Anda di halaman 1dari 25

MATEMATIKA

Ketentuan dan Sifat-Sifat


KETENTUAN
aP = a . a . a . a . . . . . . . . . . . . . . . . . sampai p faktor
(a dinamakan bilangan pokok, p dinamakan pangkat atau eksponen)

SIFAT-SIFAT

1. ap . aq = ap + q 5. a0 = 1
2. ap . aq = ap - q 6. a - p = 1/ap

3. (ap)q = apq 7. am/n = n(am)


4. (a.b) = a . b
p p p

contoh:
1. 3pq+q . 32p)/(3pq+p . 32q) = (3pq+q+2p)/(3pq+p+2q) = 3p-q

2. (0,0001)-1 0,04 = (10-4)-1(0,2) = (104)(0,2) = 2000

3. (0,5)2 + 1/532 + 30,125 = 0,25 + 1/2 + 0,5 = 1,25


[ket : 32 = 25 ; 0,125 = (0,5)3 ]

4. Apabila p = 16 dan q = 27, maka

2p-1/2 - 3p0 + q4/3 = 2(24)-1/2 - 3(24)0 + (33)4/3


= 2(2-2) - 3(1) + 34 = 2-1 -3(1) + 81
= 1/2 - 3 + 81 = 78 1/2

Persamaan Eksponen
Adalah persamaan yang didalamnya terdapat pangkat yang berbentuk fungsi
dalam x (x sebagai peubah).
[Ket. : Usahakan setiap bilangan pokok ditulis sebagai bilangan berpangkat dengan
bilangan dasar 2, 3, 5, 7, dst].

BENTUK-BENTUK
A. af(x) = ag(x)  f(x) = g(x)

 Samakan bilangan pokoknya sehingga pangkatnya dapat disamakan.


contoh :
2 SUKU  SUKU DI RUAS KANAN, 1 SUKU DI RUAS KIRI
1. 82x-3) = (32x+1)1/4
(2 )
3 (2x-3)1/2
= (25)(x+1)1/4
2 (6x-9)/2
= 2(5x-5)/4
(6x-9)/2 = (5x-5)/4
24x-36 = 10x+10
14x = 46
x = 46/14 = 23/7

2. 3x²-3x+2 + 3x²-3x = 10
3².3 x²-3x
+3x²-3x = 10
9. 3x²-3x
+ 3x²-3x = 10
10. 3 x²-3x
= 10
3x² - 3x = 30
x² - 3x = 0
x(x-3) = 0
x1 = 0 ; x2 = 3
3 SUKU  GUNAKAN PEMISALAN
1. 22x + 2 - 2 x+2 + 1 = 0
22.22x - 22.2x + 1 = 0
Misalkan : 2x = p
22x = (2x)² = p²
4p² -4p + 1 = 0
(2p-1)² = 0
2p - 1 = 0
p =1/2
2x = 2-1
x = -1

2. 3x + 33-x - 28 = 10
3x + 33/3x - 28 = 10
misal : 3x = p
p + 27/p - 28 = 0
p² - 28p + 27 = 0
(p-1)(p-27) = 0
p1 = 1  3x = 30
x1 = 0
p2 = 27  3x = 33
x2 = 3

B. af(x) = bf(x) f(x) = 0


Bilangan pokok berbeda, pangkat sama. Pangkatnya = 0.
Contoh:
1. 3x²-x-2 = 7x²-x-2
x² - x -2 = 0
(x-2)(x+1) = 0
x1 = 2 ; x2 = -1
C. af(x) = bf(x)  f(x) log a = g(x) log b
Bilangan pokok berbeda, pangkat berbeda. Diselesaikan dengan menggunakan logaritma.
Contoh:
1. 4x-1 = 3x+1
(x-1)log4 = (x+1)log3
xlog4 - log4 = x log 3 + log 3
x log 4 - x log 3 = log 3 + log 4
x (log4 - log3) = log 12
x log 4/3 = log 12
x log 4/3 = log 12
x = log 12/ log 4/3 = 4/3 log 12
D. f(x) g(x)
= f(x) h(x)

Bilangan pokok (dalam fungsi) sama, pangkat berbeda.Tinjau beberapa


kemungkinan.
1. Pangkat sama g(x) = h(x)

2. Bilangan pokok f(x) = 1 ket: 1g(x) = 1h(x) = 1

3. Bilangan pokok f(x) = -1


Dengan syarat, setelah nilai x didapat dari f(x)=-1 , maka nilai
pangkatnya yaitu g(x) dan h(x) kedua-duanya harus genap atau kedua-duanya
harus ganjil.

ket :
g(x) dan h(x) Genap : (-1)g(x) = (-1)h(x) = 1
g(x) dan h(x) Ganjil : (-1)g(x) = (-1)h(x) = -1

4. Bilangan pokok f(x) = 0


Dengan syarat, setelah nilai x didapat dari f(x) = 0, maka nilai pangkatnya
yaitu g(x) dan h(x) kedua-duanya harus positif.

ket : g(x) dan h(x) positif  0g(x) = 0h(x) = 0


Contoh:
(x² + 5x + 5)3x-2 = (x² + 5x + 5)2x+3
1. Pangkat sama
3x - 2 = 2x + 3  x1 = 5

2. Bilangan pokok = 1
x² + 5x + 5 = 1
x² + 5x + 4 = 0 (x-1)(x-4) = 0 x2 = 1 ; x3 = 4

3. Bilangan pokok = -1
x² - 5x + 5 = -1
x² - 5x + 6 = 0 (x-2)(x-3) = 0 x = 1 ; x = 4

g(2) = 4 ; h(2) = 7 ; x=2 tak memenuhi karena (-1)4  (-1)7


g(3) = 7 ; h(3) = 9 ; x4 = 3 memenuhi karena (-1)7 = (-1)9 = -1

4. Bilangan pokok = 0
x² - 5x + 5 = 0  x5,6 = (5 ± 5)/2

kedua-duanya memenuhi syarat, karena :


g(2 1/2 ± 1/2 5) > 0
h(2 1/2 ± 1/2 5) > 0

Harga x yang memenuhi persamaan diatas adalah :


