Anda di halaman 1dari 32

HEPATITIS PADA KEHAMILAN

PRESENTASI KASUS

Universitas Andalas

Oleh:
Berriandi Arwan
Peserta PPDS

Pembimbing :
dr. H. Syahredi SA, Sp.OG(K)

BAGI AN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND
RSUP DR M DJ AMIL P ADANG
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................... 1


DAFTAR GAMBAR ............................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 3
BAB II LAPORAN STATUS ........................................................... 5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 7
A Definisi ................................................................................ 7
B Sejarah................................................................................ 7
C Etiologi dan Patogenesis ..................................................... 7
D Faktor Predisposisi.............................................................. 9
E Penularan ............................................................................ 10
F Manifestasi Klinis ................................................................ 13
G Diagnosis ............................................................................ 15
H Pengaruh Terhadap Kehamilan dan Bayi ........................... 16
I Pencegahan ........................................................................ 18
J Pilihan Persalinan ............................................................... 20
K Terapi .................................................................................. 20
BAB IV DISKUSI ............................................................................. 21
BAB V KESIMPULAN .................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 24

1
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Virus Hepatitis B ...................................................................... 8


Gambar 2. Gambaran patologis hepatitis akut .......................................... 9
Gambar 3. Kurva serologik infeksi akut virus hepatitis B......................... 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

Hepatitis merupakan penyakit hepar yang paling sering mengenai


wanita hamil. Hepatitis virus merupakan komplikasi yang mengenai 0,2 %
dari seluruh kehamilan. Kejadian abortus, IUFD, dan persalinan preterm
merupakan komplikasi yang paling sering terjadi pada wanita hamil dengan
infeksi hepatitis1. Hepatitis dapat disebabkan oleh virus, obat-obatan dan
bahan kimia toksik dengan gejala klinis yang hampir sama2. Infeksi virus
hepatitis dapat menimbulkan masalah baik pada kehamilan, persalinan,
maupun pada bayi yang dilahirkan (vertikel transmission) yang nantinya
dapat menjadi pengidap hepatitis kronis dengan kemungkinan terjadinya
kanker hati primer atau sirosis hepatis setelah dewasa 3. Sampai saat ini
telah diidentifikasi 6 tipe virus hepatitis yaitu virus hepatitis A, B, C, D, E dan
G. Infeksi virus hepatitis yang paling sering menimbulkan komplikasi dalam
kehamilan adalah virus hepatitis B dan E (VHB & VHE)3.
Hepatitis B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui kontak
perkutaneus atau permukosal terhadap cairan tubuh dari seseorang yang
terinfeksi HBV, melalui hubungan seksual dan transmisi perinatal dari
seorang ibu yang terinfeksi ke bayinya. Manifestasi klinis dapat bervariasi
mulai dari hepatitis subklinik hingga hepatitis simtomatik, dan meskipun
jarang dapat terjadi hepatitis fulminan. Komplikasi jangka panjang dari
hepatitis mencakup sirosis hepatis dan hepatoma.1
Infeksi VHB pada wanita hamil dapat ditularkan secara tranplasental
dan 20 % dari anak yang terinfeksi melalui jalur ini akan berkembang
menjadi kanker hati primer atau sirosis hepatis pada usia dewasa. Oleh
karena itu bayi yang lahir dari ibu carier HBsAg harus diimunisasi dengan
memberikan immunoglobulin dan vaksin hepatitis B segera4.
Menurut WHO Indonesia termasuk kelompok daerah dengan
endemisitas sedang dan berat (3,5 – 20 %). Saat ini di seluruh dunia
diperkirakan lebih 350 juta orang pengidap HBV persisten, hampir 74 %
(lebih dari 220 juta) pengidap bermukim dinegara-negara Asia. Bagian

3
dunia yang endemisitasnya tinggi terutama di Asia yaitu Cina, Vietnam, dan
Korea, dimana 50–70 % dari penduduk berusia antara 30 – 40 tahun pernah
kontak dengan HBV, dan sekitar 10 – 15 % menjadi pengidap Hepatitis B
Surface Antigen (HbsAg)1.

4
BAB II
LAPORAN STATUS

A. Identitas
Nama : Ny. R Nama : Tn. Y
Umur : 27 tahun Umur : 32 tahun
Alamat : Seberang Padang Pendidikan : Tamat SMA
Pendidikan : Tamat SMA Pekerjaan : Wiraswasta
Pekerjaan : IRT
No. RM : 01 00 24 26
Masuk RS : 31 Desember 2017
Suami
B. Keluhan Utama
Seorang Pasien usia 27 tahun masuk KB IGD RSUP Dr. M.Djamil
Padang tanggal 31 Desember 2017 pukul 08.30 WIB kiriman dari RS
Swasta di Padang dengan
D/ G1P0A0H0 gravid post term 42-43 minggu + HbsAg (+)
Janin hidup tunggal intra uterin presentasi kepala.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
- Sebelumnya pasien datang ke RS swasta dengan keluhan nyeri
pinggang menjalar ke ari-ari sejak 10 jam SMRS
- Dilakukan pemeriksaan lab di RS swasta dan didapatkan hasil HbsAg
(+). Dikarenakan tidak tersedianya vaksin Hepatitis B bagi bayi baru
lahir, maka pasien pasien dirujuk ke RSUP Dr. M Djamil Padang dengan
terpasang infus dan tanpa terpasang kateter
- Saat sampai di IGD RSUP M Djamil nyeri pinggang menjalar ke ari-ari
tidak dirasakan lagi
- Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-)
- Keluar air-air dari kemaluan (-)
- Keluar darah segar dari kemaluan (-)
- Tidak haid sejak ± 10 bulan yang lalu
- HPHT : 10-3-2017 TP: 17-12-2017

