Anda di halaman 1dari 15

Teori Elektromagnetik pada Antena Mikrostrip dengan

Menggunakan Model Cavity dan Aplikasinya

Fitri Kurniati
Departemen Fisika, Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10, Bandung 40132, Indonesia
Email: Ftrheda94@yahoo.com

Abstrak. Antena merupakan sebuah bagian yang menjadi ciri khas dari sistem komunikasi
radio. Berbagai jenis antena telah banyak dirancang dan dikembangkan. Antena microstrip
adalah salah satu jenis antena yang pengembangannya dimulai sejak tahun 1970an dan hingga
kini masih menjadi jenis antena yang terus dikembangkan. Berbagai aplikasi komunikasi radio
tidak luput dari penggunaan antena ini, seperti perangkat CPE pada komunikasi bergerak,
sistem Wimax yang multiband, RFID, sistem MIMO dan ultrawideband (UWB). Hal yang
menjadi alasan dalam pemilihan antenna microstrip pada berbagai aplikasi tersebut adalah
bahannya yang sederhana (low profile), ringan, mudah diintegrasikan dengan sistem lainnya
dan biaya fabrikasinya yang relatif lebih murah, serta mampu memberikan parameter antena
yang diharapkan dengan cukup baik hanya dengan teknik-teknik khusus yang sederhana.
Kata kunci: antena, microstrip, patch, substrate, teknik pencatuan, ground plane.

1. Pendahuluan

Antena mikrostrip (microstrip antenna) yang dikenal juga sebagai antena patch atau
antena printed merupakan lempengan konduktpr tipis yang diletakkan di atas lempengan
konduktor tipis lainnya yang dipisahkan oleh sebuah bahan isolator (substrate). Antena
mikrostrip merupakan antena yang memiliki massa ringan, mudah untuk difabrikasi, dengan
sifatnya yang konformal sehingga dapat ditempatkan pada hampir semua jenis permukaan dan
ukurannya kecil dibandingkan dengan antena jenis lain. Karena sifat yang dimilikinya, antena
mikrostrip sangat sesuai dengan kebutuhan saat ini sehingga dapat diintegrasikan dengan
peralatan telekomunikasi lain yang berukuran kecil. Konsep tentang antena mikrostrip pertama
sekali diusulkan oleh Deschamps pada tahun 1953, dan mendapatkan hak patennya pada tahun
1955 atas nama Gutton dan Baissnot. Perkembangan yang pesat terhadap antena mikrostrip ini
baru terjadi 20 tahun setelahnya yaitu sekitar tahun 1970an. Hal ini disebabkan adanya
dukungan berupa ketersediaan bahan substrate yang baik dengan loss tangent yang kecil,
kondisi parameter thermal dan mekanik yang menarik, adanya peningkatan di dalam Teknik
pencetakannya, serta bertambahnya teori tentang model-model antena mikrostrip.
2. Struktur Dasar Antena Mikrostrip
Antena mikrostrip merupakan sebuah antena yang tersusun atas 4 elemen yaitu: elemen
peradiasi (patch), elemen substrat (substrate), elemen saluran pencatu (feed line) dan elemen
pentanahan (ground plane), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur Dasar Antena Mikrostrip

2.1 Elemen peradiasi (patch)


Elemen peradiasi (patch) merupakan sebuah lempengan bahan konduktor tipis yang akan
beresonansi sesuai dengan frekuensi kerjanya. Patch ini berfungsi untuk meradiasikan
gelombang elektromagnetik ke udara. Patch dan saluran pencatu biasanya terletak diatas
substrat. Tebal patch dibuat sangat tipis (t << λ0; t = ketebalan patch). Bentuk patch sangat
bervariasi sesuai dengan rancangan yang diinginkan. Bentuk-bentuk yang umum dan sederhana
dari patch adalah:
1. Bentuk segiempat (rectangular)
Bentuk ini memiliki besaran Panjang (L) dan lebar (W) yang dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:
𝑐
W= (1)
(𝜀 +1)
2𝑓𝑟 √ 𝑟
2

L = Leff - 2∆L (2)