HP : { x | x = 5,1,4,3,2 1/2 ± 1/2 5}
Pertidaksamaan Eksponen
Bilangan Pokok a > 0  1

Tanda Pertidaksamaan tetap/berubah tergantung nilai bilangan pokoknya

a>1 0<a<1

af(x) > ag(x)  f(x) > g(x) af(x) > ag(x)  f(x) < g(x)
af(x) < ag(x) f(x) < g(x) af(x) < ag(x)  f(x) > g(x)
(tanda tetap) (tanda berubah)

Catatan: Untuk memudahkan mengingat, bilangan pokok 0 < a < 1 diubah saja menjadi
a = 1.
Misal : 1/8 = (1/2)3 = 2-3
Contoh:
1. (1/2)2x-5 < (1/4)(1/2x+1)
(1/2) 2x-5
< (1/2)2(1/2x+1)
Tanda berubah (0 < a < 1)

2x - 5 > x +2
x>7

2. 32x - 4.3x+1 + 27 > 0


(3 )² - 4.31.3x + 27 > 0
x

misal : 3x = p
p² -12p + 27 > 0
(p - 9)(p - 3) > 0

p < 1 atau p > 9


3x < 31 3x > 3²
x < 1 atau x > 2
BATASAN
Logaritma bilangan b dengan bilangan pokok a sama dengan c yang memangkatkan a
sehingga menjadi b.
a
log b = c ac = b mencari pangkat
Ket : a = bilangan pokok (a > 0 dan a  1)
b = numerus (b > 0)
c = hasil logaritma
Dari pengertian logaritma dapat disimpulkan bahwa :
a
log a = 1 ; alog 1 = 0 ; alog an = n

SIFAT-SIFAT
1. alog bc = alogb + alogc
2. alog bc = c alog b
3. alog b/c = alog b -alog c Hubungan alog b/c = - a log b/c
4. alog b = (clog b)/(clog a) Hubungan alog b = 1 / blog a
5. alog b. blog c = a log c
6. a alog b = b
7. alog b = c aplog bp = c  Hubungan : aqlog bp = alog bp/q
= p/q alog b
Keterangan:
1. Bila bilangan pokok suatu logaritma tidak diberikan, maka maksudnya
logaritma tersebut berbilangan pokok = 10.

[ log 7 maksudnya 10
log 7 ]

2. lognx adalah cara penulisan untuk (logx)n


Bedakan dengan log xn = n log x
Contoh:
1. Tentukan batas nilai agar log (5 + 4x - x²) dapat diselesaikan !

syarat : numerus > 0


x² -4x - 5 < 0
(x-5)(x+1) < 0
-1 < x < 5
2.

3. Sederhanakan

2 3log 1/9 + 4log 2 = 2(-2) + 1/2 =


log 2. 2log 5 .52log 3
3 3
log 2.2log 5. 5²log3
- 3 1/2 = -3 1/2 = -7
3
log 31/2 1/2

4. Jika 9log 8 = n Tentukan nilai dari 4log 3 !

9
log 8 = n

log 2³ = n
3/2 3log 2 = n
3
log 2 = 2n
3

4
log 3 = 2²log 3
= 1/2 ²log 3
= 1/2 ( 1/(³log 2) )
= 1/2 (3 / 2n)
= 3/4n

5. Jika log (a² / b4) Tentukan nilai dari log ³(b²/a) !

log (a²/b4) = -24


log (a/b²)² = -24
2 log ( a/b²) = -24
log ( a/b² ) = -12
log ³(b²/a) = log (b²/a)1/3
= 1/3 log (b² / a)
= -1/3 log (a/b²)
= -1/3 (-12) = 4
Persamaan Logaritma
Adalah persamaan yang didalamnya terdapat logaritma
dimana numerusataupun bilangan pokoknya berbentuk suatu fungsi dalam x.
Masalah : Menghilangkan logaritma
a
log f(x) = alog g(x)  f(x) = g(x)
a
log f(x) = b  f(x) =ab
f(x)
log a = b  (f(x))b = a
Dengan syarat x yang didapat dari persamaan tersebut harus terdefinisi.(Bilangan
pokok > 0  1 dan numerus > 0 )
Contoh:
Tentukan nilai x yang memenuhi persamaan berikut !
xlog 1/100 = -1/8
1.
x-1/8 = 10-2
(x -1/8) -8 = (10-2)-8
x = 10 16

xlog 81 - 2 xlog 27 + xlog 9 + 1/2 xlog 729 = 6


2.
xlog 34 - 2 xlog33 + xlog² + 1/2 xlog 36 = 6
4 xlog3 - 6 xlog3 + 2 xlog3 + 3 xlog 3 = 6
3 xlog 3 = 6
xlog 3 = 2
x² = 3  x = 3 (x>0)

xlog (x+12) - 3 xlog4 + 1 = 0


3.
xlog(x+12) - xlog 4³ = -1
xlog ((x+12)/4³) = -1
(x+12)/4³ = 1/x
x² + 12x - 64 = 0
(x + 16)(x - 4) = 0
x = -16 (TM) ; x = 4

²log²x - 2 ²logx - 3 = 0
4.
misal : ²log x = p

p² - 2p - 3 = 0
(p-3)(p+1) = 0

p =3
1
²log x = 3
x = 2³ = 8
1

p = -1
2
²log x = -1
x = 2-1 = 1/2
2

Pertidaksamaan Logaritma
Bilangan pokok a > 0  1

Tanda pertidaksamaan tetap/berubah tergantung nilai bilangan


pokoknya

a>1 0<a<1

a log f(x) > b  f(x) > ab a log f(x) > b  f(x) < ab
a log f(x) < b  f(x) < ab a log f(x) < b  f(x) > ab
(tanda tetap) (tanda berubah)

syarat f(x) > 0

Contoh:
Tentukan batas-batas nilai x yang memenuhi persamaan
1. ²log(x² - 2x) < 3
a = 2 (a>1)  Hilangkan log  Tanda tetap

- 2 < x < 0 atau 2 < x < 4

a. x² - 2x < 2³
x² - 2x -8 < 0
(x-4)(x+2) < 0
-2 < x < 4
b. syarat : x² - 2 > 0
x(x-2) > 0
x < 0 atau x > 2