5
- Gerak anak dirasakan sejak 5bulan yang lalu
- RHM dan RMT : mual (-) muntah (-) perdarahan (-)
- ANC : kontrol ke Puskesmas 4x pada kehamilan bulan ke 2,4,6,8.
kontrol ke Sp.OG 2 kali (6 dan 8 bulan)
- Pasien tidak mengetahui menderita hepatitis B sebelumnya
- Riw menstruasi : siklus haid teratur 1x 28 hari, lama 5-6 hari,
banyaknya 2-3x ganti pembalut, Nyeri (-)
D. Riwayat Penyakit Dahulu
- Tidak ada riwayat menderita penyakit, jantung, paru, hati, ginjal, DM,
hipertensi ataupun alergi.
- Riwayat sakit hepatitis sebelumnya disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga dengan riwayat menderita penyakit keturunan,
menular, ataupun kejiwaan

F. Riwayat Obstetri
 Riw. perkawinan : 1 x tahun 2015
 Riw. Kehamilan/Abortus/Persalinan : 1/0/0
- Sekarang
 Riw. Kontrasepsi : (–)

G. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Ku Kes Td N R T
Sedang CMC 120/80 80x/’ 20 36,9oC
BB Sebelumhamil : 55 kg

BB Sekarang : 65Kg

Tinggi Badan : 155 cm

BMI : 22,7 Kg/m2

2
LILA : 24 cm

Kesan
:Normoweight
 Kepala : normocephali
 Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik
 Leher : JVP 5 – 2 cmH2O, tiroid tak membesar
 Toraks : cor dan pulmo status interna
 Abdomen : status obstetrikus
 Genitalia : status obstetrikus
 Ekstermitas : edema (-/-), icterik (+)

Status Obstetrikus

Abdomen

• Inspeksi : Tampak membuncit sesuai usia kehamilan aterm,


linea mediana hiperpigmentasi, striae gravidarum (+), sikatriks (-)

• Palpasi

L1 : Fundus uteri teraba 3 jari dibawah proc. xypoideus

Teraba massa besar, lunak, noduler

L2 : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri

Teraba bagian-bagian kecil di sebelah kanan

L3 : Teraba massa bulat, keras, tidak terfiksir

L4 : tidak dilakukan

TFU = 33 cm TBA = 3200 gr His = (-)

• Auskultasi : BJA = 150-160 x/m, Bising usus (+) normal

Genitalia

3
• Genitalia : I : V/U tenang, PPV (-),

VT : pembukaan (-), portio tebal, posterior

ketuban sulit dinilai.

Teraba kepala Floating

• UPD:

 Promontorium tidak teraba,

 Linea Inominata teraba <1/3 bagian

 Dinding samping pelvic lurus

 Spina ischiadika tidak menonjol

 Os Sacrum cekung

 Os cocigies mudah digerakkan

 Pubic arch>90

• UPL:

 Jarak Intertuberositous dapat dilewati satu tinju orang dewasa


(>10,5 cm)

Kesan: UPD dan UPL: panggul normal

H. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin
 Hb : 13,8 gr/dl
 Leukosit : 9800/mm3
 Hematokrit : 42,8 %
 Trombosit : 212.000/mm3
 PT : 12,0
 APTT : 32,0

4
 HBsAG : (+)
 Rapid Test : (-)

I. Diagnosa
G1P0A0H0 gravid postterm 42-43 minggu + HbsAg (+)
Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala.

J. Sikap
Kontrol keadaan umum, tanda vital, his, DJJ
Informed consent
Inj. Antibiotik ceftriaxon 1gr (skin test)
Konsul OK dan Anastesi
Konsul perinatology

K. Rencana
SC

Tanggal 31-12-17 Pukul 12.00


Dilakukan SCTPP

Lahir seorang bayi Perempuan dengan

BB : 3100 gr

PB : 48 cm

A/S : 8/9

Plasenta lahir dengan sedikit tarikan ringan pada tali pusat, lahir
lengkap, 1 buah, berat 500 gr ukuran 18x17x3, panjang tali pusat 60 cm,
insersi parasentralis

Perdarahan selama tindakan 250 cc

Diagnosis :

5
P1A0H1 post SCTPP ai post term 42-43 minggu + HbsAg (+)

Anak dan ibu dalam perawatan

Sikap :

- Kontrol KU, VS, PPV

- IVFD RL 28 gtt/I

- Inj ceftriaxon 2x1 gr

- Pronalges Supp K/P

- Cek darah rutin post OP

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hepatitis B merupakan penyakit infeksi virus pada hati yang
disebabkan oleh virus hepatitis B2,3. Virus hepatitis B menyerang hati,
masuk melalui darah ataupun cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi
seperti halnya virus HIV. Virus hepatitis B adalah virus nonsitopatik, yang
berarti virus tersebut tidak menyebabkan kerusakan langsung pada sel
hepar. Sebaliknya, adalah reaksi yang bersifat menyerang sistem
kekebalan tubuh yang biasanya menyebabkan radang dan kerusakan pada
hepar3.

