Anda di halaman 1dari 8

RESUME

“Conference on Energy Sciences 2018”

Keynote-01
“Toward durable and flexible dye-sensitized solar cells through the
use of polyionic-liquids and nanostructured eletrodes”
By: Rahmat Hidayat, Ph.D

1. Konversi Energi Surya


Energi termal: Konsentasi surya
Energi sinar matahari:
 Photoelectrochemical cells (PEC): Produksi gas hydrogen
 Sel surya atau sel photovoltaic (PV) :
1. Generasi pertama: Silicon, mono-inorganic, poly-crystalline semikonduktor
2. Generaasi kedua: thin layer. Nano-crystalline of CdTe, CdS, CIGS
3. Generasi ketiga: polymer splar cells, dye sensitized solar cells (DSSC), hybrid
solar cells dan perovskite cells.

2. Teknik fabrikasi sel surya film tipis


 Nano cristal ink / paste
 Deposition by dokter blade or screen printing
 Lapisan Pendahulu
 Annealing or heat treatment
 Deposisi elektroda
 Panel sel surya

3. Struktur DSSC
 Katoda
Donor: Ruthenium based dye, black dye
Acceptor: TiO2 , ZnO, CNT, Graphene
 Anode: Pt, Graphene
 Electrolyte:
Iodide/ tri-iodide based electrolyte: KI/I2, ionic liquid, gel electrolyte and solis
electrolyte.
Non-iodide/ tri-iodide based electrolyte: Co complexes, cu complexes, hole
transport materials.
 Complementary: blocking layer, reflective layer, microchannel layer.
 Additive: LiI2, t-BP

Sistem kerja yang terjadi pada DSSC adalah sebagai berikut: Photon dengan tingkat
energi yang berbeda dari cahaya matahari yang menyinari cell akan terpenetrasi kedalam
lapisan dye. Karena penyerapan photon oleh pewarns (dye) ini, maka pewarna (dye) molekul
akan tereksitasi dari highest occupied molecular orbitals menjadi lowest unoccupied
molecular orbital. Selanjutnya electron ini akan diinjeksi melalui conduction band SNO2 ke
TiO2 Anode, dye molecule akan teroksidasi. Elektron yang terinjeksi selanjutnya akan mengalir
melalui TiO2 dan kemudian di melalui beban dimana proses menghasilkan energi listrik. Dye
molekul yang teroksidasi akan teregenerasi dengan menangkap electron dari ion elektrolit
redoks I– yang akan teroksidasi menjadi I3– (Tri-iodide ions). Tri-iodide ions (I3–) mensubsitusi
electron dengan external load sehingga akan mengalami reduksi dan kembali menjadi ion I– .

“Polyionic Liquid”

Aplikasinya:

1. Sintesis dan ekstraksi kimia,


2. Energi dan elektronik: Super kapasitor, baterai dan sel surya (DSSC)

QSS-electrolyte atau polimer gel electrolyte (PGE) tersusun dari gel polimer hybrid (HPG) dan
cairan ionic. HPG digunakan sebagai matrix dan dicampur dengan cairan ionic berbasis
imidazolium.
Keynote-02
“The role of new and renewable energy in national energy mix to
2050 based on nasional energy policy”
By: Dr. Turiman

Current situation:

1. Sejalan dengan pertumbuhan permintaan energi dan untuk mengoptimalkan dalam


mengelola sumber daya energinya, parlemen indonesia dan pemerintah telah
menetapkan undang-undang baru di bidang energi.
2. Berdasarkan undang-undang ini, kini indonesia telah memiliki institusi untuk
mengelola kebijakan energi nasionalnya. lembaga ini disebut sebagai the nasional
energy council (NEC) dan di indonesia disebut DEN.
3. Indonesia telah memiliki kebijakan energi nasional hingga tahun 2050, dinyatakan
sebagai peraturan pemerintah PP. NO 79/2014
4. Untuk rencana aksi sebagai pedoman untuk tingkat menteri untuk menerapkan NEP,
presiden republik indonesia telah mengeluarkan peraturan presiden NO 22/2017
5. Sejalan dengan NEP, provinsi regional harus menyiapkan perencanaan energi ragional
yang disebut provinsi REUD
6. Berdasarkan hal tersebut, NEC bertanggung jawab untuk memantau pelaksanaannya.

Beberapa yang penting dalam KEN

Pasal 6, 7 dan 9

Terwujudnya paradigma baru bahwa sumber dayaenergi tidak dijadikan sebagai komoditas
ekspor semata tetapi untuk modal pembangunan . guna sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
dengan cara mengoptimalkan pemanfaatannya bagi pembangunan ekonomi nasional,
penciptaan nilai tambahdidalam negeri dan penyerapan tenaga kerha.

Pasal 10
Mengurangi ekspor energi fosil secara bertahap terutama gas dan batubara serta menetapkan
batas waktu untuk memulai menghentikan ekspor.

Dalam mewujudkan ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional. Jika terjadi tumpeng tindih
pemanfaatan lahan dalam penyediaan energi maka dibutuhkan yang memiliki nilai ketahanan
nasional dan nilai strategis yang lebih tinggi.

