informasi
Kesehatan
Kumutha V.Aruna S.Poongodi R.2014.Effectiveness of Progressive Muscle
Relaxation Technique on Stress and Blood Pressure among Elderly with
Hypertension.IOSR Journal of Nursing and Health Science (IOSR-
JNHS).Volume 3, Issue 4
Miller, C.A. (2012). Nursing for wellness in older adults: theory and practice.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.
Moor H, et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), 5 th Edition.
Singapure : ELSEVIER
Reginalis G.Prastiwi S.Mahaji P.2018.Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Hipertensi Pada Lansia di Kelurahan Tlogomas
Malang.Nursing News.Volume 3,Nomor 3.
Sarwanto.2008.prevalensi penyakit hipertensi penduduk di indonesia dan faktor
yang berisiko.puslitbang sistem dan kebijakan kesehatan.
Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:
EGC.
LAMPIRAN
Mini-Mental State Exam ( MMSE )
Nama (Initial) : Ny. T ( L / P)
Umur : 81 Tahun

No. Aspek Nilai Nilai Kriteria


kognitif Maksimal Klien

1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar :


1. Tahun
2. Musim
3. Tanggal
4. Hari
5. Bulan

2 Orientasi 5 7 Dimana sekarang kita berada ?


Registrasi 1. Negara
2. Propinsi
3. Kabupaten
3 4. Kecamatan
5. Desa
Sebutkan tiga nama Objek
(Kursi , Meja, Kertas)
kemudian ditanyakan kepada
Klien ,menjawab ;
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas

3 Perhatian 5 2 Meminta Klien berhitung dari


dan Kalkulasi 100, kemudian dikurangi 7
sampai lima tingkat
o 100, 93, 86 , ..
4 Mengingat 3 3 Meminta klien untuk
mengulangi 3 objek pada Poin 2
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas

5 Bahasa 9 5 Menanyakan kepada klien


tentang benda (Sambil
menunjuk benda tersebut)
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk
mengulangi kata berikut “tak
ada jika , dan ,atau ,tetapi”
Klien menjawab _ “dan , atau ,
tetapi”.
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri dari
tiga langkah :
“Ambil bulpoint di tangan
anda, ambil kertas , menulis
saya mau tidur”.
1. Ambil bolpen
2. Ambil kertas
3. ..
Perintahkan Klien untuk hal
berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1 point)
“Tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk
menulis kalimat atau menyalin
gambar
Total 30 20
Skor Nilai 24-30 : Normal

Nilai 17-23 : Probable Gangguan Kognitif


Nilai 0-16 : Definitif Gangguan Kognitif
Apgar Keluarga Dengan Lansia
Skrining untuk melengkapi pengkajian fungsi sosial
Suatu Alat Skrining Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi
Sosial Lansia
Nama klien : Ny. T
Jeniskelamin : Perempuan Umur : 81 tahun
Agama : Islam Suku : Madura
Alamat : Jln. Branjangan-Bintoro Patrang

No Uraian Fungsi Skor


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu Adaptation 1
pada waktu sesuatu menyusahkan saya

2 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)


saya membicarakan sesuatu dengan saya dan Partneship 0
mengungkapkan masalah dengan saya

3 Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya


menerima dan mendukung keinginan saya untuk Growth 1
melakukan aktivitas atau arah baru

4 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)


saya mengekspresikan afek dan berespon Affection 2
terhadap emosi-emosi saya seperti marah, sedih
atau mencintai

5 Saya puas dengan cara teman-teman saya dan Resolve


saya menyediakan waktu bersama-sama 1

Keterangan: Total 5
Selalu = 2,
Kadang-kadang = 1,
Hampir tidak pernah = 0
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Nama Pasien : Ny.T (L /P)
Umur : 81 Tahun

Benar Salah Nomor Pertanyaan

√ 1 Tanggal berapa hari ini ?


√ 2 Hari apa sekarang ?
√ 3 Apa nama tempat ini ?
√ 4 Dimana alamat anda ?
√ 5 Berapa umur anda ?
√ 6 Kapan anda lahir ?
√ 7 Siapa Presiden Indonesia ?
√ 8 Siapa nama Presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 9 Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka yang baru , semua secara
menurun.

Jumlah

Jumlah
Benar : 5
Salah : 5 ( Fungsi intelektual kerusakan ringan)
Interpretasi
Salah 0-3 : Fungsi Intelektual Utuh
Salah 4-5 : Fungsi Intelektual Kerusakan Ringan
Salah 6-8 : Fungsi Intelektual Kerusakan Sedang
Salah 9-10 : Fungsi Intelektual Kerusakan Berat

Anda mungkin juga menyukai