B. Sejarah
VHB ditemukan pertama kali tahun 1965 oleh Dr.Blumberg ketika
sedang mempelajari tentang hemophilia. VHB merupakan double stranded
DNA a42nm dari klass Hepadnaviridae. Permukaan paling luar dari
membrannya mengandung antigen yang disebut HBsAg yang bersirkulasi
dalam darah sebagai partikel spheris dan tubuler dengan ukuran 22 nm. Inti
paling dalam dari virus mengandung HBcAg. VHB (partikel dane), antigen
inti (HBcAg), dan antigen permukaan (HBsAg) serta semua jenis antibodi
yang bersesuaian dapat dideteksi melalui berbagai cara pemeriksaan4,5.

C. Etiologi dan Patogenesis


Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini
pertama kali ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenal
dengan nama antigen Australia. Virus ini termasuk DNA virus2.
Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang
disebut "Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang
membungkus partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase.
Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B
e antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein dan

7
menurut sifat imunologik proteinnya virus Hepatitis B dibagi menjadi 4
subtipe yaitu adw, adr, ayw dan ayr. Subtipe ini secara epidemiologis
penting, karena menyebabkan perbedaan geomorfik dan rasial dalam
penyebarannya. Virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari,
rata-rata 80-90 hari3.

Gambar 1. Virus Hepatitis B

Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B.


Virus Hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik di
membran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma
sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya, sehingga
melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus
dinding sel hati. Di dalam inti asam nukleat VHB akan keluar dari
nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes dan berintegrasi;
pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan sel hati untuk
membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan virus
baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya
kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita
terhadap infeksi. Respon antibody humoral bertanggung jawab terhadap
proses pembersihan partikel virus yang berada dalam sirkulasi, sedangkan
antibody seluler mengeliminasi sel-sel yang terinfeksi. Apabila reaksi
imunologik tidak ada atau minimal maka terjadi keadaan karier sehat 2.

8
Gambar 2. Gambaran patologis hepatitis akut

Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B


adalah sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan
nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis
meluas (masif) terjadi hepatitis akut fulminan. Bila penyakit menjadi kronik
dengan peradangan dan fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara
lobulus masih utuh, maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Sedangkan
bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantara daerah
portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang meluas maka
terjadi hepatitis kronik aktif2,3,4.

D. Faktor Predisposisi
Faktor Host (Penjamu)
Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit hepatitis B. Faktor penjamu meliputi5:
1. Umur
Hepatitis B dapat menyerang semua golongan umur. Paling sering
pada bayi dan anak (25 - 45,9 %) resiko untuk menjadi kronis,
menurun dengan bertambahnya umur dimana pada anak bayi 90 %
akan menjadi kronis, pada anak usia sekolah 23 -46 % dan pada

9
orang dewasa 3-10%.8 Hal ini berkaitan dengan terbentuk antibodi
dalam jumlah cukup untuk menjamin terhindar dari hepatitis kronis.
2. Jenis kelamin
Berdasarkan sex ratio, wanita 3x lebih sering terinfeksi hepatitis B
dibanding pria.
3. Mekanisme pertahanan tubuh
Bayi baru lahir atau bayi 2 bulan pertama setelah lahir lebih sering
terinfeksi hepatitis B, terutama pada bayi yang sering terinfeksi
hepatitis B, terutama pada bayi yang belum mendapat imunisasi
hepatitis B. Hal ini karena sistem imun belum berkembang
sempurna.
4. Kebiasaan hidup
Pecandu obat narkotika suntikan, pemakaian tatto, pemakaian
akupuntur.
5. Pekerjaan
Kelompok resiko tinggi untuk mendapat infeksi hepatitis B adalah
dokter, dokter bedah, dokter gigi, perawat, bidan, petugas kamar
operasi, petugas laboratorium dimana mereka dalam pekerjaan
sehari-hari kontak dengan penderita dan material manusia (darah,
tinja, air kemih).

Faktor Agent
Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA virus.
Virus hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg, HBcAg, dan
HBeAg6.

Faktor Lingkungan
Merupakan keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang
mempengaruhi perkembangan hepatitis B, diantaranya5:
a. Lingkungan dengan sanitasi jelek
b. Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi
c. Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.
d. Daerah unit laboratorium

10
e. Daerah unit bank darah.
f. Daerah dialisa dan transplantasi.
g. Daerah unit perawatan penyakit dalam

E. Penularan
Masa Inkubasi infeksi hepatitis B adalah 45-180 hari (rata-rata 60-90
hari). Onset penyakit ini sering tersembunyi dengan gejala klinik yang
tergantung usia penderita. Kasus yang fatal dilaporkan di USA sebesar 0,5-
1%6,8. Sebagian infeksi akut VHB pada orang dewasa menghasilkan
penyembuhan yang sempurna dengan pengeluaran HBsAg dari darah dan
produksi anti HBs yang dapat memberikan imunitas untuk infeksi
berikutnya8.
Diperkirakan 2-10 % infeksi VHB menjadi kronis dan sering bersifat
asimptomatik dimana 15-25 % meninggal sebelum munculnya sirosis
hepatis atau kanker hati. Gejala akut dapat berupa mual, muntah, nafsu
makan menurun, demam, nyeri perut dan ikterik7,9.
Dibawah ini grafik gambaran serologik infeksi akut VHB