𝑐
Leff = 2𝑓 (3)
𝑟 √𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓

Dimana c adalah kecepatan rambat gelombang elektromagnetik di ruang bebas yaitu sebesar 3
x 108 m/s, fr adalah frekuensi resonansi (frekuensi kerja) yang diharapkan dari antena, ɛr adalah
konstanta dielektrik substrate, h adalah tebal substrate, Leff merupakan Panjang patch efektif,
∆L adalah perbedaan Panjang antara L dan Leff, serta ɛreff adalah konstanta dielektrik relatif.
2. Bentuk segitiga sama sisi
Parameter utama dari bentuk ini adalah Panjang sisinya (a) yang diberikan pada persamaan
berikut:
2𝑐
a = 3𝑓 (4)
𝑟 √ 𝜀𝑟

ℎ ℎ ℎ ℎ 2 1 ℎ 2
ae = a [1 + 2.199 𝑎 − 12.853 𝑎 + 16.436 𝑎𝜀 + 6.182 (𝑎) − 9.802 (𝑎) ] (5)
√ 𝜀𝑟 𝑟 √ 𝜀𝑟
Dimana fr adalah frekuensi resonansi yang diharapkan dari antena dengan mode TM10 dan ae
adalah Panjang sisi efektif dari segetiga.
3. Bentuk lingkaran
Parameter utama dari bentuk ini adalah jari-jari lingkaran (r) yang diberikan dengan
persamaan:
𝐹
r= 1 (6)
2
2ℎ
{1+ 𝜋𝐹 }
𝜋𝜀𝑟 𝐹[ln( )+1,7726]
2ℎ

8,791 𝑥 109
F= (7)
𝑓𝑟 √𝜀𝑟

4. Bentuk Lain
Selain bentuk segiempat, segitiga dan lingkaran, terdapat bentuk-bentuk lain yang dapat
digunakan sebagai patch karena mikrostrip seperti ditunjukkan Gambar 2.

Gambar 2. Jenis-jenis Antena Mikrostrip


2.2 Elemen Substrat (Substrate)
Elemen substrat (substrate) merupakan bahan dielektrik yang memisahkan antara patch dan
bidang pentanahan (ground plane). Substrat terbuat dari bahan-bahan dielektrik. Substrat
biasanya mempunyai tinggi (h) antara 0,002λ0 – 0,005λ0. Berfungsi sebagai media penyalur
GEM dari catuan. Karakteristik substrat sangat berpengaruh pada besar parameter-parameter
antena. Pengaruh ketebalan substrat dielektrik terhadap parameter antena adalah pada
bandwidth. Penambahan ketebalan substrat akan memperbesar bandwidth. Elemen ini
memiliki jenis yang bervariasi dengan nilai konstanta dielektrik (ɛr) yang berbeda-beda. Tabel
1 memperlihatkan nilai konstanta dielektrik dari beberapa jenis bahan dielektrik.

Nilai konstanta bahan dielektrik yang tinggi dapat mengurangi ukuran dari antena mikrostrip.
Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk hal tersebut adalah dengan membuat sebuah
bahan metamaterial. Selain mengurangi ukuran antena, bahan metamaterial tersebut juga
mampu meningkatkan performasi antena.

2.4 Elemen Saluran Pencatu (Feed Line)


Elemen saluran pencatu merupakan saluran yang menghubungkan patch dengan perangkat
pengirim atau penerima radio. Teknik pencatu pada antena mikrostrip dapat dibedakan atas 2
bagian, yaitu pencatuan langsung (excited directly) dan pencatuan tidak langsung (excited
indirectly). Teknik pencatuan langsung yang umum digunakan adalah:
1. Saluran mikrostrip (microstrip line)
Pada pencatuan atau eksitasi ini, patch dan microstrip line terletak pada substrate yang sama.
Gambar 3 menunjukkan pencatuan patch dengan menggunakan saluran mikrostrip ( microstrip
line feed).

