Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan
teknologi, sekarang ini juga banyak sekali masalah-masalah kesehatan
yang bermunculan di masyarakat. Dari hari ke hari semakin banyak
muncul penyakit infeksi ataupun penyakit lainnya, salah satunya adalah
penyakit tonsillitis yang sering kita kenal dengan radang amandel.
Penyakit tersebut sering di derita pada anak-anak dan secara umum
mengalami satu atau dua kali serangan semasa anak-anak, walaupun
terkadang dapat terjadi pada sebagian kecil orang dewasa.
Tonsil atau yang lebih sering dikenal amandel merupakan
kumpulan jaringan limfoid yang terletak pada kerongkongan di belakang
kedua ujung lipatan belakang mulut. Tonsil atau amandel berfungsi
mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara
menahan bakteri atau virus memasuki tubuh. Tetapi apabila tonsil sudah
tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus, maka akan terjadi
peradangan pada tonsil atau amandel yang disebut dengan tonsillitis.
Penyakit ini sering di temukan dan dapat menyerang semua umur. Apabila
masalah tonsillitis ini tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan yang
benar dan adekuat maka kemungkinan besar akan menyebabkan
komplikasi kedaerah lainnya secara infeksi perkontinuitu atau ke organ
yang jauh secara hematogen dan limfogen. Tonsilitis biasanya diangkat
dengan tindakan bernama tonsilektomi.
Tonsilektomi didefinisikan sebagai metode pengangkatan seluruh
tonsil, berasal dari bahasa latin tonsilia yang mempunyai arti tiang tempat
menggantungkan sepatu, serta dari bahasa yunani ektomi yang berarti
eksisi. Tonsilektomi sudah sejak lama dikenal yaitu sekitar 2000 tahun
yang lalu. Cornelius celcus seorang penulis dan peneliti Romawi yang
pertama memperkenalkan cara melepaskan tonsil dengan menggunakan

1
jari dan disarankan memakai alat yang tajam, jika dengan jari tidak
berhasil.
Oleh karena itu, di angkatlah judul Asuhan Keperawatan
Perioperatif Dengan Tonsilektomi Atas Indikasi Adeno Tonsilitis Kronis
Di Ruang IBS Dr. Loekmono Hadi Kudus.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai adalah untuk mrngetahui dan
melaporkan hasil asuhan keperawatan perioperatif dengan
Tonsilektomi atas Indikasi Adeno Tonsilitis Kronis di ruang IBS dr.
Loekmono Hadi Kudus melalui suatu proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari asuhan keperawatan perioperatif pasien dengan
Tonsilektomi ini adalah:
a. Mengkaji secara komprehensif yang meliputi Pra-Operasi, Intra-
Operasi, Post Operasi pada pasien dengan Tonsilektomi.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan yang meliputi Pra-Operasi,
Intra-Operasi, Post Operasi pada pasien dengan Tonsilektomi.
c. Merencanakan intervensi keperawatan yang meliputi Pra-Operasi,
Intra-Operasi, Post Operasi pada pasien dengan Tonsilektomi.
d. Melaksanakan implementasi yang meliputi Pra-Operasi, Intra-
Operasi, Post Operasi pada pasien dengan Tonsilektomi.
e. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang meliputi Pra-
Operasi, Intra-Operasi, Post Operasi pada pasien dengan
Tonsilektomi.
f. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan yang meliputi Pra-
Operasi, Intra-Operasi, Post Operasi pada pasien dengan
Tonsilektomi.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Perawat
Perawat atau team kesehatan mendapatkan bahan masukan serta
pengalaman dalam melaksanakan asuhan keperawatan dengan