Gambar 3. Kurva serologik infeksi akut VHB

11
Konsentrasi VHB dalam berbagai cairan tubuh dapat dibagi dalam 3
kategori yaitu8 :
 konsentrasi tinggi (darah, serum, eksudat luka)
 sedang (semen, cairan vagina, saliva)
 rendah (urine, feses, keringat, air mata, air susu).
VHB 100 kali lebih infeksius daripada HIV dan paling sering mengenai
usia 15-39 tahun. Penularan VHB dapat melalui kontak seksual (± 25 %),
parenteral seperti jarum suntik, dan penularan perinatal melalui kontak
darah ibu penderita kronis dengan membran mukus janin 7,9. Secara umum
penularan VHB melalui jalur sbb9:
a. Darah: penerimaan produk darah, pasien hemodialisis, pekerja
kesehatan, pekerja yang terpapar darah.
b. Transmisi seksual.
c. Penetrasi jaringan (perkutan) atau permukosa: tertusuk jarum,
penggunaan ulang peralatan medis yang terkontaminasi,
penggunaan bersama pisau cukur dan silet, tato, akuunktur, tindik,
penggunaan sikat gigi bersama.
d. Transmisi maternal-neonatal, maternal-infant.

Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi 2


cara penting yaitu1:
a. Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu
yang HBsAg positif kepada anak yang dilahirkan yang terjadi selama
masa perinatal. Penularan vertical sebagian besar (95%) terjadi saat
persalinan, hanya sebagian kecil saja (5%) selama bayi didalam
kandungan. Penularan yang terjadi pada masa perinatal dapat
melalui maternofetal micro infusion yang terjadi pada saat terjadi
kontraksi uterus, tertelannya cairan amnion yang mengandung VHB
serta masuknya VHB melalui lesi yang terjadi pada kulit bayi pada
waktu melalui jalan lahir. Penularan infeksi vertikal juga dapat terjadi
setelah persalinan

12
b. Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari
seorang pengidap virus hepatitis B kepada orang lain disekitarnya.

F. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis
hepatitis B dibagi 2 yaitu :
1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap
individu yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan
hilangnya virus hepatitis B dari tubuh kropes. Hepatitis B akut terdiri
atas1 :
a. Hepatitis B akut yang khas
Bentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan gambaran
ikterus yang jelas. Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :
1) Fase Praikterik (prodromal)
Merupakan fase di antara timbulnya keluhan-keluhan dengan
gejala timbulnya ikterus. Ditandai dengan malaise umum,
mialgia, atralgia dan mudah lelah, gejala saluran napas atas dan
anoreksia. Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di
kuadran kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat dengan
aktivitas5.
2) Fase lkterik
Ikterus muncul setelah 5-10 hari. Pada banyak kasus fase ini
tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan
gejala prodormal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang
nyata. Terjadi hepatomegali dan splenomegali5.
3) Fase Konvalesen (Penyembuhan)
Diawali dengan menghilangnya ikterus dan kelainan lain, tetapi
hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Munculnya
perasaan sudah lebih sehat, kembalinya nafsu makan. Keadaan
akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu. Perbaikan klinis
dan laboratorium lengkap akan terjadi dalam 16 minggu5.
b. Hepatitis Fulminan

13
Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan sebagian
besar mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima puluh
persen akan berakhir dengan kematian. Adakalanya penderita
belum menunjukkan gejala ikterus yang berat, tetapi pemeriksaan
SGOT (Serum Glutamic Oxaloasetic Transaminase) memberikan
hasil yang tinggi pada pemeriksaan fisik, hati menjadi lebih kecil,
kesadaran cepat menurun hingga koma, mual dan muntah yang
hebat disertai gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria
dan uremia2.
2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap
individu dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga
mekanisme, untuk menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi
koeksistensi dengan VHB. Ada 3 fase penting dalam perjalanan
penyakit hepatitis B kronik3:
a. Fase imunotoleransi.
Pada masa anak-anak sistem imun tubuh dapat toleran terhadap
VHB sehingga kadar virus dalam darah dapat sedemikian tingginya
namun tidak terjadi peradangan yang berarti. Dalam keadaan
tersebut VHB ada dalam fase replikatif denga titer HbsAg yang tinggi,
HbeAg positif, anti Hbe negatif, titer DNA VHB tinggi dengan kadar
ALT (alanin aminotransferase) yang relatif normal.
b. Fase imunoaktif atau fase immune clearance.
Pada sekitar 30% individu dengan persistensi VHB akibat terjadinya
replikasi VHB yang berkepanjangan, terjadi proses nekroinflamasi
yang ditandai dengan naiknya kadar ALT. Pada keadaan ini pasien
mulai kehilangan toleransi imun terhadap VHB. Pada fase ini tubuh
berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya sel-sel
hati yang terinfeksi VHB.
c. Fase nonreplikatif atau fase residual.
Sekitar 70% individu akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar
partikel VHB tanpa ada kerusakan sel yang berarti. Pada keadaan
ini titer HbsAg rendah dengan HbeAg yang menjadi negatif dan anti

14
Hbe yang menjadi positif secara spontan, serta kadar ALT yang
normal, yang menandai terjadinya fase nonreplikatif atau fase
residual. Sekitar 20-30% pasien dalam fase residual dapat
mengalami reaktivasi dan menyebabkan kekambuhan.