2. log (x² - 3) < 0


1/2

a = 1/2 (0 < a < 1)  Hilangkan log  Tanda berubah

x < - 2 atau x > 2

a. (x² - 3) > (1/2)0


x² - 4 > 0
(x -2)(x + 2) < 0
x < -2 atau x > 2

b. syarat : x² - 3 > 0
(x - 3)(x + 3) > 0
x < 3 atau x > 3

Definisi
Salah satu definisi menyebutkan bahwa statistik adalah metode ilmiah untuk
menyusun, meringkas, menyajikan dan menganalisa data, sehingga dapat ditarik
suatu kesimpulan yang benar dan dapat dibuat keputusan yang masuk akal berdasarkan
data tersebut.
Jika suatu kesimpulan data sudah dihimpun, pada statistika deskriptif kita hendak
menyimpulkan data itu dalam beberapa hal. Pertama kita hendak membuat tabel,
misalnya tabel frekuensi, tabel frekuensi kumulatif dan lain-lain yang mengatur data
kasar itu. Juga kita akan melihat diagram atau grafik yang dapat memberi gambaran
mengenai keseluruhan data itu, misalnyadiagram lambang (piktogram), diagram
batang, diagram lingkaran, histogram, ogive dan lain-lain. Kemudian kita hendak
menghitungkarakteristik data yang dapat mencakup semua data itu, misalnya rata-
rata, median, modus dan lain-lain.

Histogram dan Poligon Frekuensi


HISTOGRAM dan POLIGON FREKUENSI adalah dua grafik yang
menggambarkan distribusi frekuensi.
HISTOGRAM terdiri dari persegi panjang yang alasnya merupakan panjang kelas
interval, sedangkan tingginya sama dengan frekuensi masing-masing kelas interval.
POLIGON FREKUENSI adalah suatu garis putus putus yang menghubungkan titik
tengah ujung batang histogram. Biasanya ditambah dua segmen garis lain yang
menghubungkan titik tengah ujung batang pertama dan terakhir dengan titik tengah
kelas yang paling ujung dimana frekuensinya bernilai nol.
Contoh:
Buatlah histogram clan poligon frekuensi dari distribusi frekuensi di bawah ini.
Tinggi Frekuensi

151 - 155 5
156 - 160 20
161 - 165 42
166 - 170 26
171 - 175 7

Jumlah 100

Distribusi Frekuensi Kumulatif


Distribusi frekuensi kumulatif dapat digambarkan oleh suaatu grafik yang
disebut Poligon Frekuensi Kumulatif atau OGIVE, yang melukiskan frekuensi
kumulatip terhadap batas atas kelas.
Contoh:

Tinggi frekuensi
< 150,5 0
< 155,5 5
< 160,5 25
< 165,5 67
< 170,5 93
< 175,5 100

Ukuran Pemusatan Untuk Data Yang Tidak Digolongkan


Untuk sekelompok data yang diperoleh, yaitu x1, x2, x3, . . . . . . , x maka dapat
ditentukan:
A. RATA-RATA (MEAN) (notasi: x dibaca : x bar)
_
x = (x1+x2+.....+xn)/n = xi / n =  (fi.xi) / n dimana fi = n

B. MEDIAN (notasi: x )
Adalah nilai tengah dari data yang telah diurutkan menurut besarnya.

Dengan ketentuan:
Jika banyak data ganjil, maka median adalah nilai tengah dari data yang telah
diurutkan.

(Data ke (n+1)/2 )

^
C. MODUS (notasi : x)
Adalah nilai data yang sering muncul (mempunyai frekuensi terbesar).Modus
dapat ada ataupun tidak ada. Kalaupun ada dapat lebih dari satu.
Contoh:
Diketahui data
7, 9, 8, 13, 12, 9, 6, 5 n=8
1. Rata-rata
_
x = (5+6+7+8+9+9+12+13)/8 = 8,625

2. Median
Data diurutkan terlebih dahulu menjadi
5 6 7 8 9 9 12 13
~
x = (8+9)/2 = 8,5

3. Modus
^
x=9
Ukuran Pemusatan Untuk Data Yang Digolongkan
A. RATA-RATA

_ xi = titik tengah kelas ke i


x = (fi.xi) fi = ½(batas bawah + batas atas)
x f = n = frekuensi kelas ke i = jumlah seluruh data

B.
MENGHITUNG RATA-RATA DENGAN MENGGUNAKAN RATA-RATA SEMENTARA

xa = rata-rata sementara
fi = frekuensi kelas ke i
ui = simpangan kelas ke i
_
terhadap kelas rata-rata sementara
x = xo +  (fi.ui)/n . c
n = banyaknya data
c = interval kelas = panjang kelas
= lebar kelas = tepi atas-tepi bawah
C.

D. MEDIAN

L2 = tepi bawah kelas median


= jumlah frekuensi
(f)2 kelas yang lebih rendah
Median = L2 + 1/2n - (f)2 . c dari kelas median
f med = frekuensi kelas median
f med = banyaknya data
n = interval kelas
c
E.

F. MODUS
Lo = tepi bawah kelas modus
1 = kelebihan frekuensi kelas modus
 terhadap frekuensi kelas yang lebih
 rendah
Modus = Lo + 1/(1+2)
2 = kelebihan frekuensi kolas modus
terhadap frekuensi kelas yang lebih
tinggi
c = interval kelas
G.
Contoh:

Tinggi xi fi ui di fixi fiui fidi

151-155 153 5 -2 -10 725 -10 -50


156-160 158 20 -1 -5 3160 -20 -100
161-165 163 42 0 0 6846 0 0
166-170 168 26 1 5 4368 26 130
171-175 173 7 2 10 1211 14 70

Jumlah 100 16350 10 50

a. Rata-rata
_
x =  (fi.xi)/n = 16350 / 100 = 163,5
dengan rata-rata sementara

_
x = xo +  (fi.xi)/n . c = 163 + 10/100. 5
= 163 + 0,50 = 163,50
atau
_
x = xo +  (fi.di)/n = 163 + 50/100 = 163 + 0,50

Ket: Rata-rata sementara xo biasanya diambil dari titik tengah kolas dimana
frekuensinya terbesar. (d=u.c)
b. Median
= L2 +1/2n - (f)2 . c = 160,5 + ((1/2)(100)-(5+20))/42 . 5
f med

= 163, 48
c. Modus
= Lo + (d1/(d2+d1)) . c
= 160,5 + ((42-20) / (42-20)+(42-26)) . 5 = 163,39

Ukuran Penyebaran
JANGKAUAN (RANGE) Notasi: J
Untuk data yang tidak dikelompokkan, jangkauan adalah selisih antara nilai terbesar dan
nilai terkecil. Untuk data yang dikelompokkan, jangkauan adalah selisih antara titik
tengah kelas tertinggi dengan titik tengah kelas terendah.