2
pendekatan proses keperawatan yang baik pada pasien dengan
tonsilitis.
2. Bagi institusi pendidikan kesehatan khususnya
a. Dapat menjadi salah satu acuan dasar bagaimana melaksanakan
Asuhan keperawatan yang baik pada pasien tonsilitis.
b. Dapat memberikan data dasar bagi peneliti selanjutnya yang lebih
luas dalam materi yang sama.
c. Sebagai sumbangsih pemikiran dalam pemikiran dalam usaha
meningkatkan asuhan keperawatan khususnya penyakit tonsilitis.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang
sangat sering dijumpai terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006).
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri
jenis lain atau infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah peradangan kronis yang mengenai seluruh jaringan
tonsil yang pada umumnya sering didahului oleh suatu peradangan di bagian
tubuh lain, seperti sinusitis, rhinitis. Tonsilitis berulang terutama terjadi pada
anak-anak dan diantara serangan tidak jarang tonsil tampak sehat. Tapi tidak
jarang keadaan tonsil diluar serangan membesar disertai dengan hiperemis
ringan (Derricson, 2009).
Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk
mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam, 2005).

B. Etiologi
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan
dariCommission on Acute Respiration Disease yang bekerja sama dengan
SurgeonGeneral of the Army, dimana dari 169 kasus didapatkan :
1. 25% disebabkan oleh Streptokokus b hemolitikus yang pada
masapenyembuhan tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi
dalamserum penderita.
2. 25% disebabkan oleh Streptokokus lain yang tidak menunjukkan
kenaikantiter Sreptokokus antibodi dalam serum penderita.
3. Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influensa.
Ada pula yang menyebutkan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai berikut:
1. Streptokokus b hemolitikus Grup A
2. Hemofilus influenza
3. Streptokokus pneumonia

4
4. Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)
5. Tuberkulosis (pada immunocompromise)

Faktor Predisposisi :
1. Rangsangan kronis (rokok, makanan)
2. Higiene mulut yang buruk
3. Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)
4. Alergi (iritasi kronis dari alergen)
5. Keadaan umum (gizi jelek, kelelahan fisik)
6. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

C. Klasifikasi
Klasifikasi tonsillitis menurut Reeves (2001) yaitu :
1. Tonsillitis akut
Dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri
tenggorokan. Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis bacterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus
beta hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus,
streptococcus viridian dan streptococcus piogenes
2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis difteri
Penyebab yaitu oleh kuman coryne bacterium diphteriae, kuman
yangtermasuk gram positif dan bisa hidup disalurkan napas bagian
atas yaitu hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis septik
Penyebab sterptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
seninggamenimbulkan epidemi. Oleh karena itu di Indonesia susu

5
sapi dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum di minum
maka penyakit ini jarang ditemukan.
c. Angina plout vincent
Penyebab penayakit ini adalah bakteri spinachaeta atau triponema
yangdidapatkan pada penderita dengan hygiene mulut yang kurang
dan difiensi vitamin C. Gejala berupa demam sampai 39° C, nyeri
kepala, badan lemah dan kadang gangguan pencernaan.

D. Patofisiologi
Bakteri atau virus menginfeksi pada lapisan epitel. Bila epitel terkikis,
maka jaringan limpofid superficial menandakan reaksi, terdapat
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonukuler. Proses
ini secara klinis tampak pada kriptus tonsil yang berisi bercak kuning
disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel
yang terlepas. Akibat dari proses ini akan terjadi pembengkakan atau
pembesaran tonsil ini, nyeri menelan, disfagia. Kadang apabila terjadi
pembesaran melebihi uvula dapat menyebabkan kesulitan bernafas.
Apabila kedua tonsil bertamu pada garis tengah yang disebut kidding
tonsil dapat terjadi penyumbatan pengaliran udara dan makanan.
Komplikasi yang sering terjadi akibat disfagia dan nyeri saat menelan, klien
akan mengalami malnutrisi yang ditandai dengan gangguan tumbuh
kembang, malaise, mudah mengantuk.
Pembesaran adenoid mungkin dapat menghambat ruang samping
belakang hidung yang membuat kerusakan lewat udara dari hidung ke
tenggorokan, sehingga akan bernafas melalui mulut. Bila bernafas terus
lewat mulut maka mukosa membarne dari orofaring menjadi kering dan
teriritasi, adenoid yang mendekati tuba eustachus dapat meyumbat saluran
mengakibatkan berkembangnya otitis media (Nanda, 2008).