G. DIAGNOSIS
Oleh karena penderita hepatitis B, terutama pada anak seringkali
tanpa gejala maka diagnosis seringkali hanya bisa ditegakkan dengan
pemeriksaan laboratorium. Kadangkala baru dapat diketahui pada waktu
menjalani pemeriksaan rutin atau untuk pemeriksaan dengan penyakit-
penyakit yang lain4.
Tes laboratorium yang dipakai untuk menegakkan diagnosis adalah 3:
a. HbsAg (antigen permukaan virus hepatatitis B)
Merupakan material permukaan/kulit VHB. HBsAg mengandung
protein yang dibuat oleh sel-sel hati yang terinfesksi VHB. Jika hasil
tes HBsAg positif, artinya individu tersebut terinfeksi VHB, karier
VHB, menderita hepatatitis B akut ataupun kronis. HBsAg bernilai
positif setelah 6 minggu infeksi VHB dan menghilang dalam 3 bulan.
Bila hasil tetap setelah lebih dari 6 bulan berarti hepatitis telah
berkembang menjadi kronis atau pasien menjadi karier VHB. HbsAg
positif makapasien dapat menularkan VHB.
b. Anti-HBs (antibodi terhadap HBsAg)
Merupakan antibodi terhadap HbsAg. Keberadaan anti-HBsAg
menunjukan adanya antibodi terhadap VHB. Antibodi ini
memberikan perlindungan terhadap penyakit hepatitis B. Jika tes
anti-HbsAg bernilai positif berarti seseorang pernah mendapat
vaksin VHB ataupun immunoglobulin. Hal ini juga dapat terjadi pada
bayi yang mendapat kekebalan dari ibunya. Anti-HbsAg posistif pada
individu yang tidak pernah mendapat imunisasi hepatitis B
menunjukkan bahwa individu tersebut pernah terinfeksi VHB.
c. HbeAg

15
Yaitu antigen envelope VHB yang berada di dalam darah. HbeAg
bernilai positif menunjukkan virus VHB sedang aktif bereplikasi atau
membelah/memperbayak diri. Dalam keadaan ini infeksi terus
berlanjut. Apabila hasil positif dialami hingga 10 minggu maka akan
berlanjut menjadi hepatitis B kronis. Individu yang memiliki HbeAg
positif dalam keadaan infeksius atau dapat menularkan penyakitnya
baik kepada orang lain maupun janinnya.
d. Anti-Hbe
Merupakan antibodi terhadap antigen HbeAg yang diproduksi oleh
tubuh. Anti-HbeAg yang bernilai positif berati VHB dalam keadaan
fase non-replikatif.
e. HbcAg (antigen core VHB)
Merupakan antigen core (inti) VHB, yaitu protein yang dibuat di
dalam inti sel hati yang terinfeksi VHB. HbcAg positif menunjukkan
keberadaan protein dari inti VHB.
f. Anti-Hbc (antibodi terhadap antigen inti hepatitis B)
Merupakan antibodi terhadap HbcAg. Antibodi ini terdiri dari dua tipe
yaitu IgM anti HBc dan IgG anti-HBc. IgM anti HBc tinggi
menunjukkan infeksi akut. IgG anti-HBc positif dengan IgM anti-HBc
negatif menunjukkan infeksi kronis pada seseorang atau orang
tersebut penah terinfeksi VHB3,4.

H. Pengaruh Terhadap Kehamilan dan Bayi


Dilaporkan 10-20 % ibu hamil dengan HBsAg positif yang tidak
mendapatkan imunoprofilaksis menularkan virus pada neonatusnya Dan ±
90 % wanita hamil dengan seropositif untuk HBsAg dan HBeAg menularkan
virus secara vertikel kepada janinnya dengan insiden ± 10 % pada trimester
I dan 80-90 % pada trimester III9. Adapun faktor predisposisi terjadinya
transmisi vertikal adalah8:
1. Titer DNA VHB yang tinggi
2. Terjadinya infeksi akut pada trimester III
3. Pada partus memanjang yaitu lebih dari 9 jam

