Anda di halaman 1dari 3

Kualanamu Berpotensi Jadi Bandara Aerotropolis Pertama di Indonesia

Medan, (Analisa)
Bandar Udara Internasional Kualanamu (KNIA) dipastikan dapat menjadi bandara berkonsep aerotropolis pertama di
Indonesia. Bandara terbesar kedua setelah Soekarno Hatta ini memiliki beragam faktor yang mendukungnya menjadi bandara
internasional yang dapat memajukan ekonomi Indonesia, khususnya Pulau Sumatera.
Sejak beroperasi pada 25 Juli 2013, KNIA mengundang beragam pujian dan kritikan yang membangun. Dalam tahap I
pembangunan, bandara ini telah dapat menampung 8,1 juta penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat per tahun. Apabila tahap kedua
rampung, bandara ini akan mencapai 25 juta penumpang per tahun.
Fasilitas dan infrastruktur penunjang seperti pembangunan jalur kereta api, jalan raya yang lebar yang memungkinkan bus dan
mobil melintas, mendorong kemajuan bandara ini. Frekuensi perjalanan pun terus meningkat. Jika di awal pengoperasian hanya 13 kali
per arah, pada Mei 2014, frekuensi perjalanan meningkat menjadi 20 kali per arah.
Apalagi menjelang implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, berbagai upaya dilakukan PT. Angkasa Pura II
demi meningkatkan kemajuan bandara tersebut. Tengku Said Ridwan General Manager PT. Angkasa Pura II, mengatakan, KNIA akan
menjadi bandara pusat dan gerbang Indonesia bagian barat dan pusat logistik yang mencapai 4 juta metrik ton per tahun pada 2050.
Keberadaan KNIA yang akan terkoneksi langsung dengan Pelabuhan Tanjung Kuala-pelabuhan internasional, dan kawasan
ekonomi khusus Sei Mangkei, mendukungnya sebagai pusat internasional. Bandara ini akan memberikan dampak sosial dan ekonomi
bagi masyarakat yang tinggal hingga 60 mil dari pusat bandara.
Guna mewujudkan KNIA menjadi bandara aerotropolis, PT. Angkasa Pura (AP) II tengah menyiapkan infrastruktur fasilitas
komersial berupa hotel berkelas bintang lima, empat, dan tiga, plaza dan pusat pertunjukan, pusat pelatihan bandara, taman bisnis berupa
perkantoran dan toko, gudang kargo dan logistik, pom bensin dan ruang peristirahatan, taman golf, dan taman rekreasi.
Ia mengemukakan, posisi KNIA sangat mendukung sistem logistik nasional dan masterplan percepatan dan perluasan
pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI), sebagaimana yang diharapkan pemerintah. Kualanamu akan menjadi pusat dan gerbang
Internasional di Indonesia dengan area layanannya meliputi Asia, ASEAN, dan APEC. Di dalam negeri, bandara itu berperan menjadi
area servis koridor ekonomi I Sumatera, koridor ekonomi II Jawa, dan koridor ekonomi III Kalimantan.
Tantangan
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Sumatera Utara Bidang Logistik yang juga merupakan Ketua Gabungan Perusahaan
Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut menyatakan, tantangan yang dihadapi KNIA untuk menjadi bandara berkonsep aerotropolis di antaranya
tatanan aturan serta tata kelola dan estetika yang mengacu kepada klasifikasi internasional.
Dibutuhkan kerja sama yang solid antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, serta usaha kecil menengah (UKM)
dengan standar operasional yang jelas dan terukur. Untuk menyaingi bandara dalam negeri dan luar negeri, KNIA harus mampu
mengoptimalisasi pencapaian kepuasan pelanggan. Bandara harus mempunyai pelayanan dengan sistem C.I.Q.S (custom, immigration,
quarantine, security).
Wakil Ketua Umum Kadin Sumut Tomi Wistan menyoroti sejumlah hambatan yang harus segera dibenahi AP II seperti