6
E. Manifestasi Klinik
Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, terasa kering
danpernafasan berbau, rasa sakit terus menerus pada kerongkongan dan
sakit waktu menelan. Pada pemeriksaan, terdapat 2 macam gambaran tonsil
yang mungkin tampak:
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan
kejaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat
yangpurulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang
sepertiterpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte
yangmelebar dan ditutupi eksudat yang purulent.
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring,
denganmengukur jarak antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan
jarak permukaan medial kedua tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil
dapat dibagi menjadi:
T0 : Tonsil masuk di dalam fossa
T1 : <25 % volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T4 : >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring

F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada tonsillitis adalah
1. Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya
trismusdan abses.
2. Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber
infeksiberasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi,
menembuskapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.

7
3. Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran
getahbening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring,
sinusparanasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, mastoid dan os
petrosus.
4. Abses retrofiring
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya
terjadipada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring
masihberisi kelenjar limfe.
5. Krista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh
jaringanfibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil
berwarnaputih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.
6. Tonsilolith (kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam
jaringantonsil membentuk bahan keras seperti kapur.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman(2006) :
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut)
selama 10 hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam
bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/tahun.
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih tahun dalam kurun waktu 2
tahun.
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu
3 tahun.
d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

8
Tonsilektomi menurut Firman (2006), yaitu :
1. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus
dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
2. Teknik Pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan, pasien
diposisikan terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher
dalam keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan
lidah didorong keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk
mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi /
quillotine.Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat
tonsil secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu
pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah
pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan
mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.
3. Perawatan Paska-bedah
a. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b. Memantau tanda-tanda perdarahan
1) Menelan berulang
2) Muntah darah segar
3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
c. Diet
1) Memberikan cairan bila muntah telah reda
a) Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang
besar (lebih nyaman dari ada kepingan kecil).
b) Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan
perdarahan).
2) Menawarkan makanan
a) Es crem, crustard dingin, sup krim, dan jus.
b) Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat
dinikmati pada pagi hari setelah perdarahan.

9
c) Hindari jus jeruk, minuman panas, makanan kasar, atau
banyak bumbu selama 1 minggu.
3) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
a) Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
b) Memberikan analgesik (hindari aspirin)
c) Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
d) Minum 2-3 liter/hari sampai bau mulut hilang.
4) Mengajari pasien mengenal hal berikut
a) Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan
menyisi hidung segera selama 1-2 minggu.
b) Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah
yang tertelan.
c) Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari
ke-4 dan ke-8 setelah operasi.

H. Asuhan Keperawatan Tonsilitis


A. Pengkajian
Pengkajian fokus pada pasien tonsilitis :
1. Wawancara :
a. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya
b. Kapan gejala itu muncul
c. Apakah mempunyai kebiasaan merokok
d. Bagaimana pola makan
e. Apakah rajin membersihkan mulut
2. Pengkajian pola fungsional
a. Data dasar pengkajian :
1) Intergritas ego
Gejala : perasaan takut, khawatir bila pembedahan
mempengaruhi kemampuan kerja.
Tanda : ansietas, depresi, menolak.
2) Makanan cair

10
Gejala : kesulitan menelan.
Tanda : kesulitan menelan, tersedak.
3) Nyeri / keamanan
Gejala : sakit tenggorokan kronis.
Tanda : gelisah, perilaku berhati- hati.
4) Pernafasan
Gejala : riwayat merokok, bekerja dengan serbuk kayu
Hasil pemeriksaan fisik secara umum di dapat :
a. Pembesaran tonsil dan hiperemis
b. Letargi
c. Kesulitan menelan
d. Demam
e. Nyeri tenggorokan
f. Kebersihan mulut buruk
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Usap tonsilar dikultur untuk menentukan adanya infeksi bakteri.
Usapan biastenggorokan, hidung.
b. Biopsy dilakukan pada semua kasus dengan pembesaran tonsil
unuilateral.
c. Pemeriksaan darah lengkap.
d. Radiologi.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus Appendisitis
berdasarkan rumusan diagnosa keperawatan menurut NANDA (2006)
antara lain :
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi.
b. Ansietas b.d prognosis penyakit rencana pembedahan.