KUARTIL Notasi: q
Kuartil membagi data (n) yang berurutan atas 4 bagian yang sama banyak.
------|------|-------|-------
Q1 Q2 Q3
Q1 = kuartil bawah (1/4n )
Q2 = kuartil tengah/median (1/2n)
Q3 = kuartil atas (1/4n )
Untuk data yang tidak dikelompokkan terlebih dahulu dicari mediannya, kemudian
kuartil bawah dan kuartil atas.
Untuk data yang dikelompokkan rumusan kuartil identik dengan rumusan mencari
median.
Q1 = L1 + [(1/4n - ( f)1)/fQ1] . c
Q3 = L3 + [(3/4n - ( f)3)/fQ3] . c

DESIL Notasi: D
Desil membagi data (n) yang berurutan atas 10 bagian yang sama besar. (D,, D2,
D3, . . . . . . , D9)
Di = Li + ((i/10)n - ( f)i)/fi . c

PERSENTIL Notasi: P
Persentil membagi data (n) yang berurutan atas 100 bagian yang sama besar. (P1, P2,
P3, . . . . . . ,P99)
Pi = Li +( i/100 n - (f)i)/fi . c
Cara mencari Desil dan Persentil identik dengan cara mencari kuartil.

SIMPANGAN
SIMPANGAN KUARTIL Notasi: Qd
(JANGKAUAN SEMI INTERKUARTIL)
Qd = (Q3 - Q1) / 2
SIMPANGAN BAKU Notasi: S
(STANDAR DEVIASI)
S = ((fi(xi-x bar)²)/n)

atau CARA CODING


___________________
S =   fidi² / n) - (fidi/n)²
__________________
= c  ( fiui² / n) - (fiui/n)²

RAGAM (VARIANSI) Notasi: S²

KOEFISIEN KERAGAMAN V = S / x bar . 100%

Contoh:
1. Data tidak dikelompokkan
Diketahui data
95, 84, 86, 90, 93, 88, 97, 98, 89, 94
Data diurutkan terlebih dahulu, menjadi:
84 86 818 89 90 93 94 915 97 98
Q1 = 88 ; Q2 = 90 93 ; Q3 = 95
a. Jangkauan J = 98 - 84 = 14

b. Kuartil Q1=88 ; Q2 = (90+93)/2 = 91,5 ; Q3 = 95

Simpangan kuartil = Qd = (95 - 88) / 2 = 3,5

c. Rata-Rata

= (88+86+88+89+90+93+95+97+98)/10 = 91,4
Simpangan baku = (((84-91,4)² + ...... + (98-91,4)²)/10) = 4,72
2. Data dikelompokkan

Skor Titik Tengah Frekuensi

50-54 52 4
55-59 57 6
60-64 62 8
65-69 67 16
70-74 72 10
75-79 77 3
80-84 82 2
85-89 87 1
n = 50
a. Jangkauan = Titik tengah kelas tertinggi - Titik tengah kelas terendah = 87-52
=35
b. Kuartil bawah (¼n )

Q1 = 59,5 + ((12,5 - 10)/8 . (5)) = 61,06

Kuartil bawah (¾n )

Q3 = 69,5 + (37,5 - 34)/10 . 5 = 71,25

Simpangan Kuartil

Qd = (Q3 - Q1) / 2 = (71,25 - 61,06) / 2 = 5,09


c. Rata-rata
_
x = ((4)(52) + (6)(57) + ... + (1)(870) / 50 = 66,4
d. Simpangan Baku

___________________________________
((52-66,4)² + ...... + (87-66,4)²)/50 = 7,58
CATATAN:
1. Bila pada suatu kumpulan data, setiap data ditambah / dikurangi dengan
suatu bilangan, maka:
- nilai statistik yang berubah: Rata-rata, Median, Modus, Kuartil.
- nilai statistik yang tetap : J angkauan, Simpangan Kuartil, Simpangan baku.

2. Bila pada suatu kumpulan data, setiapp data dikali ldibagi dengan suatu
bilangan, maka: semua nilai statistiknya berubah.
Notasi Faktorial dan Prinsip Dasar
Notasi Faktorial n ! = n(n - 1) (n -2) ..................3.2. 1.
Definisi 0! = 1
PRINSIP DASAR (ATURAN PERKALIAN)
Jika suatu kejadian dapat terjadi dalam n1 cara yang berlainan dan kejadian yang lain
dapat terjadi dalam n2 cara yang berlainan maka kejadian-kejadian tersebut bersama-
lama dapat terjadi n1.n2 cara yang berlainan.
Contoh:
Berapakah banyak bilangan-bilangan bulat positif yang ganjil terdiri atas 3 angka yang
dapat disusun dari angka-angka 3, 4, 5, 6 dan 7.
Jawab:
Sediakan 3 kotak, masing-masing untuk ratusan, puluhan dan satuan.

5 5 3
ratusan puluhan satuan
 Tiap angka dapat diambil sebagai ratusan. Cara itu menghasilkan 5 kemungkinan.

 Karena tidak diharuskan ketiga angka berlainan, maka tiap angka dapat diambil
sebagai puluhan. Ada 5 kemungkinan lagi. Satuan hanya dapat dipilih dari 3, 5, 7
sebab harus bilangan ganjil . Ada 3 kemungkinan.

 Maka banyak bilangan ada 5 . 5 . 3 = 75 bilangan.