16
Sedangkan ± 90 % janin yang terinfeksi akan menjadi kronis dan
mempunyai resiko kematian akibat sirosis atau kanker hati sebesar 15-25
% pada usia dewasa nantinya3.
Infeksi VHB tidak menunjukkan efek teratogenik tapi mengakibatkan
insiden Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Prematuritas yang lebih
tinggi diantara ibu hamil yang terkena infeksi akut selama kehamilan. Dalam
suatu studi pada infeksi hepatitis akut pada ibu hamil (tipe B atau non B)
menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap kejadian malformasi kongenital,
lahir mati atau stillbirth, abortus, ataupun malnutrisi intrauterine. Pada
wanita dengan karier VHB tidak akan mempengaruhi janinnya, tapi bayi
dapat terinfeksi pada saat persalinan (baik pervaginam maupun
perabdominan) atau melalui ASI atau kontak dengan karier pada tahun
pertama dan kedua kehidupannya10.Pada bayi yang tidak divaksinasi
dengan ibu karier mempunyai kesempatan sampai 40% terinfeksi VHB
selama 18 bulan pertama kehidupannya dan sampai 40% menjadi karier
jangka panjang dengan resiko sirosis dan kanker hepar dikemudian
harinya9.
VHB dapat melalui ASI sehingga wanita yang karier dianjurkan
mendapat Imunoglobulin hepatitis B sebelum bayinya disusui 11.Penelitian
yang dilakukan Hill JB,dkk (dipublikasikan tahun 2002) di USA mengenai
resiko transmisi VHB melalui ASI pada ibu penderita kronis-karier
menghasilkan kesimpulan dengan imunoprofilaksis yang tepat termasuk Ig
hepatitis B dengan vaksin VHB akan menurunkan resiko penularan 11.
Sedangkan penelitian WangJS, dkk (dipublikasikan 2003) mengenai resiko
dan kegagalan imunoprofilaksis pada wanita karier yang menyusui bayinya
menghasilkan kesimpulan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
ASI dengan susu botol. Hal ini mengindikasikan bahwa ASI tidak
mempunyai pengaruh negatif dalam merespon anti HBs 12. Sedangkan
transmisi VHB dari bayi ke bayi selama perawatan sangat rendah 10.
Ibu hamil yang karier VHB dianjurkan untuk memberikan bayinya
Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg) sesegera mungkin setelah lahir dalam
waktu 12 jam sebelum disusui untuk pertama kalinya dan sebaiknya

17
vaksinasi VHB diberikan dalam 7 hari setelah lahir. Imunoglobulin
merupakan produk darah yang diambil dari darah donor yang memberikan
imunitas sementara terhadap VHB sampai vaksinasi VHB memberikan
efek. Vaksin hepatitis B kedua diberikan sekitar 1 bulan kemudian dan
vaksinasi ketiga setelah 6 bulan dari vaksinasi pertama 10. Penelitian yang
dilakukan Lee SD, dkk (dipublikasikan 1988) mengenai peranan Seksio
Sesarea dalam mencegah transmisi VHB dari ibu kejanin menghasilkan
kesimpulan bahwa SC yang dikombinasikan dengan imunisasi Hepatitis B
dianjurkan pada bayi yang ibunya penderita kronis-karier HbsAg dengan
level atau titer DNA-VHB serum yang tinggi12.
Tes hepatitis B terhadap HBsAg dianjurkan pada semua wanita
hamil pada saat kunjungan antenatal pertama atau pada wanita yang akan
melahirkan tapi belum pernah diperiksa HbsAg-nya. Lebih dari 90 % wanita
ditemukan HbsAg positif pada skreening rutin yang menjadi karier VHB.
Tetapi pemeriksaan rutin wanita hamil tua untuk skreening tidak dianjurkan
kecuali pada kasus-kasus tertentu seperti pernah menderita hepatitis akut,
riwayat tereksposure dengan hepatitis, atau mempunyai kebiasaan yang
beresiko tinggi untuk tertular seperti penyalahgunaan obat-obatan
parenteral selama hamil, maka test HbsAg dapat dilakukan pada trimester
III kehamilan. HbsAg yang positif tanpa IgM anti HBc menunjukkan infeksi
kronis sehingga bayinya harus mendapat HBIg dan vaksin VHB9.

I. Pencegahan
Pencegahan penularan VHB dapat dilakukan dengan melakukan
aktifitas seksual yang aman, tidak menggunakan bersama obat-obatan
yang mempergunakan alat seperti jarum, siringe, filter, spons, air dan
tourniquet, dsb, tidak memakai bersama alat-alat yang bisa terkontaminasi
darah seperti sikat gigi, gunting kuku, dsb, memakai pengaman waktu kerja
kontak dengan darah, dan melakukan vaksinasi untuk mencegah
penularan7,9.
Profilaksis pada wanita hamil yang telah tereksposure dan rentan
terinfeksi adalah sbb9 :

18
1. Saat kontak seksual dengan penderita hepatitis B terjadi dalam 14 hari
 Berikan vaksin VHB kedalam m.deltoideus. Tersedia 2 monovalen
vaksin VHB untuk imunisasi pre-post eksposure yaitu Recombivax
HB dan Engerix-B. Dosis HBIg yang diberikan 0,06 ml/kgBB IM
pada lengan kontralateral.
 Untuk profilaksis setelah tereksposure melalui perkutan atau luka
mukosa, dosis kedua HBIg dapat diberikan 1 bulan kemudian.
2. Ketika tereksposure dengan penderita kronis VHB
 Pada kontak seksual, jarum suntik dan kontak nonseksual dalam
rumah dengan penderita kronis VHB dapat diberikan profilaksis
post eksposure dengan vaksin hepatitis B dengan dosis tunggal.