“Perubahan Paradigma Energi”

Peningkatan porsi gas


Komoditi 2014 2019 Ekspor
dan batubara untuk khusus 0%
domestic disbanding Gas 57% 64% 2035
ekspor. Batubara 20% 60% 2046

Penyelarasan target  Cukai BBM


fiskal dengan kebijakan  Premi pengurasan di hulu
energi. (depietion premium)
 Anggaran pemerintah

Peningkatan porsi gas Peningkatan:


dan batubara untuk
 Cukai BBM
domestic disbanding
 Premi pengurasan di hulu
ekspor.
(depietion premium)
 Anggaran pemerintah

“Pengembangan pembangkit tenaga listrik”


Kegiatan:
1. Merencanakan rasio elektrifikasi tahun 2020.
2. Membangun infrastruktur ketenagalistrikan.
3. Menyusun mekanisme pemanfaatan lahan.
4. Regionalisasi penyediaan listrik.
5. Menerapkan tarif dasar listrik progresif.
6. Menjamin proyek infrastruktur senergi yang strategiss.
7. Mengembangkan prototipe pembangkit listrik tenaga uap.
8. Memperkuat penerapan dan pemanfaatan teknologi pembangkit listrik.
9. Mendorong pembentukan engineering procurement.
10. Memfasilitasi proses layanan penerbitan pinjam pakai, pemanfaatan jasa
lingkunganatau pelepasan Kawasan dengan ketentuan yang berlaku.

“Target energi baru dan terbarukan”


Kegiatan:
1. Membangun pembangkit EBT.
2. Membentuk badan usaha EBT tersendiri.
3. Mengalokasikan subsidi feed in tarff dari pembangkit EBT.
4. Menyediakan lahan seluas 4 hektarsecara bertahap untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku BBN untuk menghasilkan 19,6 juta Kl biofuel.
5. Menyusun roadmap jenis tanaman prioritas bahan baku BBN dan menyiapkan benih
tanaman dengan tetap menjaga ketahanan pangen.
6. Memenuhi terget produksi biofuel minimal 15,6 juta kL di tahun 2025.
7. Menyusun roadmap mengembangan biogas dan memenuhi target produksi sebesar 47,4
mmscfd tahun 2025.
8. Menugaskan BUMN/BLU untuk mengembangkan PLTP.
9. Menugaskan BUMN khusus untuk produksi.
10. Memperkuat litbang dan penerapan komponen industry terutama EBT.
11. Menyiapkan lokasi panas bumi dan sumber energi air.
12. Menyusun pedoman untuk mendorong potensi subsidi pemda.
Parallel ABS-27
“The effect of radiation source distance to the scintillation detector
based on monte carlo simulatin”
By: Junios, Freddy Haryanto, Zaki su’ud, Novitrian

1. Introduction
- Measurement in gamma knife perfexion
- Simulation in EGSnrc monte carlo
- The effect of radiation source distance to the scintillation detector

2. Tujuan:
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi jarak sumber detektor
sintilasi Nal berdasarkan simulasi monte carlo.

3. Methods
 Simulation set-up
 Simulation parameters

4. Results and discussion

Variasi jarak sumber ke detektor menyebabkan perubahan dalam nilai hitungan.


Tujuannya adalah untuk mempelajari pengaruh variasi jarak sumber ke detektor. Penelitian
ini mensimulasikan nilai hitung yang dideteksi oleh detektor sintilator dengan variasi jarak
ke sumber radiasi menggunakan EGSnrc tutor 3 monte carlo. Energi sumber radiasi 60 Co
dimodelkan monoenergetik, sehingga energi 1,17 MeV dan 11,33 MeV digunakan secara
terpisah. Geometri sumber ini diasumsikan sebagai sumber titik. media simulasi dibagi
menjadi 3 wilayah, vakum, detektor kilau dan vakum. kisaran jarak detektor divariasikan
dari 5 hingga 9,5 cm dari sumber dan digunakan 109 partikel. Potongan energi untuk
elektron 0,512 MeV dan untuk foton 0,01 MeV. Output skor energi yang disimpan dalam
detektor kilau. Nilai hitungan untuk setiap wilayah dianalisis dan dibandingkan. perubahan
jarak dari 5 cm sampai 5,5; 7,5; 8,5; dan 9,5 menyebabkan penurunan hitungan di area
Compton dari 5,1 %, 27,1 %, 35,9 % dan 44,6 % masing-masing. Sementara di area
photopeak ada penurunan dari 2,7%, 12,2 %, 15,8 % dan 19,0 % masing-masing. Ada
perubahan nilai hitungan pada variasi jarak yang disebabkan oleh jumlah sumber yang
berubah. Detektor menangkap lebih sedikit kuantitas di area compton dan photopeak.

5. Conclutions
variasi jarak sumber (cobalt-60) ke detektor sintilasi Nal (Ti) menghasilkan perbedaan
di daerah photopeak dan area puncak tepi compton. semakin besar jarak detektor dari
sumber semakin kecil puncaknya di daerah photopeak dan puncak puncak compton.

Anda mungkin juga menyukai