Gambar 3. Antena mikrostrip dengan pencatu mikrostrip line


2. Pencatu coaxial probe
Pada pencatuan ini, kabel inner dari koaksial dihubungkan ke patch dan kabel outer
dihubungkan ke ground plane seperti diilustrasikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Antena Mikrostrip dengan Pencatu Coaxial Probe


Pada excited indirectly, pencatuan patch dilakukan dengan cara pengkopelan. Salah satu
kelebihan yang dapat diharapkan dari Teknik pencatuan ini adalah peningkatan bandwidth.
Teknik pencatuan tidak langsung yang umum digunakan adalah:
1. Pencatuan aperture coupled
Pada pencatuan ini, ground plane yang memiliki slot aperture berada diantara saluran pencatu
(microstrip line) dan patch seperti diperlihatkan pada Gambar 5 pengkopelan patch oleh saluran
pencatu dilakukan melalui celah aperture.

Gambar 5. Pencatuan Aperture Coupled


Beberapa modifikasi dari Teknik pencatuan aperture coupled adalah bentuk slot aperture yang
berbeda-beda seeperti ditunjukkan pada Gambar 6 dan penambahan susunan substrate (stacked
patch) seperti ditunjukkan pafa Gambar 7.

Gambar 6. Variasi Bentuk slot aperture

Gambar 7. Aperture coupled dengan stacked patch


2. Pencatuan proximity (electromagnetically) coupled (EMC)
Pada pencatuan ini, patch dikopel oleh saluran pencatu berupa microstrip line yang berada di
bawah substrate patch (ɛr1). Sedangkan ground plane berada pada bagian bawah dari substrate
ɛr2 seperti diperlihatkan pada Gambar 8. Umumnya modifikasi dari Teknik pencatuan ini
dilakukan pada bidang ground plane.
Gambar 8. Pencatuan EMC
3. Pencatuan coplanar waveguide (CPW)
Konfigurasi pencatuan ini dapat dilihat pada Gambar 9. Saluran pencatu berupa coplanar
waveguide berada pada bidang pentanahan (ground plane). Antara saluran pencatu dan ground
plane terdapat slot pemisah. Modifikasi pada teknik pencatuan ini umumnya dilakukan pada
bentuk slot dan bentuk saluran coplanar.

Gambar 9. Pencatuan CPW


Pemilihan teknik penvatuan ditentukan oleh sejumlah factor. Pertimbangan yang paling
penting adalah mengenai transfer efisien daya antara patch dan saluran pencatunya. Keduanya
harus memiliki kesesuaian ompedansi. Oleh karenanya sangatlah dibutuhkan teknik-teknik
penyesuai impedansi seperti transformator impedansi, stub, dan junction. Terlebih lagi pada
saluran pencatu untuk aplikasi array. Beberapa struktur pencatuan yang lain dapat juga
digunakan untuk meingkatkan kinerja antena mikrostrip karena banyaknya kombinasi yang
memungkinkan karena banyaknya kombinasi yang memungkinkan dalam perancangannyaa.
2.5 Elemen pentanahan (ground plane)
Elemen pentanahan (ground plane) merupakan pembumian bagi sistem antena mikrostrip.
Elemen pentanahan ini umumnya memiliki jenis bahan yang sama dengan elemen peradiasi,
tetapi memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda. Ground plane umumnya menutupi seluruh
pada bagian bawah dari antena mikrostip. Beberapa modifikasi dari ground plane ternyata
mampu meningkatkan performasi antena mikrostrip seperti DGS (Defected Ground Structure),
PBG (Photonic Band Gap) dan EBG (elektromagnetik Band Gap).
3. Karakteristik Antena Mikrostrip
Antena mikrostrip banyak direkomendasikan pada berbagai aplikasi sistem komunikasi radio
karena memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan antena lainnya, diantaranya:
1. Memiliki beban yang lebih ringan, volume yang rendah dan konfigurasi profile yang
tipis sehingga dapat dibuat secara conformal.
2. Memiliki biaya fabrikasi yang relatif lebih murah terlebih lagi jika diproduksi secara
massal.
3. Polarisasi linier dan sirkular dapat diperoleh dengan pencatuan yang sederhana.
4. Antena dengan dual-frequency dan dual-polarization dapat dibuat dengan mudah.
5. Dapat dengan mudah diintegrasikan dengan rangkaian microwave yang terpadu.
6. Saluran pencatu dan rangkaian penyesuai impedansi dapat difabrikasi secara bersamaan
dengan struktur antenanya.
Meskipun demikian, antena mikrostrip juga masih memiliki keterbatasan dibandingkan
deengan antena microwave konvensional, seperti:
1. Memiliki bandwidth yang sempit.
2. Gain yang dihasilkan rendah.
3. Rugi-rugi ohmic cukup besar pada pencatuan array.
4. Kebanyakan antena mikrostrip memiliki radiasi yang satu arah.
5. Dibutuhkan struktur saluran pencatu yang cukup kompleks untuk mendapatkan
performance yang baik dari antena array.
6. Kemampuan daya yang dapat digunakan relative rendah (hingga sekitar 100 W).
7. Cross-polarization dan mutual coupling yang muncul dari antena mikrostrip array
sangat mengurangi efisiensi dan gain antenanya.
Dengan adanya kegiatan penelitian yang terus-menerus, keterbatasan-keterbatasan tersebut
telah dapat diminimalisasikan, seperti ditemukannya berbagai teknik pencatuan, substrate
metamaterial dan modifikasi ground plane.
4. Teknik Array
Array merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengingkatkan gain antena.
Pada antena mikrostrip, metode ini dilakukan dengan cara menyusun beberapa patch yang
identic. Dengan susunan ini, karakteristrik antena yang diharapkan dapat diatur berdasarkan:
a. Konfigurasi geometri patch
b. Penempatan relative arah patch
c. Amplitude eksitasi dari setiap patch
d. Gasa eksitasi dari setiap patch
e. Pola relatuf dari setiap patch
Berdasarkan konfigurasi geometri patch, teknik array antena mikrostrip dapat dibedakan atas
3 jenis yaitu linier, planar dan circular. Masing-masing konfigurasi dapat dilihat pada gambar
10.