Permutasi
Misalkan ada 3 unsur a, b, c. Kita dapat mengurutkan
sebagai abc, acb, bac,bca, cab, cba. Tiap urutan disebut permutasi 3 unsur.
Dalam contoh di alas: ada 6 permutasi terdiri 3 unsur diambil ketiga-tiganya.
Ditulis 3P3 = 6

Secara Umum
Banyak permutasi k unsur dari n unsur adalah :
nPk = n! / (n-k) !
Contoh:
Berapa banyaknya permutasi dari cara duduk yang dapat terjadi jika 8 orang disediakan
4 kursi, sedangkan salah seorang dari padanya selalu duduk dikursi tertentu.
Jawab:
Jika salah seorang selalu duduk dikursi tertentu maka tinggal 7 orang dengan 3 kursi
kosong.
Maka banyaknya cara duduk ada :
7P3 = 7!/(7-3)! = 7!/4! = 7.6.5 = 210 cara

Permutasi Siklis
Dari n obyek dapat disusun melingkar dalam (n-1) ! cara dengan urutan berlainan.
Contoh:
Ada berapa cara 7 orang yang duduk mengelilingi meja dapat menempati ketujuh
tempat duduk dengan urutan yang berlainan?
Jawab:
Banyaknya cara duduk ada (7 - 1) ! = 6 !  6 . 5 . 4. 3 . 2 . 1 = 720 cara.
Kombinasi
Kombinasi k unsur dari n unsur adalah pemilihan k unsur dari n unsur itutanpa
memperhatikun urutannya.
nCk = n! / k!(n-k)!
Ada 6 kombinasi 2 unsur dari 4 unsur a, b, c, d yaitu ab, ac, ad, bc, bd, cd.
Contoh:
Dalam sebuah kantong terdapat 6 bola merah dan 5 putih.
Tentukan banyak cara untuk mengambil 4 bola dari kantong tersebut sehingga
a. Keempat bola tersebut terdiri dari 2 merah dan 2 putih.
b. Keempat bola tersebut warnanya lama.
Jawab:
a. Untuk mengambil 2 dari 6 bola merah ada 6C2 cara, untuk mengambil 2
dari 5 bola putih ada 5C2 cara.

Banyak cara untuk mengambil 4 bola terdiri 2 merah 2 putih


adalah: 6C2. 5C2  = 150 cara.
b. 4 bola warna lama, jadi semua merah atau semua putih.
Untuk mengambil 4 dari 6 bola merah ada 6C4 cara. Untuk mengambil 4 dari 5
bola putih ada 5C6 cara. Banyak cara mengambi 14 bola yang warnanya
lama: 6C4 + 5C4 =15 + 5 = 20 cara.

Binonium Newton
Binonium Newton adalah uraian binonium (suku dua) dengan rumus :
(x+y)n = nC0Xn + nC1Xn-1y + ....... + nCnyn
Rumus ini dapat dibuktikan dengan induksi lengkap.
nCo = 1
nC1 = n!/1!(n-1)! = n
nC2 = n! / 2!(n-2)! = n(n-1)/1.2
nCn-1 = nC1 = n/1 = n
nCn = 1

Catatan:
 banyaknya suku ruas kanan adalah n + 1

 rumus tersebut dapat juga ditulis sebgai berikut :


n n

(x+y)n =  nCk xn-k yk = (n!/ k! (n-k)!) xn-k yk


k=0 k=0

 Jika n kecil, koefisien binonium dapat dicari dengan segitiga pascal


Peluang Kejadian
DEFINISI
Peluang suatu kejadian A sama dengan jumlah terjadinya kejadian A dibagi dengan
seluruh yang mungkin.
P(A) = k / n
Dimana
k : jumlah terjadinya kejadian A
n : jumlah seluruh yang mungkin
Jika kita melakukan percobaan, maka himpunan semua hasil disebut Ruang Sampel
Contoh:
1. Percobaan melempar uang logam 3 kali.
A adalah kejadian muncul tepat dua muka berturut-turut.
Maka :
S = {mmm,mmb,mbm,mbb, bmm, bmb, bbm, bbb}
A = {mmb, bmm}
n(S) = 23 = 8
n(A) = 2
P(A) = 2/8 = 1/4
2. Percobaan melempar dadu satu kali.
A adalah kejadian muncul sisi dengan mata dadu genap.
Maka :
S = {1,2,3,4,5,6}
A = {2,4,6}
n(S) = 6
n(A) = 3
P(A) = 3/6 = 1/2
Jika peluang terjadinya A adalah P(A) dan peluang tidak terjadinya A adalah P(A) maka
berlaku
_
P(A) + P(A) = 1
Contoh:
Dari setumpuk kartu Bridge yang terdiri dari 52 kartu diambil 1 kartu. Berapakah
peluang kartu yang terambil bukan kartu King?
Jawab:
P (King) = 4/52 = 1/13
P bukan King = 1 - 1/13 = 12/13
Peluang Kejadian Bebas dan Tak Bebas
DEFINISI
Dua kejadian A dan B dikatakan bebas jika dan hanya jika
P(AB) = P(A). P(B)
Contoh:
Dalam tas I terdapat 4 bola putih dan 2 bola hitam. Dalam tas II terdapat 3 bola putih
dan 5 bola hitam.
Sebuah bola diambil dari masing-masing tas.
a) Keduanya berwarna putih
b) Keduanya berwama hitam
Jawab:
Misal
A = bola putih dari tas I
B = bola putih dari tas II
P(A) = 4/6
P(B) = 3/8
_ _
P(A) = 2/6 P(B) = 5/8

a. P(AB) = P (A) . P (B) = 4/6 . 3/8 = 1/4


_ _ _ _
b. P((A)  P(B)) = P(A). P(B) = 2/6 . 5/8 = 5/24

DEFINISI
Jika A dan B dua kejadian yang saling asing maka berlaku :
P (AUB) = P(A) + P(B)
Contoh:
Pada pelemparan sebuah dada merah (m) dan sebuah dadu putih (p).
Maka: S={(1,1), (1,2), .....,(1,6), (2,1),(2,2),.....(6,6)}
n(S) - (6)2 = 36
A : Kejadian muncul m + p = 6  {(1,5) (2,4) (3,3) (4,2) (5,1)}
n(A) = 5
B : Kejadian muncul m + p = 10  {(4,6), (5,5), (6,4)}
n(B) = 3
P(A) = 5/36 P(B) = 3/36
AUB :Kejadian muncul m + p = 6 atau m + p = 10 
{ (1,5) (2,4) (3,3) (4,2) (4,6) (5,1) (5,5) (6,4) }
n(AUB) = 8
P(AUB) = 8/36 = P(A) + P(B)
A dan B kejadian yang saling asing.

