SIFAT-SIFAT
1. ap . aq = ap + q 5. a0 = 1
2. ap . aq = ap - q 6. a - p = 1/ap
contoh:
1. 3pq+q . 32p)/(3pq+p . 32q) = (3pq+q+2p)/(3pq+p+2q) = 3p-q
Persamaan Eksponen
Adalah persamaan yang didalamnya terdapat pangkat yang berbentuk fungsi
dalam x (x sebagai peubah).
[Ket. : Usahakan setiap bilangan pokok ditulis sebagai bilangan berpangkat dengan
bilangan dasar 2, 3, 5, 7, dst].
BENTUK-BENTUK
A. af(x) = ag(x) f(x) = g(x)
2. 3x²-3x+2 + 3x²-3x = 10
3².3 x²-3x
+3x²-3x = 10
9. 3x²-3x
+ 3x²-3x = 10
10. 3 x²-3x
= 10
3x² - 3x = 30
x² - 3x = 0
x(x-3) = 0
x1 = 0 ; x2 = 3
3 SUKU GUNAKAN PEMISALAN
1. 22x + 2 - 2 x+2 + 1 = 0
22.22x - 22.2x + 1 = 0
Misalkan : 2x = p
22x = (2x)² = p²
4p² -4p + 1 = 0
(2p-1)² = 0
2p - 1 = 0
p =1/2
2x = 2-1
x = -1
2. 3x + 33-x - 28 = 10
3x + 33/3x - 28 = 10
misal : 3x = p
p + 27/p - 28 = 0
p² - 28p + 27 = 0
(p-1)(p-27) = 0
p1 = 1 3x = 30
x1 = 0
p2 = 27 3x = 33
x2 = 3
ket :
g(x) dan h(x) Genap : (-1)g(x) = (-1)h(x) = 1
g(x) dan h(x) Ganjil : (-1)g(x) = (-1)h(x) = -1
2. Bilangan pokok = 1
x² + 5x + 5 = 1
x² + 5x + 4 = 0 (x-1)(x-4) = 0 x2 = 1 ; x3 = 4
3. Bilangan pokok = -1
x² - 5x + 5 = -1
x² - 5x + 6 = 0 (x-2)(x-3) = 0 x = 1 ; x = 4
4. Bilangan pokok = 0
x² - 5x + 5 = 0 x5,6 = (5 ± 5)/2
a>1 0<a<1
af(x) > ag(x) f(x) > g(x) af(x) > ag(x) f(x) < g(x)
af(x) < ag(x) f(x) < g(x) af(x) < ag(x) f(x) > g(x)
(tanda tetap) (tanda berubah)
Catatan: Untuk memudahkan mengingat, bilangan pokok 0 < a < 1 diubah saja menjadi
a = 1.
Misal : 1/8 = (1/2)3 = 2-3
Contoh:
1. (1/2)2x-5 < (1/4)(1/2x+1)
(1/2) 2x-5
< (1/2)2(1/2x+1)
Tanda berubah (0 < a < 1)
2x - 5 > x +2
x>7
misal : 3x = p
p² -12p + 27 > 0
(p - 9)(p - 3) > 0
SIFAT-SIFAT
1. alog bc = alogb + alogc
2. alog bc = c alog b
3. alog b/c = alog b -alog c Hubungan alog b/c = - a log b/c
4. alog b = (clog b)/(clog a) Hubungan alog b = 1 / blog a
5. alog b. blog c = a log c
6. a alog b = b
7. alog b = c aplog bp = c Hubungan : aqlog bp = alog bp/q
= p/q alog b
Keterangan:
1. Bila bilangan pokok suatu logaritma tidak diberikan, maka maksudnya
logaritma tersebut berbilangan pokok = 10.