Gambar 10. Teknik Array: (a) Linier Array, (b) Planar Array, (c) Circular Array
5. Model Analisis
Unruk menganalisis sebuah antena mikrostrip secara akurat, diperlukan suatu pemodelan yang
dapat menggambarkan kondisi antena tersebut ke dalam sebuah kondisi persamaan.
Berdasarkan distribusi arus magnetic di sekitar patch, model analisis antena mikrostrip yang
umum digunakan adalah:
1. Model Transmission Line
2. Model Cavity
3. Model Multiport Network
Dan berdasarkan distribusi arus listrik pada patch dan ground plane dengan menggunakan
analisis numerik atau simulasi gelombang penuh (full-wave simulation), model analisis yang
umum digunakan adalah:
1. Model method of moments (MoM)
2. Model finite-element method (FEM)
3. Model spectral domain technique (SDT)
4. Model finite-difference time domain (FDTD)
Perangkat lunak (software) simulator yang dapat digunakan untuk menganalisis antena
mikrostrip adalah IE3D, CST, HFSS, MWO, Sonnet, EMPro PCAAD dan lainnya.
5.1 Model Cavity
Untuk menganalisi sebuah antena mikrostrip, maka diperlukan sebuah pemodelan yang
dapat menggambarkan kondisi antena ke dalam sebuah kondisin persamaan yang dapat
dianalisis secara kuat. Berbagai pemodelan untuk antena mikrostrip tersebut telah banyak
dikemangkan dan satu diantaranya yang populer adalah model cavity.

Pada model cavity, daerah interior yaitu ruang antara patch dan ground plane diasumsikan
sebagai sebuah ruang (cavity) yang dilingkari oleh suatu dinding magnetik sepanjang
tepinya, dan diapit oleh dinding elektrik dari atas dan bawah. Model cavity dari sebuah
antena mikrostrip diperlihatkan pada Gambar 11. Beberapa asumsi model cavity
berdasarkan observasi dari substrat tipis (h<<λ0) [3]:
a. Medan di daerah interior tidak bervariasi dengan z (∂/∂z ≡ 0) karena substrat sangat
tipis (h<<λ0).
b. Medan elektrik hanya muncul dalam arah z, Ez saja, dan medan magnetis hanya ada
komponen transversnya saja (Hx, dan Hy) di daerah yang dibatasi oleh patch dan
ground plane. Observasi ini juga memperhatikan dinding elektris atas bawah.
c. Patch arus listrik tidak mempunyai komponen normal pada ujung metal, yang
termasuk komponen tangensial dari , sepanjang sisi diabaikan.