DEFINISI
Jika A dan B dua kejadian yang tidak saling asing maka berlaku
P(AUB) = P(A) + P(B) - P(AB)
Contoh:
Dalam pelemparan sebuah dada S : { 1, 2, 3, 4, 5, 6}
A : Kejadian muncul sisi dengan banyaknya mata dadu bilangan ganjil = { 1, 3,
5 }  n(A) = 3/6
B : Kejadian muncul sisi dengan banyaknya mata dadu bilangan prima = {2, 3,
5}  n(B) = 3/6
P(AUB) = 4/6 = P(A) + P(B)
A dan B kejadian yang tidak saling asing.
Barisan
BARISAN adalah urut-urutan bilangan dengan aturan tertentu.
Suku-suku suatu barisan adalah nilai-nilai dari suatu fungsi yang daerah definisinya
himpunan bilangan asli (n = natural = asli)
Contoh:
1. Un = 2n - 1
adalah suku ke-n dari suatu barisan, dimana n  N = {1,2,3,.....}
Barisan itu adalah : 1,3,5,7,....

2. Diketahui barisan 1/3 , 1/6 , 1/9


Rumus suku ke-n barisan ini adalah Un = 1/3n
Barisan dan Deret Aritmatika (Hitung / Tambah)
 BARISAN ARITMATIKA

U1, U2, U3, .......Un-1, Un disebut barisan aritmatika, jika


U2 - U1 = U3 - U2 = .... = Un - Un-1 = konstanta

Selisih ini disebut juga beda (b) = b =Un - Un-1

Suku ke-n barisan aritmatika a, a+b, a+2b, ......... , a+(n-1)b


U1, U2, U3 ............., Un

Rumus Suku ke-n :

Un = a + (n-1)b = bn + (a-b)  Fungsi linier dalam n

 DERET ARITMATIKA

a + (a+b) + (a+2b) + . . . . . . + (a + (n-1) b) disebut deret aritmatika.

a = suku awal
b = beda
n = banyak suku
Un = a + (n - 1) b adalah suku ke-n

Jumlah n suku

Sn = 1/2 n(a+Un)
= 1/2 n[2a+(n-1)b]
= 1/2bn² + (a - 1/2b)n  Fungsi kuadrat (dalam n)

Keterangan:

1. Beda antara dua suku yang berurutan adalah tetap (b = Sn")

2. Barisan aritmatika akan naik jika b > 0


Barisan aritmatika akan turun jika b < 0

3. Berlaku hubungan Un = Sn - Sn-1 atau Un = Sn' - 1/2 Sn"

4. Jika banyaknya suku ganjil, maka suku tengah

Ut = 1/2 (U1 + Un) = 1/2 (U2 + Un-1) dst.


5. Sn = 1/2 n(a+ Un) = nUt Ut = Sn / n

6. Jika tiga bilangan membentuk suatu barisan aritmatika, maka untuk


memudahkan perhitungan misalkan bilangan-bilangan itu adalah a - b , a , a +
b
Barisan dan Deret Geometri (Ukur / Kali)
1. BARISAN GEOMETRI

U1, U2, U3, ......., Un-1, Un disebut barisan geometri, jika

U1/U2 = U3/U2 = .... = Un / Un-1 = konstanta

Konstanta ini disebut pembanding / rasio (r)

Rasio r = Un / Un-1

Suku ke-n barisan geometri

a, ar, ar² , .......arn-1


U1, U2, U3,......,Un

Suku ke n Un = arn-1  fungsi eksponen (dalam n)

2. DERET GEOMETRI

a + ar² + ....... + arn-1 disebut deret geometri


a = suku awal
r = rasio
n = banyak suku

Jumlah n suku

Sn = a(rn-1)/r-1 , jika r>1


= a(1-rn)/1-r , jika r<1  Fungsi eksponen (dalam n)

Keterangan:

a. Rasio antara dua suku yang berurutan adalah tetap


b. Barisan geometri akan naik, jika untuk setiap n berlaku
Un > Un-1
c. Barisan geometri akan turun, jika untuk setiap n berlaku
Un < Un-1

Bergantian naik turun, jika r < 0

d. Berlaku hubungan Un = Sn - Sn-1


e. Jika banyaknya suku ganjil, maka suku tengah
_______ __________
Ut =  U1xUn = U2 X Un-1 dst.

f. Jika tiga bilangan membentuk suatu barisan geometri, maka untuk


memudahkan perhitungan, misalkan bilangan-bilangan itu adalaha/r, a,
ar

3. DERET GEOMETRI TAK BERHINGGA

Deret Geometri tak berhingga adalah penjumlahan dari

U1 + U2 + U3 + ..............................


 Un = a + ar + ar² .........................
n=1

dimana n  dan -1 < r < 1 sehingga rn  0

Dengan menggunakan rumus jumlah deret geometri didapat :

Jumlah tak berhingga S = a/(1-r)

Deret geometri tak berhingga akan konvergen (mempunyai jumlah) untuk -1


<r<1

Catatan:

a + ar + ar2 + ar3 + ar4 + .................