penyediaan listrik yang memadai, bahkan jika perlu tidak bergantung kepada perusahaan listrik negara. Pengembangan infrastruktur
teknologi seperti wifi, dan sarana teknologi lainnya yang memungkinkan bagi para penumpang dapat menikmati suasana bandara yang
modern.
Rekomendasi
Akses jalan lingkar dalam dan luar menuju bandara, standar kenyamanan mulai dari masuk sampai terbang serta fasilitas
pendukung yang rapi, bersih, dan aroma yang nyaman, perlu ditingkatkan. AP II urgen menetapkan regulasi yang definitif terlebih
komitmennya terhadap pelaksanaan serta kepastian hukum pelaku usaha dalam menjalankan usaha, rencana yang terprogram, serta
sumber daya manusia yg prima.
Pengamat ekonomi Hanny Siagian mengkritisi, Kualanamu harus membuka peluang rute penerbangan yang lebih luas dengan
pasar yang lebih besar. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh AP II sehubungan dengan lingkungan, pelayanan, dan
biaya.
Terkait lingkungan, agar menjadi bandara aerotropolis, diperlukan komitmen antara pengelola, pihak maskapai dan
pemerintah, yang saling mendukung. Terutama kerja sama pihak pemerintah, AP II, dan PTPN III terkait pembebasan lahan peruntukkan
Kualanamu.
Akses menuju bandara yang masih terbatas sebab jalan non tol semrawut. Pengelolaan dan desain KNIA butuh ditingkatkan.
Seperti sejumlah bangunan yang catnya pudar dan terkesan asal, semen tembok atau lantai yang rusak, dan kaca yang tidak jernih.
Infrastruktur pendukung seperti toilet, tempat ibadah, restoran, pertokoan, tempat duduk yang nyaman, penting untuk
ditambahkan. Pembangunan Infrastruktur sebagaimana yang direncanakan, harus dipercepat.
Akses keluar masuk bandara yang sangat bebas, perlu ditinjau ulang guna menjaga keamanan bandara. Penempatan satpam
yang masih kurang khususnya pada pos-pos rawan. Regulasi dan sanksi yang tegas terhadap pedagang asongan dan taksi liar serta
preman yang selama ini menyebabkan kondisi bandara awut-awutan.
Perlu batasan jumlah pengantar sehingga bandara tidak terlalu padat. Petugas kebersihan seharusnya lebih aktif menjaga
kebersihan agar tingkat kebersihan KNIA mencapai standar internasional. Dan memang, masyarakat semestinya ikut menjaga kebersihan
bandara dengan tidak duduk di lantai atau membuang sampah sembarangan.
Pelayanan prima harus menjadi prioritas. Para petugas di bandara penting menjaga sikap sopan dan ramah terhadap para
penumpang, termasuk petugas imigrasi. Kepentingan para pelanggan wajib untuk dipilah-pilah, misalnya, kebutuhan para pengusaha
eksportir, importir, perlu dipisahkan dari pelanggan biasa, tanpa memberikan servis yang berat sebelah.
Para pengunaan kendaraan butuh diarahkan untuk memasuki lokasi parkiran dengan tertib dan teratur. Selain itu, perlu ada
ketegasan atas keamanan kendaraan bagi penumpang yang menginap.
Terkait biaya, tarif kereta api Medan menuju Kualanamu perlu dikalkulasi ulang. Tarif sekali jalan Rp 80ribu per penumpang
terlalu mahal. Hal ini mengakibatkan banyak penumpang yang menggunakan tranportasi alternatif yang lebih murah misalnya taksi,
damri, mobil pribadi, dan lainnya. Akibatnya, potensi laba dari kereta api belum dimaksimalkan oleh perusahaan patungan AP II dengan
Perusahaan Kereta Api.(dyt)

Telah terbit baik versi cetakan koran maupun berita online

Online

http://analisadaily.com/news/read/kualanamu-berpotensi-jadi-bandara-
aerotropolis/50773/2014/07/26

Anda mungkin juga menyukai