Model cavity ini menggunakan persamaan Maxwell. Adapun persamaan Maxwell untuk
daerah dibawah patch adalah sebagai berikut:
(8)

(9)

(10)

(11)
Gambar 11. Distribusi Muatan Dan Densitas Arus Yang Terbentuk Pada Patch
Mikrostrip

Ketika suatu patch diberikan daya, maka akan terjadi distribusi muatan seperti yang terlihat
pada bagian atas dan bawah dari permuakaan elemen peradiasi dan pada bagian ground
plane (Gambar 2.3). Distribusi muatan ini diatur dengan dua mekanisme yaitu mekanisme
aktraktif dan mekanisme repulsif. Mekanisme aktraktif terjadi antara dua muatan yang
berlawanan yaitu pada bagian bawah patch dan bagian ground plane yang cenderung untuk
mempertahankan kosentrasi muatan pada bagian bawah patch. Mekanisme repulsif terjadi
antara muatan yang terdapat pada bagian bawah patch. Hal tersebut akan menyebabkan
beberapa muatan terdorong dari bagian bawah patch ke bagian atas dari patch. Pergerakan
muatan ini akan menyebabkan arus mengalir pada bagian bawah dan atas dari patch. Kedua
jenis mekanisme ini dperlihatkan pada Gambar 2.3 beserta dengan kerapatan arusnya (J).
Dapat diasumsikan bahwa besarnya arus yang mengalir ke atas permukaan patch adalah nol,
sehingga tidak menyebabkan adanya medan magnet tangensial ke ujung patch. Hal ini
menyebabkan keempat dinding samping menyerupai permukaan magnet konduksi yang
sempurna sehingga tidak mengganggu medan magnetik menyebabkan distribusi medan
elektrik tetap berada di bawah permukaan patch.

6. Parameter Umum Antena Mikrostrip

Untuk dapat melihat kerja dari antena microstrip, maka perlu diamati parameter –
parameter pada microstrip. Beberapa parameter umum dijelaskan sebagai berikut.
6.1 Dimensi Antena
Untuk mencari dimensi antena microstrip (W dan L), harus diketahui terlebih dahulu
parameter bahan yang digunakan yaitu tebal dielektrik (h), konstanta dielektrik (εr), tebal
konduktor (t) dan rugi – rugi bahan. Panjang antena mikrostrip harus disesuaikan, karena
apabila terlalu pendek maka bandwidth akan sempit sedangkan apabila terlalu panjang
bandwidth akan menjadi lebih lebar tetapi efisiensi radiasi akan menjadi kecil. Dengan
mengatur lebar dari antena microstrip (W) impedansi input juga akan berubah. Pendekatan
yang digunakan untuk mencari panjang dan lebar antena microstrip dapat menggunakan
persamaan :

(12)

Dimana W adalah lebar konduktor, εr adalah konstanta dielektrik, c adalah kecepatan cahaya
di ruang bebas (3x108) dan fo adalah frekuensi kerja antena. Sedangkan untuk menentukan
panjang patch (L) diperlukan parameter yang merupakan pertambahan panjang dari L
akibat adanya fringing effect. Pertambahan panjang dari L ( ) tersebut dirumuskan dengan:
𝑊
(𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 +0,3)( +0,264)
∆L = 0,412h ℎ
𝑊 (13)
(𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓 −0,258)( +0,8)

Dimana h merupakan tinggi substrata tau tebal substrat dan ɛreff adalah konstanta dielektrik
relative yang dirumuskan sebagi berikut:

𝜀𝑟 +1 𝜀𝑟 −1 1
ɛreff = + ( ) (14)
2 2
√1+12ℎ⁄𝑊

Dengan panjang patch (L) dirumuskan oleh:

L = Leff - 2∆L (15)

Dimana Leff merupakan panjang patch efektif yang dapat dirumuskan dengan:
𝑐
Leff = 2𝑓 (16)
0 √𝜀𝑟𝑒𝑓𝑓

6.2 Pola Radiasi

Pola radiasi adalah representasi grafis sifat – sifat pemancaran antena sebagai fungsi dari
koordinat ruang. Dengan menggunakan model slot peradiasi di atas, maka berlaku
persamaan medan elektrik:

untuk (17)
Ada dua jenis pola radiasi, yaitu:
a. Mutlak
Pola radiasi mutlak ditampilkan dalam satuan – satuan mutlak kekuatan atau daya
medan.
b. Relatif
Pola radiasi relatif merujuk pada satuan – satuan relatif kekuatan atau daya medan.
Kebanyakan ukuran pola radiasi relatif kepada antena isotropic dan metode transfer
gain dipergunakan untuk menentukan gain mutlak antena.
Pola radiasi di daerah dekat antena tidaklah sama seperti pola radiasi pada jarak jauh. Istilah
medan dekat merujuk pada pola medan yang berda dekat antena, sedangkan istilah medan
jauh merujuk pada pola medan yang berada di jarak jauh. Medan jauh juga disebut sebagai
medan radiasi, dan merupakan hal yang diinginkan. Biasanya, daya yang dipancarkan adalah
yang kita inginkan, dan oleh karena itu pola antena biasanya diukur didaerah medan jauh.
Untuk pengukuran pola sangatlah penting untuk memiliki jarak yang cukup besar untuk
berada di medan jauhm jauh di luar medan dekat. Jarak dekat minimum yang diperbolehkan
bergantung pada dimensi antena berkaitan dengan panjang gelombang.

6.3 VSWR (Voltage Standing Wave Ratio)

Bila impedansi saluran transmisi tidak sesuai dengan transceiver maka akan timbul daya
refleksi (reflected power) pada saluran yang berinterferensi dengan daya maju (forward
power). Interferensi ini menghasilkan gelombang berdiri (standing wave) yang besarnya
bergantung pada besarnya daya refleksi. VSWR adalah perbandingan antara amplitudo
gelombang berdiri (standing wave) maksimum max dengan minimum min. Pada
saluran transmisi ada dua komponen gelombang tegangan, yaitu tegangan yang dikirimkan
(V0+) dan tegangan yang direfleksikan (V0-). Perbandingan antara tegangan yang
direfleksikan dengan tegangan yang dikirimkan tersebut sebagai koefisien refleksi tegangan
(I’):
𝑉− 𝑍1 − 𝑍0
I’ = 𝑉0+ = (18)
0 𝑍1 + 𝑍0

Dimana Z1 adalah impedansi beban (load) dan Z0adalah impedansi saluran lossless.
Koefisien refleksi tegangan (I’) memiliki nilai kompleks, yang mempresentasikan besarnya
magnitude dan fasa dari refleksi. Untuk beberapa kasus sederhana, ketika bagian imajiner
dari I’ adalah nol maka:
I’ = -1 : refleksi negative maksimum, ketika saluran terhubung singkat.
I’ = 0 : tidak ada refleksi, ketika saluran dalam keadaan matched sempurna.
I’ = +1 : refleksi positif maksimum, ketika saluran dalam rangkaian terbuka.

Sedangkan untuk mencari nilai VSWR adalah:


|𝑉|𝑚𝑎𝑥 1+ |𝐼 ′ |
S= |𝑉|𝑚𝑖𝑛
= 1− |𝐼′ | (19)
6.4 Return Loss

Return loss adalah perbandingan antara amplitudo dari gelombang yang direfleksikan
terhadap amplitudo gelombang yang dikirimkan. Return Loss digambarkan sebagai
peningkatan amplitudo dari gelombang yang direfleksikan (V0-) dibanding dengan
gelombang yang dikirim (V0+). Return Loss dapat terjadi akibat adanya diskontinuitas
diantara saluran transmisi dengan impedansi masukan beban (antena). Pada rangkaian
gelombang mikro yang memiliki diskontinuitas (mismatched), besarnya return loss
bervariasi tergantung pada frekuensi.
𝑉− 𝑍1 − 𝑍0 𝑉𝑆𝑊𝑅−1
I’ = 𝑉0+ = = (20)
0 𝑍1 + 𝑍0 𝑉𝑆𝑊𝑅+1