[ log 7 maksudnya 10
log 7 ]
3. Sederhanakan
9
log 8 = n
3²
log 2³ = n
3/2 3log 2 = n
3
log 2 = 2n
3
4
log 3 = 2²log 3
= 1/2 ²log 3
= 1/2 ( 1/(³log 2) )
= 1/2 (3 / 2n)
= 3/4n
²log²x - 2 ²logx - 3 = 0
4.
misal : ²log x = p
p² - 2p - 3 = 0
(p-3)(p+1) = 0
p =3
1
²log x = 3
x = 2³ = 8
1
p = -1
2
²log x = -1
x = 2-1 = 1/2
2
Pertidaksamaan Logaritma
Bilangan pokok a > 0 1
a>1 0<a<1
a log f(x) > b f(x) > ab a log f(x) > b f(x) < ab
a log f(x) < b f(x) < ab a log f(x) < b f(x) > ab
(tanda tetap) (tanda berubah)
Contoh:
Tentukan batas-batas nilai x yang memenuhi persamaan
1. ²log(x² - 2x) < 3
a = 2 (a>1) Hilangkan log Tanda tetap
a. x² - 2x < 2³
x² - 2x -8 < 0
(x-4)(x+2) < 0
-2 < x < 4
b. syarat : x² - 2 > 0
x(x-2) > 0
x < 0 atau x > 2
b. syarat : x² - 3 > 0
(x - 3)(x + 3) > 0
x < 3 atau x > 3
Definisi
Salah satu definisi menyebutkan bahwa statistik adalah metode ilmiah untuk
menyusun, meringkas, menyajikan dan menganalisa data, sehingga dapat ditarik
suatu kesimpulan yang benar dan dapat dibuat keputusan yang masuk akal berdasarkan
data tersebut.
Jika suatu kesimpulan data sudah dihimpun, pada statistika deskriptif kita hendak
menyimpulkan data itu dalam beberapa hal. Pertama kita hendak membuat tabel,
misalnya tabel frekuensi, tabel frekuensi kumulatif dan lain-lain yang mengatur data
kasar itu. Juga kita akan melihat diagram atau grafik yang dapat memberi gambaran
mengenai keseluruhan data itu, misalnyadiagram lambang (piktogram), diagram
batang, diagram lingkaran, histogram, ogive dan lain-lain. Kemudian kita hendak
menghitungkarakteristik data yang dapat mencakup semua data itu, misalnya rata-
rata, median, modus dan lain-lain.
151 - 155 5
156 - 160 20
161 - 165 42
166 - 170 26
171 - 175 7
Jumlah 100
Tinggi frekuensi
< 150,5 0
< 155,5 5
< 160,5 25
< 165,5 67
< 170,5 93
< 175,5 100
B. MEDIAN (notasi: x )
Adalah nilai tengah dari data yang telah diurutkan menurut besarnya.
Dengan ketentuan:
Jika banyak data ganjil, maka median adalah nilai tengah dari data yang telah
diurutkan.
(Data ke (n+1)/2 )
^
C. MODUS (notasi : x)
Adalah nilai data yang sering muncul (mempunyai frekuensi terbesar).Modus
dapat ada ataupun tidak ada. Kalaupun ada dapat lebih dari satu.
Contoh:
Diketahui data
7, 9, 8, 13, 12, 9, 6, 5 n=8
1. Rata-rata
_
x = (5+6+7+8+9+9+12+13)/8 = 8,625
2. Median
Data diurutkan terlebih dahulu menjadi
5 6 7 8 9 9 12 13
~
x = (8+9)/2 = 8,5
3. Modus
^
x=9
Ukuran Pemusatan Untuk Data Yang Digolongkan
A. RATA-RATA
B.
MENGHITUNG RATA-RATA DENGAN MENGGUNAKAN RATA-RATA SEMENTARA
xa = rata-rata sementara
fi = frekuensi kelas ke i
ui = simpangan kelas ke i
_
terhadap kelas rata-rata sementara
x = xo + (fi.ui)/n . c
n = banyaknya data
c = interval kelas = panjang kelas
= lebar kelas = tepi atas-tepi bawah
C.