Jumlah suku-suku pada kedudukan ganjil

a+ar2 +ar4+ ....... Sganjil = a / (1-r²)

Jumlah suku-suku pada kedudukan genap

a + ar3 + ar5 + ...... Sgenap = ar / 1 -r²

Didapat hubungan : Sgenap / Sganjil = r

PENGGUNAAN
Perhitungan BUNGA TUNGGAL (Bunga dihitung berdasarkan modal awal)
M0, M1, M2, ............., Mn
M1 = M0 + P/100 (1) M0 = {1+P/100(1)}M0
M2 = M0 + P/100 (2) M0 = {1+P/100(2)} M0
.
.
.
.
Mn =M0 + P/100 (n) M0  Mn = {1 + P/100 (n) } M0

Perhitungan BUNGA MAJEMUK (Bunga dihitung berdasarkan modal terakhir)


M0, M1, M2, .........., Mn
M1 = M0 + P/100 . M0 = (1 + P/100) M0
M2 = (1+P/100) M0 + P/100 (1 + P/100) M0 = (1 + P/100)(1+P/100)M0
= (1 + P/100)² M0
.
.
.
Mn = {1 + P/100}n M0
Keterangan :
M0 = Modal awal
Mn = Modal setelah n periode
p = Persen per periode atau suku bunga
n = Banyaknya periode
Catatan:
Rumus bunga majemuk dapat juga dipakai untuk masalah pertumbuhan tanaman,
perkembangan bakteri (p > 0) dan juga untuk masalah penyusutan mesin, peluruhan
bahan radio aktif (p < 0).
DEFINISI
Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang diatur berdasarkan baris dan
kolom.
A= a b c 
ttt d e f 
Bilangan-bilangan a,b,c,d,e,f disebut elemen-elemen matriks A

ORDO
ORDO suatu matriks ditentukan oleh banyaknya baris, diikuti oleh banyaknya
kolom.
A= a b c 
ttt d e f  ordo matriks A2x3
Banyaknya baris = 2 ; baris 1 : a b c ; baris 2 : a b c
Banyaknya kolom = 3
kolom 1 :  a 
ttttttttttt d 
kolom 2 :  b 
ttttttttttt e 
kolom 3 :  c 
ttttttttttt f 
keterangan: A2,1 = elemen baris ke 2 ; kolom ke 1
Matriks Bujur Sangkar dan Matriks Transpos
MATRIKS BUJUR SANGKAR
Banyaknya baris dan kolom matriks adalah sama
A= a b 
ttt c d  A berordo 2

KESAMAAN MATRIKS
Dua matriks A dan B dikatakan sama (ditulis A = B), jika
a. Ordonya sama
b. Elemen-elemen yang seletak sama
A B
 4p+q2 =  4 2 
 5p+q 5  7 q+3
q + 3 = 5 q =2
5p + q = 7  p = 1

MATRIKS TRANSPOS
_
Transpos dari suatu matriks A (ditulis A atau A' atau At) adalah matriks yang elemen
barisnya adalah elemen kolom A, dan elemen kolomnya adalah elemen baris A.
A= a b c 
ttt d e f  2x3
At =  a d 
be
tt t  c f  3x2
Operasi Matriks
PENJUMLAHAN MATRIKS

Jumlali dua matriks A dan B (ditulis A + B) adalah matriks yang didapat


dengan menjumlahkan setiap elemen A dengan elemen B yang bersesuaian (A
dan B harus berordo sama).

A B A+B
ab  pq  a+p b+q 
cd  + r s = c+r d+s

PENGURANGAN MATRIKS
Pengurangan matriks A dan B, dilakukan dengan menjumlahkan matriks A dengan
matriks negatip B.
A - B = A + (-B)

A B A-B
ab  pq  a-p b-q 
cd  - r s = c-r d-s

PERKALIAN MATRIKS DENGAN SKALAR


Jika k suatu skalar dan A suatu matriks, maka kA adalah matriks yang diperoleh dengan
mengalikan setiap elemen A dengan k.

= ab   ka kb 
A kA=
cd   kc kd 
Perkalian Dua Matriks
Dua matriks A dan B terdefinisi untuk dikalikan, jika banyaknya kolom A =
banyaknya baris B, dengan hasil suatu matriks C yang berukuran baris A x kolom B
hasil

A mxn x B nxp = Cmxp

Aturan perkalian
Yaitu dengan mengendalikan baris-baris A dengan kolom-kolom B, kemudian
menjumlahkan hasil perkalian itu.
Contoh :
1.

ab  x 
A= dan B =
cd  y

ab  x   ax + by 
AxB=
cd  y  cx + dy 

2.

x 
abc  y  =  ax + by + cz 
z 
1x3 3x1 1x1

3.

abc  x  =  ax + by + cz 
def   y   dx + ey + fz 
z 
2x3 3x1 2x1

Ket :
perkalian matriks bersifat tidak komutatif (AB  BA) tetapi bersifat asosiatif(AB)C =
A(BC).
Matriks Satuan dan Matriks Invers
MATRIKS SATUAN
adalah suatu matriks bujur sangkar, yang semua elemen diagonal utamanya adalah
1, sedangkan elemen lainya adalah 0.
Notasi : I (Identitas)

101
10 
I2 I3 =  0 1 0 
01 
001

Sifat AI = IA = A

MATRIKS INVERS
Jika A dan B adalah matriks bujur sangkar dengan ordo yang sama dan AB = BA = 1,
maka B dikatakan invers dari A (ditulis A-1) dan A dikatakan invers dari B (ditulis B-1).
Jika A =  a b  , maka A-1 = 1 =  d -b 
Jika A =  c d  , maka A-1 = ad - bc ttt  -c a 
 Bilangan (ad-bc) disebut determinan dari matriks A

 Matriks A mempunyai invers jika Determinan A ¹ 0 dan disebut matriks non


singular.

Jika determinan A = 0 maka A disebut matriks singular.


Sifat A . A-1 = A-1 . A = I
Perluasan
A . B = I  A = B-1 B = A-1
A.B=CA=C. B-1
B = A-1 . C
Sifat-Sifat
1. (At)t = A
2. (A + B)t = At + Bt
3. (A . B)t = Bt . At
4. (A-t)-t = A
5. (A . B)-1 = B-1 . A-1
6. A . B = C  |A| . |B| = |C|

Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear


ax + by = p ditulis
cx + dy = q

A X B

 a b   x  =  p 
 c d   y  =  q 
AX = B , maka X = A-1 . B
1. Cara Matriks

x = 1 =  d -b   p 
 y  ad - bc  -c a   q 
2. Cara Determinan = =

pb  a p 
Dx qd Dy cq
x= ————— = —————— ; y = ———— = ——————
D ab D  a b 
cd c d 
Transformasi Geometri
Transformasi adalah suatu perpindaban/perubaban.
1. TRANSLASI (Pergeseran sejajar)

Matriks Perubahan Perubahan

a 
(x,y)  (x+a, y+b) F(x,y) = 0  (x-a, y-b) = 0
 b

Ket :
x' = x + a  x = x' - a
y' = y + b  y = y' -b

2. Sifat:
 Dua buah translasi berturut-turut  a  diteruskan dengan
 b 
dapat digantikan dengan  c  translasi tunggal a + c 
d b+d

 Pada suatu translasi setiap bangunnya tidak berubah.