6.5 Gain

Gain adalah perbandingan antara rapat daya per satuan unit antena terhadap rapat daya
antena referensi dalam arah dan daya masukan yang sama. Gain suatu antena berlainan
dengan gain kutub empat, gain diperhatikan daya masukan ke terminal antena. Gain didapat
dengan menggunakan persamaan:

(21)

Ada dua jenis parameter penguatan (Gain) yaitu absolute gain dan relative gain. Absolute
gain pada sebuah antena didefinisikan sebagai perbandingan antara intensitas pada arah
tertentu dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang diterima oleh antena
teradiasi secara isotropik. Intensitas radiasi yang berhubungan dengan daya yang
diradiasikan secara tropik sama dengan daya yang diterima oleh antena (Pin) dibagi 4π.
Absolute gain ini dapat dihitung dengan rumus:

𝑈(𝜃,∅)
gain = 4π (22)
𝑃𝑖𝑛

Selain absoulute gain juga ada relative gain. Relative gain didifeinisikan sebagai
perbandingan antara perolehan daya pada sebuah arah dengan perolehan daya pada antena
referensi pada arah yang direferensikan juga. Daya mauskan harus sama di antara kedua
antena itu. Akan tetapi, antena referensi merupakan sumber isotropik yang lossless
(Pin(lossless)).
𝑈(𝜃,∅)Secara rumus dapat dihubungkan sebagai berikut:
gain = 4π 𝑃
𝑖𝑛

𝑈(𝜃,∅)
gain = 4π𝑃 (23)
𝑖𝑛 (𝑙𝑜𝑠𝑠𝑙𝑒𝑠𝑠)
6.6 Keterarahan (Directivity)

Pengarahan (directivity) adalah sebagai perbandingan antara rapat daya maksimum pada
berkas utama terhadap rapat daya rata – rata yang diradiasikan.
𝑈𝑚𝑎𝑥
D= (24)
𝑈0

Intensitas radiasi rata – rata sama dengan jumlah daya yang diradiasikan oleh antena dibagi
dengan 4π. Jika arah tidak ditentukan, arah intensitas radiasi maksimum merupakan arah
yang dimaksud. Directivity ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑈 4𝜋𝑈
D=𝑈 =𝑃 (25)
0 𝑟𝑎𝑑

dimana:
D = keterarahan (Directivity)
D0 = keteraharan maksimum
U = intensitas radiasi
Umax = intensitas radiasi maksimum
U0 = intensitas radiasi pada sumber isotropik
Prad = daya total radiasi

6.7 Bandwidth

Bandwidth suatu antena didefinisikan sebagai rentang frekuensi dimana kerja yang
berhubungan dengan berapa karakteristik (seperti impedansi masukan, pola, beamwidth,
polarisasi, gain, efisiensi, VSWR, return loss, axial ratio) memenuhi spesifikasi standar.

Gambar 12. Rentang Frekuensi yang menjadi Bandwidth

Dengan Gambar 12 bandwidth dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini:

𝑓2 − 𝑓1
BW = 𝑓𝑐
× 100% (26)

Dimana f2 adalah frekuensi tertinggi, f1 adalah frekuensi terendah dan fc adalah frekuensi
tengah.
Ada beberapa jenis bandwidth diantaranya:

a. Impedance bandwidth, yaitu rentang frekuensi di mana patch antena berada pada
keadaan matching dengan saluran pencatu. hal ini terjadi karena impedansi dari
elemen antena bervariasi nilainya tergantung dari nilai frekuensi. Nilai matching ini
dapat dilihat dari return loss dan VSWR. Nilai return loss dan VSWR yang masih
dianggap baik adalah kurang dari -9,54 dB dan 2, secara berurutan.
b. Pattern bandwidth, yaitu rentang frekuensi dimana beamwidth, sidebole atau gain,
yang bervariasi menurut frekuensi memenuhi nilai tertentu. Nilai tersebut harus
ditentukan pada awal perancangan antena agar nilai bandwidth dapat dicari.
c. Polarization atau axial ratio adalah rentang frekuensi dimana polarisasi (linier atau
melingkar) masih terjadi. Nilai axial ratio untuk polarisasi melingkar adalah kurang
dari 3 dB.