D. MEDIAN
F. MODUS
Lo = tepi bawah kelas modus
1 = kelebihan frekuensi kelas modus
terhadap frekuensi kelas yang lebih
rendah
Modus = Lo + 1/(1+2)
2 = kelebihan frekuensi kolas modus
terhadap frekuensi kelas yang lebih
tinggi
c = interval kelas
G.
Contoh:
a. Rata-rata
_
x = (fi.xi)/n = 16350 / 100 = 163,5
dengan rata-rata sementara
_
x = xo + (fi.xi)/n . c = 163 + 10/100. 5
= 163 + 0,50 = 163,50
atau
_
x = xo + (fi.di)/n = 163 + 50/100 = 163 + 0,50
Ket: Rata-rata sementara xo biasanya diambil dari titik tengah kolas dimana
frekuensinya terbesar. (d=u.c)
b. Median
= L2 +1/2n - (f)2 . c = 160,5 + ((1/2)(100)-(5+20))/42 . 5
f med
= 163, 48
c. Modus
= Lo + (d1/(d2+d1)) . c
= 160,5 + ((42-20) / (42-20)+(42-26)) . 5 = 163,39
Ukuran Penyebaran
JANGKAUAN (RANGE) Notasi: J
Untuk data yang tidak dikelompokkan, jangkauan adalah selisih antara nilai terbesar dan
nilai terkecil. Untuk data yang dikelompokkan, jangkauan adalah selisih antara titik
tengah kelas tertinggi dengan titik tengah kelas terendah.
KUARTIL Notasi: q
Kuartil membagi data (n) yang berurutan atas 4 bagian yang sama banyak.
------|------|-------|-------
Q1 Q2 Q3
Q1 = kuartil bawah (1/4n )
Q2 = kuartil tengah/median (1/2n)
Q3 = kuartil atas (1/4n )
Untuk data yang tidak dikelompokkan terlebih dahulu dicari mediannya, kemudian
kuartil bawah dan kuartil atas.
Untuk data yang dikelompokkan rumusan kuartil identik dengan rumusan mencari
median.
Q1 = L1 + [(1/4n - ( f)1)/fQ1] . c
Q3 = L3 + [(3/4n - ( f)3)/fQ3] . c
DESIL Notasi: D
Desil membagi data (n) yang berurutan atas 10 bagian yang sama besar. (D,, D2,
D3, . . . . . . , D9)
Di = Li + ((i/10)n - ( f)i)/fi . c
PERSENTIL Notasi: P
Persentil membagi data (n) yang berurutan atas 100 bagian yang sama besar. (P1, P2,
P3, . . . . . . ,P99)
Pi = Li +( i/100 n - (f)i)/fi . c
Cara mencari Desil dan Persentil identik dengan cara mencari kuartil.
SIMPANGAN
SIMPANGAN KUARTIL Notasi: Qd
(JANGKAUAN SEMI INTERKUARTIL)
Qd = (Q3 - Q1) / 2
SIMPANGAN BAKU Notasi: S
(STANDAR DEVIASI)
S = ((fi(xi-x bar)²)/n)
Contoh:
1. Data tidak dikelompokkan
Diketahui data
95, 84, 86, 90, 93, 88, 97, 98, 89, 94
Data diurutkan terlebih dahulu, menjadi:
84 86 818 89 90 93 94 915 97 98
Q1 = 88 ; Q2 = 90 93 ; Q3 = 95
a. Jangkauan J = 98 - 84 = 14
c. Rata-Rata
= (88+86+88+89+90+93+95+97+98)/10 = 91,4
Simpangan baku = (((84-91,4)² + ...... + (98-91,4)²)/10) = 4,72
2. Data dikelompokkan
50-54 52 4
55-59 57 6
60-64 62 8
65-69 67 16
70-74 72 10
75-79 77 3
80-84 82 2
85-89 87 1
n = 50
a. Jangkauan = Titik tengah kelas tertinggi - Titik tengah kelas terendah = 87-52
=35
b. Kuartil bawah (¼n )
Simpangan Kuartil
___________________________________
((52-66,4)² + ...... + (87-66,4)²)/50 = 7,58
CATATAN:
1. Bila pada suatu kumpulan data, setiap data ditambah / dikurangi dengan
suatu bilangan, maka:
- nilai statistik yang berubah: Rata-rata, Median, Modus, Kuartil.