11
2. Intra Operasi
a. Resiko kekurangan volume cairan b.d output yang berlebih.
b. Resiko perubahan suhu tubuh: hipotermi b.d penggunaan obat
anestesi dan pemajanan lingkungan operasi
3. Post Operasi
a. Resiko aspirasi b.d perdarahan post operasi tonsilektomi
b. Resiko cedera: jatuh b.d penurunan kesadaran, proses
pemindahan pasien.

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi menurut Mc.Closkey (1996) Nursing Intervention
Classsification (NIC), dan hasil yang diharapkan menurut Johnson
(2000) Nursing Outcome Classification (NOC), antara lain :
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakandan asuhan
keperawatan dalam diharapkan nyeri dapat berkurang.
Kriteria hasil :
1) Nyeri berkurang
2) Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah
3) Mempertahankan tingkat
4) Nyeri pada skala 0-10.
5) Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk
mencapai kenyamanan.
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri, secara komprehensif meliputi
lokasi, keparahan, faktor presipitasinya.
2) Observasi ketidaknyamanan non verbal.
3) Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir
dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyamannya

12
dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan
yang tidak terburu-buru.
4) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap ketidaknyamanan.
5) Anjurkan klien untuk menggunakan teknik relaksai saat
nyeri.
6) Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak.
7) Kolaborasi medis dalam pemberian analgetik
b. Ansietas b.d prognosis penyakit rencana pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
klien dapat mengontrol kecemasannya.
Kriteria Hasil :
1) Klien mampu mengidentifikasi rasa cemas
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan
teknik untuk mengontrol cemas
3) Ekspresi wajah dan bahasa tubuh menunjukkan
berkurangnya kecemasan
Intervensi :
1) Identifikasi tingkat kecemasan
2) Jelaskan pada klien tentang prosedur pembedahan
3) Ajarkan klien menggunakan teknik relaksasi atau distraksi

2. Intra Operasi
a. Resiko kekurangan volume cairan b.d output yang berlebih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan dan asuhan keperawatan
diharapkan klien terhindar dari resiko kekurangan
volume cairan.
Kriteria Hasil:
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ
urine normal

13
2) Tidak ada tanda tanda dehidrasi, turgor kulit baik, membrane
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
3) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi :
1) Ukur intake dan output dengan akurat.
2) Monitor masukan cairan
3) Monitor membrane mukosa dan turgor kulit.
4) Monitor tanda-tanda vital
b. Resiko perubahan suhu tubuh : hipotermi b.d penggunaan obat
anestesi dan pemajanan lingkungan operasi
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan diharapkan klien terhindar dari resiko
hipotermi
Kriteria Hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal
2) Tanda-tanda vital. dalam rentang normal TD (120/80 mmHg),
nadi (60-100x/menit) dan RR (16-20x/menit)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh
2) Monitor TD, nadi, RR
3) Selimuti klien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
4) Monitor warna, dan kelembaban kulit

3. Post Operasi
a. Resiko aspirasi b.d perdarahan post operasi tonsilektomi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien
diharapkan tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil :
1) Jalan nafas efektif
2) Tidak ada aspirasi
Intervensi :

14
1) Berikan O2 binasal kanul sesuai kebutuhan
2) Gunakan suction secara benar
3) Posisikan pasien Sim/miring
b. Resiko cedera : jatuh b.d penurunan kesadaran, proses
pemindahan pasien.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien
terhindar dari resiko cedera : jatuh
Kriteria Hasil:
1) Klien terbebas dari cedera jatuh
2) Mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
Intervensi :
1) Pindahkan klien dengan aman
2) Sediakan lingkungan yang aman untuk klien
3) Pasang side rail tempat tidur

15

Anda mungkin juga menyukai