Wanita hamil dengan karier VHB dianjurkan memperhatikan agar::


 Tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan hepatotoksik seperti
asetaminophen
 Jangan mendonorkan darah, organ tubuh, jaringan tubuh lain atau
semen
 Tidak memakai bersama alat-alat yang dapat terkontaminasi darah
seperti sikat gigi, dsb.
 Memberikan informasi pada ahli anak, kebidanan dan laboratorium
bahwa dirinya penderita hepatitis B carier.
 Pastikan bayinya mendapatkan HBIg saat lahir, vaksin hepatitis B
dalam 1 minggu setelah lahir, 1 bulan dan 6 bulan kemudian.
 Konsul teratur kedokter
 Periksa fungsi hati.

Rekomendasi dari SOGC (The Society Obstetric and Gynaecologic


of Canada) mengenai amniosintesis sbb9:
 Resiko infeksi VHB pada bayi melalui amniosintesis adalah rendah.
Pengetahuan tentang status antigen HBc pada ibu sangat berharga
dalam konseling tentang resiko penularan melalui amniosintesis.

19
 Untuk wanita yang terinnfeksi dengan VHB, VHC dan HIV yang
memerlukan amniosintesis diusahakan setiap langkah-langkah yang
dilakukan jangan sampai jarumnya mengenai plasenta.

J. Pilihan Persalinan
Pilihan persalinan dengan Seksio sesaria telah diusulkan dalam
menurunkan resiko transmisi VHB dari ibu kejanin. Walaupun dari penelitian
para ahli cara persalinan tidak menunjukkan pengaruh yang bermakna
dalam transmisi VHB dari ibu ke janin yang mendapatkan imunoprofilaksis.
ACOG tidak merekomendasikan SC untuk menurunkan transmisi VHB dari
ibu ke janin. Pada persalinan ibu hamil dengan titer VHB tinggi (> 3,5 pg/ml
atau HbeAg positif) lebih baik SC sebagai pilihan cara persalinan 9.

K. Terapi
Terapi infeksi akut VHB adalah supportif. Terdapat 4 jenis obat dalm
mengobati hepatitis B kronik yaitu interferon (IFN), Pegylated-interferon,
Lamivudin (3TC) dan Adefovir. Obat-obatan ini efektif pada 40-45% pasien.
Jika infeksi terjadi dalam fase inisial dapat diberikan Imunoglobulin hepatitis
B sebagai profilaksis post-eksposure. Interferon tidak diketahui mempunyai
efek samping terhadap embrio atau fetus. Data yang ada sangat terbatas
tapi penggunaan interferon dalam kehamilan mempunyai resiko yang lebih
berat.
Tidak ada data yang mendukung fakta efek teratogenik lamivudin.
Lamivudin telah digunakan pada kehamilan lanjut sebagai usaha mencegah
transmisi perinatal VHB9.

BAB IV
DISKUSI

Pada makalah ini dilaporkan sebuah kasus dari seorang pasien berusia
27 tahun dengan diagnosa G1P0A0H0 gravid postterm 42-43 minggu +
HbsAg (+), janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala.

20
Sebelumnya pasien datang ke RS swasta dengan keluhan nyeri
pinggang menjalar ke ari-ari sejak 10 jam SMRS. Setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil HbsAg (+). Dikarenakan tidak
tersedianya vaksin Hepatitis B bagi bayi baru lahir, maka pasien pasien
dirujuk ke RSUP Dr. M Djamil Padang dengan terpasang infus dan tanpa
terpasang kateter. Setelah sampai di di IGD RSUP M Djamil, nyeri pinggang
menjalar ke ari-ari tidak dirasakan lagi, keluar lendir campur darah dari
kemaluan (-), keluar air-air dari kemaluan (-), keluar darah segar dari
kemaluan (-).
Pemeriksaan vital sign didapatkan TD: 120/80 mmHg, nadi : 80 x/ menit,
RR: 20 x/ menit T: 36,9oC. pemeriksaan keadaan spesifik kepala, leher,
thorak, abdomen dan ekstremitas dalam keadaan normal. TFU 3 Jbpx / 33
cm. teratas bokong, memanjang, presentasi kepala, dan belum masuk PAP.
DJJ: 150 x/m. Pada pemeriksaan VT, tidak didapatkan pembukaan. Hasil
laboratorium juga menunjukkan hasil HbsAg (+). Dari anamnesis dan
pemeriksaan laboratorium diatas jelas bahwa pasien tersebut belum
menunjukkan tanda-tanda inpatu, janin hidup tunggal intra uterin presentasi
kepala, dan menderita Hepatitis B.
Pilihan persalinan pada kasus ini adalah seksio sesaria karena untuk
menghidari terjadinya infeksi vertikal dari ibu ke bayi akibat dari proses
persalinan karena sebagian besar (95%) terjadi saat persalinan, dan hanya
sebagian kecil saja (5%) selama bayi didalam kandungan.
Segera setelah lahir neonatus diberi immunoglobulin hepatitis B dan
Vaksin Hepatitis 0 guna mencegah infeksi hepatitis dan membentuk
imunitas aktif dari virus hepatitis.
Penatalaksanaan pasien ini sudah tepat, karena pada kasus pasien
dengan infeksi hepatitis B kronis tidak disarankan untuk melahirkan secara
pervaginam. Pilihan persalinan dengan Seksio sesaria telah diusulkan
dalam menurunkan resiko transmisi virus hepatitis B dari ibu ke janin.
ACOG tidak merekomendasikan SC untuk menurunkan transmisi VHB dari
ibu ke janin. Tetapi ada persalinan ibu hamil dengan titer VHB tinggi (> 3,5
pg/ml atau HbeAg positif) SC merupakan pilihan cara persalinan 9. Ibu hamil