- nilai statistik yang tetap : J angkauan, Simpangan Kuartil, Simpangan baku.
2. Bila pada suatu kumpulan data, setiapp data dikali ldibagi dengan suatu
bilangan, maka: semua nilai statistiknya berubah.
Notasi Faktorial dan Prinsip Dasar
Notasi Faktorial n ! = n(n - 1) (n -2) ..................3.2. 1.
Definisi 0! = 1
PRINSIP DASAR (ATURAN PERKALIAN)
Jika suatu kejadian dapat terjadi dalam n1 cara yang berlainan dan kejadian yang lain
dapat terjadi dalam n2 cara yang berlainan maka kejadian-kejadian tersebut bersama-
lama dapat terjadi n1.n2 cara yang berlainan.
Contoh:
Berapakah banyak bilangan-bilangan bulat positif yang ganjil terdiri atas 3 angka yang
dapat disusun dari angka-angka 3, 4, 5, 6 dan 7.
Jawab:
Sediakan 3 kotak, masing-masing untuk ratusan, puluhan dan satuan.
5 5 3
ratusan puluhan satuan
Tiap angka dapat diambil sebagai ratusan. Cara itu menghasilkan 5 kemungkinan.
Karena tidak diharuskan ketiga angka berlainan, maka tiap angka dapat diambil
sebagai puluhan. Ada 5 kemungkinan lagi. Satuan hanya dapat dipilih dari 3, 5, 7
sebab harus bilangan ganjil . Ada 3 kemungkinan.
Permutasi
Misalkan ada 3 unsur a, b, c. Kita dapat mengurutkan
sebagai abc, acb, bac,bca, cab, cba. Tiap urutan disebut permutasi 3 unsur.
Dalam contoh di alas: ada 6 permutasi terdiri 3 unsur diambil ketiga-tiganya.
Ditulis 3P3 = 6
Secara Umum
Banyak permutasi k unsur dari n unsur adalah :
nPk = n! / (n-k) !
Contoh:
Berapa banyaknya permutasi dari cara duduk yang dapat terjadi jika 8 orang disediakan
4 kursi, sedangkan salah seorang dari padanya selalu duduk dikursi tertentu.
Jawab:
Jika salah seorang selalu duduk dikursi tertentu maka tinggal 7 orang dengan 3 kursi
kosong.
Maka banyaknya cara duduk ada :
7P3 = 7!/(7-3)! = 7!/4! = 7.6.5 = 210 cara
Permutasi Siklis
Dari n obyek dapat disusun melingkar dalam (n-1) ! cara dengan urutan berlainan.
Contoh:
Ada berapa cara 7 orang yang duduk mengelilingi meja dapat menempati ketujuh
tempat duduk dengan urutan yang berlainan?
Jawab:
Banyaknya cara duduk ada (7 - 1) ! = 6 ! 6 . 5 . 4. 3 . 2 . 1 = 720 cara.
Kombinasi
Kombinasi k unsur dari n unsur adalah pemilihan k unsur dari n unsur itutanpa
memperhatikun urutannya.
nCk = n! / k!(n-k)!
Ada 6 kombinasi 2 unsur dari 4 unsur a, b, c, d yaitu ab, ac, ad, bc, bd, cd.
Contoh:
Dalam sebuah kantong terdapat 6 bola merah dan 5 putih.