3. REFLEKSI (Pencerminan terhadap garis)

Pencerminan Perubahan
Matriks Perubahan Titik
terhadap fungsi

 1 -0  F(x,y) = 0 F(x,-
sumbu-x (x,y) (x,-y)
 0 -1  y) = 0
 -1 0  F(x,y) = 0F(-
sumbu -y (x,y) (-x,y)
 -0 1  x,y) = 0
01 F(x,y) =
garis y = x (x,y)  (y,x)
10  0 F(y,x) = 0
 -0 -1 F(x,y) = 0  F(-
garis y = -x (x,y) (-y,-x)
1 -0  y,-x)= 0
4.

Ket. : Ciri khas suatu matriks Refleksi adalah determinannya = -1


SIFAT-SIFAT

a. Dua refleksi berturut-turut terhadap sebuah garis merupakan suatu identitas, artinya
yang direfleksikan tidak berpindah.

b. Pengerjaan dua refleksi terhadap dua sumbu yang sejajar, menghasilkan translasi
(pergeseran) dengan sifat:
 Jarak bangun asli dengan bangun hasil sama dengan dua kali jarak
kedua sumbu pencerminan.
 Arah translasi tegak lurus pada kedua sumbu sejajar, dari sumbu
pertama ke sumbu kedua. Refleksi terhadap dua sumbu sejajar bersifat
tidak komutatip.

c. Pengerjaaan dua refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak lurus, menghasilkaan
rotasi (pemutaran) setengah lingkaran terhadap titik potong dari kedua sumbu
pencerminan. Refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak lures bersifat komutatif.

d. Pengerjaan dua refleksi berurutan terhadap dua sumbu yang berpotongan akan
menghasilkan rotasi (perputaran) yang bersifat:
 Titik potong kedua sumbu pencerminan merupakan pusat
perputaran.
 Besar sudut perputaran sama dengan dua kali sudut antara
kedua sumbu pencerminan.
 Arah perputaran sama dengan arah dari sumbu pertama ke sumbu
kedua.

5. ROTASI (Perputaran dengan pusat 0)

rotasi matriks perubahan titik perubahan fungsi

0 -1 F(x,y) = 0F(y,-x) =


½ (x,y)(-y,x)
1 -0  0
-1 0 F(x,y) = 0F(-x,-y) =
 (x,y) (-x,-y)
1 -1  0
0 -1 F(x,y) = 0 F(-y,x) =
3/2  (x,y) (y,-x)
-1 0  0
cos -sin (x,y)  (x cos - y sinq, x sin  + y cos )
 sin cos  F(x,y) = 0 F(x cos  + y sin , -x sin  +
y cos ) = 0
6.
Ket.: Ciri khas suatu matriks Rotasi adalah determinannya = 1

SIFAT-SIFAT

. Dua rotasi bertumt-turut mempakan rotasi lagi dengan sudut putar dsama dengan
jumlah kedua sudut putar semula.

a. Pada suatu rotasi, setiap bangun tidak berubah bentuknya.

Catatan:
Pada transformasi pergeseran (translasi), pencerminan (refleksi) dan perputaran (rotasi),
tampak bahwa bentuk bayangan sama dan sebangun (kongruen) dengan bentuk aslinya.
Transformasi jenis ini disebut transformasi isometri.

7. DILATASI (Perbesaran terhadap pusat 0)

Dilatasi Matriks Perubahan titik Perubahan fungsi

k 0
(0,k) (x,y)(kx,ky) F(x,y)=0F(x/k,y/k)
0 k

8.
Ket.:

(0, k) merupakan perbesaran atau pengecilan dengan tergantung dari nilai k.

Jika A' adalah peta dari A, maka untuk:


a. k > 1  A' terletak pada perpanjangan OA
b. 0 < k < 1  A' terletak di antara O dan A
c. k > 0  A' terletak pada perpanjangan AO

9. TRANSFORMASI LINIER

Ditentukan oleh matriks a b


c d

 x'  =  a b   x 
 y'   c d   y 

x = 1   a -b x' 
 y  ad - bcc d  y' 

Perubahan Titik Perubahan Fungsi


F(x,y)=0  dx - by , -cx + ay 
(x,y)(ax+by, cx+dy)
ad - bc ad - bc 
10.
Prinsipnya adalah mencari matriks invers dari matriks transformasi yang
diketahui.

Komposisi Transfromasi dan Transformasi Invers


KOMPOSISI TRANSFORMASI
Jika A = a b  adalah T1 dan B =  e f  adalah T2
ttt   c d   g h 

maka T2 ° T1 = BA =  e f   a b 
 g h c d 
 menyatakan transformasi T1 dilanjutkan dengan T2

TRANSFORMASI INVERS
Jika suatu transformasi diwakili oleh matriks M, memetakan titik P ke P1, maka
transformasi ini memetakan P1 ke P, diwakili oleh matriks M-1 (yaitu jika M-1 ada).
Determinan Matriks
Jika A2x2 =  a b  , maka determinan matriks A didefinisikan sebagai
Jika A2x2 =  c d 
+
|A| = ad - bc
- - -
Jika A3x3 =  a b c  a b
Jika A3x3 =  d e f  d e
Jika A3x3 =  g h i  g h
+ + +
maka determinan matriks A didefinisikan sebagai
|A| = aei + bfg + cdh - gec - hfa - idb
Keterangan:
Untuk menghitung determinan A3x3 dibantu dengan menulis ulang dua kolom
pertama matriks tersebut atau cara ekspansi baris pertama.
|A| =a e f  - b  d f + c  d e  = aei-afh-bdi+bfg+cdh-cge
hi  g i  gh

Anda mungkin juga menyukai