21
yang karier VHB dianjurkan untuk memberikan bayinya Imunoglobulin
Hepatitis B (HBIg) sesegera mungkin setelah lahir dalam waktu 12 jam
sebelum disusui untuk pertama kalinya dan sebaiknya vaksinasi VHB
diberikan dalam 7 hari setelah lahir. Vaksin hepatitis B kedua diberikan
sekitar 1 bulan kemudian dan vaksinasi ketiga setelah 6 bulan dari vaksinasi
pertama10.

22
BAB V
KESIMPULAN

1. penatalaksanaan di bidang obstetri pada pasien ini sudah tepat.


2. Infeksi VHB dalam kehamilan tidak bersifat teratogenik tapi
mempunyai resiko transmisi vertikel terutama trimester III, persalinan
preterm dan BBLR sehingga neonatus harus mendapatkan
profilaksis dengan vaksin dan imunisasi.
3. perlu penanganan lebih komprehensif untuk penatalaksanaan kasus
dengan sirosis hepatis.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC. GastroIntestinal


Disorders. Viral hepatitis. Williams ´Obstetric. 23rd Ed. Mc.Graw Hill
Publishing Division New York, 2014
2. Decherney AH, Pernoll ML. General Medical Disorders During
Pregnancy. Viral Hepatitis. Current Obstetric and Gynecologic
Diagnosis and treatment. 10th ed. USA.2007;479-480.
3. Putu Surya IG. Infeksi Virus Heptitis Pada Kehamilan. Ilmu Kedokteran
Fetomaternal. Ed.perdana. Himpunan Kedokteran Fetomaternal
POGI.2004
4. Fuqueroa DR, Sanchez FL, Benavides CME. Viral Hepatitis During
Pregnancy. Rew.Gastroenterol Mex.1994;59(3):246-253. diakses dari
http://www. Pub.Med.gov.
5. Duff P. Hepatitis in Pregnancy. Seminar Perinatologi.1998;22(4):277-
83. diakses dari http://www. Pub.Med.gov.
6. Pearlman MD, Tintinalli JE, Dyne PL. Infections and Infectious
Eksposure in Pregnancy. Viral Hepatitis. Obstetric and Gynecologic
Emergencies. Mc Graw Hill Publishing Division. New York 2004: 233-
235.
7. National Centre For Infectious Disease. Hepatitis A Virus. Division of
Viral Hepatitis. Last update July 9,2003. diakses dari http://www.
CDC.com.
8. MMWR. Appendix. Hepatitis A dan B Vaccines. January 24, 2003;34-
36. diakses dari http://www. MMWRq@CDC.gov.
9. Perinatology. Infections During Pregnancy. diakses dari http://www.
Perinatology.com
10. Birth Net Australia 2. Hepatitis During Pregnancy;2004. diakses dari
http://www. Birth.com.au
11. Hill JB, Sheffeld JS. Risk of Hepatitis B Transmission in Breast-Fed
Infants of Chronic Hepatitis B Carriers. in Obstetric and Gynecologic

24
Journal.2002 Juni;99(6):1049-52. diakses dari http://www.green
journal.org.
12. Wang JS, Zhu QR, Wang XH. Breast Feeding Does not Pose Any
Additional Risk of Imunoprophylaxis Failure on Infants of HBV Carriers
Mothers. Int J Clin Pract.2003 March;57(2):100-2. diakses dari
http://www. Pub.Med.gov.

25
LEMBARAN KONSULTASI MAKALAH ILMIAH
PESERTA PPDS OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FK UNAND / RSUP Dr. M. DJAMIL- PADANG

NAMA : Berriandi Arwan


NO CHS :
SEMESTER : III (Ginekologi)
JENIS : Presentasi Kasus
PEMBIMBING : Dr. H. Syahredi S.A, Sp.OG(K)
JUDUL : Hepatitis pada Kehamilan

TANGGAL TANGGAL
PARAF KETERANGAN
DITERIMA KOREKSI

26
LEMBARAN PERSETUJUAN
MAKALAH ILMIAH

NAMA : BERRIANDI ARWAN


NO CHS :
SEMESTER : III (Ginekologi)
JENIS : Presentasi Kasus
Sudah disetujui dan dipresentasikan kasus pada:
HARI : Rabu
TANGGAL : 1 Februari 2011
PUKUL : 10.00 – 11.00 WIB
TEMPAT : Ruang Pertemuan RSUD Prof. Hanifa SM Batusangkar
PEMBIMBING : Dr. H. Syahredi S.A, Sp.OG(K)
JUDUL : Hepatitis pada Kehamilan

Padang, 4 Februari 2018


Pembimbing, PPDS

Dr. H. Syahredi S.A, Sp.OG(K) dr. Berriandi Arwan

Mengetahui,
KPS PPDS Obgin
FKUA/RS. Dr. M. Djamil Padang

Dr. H. Syahredi S.A, SpOG(K)

27

Anda mungkin juga menyukai