Tentukan banyak cara untuk mengambil 4 bola dari kantong tersebut sehingga
a. Keempat bola tersebut terdiri dari 2 merah dan 2 putih.
b. Keempat bola tersebut warnanya lama.
Jawab:
a. Untuk mengambil 2 dari 6 bola merah ada 6C2 cara, untuk mengambil 2
dari 5 bola putih ada 5C2 cara.
Binonium Newton
Binonium Newton adalah uraian binonium (suku dua) dengan rumus :
(x+y)n = nC0Xn + nC1Xn-1y + ....... + nCnyn
Rumus ini dapat dibuktikan dengan induksi lengkap.
nCo = 1
nC1 = n!/1!(n-1)! = n
nC2 = n! / 2!(n-2)! = n(n-1)/1.2
nCn-1 = nC1 = n/1 = n
nCn = 1
Catatan:
banyaknya suku ruas kanan adalah n + 1
DEFINISI
Jika A dan B dua kejadian yang saling asing maka berlaku :
P (AUB) = P(A) + P(B)
Contoh:
Pada pelemparan sebuah dada merah (m) dan sebuah dadu putih (p).
Maka: S={(1,1), (1,2), .....,(1,6), (2,1),(2,2),.....(6,6)}
n(S) - (6)2 = 36
A : Kejadian muncul m + p = 6 {(1,5) (2,4) (3,3) (4,2) (5,1)}
n(A) = 5
B : Kejadian muncul m + p = 10 {(4,6), (5,5), (6,4)}
n(B) = 3
P(A) = 5/36 P(B) = 3/36
AUB :Kejadian muncul m + p = 6 atau m + p = 10
{ (1,5) (2,4) (3,3) (4,2) (4,6) (5,1) (5,5) (6,4) }
n(AUB) = 8
P(AUB) = 8/36 = P(A) + P(B)
A dan B kejadian yang saling asing.
DEFINISI
Jika A dan B dua kejadian yang tidak saling asing maka berlaku
P(AUB) = P(A) + P(B) - P(AB)
Contoh:
Dalam pelemparan sebuah dada S : { 1, 2, 3, 4, 5, 6}
A : Kejadian muncul sisi dengan banyaknya mata dadu bilangan ganjil = { 1, 3,
5 } n(A) = 3/6
B : Kejadian muncul sisi dengan banyaknya mata dadu bilangan prima = {2, 3,
5} n(B) = 3/6
P(AUB) = 4/6 = P(A) + P(B)
A dan B kejadian yang tidak saling asing.
Barisan
BARISAN adalah urut-urutan bilangan dengan aturan tertentu.
Suku-suku suatu barisan adalah nilai-nilai dari suatu fungsi yang daerah definisinya
himpunan bilangan asli (n = natural = asli)
Contoh:
1. Un = 2n - 1
adalah suku ke-n dari suatu barisan, dimana n N = {1,2,3,.....}
Barisan itu adalah : 1,3,5,7,....
DERET ARITMATIKA
a = suku awal
b = beda
n = banyak suku
Un = a + (n - 1) b adalah suku ke-n
Jumlah n suku
Sn = 1/2 n(a+Un)
= 1/2 n[2a+(n-1)b]
= 1/2bn² + (a - 1/2b)n Fungsi kuadrat (dalam n)
Keterangan:
Rasio r = Un / Un-1
2. DERET GEOMETRI
Jumlah n suku
Keterangan:
U1 + U2 + U3 + ..............................
Un = a + ar + ar² .........................
n=1
Catatan:
PENGGUNAAN
Perhitungan BUNGA TUNGGAL (Bunga dihitung berdasarkan modal awal)
M0, M1, M2, ............., Mn
M1 = M0 + P/100 (1) M0 = {1+P/100(1)}M0
M2 = M0 + P/100 (2) M0 = {1+P/100(2)} M0
.
.
.
.
Mn =M0 + P/100 (n) M0 Mn = {1 + P/100 (n) } M0
ORDO
ORDO suatu matriks ditentukan oleh banyaknya baris, diikuti oleh banyaknya
kolom.