6.8 Polarisasi

Polarisasi antena adalah polarisasi dari gelombang yang ditransmisikan oleh antena.
Jika arah tidak ditentukan maka polarisasi merupakan polarisasi pada arah gain maksimum.
Pada praktiknya, polarisasi dari energi yang teradiasi bervariasi dengan arah dari tengah
antena, sehingga bagian lain dari pola radiasi mempunyai polarisasi yang berbeda.
Polarisasi dari gelombang yang teradiasi didefinisikan sebagai suatu keadaan
gelombang elektromagnet yang menggambarkan arah dan magnitudo vektor medan elektrik
yang bervariasi menurut waktu. Selain itu, polarisasi juga dapa didefinisikan sebagai
gelombang yang diradiasikan dan diterima oleh antena pada suatu arah tertentu. Polarisasi
dapat diklasifikasikan sebagai linear (linier), circular (melingkar), atau elliptical (elips).
Polarisasi linier (Gambar 13) terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut waktu
pada suatu titik di ruang memiliki vektor medan elektrik (magnet) pada titik tersebut selalu
berorientasi pada garis lurus yang sama pada setiap waktu. Hal ini dapat terjadi jika vektor
(elektrik maupun magnet) memenuhi:
a. Hanya ada satu komponen
b. 2 (dua) komponen yang saling tegak lurus secara linier yang berada pada perbedaan
fasa waktu atau 1800 atau kelipatannya.

Gambar 13. Polarisasi Linier


Polarisasi melingkar (Gambar 14) terjadi jika suatu gelombang yang berubah menurut
waktu pada suatu titik memiliki vektor medan elektrik (magnet) pada titik tersebut berada
pada jalur lingkaran sebagai fungsi waktu. Kondisi yang harus dipenuhi untuk mencapai
jenis polarisasi ini adalah:
a. medan harus mempunyai 2 komponen yang saling tegak lurus linier
b. kedua komponen tersebut harus mempunyai magnitudo yang sama
c. kedua komponen tersebut harus memiliki perbedaan fasa waktu pada kelipatan ganjil
900.

Polarisasi melingkar bagi menjadi dua, yaitu Left Hand Circular Polarization (LHCP) dan
Right Hand Circular Polarization (RHCP). LHCP terjadi ketika δ=+ /2, sebaliknya δ=-
/2.
z
= polarisasi terhadap bidang xyz
= polarisasi terhadap bidang xz
= polarisasi terhadap bidang yz
= polarisasi terhadap bidang xy

x y

Gambar 14. Polarisasi Melingkar

Polarisasi elips (Gambar 15) terjadi ketika gelombang yang berubah menurut waktu
memiliki vektor medan (elektrik atau magnet) berada pada jalur kedudukan elips pada ruang.
Kondisi yang harus dipenuhi untuk mendapatkan polarisasi ini adalah:
a. Medan harus mempunyai dua komponen linier orthogonal
b. Kedua komponen tersebut harus beada pada magnitudo yang sama atau berbeda
c. Jika kedua komponen tersebut tidak berada pada magnitudo yang sama perbedaan
fasa waktu antara kedua komponen tersebut harus tidak bernilai 00 atau kelipatan
1800 (karena akan menjadi linier). Jika kedua komponen berada pada magnitudo
yang sama makan perbedaan fasa diantara kedua komponen tersebut harus tidak
merupakan kelipatan ganjil dari 900 (karena akan menjadi lingkaran).

= polarisasi terhadap bidang xyz


= polarisasi terhadap bidang xz
= polarisasi terhadap bidang yz
= polarisasi terhadap bidang xy

x y

Gambar 15. Polarisasi Elips

Anda mungkin juga menyukai