A= a b c
ttt d e f ordo matriks A2x3
Banyaknya baris = 2 ; baris 1 : a b c ; baris 2 : a b c
Banyaknya kolom = 3
kolom 1 : a
ttttttttttt d
kolom 2 : b
ttttttttttt e
kolom 3 : c
ttttttttttt f
keterangan: A2,1 = elemen baris ke 2 ; kolom ke 1
Matriks Bujur Sangkar dan Matriks Transpos
MATRIKS BUJUR SANGKAR
Banyaknya baris dan kolom matriks adalah sama
A= a b
ttt c d A berordo 2
KESAMAAN MATRIKS
Dua matriks A dan B dikatakan sama (ditulis A = B), jika
a. Ordonya sama
b. Elemen-elemen yang seletak sama
A B
4p+q2 = 4 2
5p+q 5 7 q+3
q + 3 = 5 q =2
5p + q = 7 p = 1
MATRIKS TRANSPOS
_
Transpos dari suatu matriks A (ditulis A atau A' atau At) adalah matriks yang elemen
barisnya adalah elemen kolom A, dan elemen kolomnya adalah elemen baris A.
A= a b c
ttt d e f 2x3
At = a d
be
tt t c f 3x2
Operasi Matriks
PENJUMLAHAN MATRIKS
A B A+B
ab pq a+p b+q
cd + r s = c+r d+s
PENGURANGAN MATRIKS
Pengurangan matriks A dan B, dilakukan dengan menjumlahkan matriks A dengan
matriks negatip B.
A - B = A + (-B)
A B A-B
ab pq a-p b-q
cd - r s = c-r d-s
= ab ka kb
A kA=
cd kc kd
Perkalian Dua Matriks
Dua matriks A dan B terdefinisi untuk dikalikan, jika banyaknya kolom A =
banyaknya baris B, dengan hasil suatu matriks C yang berukuran baris A x kolom B
hasil
A mxn x B nxp = Cmxp
Aturan perkalian
Yaitu dengan mengendalikan baris-baris A dengan kolom-kolom B, kemudian
menjumlahkan hasil perkalian itu.
Contoh :
1.
ab x
A= dan B =
cd y
ab x ax + by
AxB=
cd y cx + dy
2.
x
abc y = ax + by + cz
z
1x3 3x1 1x1
3.
abc x = ax + by + cz
def y dx + ey + fz
z
2x3 3x1 2x1
Ket :
perkalian matriks bersifat tidak komutatif (AB BA) tetapi bersifat asosiatif(AB)C =
A(BC).
Matriks Satuan dan Matriks Invers
MATRIKS SATUAN
adalah suatu matriks bujur sangkar, yang semua elemen diagonal utamanya adalah
1, sedangkan elemen lainya adalah 0.
Notasi : I (Identitas)
101
10
I2 I3 = 0 1 0
01
001
Sifat AI = IA = A
MATRIKS INVERS
Jika A dan B adalah matriks bujur sangkar dengan ordo yang sama dan AB = BA = 1,
maka B dikatakan invers dari A (ditulis A-1) dan A dikatakan invers dari B (ditulis B-1).
Jika A = a b , maka A-1 = 1 = d -b
Jika A = c d , maka A-1 = ad - bc ttt -c a
Bilangan (ad-bc) disebut determinan dari matriks A
A X B
a b x = p
c d y = q
AX = B , maka X = A-1 . B
1. Cara Matriks
x = 1 = d -b p
y ad - bc -c a q
2. Cara Determinan = =
pb a p
Dx qd Dy cq
x= ————— = —————— ; y = ———— = ——————
D ab D a b
cd c d
Transformasi Geometri
Transformasi adalah suatu perpindaban/perubaban.
1. TRANSLASI (Pergeseran sejajar)
a
(x,y) (x+a, y+b) F(x,y) = 0 (x-a, y-b) = 0
b
Ket :
x' = x + a x = x' - a
y' = y + b y = y' -b
2. Sifat:
Dua buah translasi berturut-turut a diteruskan dengan
b
dapat digantikan dengan c translasi tunggal a + c
d b+d
Pencerminan Perubahan
Matriks Perubahan Titik
terhadap fungsi
1 -0 F(x,y) = 0 F(x,-
sumbu-x (x,y) (x,-y)
0 -1 y) = 0
-1 0 F(x,y) = 0F(-
sumbu -y (x,y) (-x,y)
-0 1 x,y) = 0
01 F(x,y) =
garis y = x (x,y) (y,x)
10 0 F(y,x) = 0
-0 -1 F(x,y) = 0 F(-
garis y = -x (x,y) (-y,-x)
1 -0 y,-x)= 0
4.
a. Dua refleksi berturut-turut terhadap sebuah garis merupakan suatu identitas, artinya
yang direfleksikan tidak berpindah.
b. Pengerjaan dua refleksi terhadap dua sumbu yang sejajar, menghasilkan translasi
(pergeseran) dengan sifat:
Jarak bangun asli dengan bangun hasil sama dengan dua kali jarak
kedua sumbu pencerminan.
Arah translasi tegak lurus pada kedua sumbu sejajar, dari sumbu
pertama ke sumbu kedua. Refleksi terhadap dua sumbu sejajar bersifat
tidak komutatip.
c. Pengerjaaan dua refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak lurus, menghasilkaan
rotasi (pemutaran) setengah lingkaran terhadap titik potong dari kedua sumbu
pencerminan. Refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak lures bersifat komutatif.
d. Pengerjaan dua refleksi berurutan terhadap dua sumbu yang berpotongan akan
menghasilkan rotasi (perputaran) yang bersifat:
Titik potong kedua sumbu pencerminan merupakan pusat
perputaran.
Besar sudut perputaran sama dengan dua kali sudut antara
kedua sumbu pencerminan.
Arah perputaran sama dengan arah dari sumbu pertama ke sumbu
kedua.
SIFAT-SIFAT
. Dua rotasi bertumt-turut mempakan rotasi lagi dengan sudut putar dsama dengan
jumlah kedua sudut putar semula.
Catatan:
Pada transformasi pergeseran (translasi), pencerminan (refleksi) dan perputaran (rotasi),
tampak bahwa bentuk bayangan sama dan sebangun (kongruen) dengan bentuk aslinya.
Transformasi jenis ini disebut transformasi isometri.
k 0
(0,k) (x,y)(kx,ky) F(x,y)=0F(x/k,y/k)
0 k
8.
Ket.:
9. TRANSFORMASI LINIER
x' = a b x
y' c d y
x = 1 a -b x'
y ad - bcc d y'
maka T2 ° T1 = BA = e f a b
g h c d
menyatakan transformasi T1 dilanjutkan dengan T2
TRANSFORMASI INVERS
Jika suatu transformasi diwakili oleh matriks M, memetakan titik P ke P1, maka
transformasi ini memetakan P1 ke P, diwakili oleh matriks M-1 (yaitu jika M-1 ada).
Determinan Matriks
Jika A2x2 = a b , maka determinan matriks A didefinisikan sebagai
Jika A2x2 = c d
+
|A| = ad - bc
- - -
Jika A3x3 = a b c a b
Jika A3x3 = d e f d e
Jika A3x3 = g h i g h
+ + +
maka determinan matriks A didefinisikan sebagai
|A| = aei + bfg + cdh - gec - hfa - idb
Keterangan:
Untuk menghitung determinan A3x3 dibantu dengan menulis ulang dua kolom
pertama matriks tersebut atau cara ekspansi baris pertama.
|A| =a e f - b d f + c d e = aei-afh-bdi+bfg+cdh-cge
hi g i gh