Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

SEJARAH DAN KONTEKS

2.1 Sejarah Acara Kebudayaan Jepang di Indonesia


Dalam sejarah acara kebudayaan Jepang di Indonesia, acara Jak Japan
Matsuri merupakan pemicu bagi munculnya acara-acara festival budaya Jepang
lainnya, acara-acara kebudayaan yang pernah dilaksanakan di Indonesia antara lain
adalah Festival Little Tokyo Ennichisai di kawasan Blok M, Jakarta yang dimana
acara tersebut merupakan sebuah festival seni dan kuliner yang diselenggarakan oleh
komunitas restoran-restoran Jepang yang ada di kawasan Blok M, Jakarta. Sejak
terselenggaranya acara ini pada tahun 2010, acara tersebut dijadikan agenda rutin
setiap tahunnya di tempat yang sama. Dalam acara ini juga diperkenalkan budaya-
budaya Jepang serta kuliner-kuliner Jepang yang tentunya sudah diubah sesuai cita
rasa Indonesia sehingga banyak masyarakat Indonesia yang tertarik untuk mencoba
kuliner-kuliner Jepang tersebut.
Acara yang lainnya adalah acara Anime Festival Asia Indonesia (AFAID)
yang diselenggarakan di wilayah Jakarta dengan lokasi yang tidak tetap. Acara ini
merupakan sebuah konvensi Anime terbesar di luar Jepang yang dimana dalam acara
ini menampilkan pameran tentang anime atau kartun Jepang serta ada juga seminar
yang menampilkan tokoh-tokoh ternama dari industri anime Jepang itu sendiri dan
ada penampilan pertunjukan musik dari pengisi-pengisi soundtrack anime yang ada
di Jepang. Acara ini diselenggarakan pertama kali di Jakarta pada tahun 2012 dan
diselenggarakan rutin setiap tahunnya dengan tempat yang berbeda. Acara AFAID ini
dikatakan berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia yang menyukai anime
Jepang dan juga penggiat Pop Culture yang dimana acara ini mengincar sektor anak-
anak muda yang gemar akan budaya Pop Culture Jepang.
Sebelum membahas tentang acara Jak Japan Matsuri itu sendiri, ada baiknya
penulis menjelaskan terlebih dahulu apa itu budaya Matsuri yang sebenarnya.
Budaya Matsuri adalah suatu istilah dari agama Shinto yang berarti persembahan
ritual. Secara sekuler, Matsuri diartikan sebagai perayaan atau festival dan di negara
Jepang sendiri berbagai kegiatan Matsuri diselenggarakan sepanjang tahun dengan
maksud untuk mendoakan keberhasilan panen, kesuksesan bisnis, keselamatan dari
bencana dan sebagai ucapan terima kasih setelah berhasil menyelesaikan suatu tugas
berat. Biasanya Matsuri ini diadakan oleh kuil Shinto atau Budha. Tetapi secara

1
sekuler biasanya hanya berupa perayaan festival saja. Di setiap acara Matsuri selalu
bisa ditemukan kegiatan arak-arakkan seperti Mikoshi, Dashi dan Yatai. Dalam
proses keagamaan, pembacaan doa pada kegiatan Matsuri masih tersisa dalam bentuk
Kigansai (permohonan secara individu yang dilakukan di kuil). Norito biasanya
dilakukan oleh pendeta Shinto yang menjadi awal dimulainya Matsuri. Saat ini di
Jepang, Ise Jingu menjadi salah satu kuil agama Shinto yang menyelenggarakan
Matsuri dalam bentuk pembacaan doa sebab sesuai dengan perkembangan zaman,
tujuan penyelenggaraan Matsuri sering melenceng jauh dari makna Matsuri yang
sebenarnya (Plutschow, 1996).

Gambar 2.1 Bentuk Budaya Matsuri Jepang


Sumber: https://images.japan-experience.com/guide-
japon/18739/s380x280/17144226104_c09646e48a_z.jpg

Di Indonesia sendiri, budaya Matsuri ini diadakan sebagai bentuk dari


pengenalan kebudayaan Jepang untuk mempererat hubungan diplomatik antara
Jepang dengan Indonesia dengan media budaya. Beragam tema yang
menggambarkan wujud dari persahabatan atau hubungan diplomatik Indonesia-
Jepang. Pada usia yang memasuki 60 tahun hubungan diplomatik ini, acara Matsuri
menandakan Jepang semakin merangkul Indonesia sebagai mitra strategis bagi
Jepang sekaligus menjadi negara tujuan investasi yang paling ideal serta menjadi
negara tujuan pasar ekspor Jepang yang paling utama di Kawasan Asia-Pasifik.
Sejarah penyelenggaraan Jak Japan Matsuri ini sendiri diawali pada tahun
2008 yang bertepatan dengan diselenggarakannya event peringatan 50 tahun
hubungan diplomatik Indonesia-Jepang. Pada saat itu ada pemikiran bagaimana agar
bentuk persahabatan yang terjalin selama ini dapat terus terjaga dengan baik. Dari
niat tersebut berkumpulah warga Jepang yang mencintai Indonesia diikuti dengan
munculnya simpati dari warga ibu kota Jakarta dan pemerintah DKI Jakarta,
sehingga dengan berlandaskan pada persahabatan yang telah terbina selama 50 tahun
lalu itu, lahirlah ”Jak Japan Matsuri” yang pertama kali digelar pada tahun 2009 dan
di dalamnya terkandung harapan bahwa sekalipun zaman berubah namun kizuna atau
ikatan persahabatan kedua negara akan semakin lebih luas dan kuat.
The Nikkan Kogyoo Shimbun (Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang)
mengambil inisiatif untuk menggagas Jak-Japan Matsuri. Perhelatan festival Jak
Japan Matsuri menghadirkan berbagai kebudayaan Jepang baik tradisional maupun
modern. Duta Besar Jepang untuk Indonesia pada saat itu, Yoshinori Katori
mengatakan bahwa kebudayaan menjadi salah satu aspek penghubung antara Jepang
dan Indonesia. Festival Jak Japan Matsuri ini diselenggarakan untuk memperkuat
persahabatan kedua negara. Penyelenggara Jak Japan Matsuri mengatakan bahwa
festival Jak Japan Matsuri sebagai peringatan hubungan diplomatik Indonesia-Jepang
menggambarkan hubungan yang kian erat dan pertukaran di level penduduk yang
semakin luas atas persahabatan dan dukungan dari Indonesia kepada Jepang.
Dengan adanya Jak Japan Matsuri baik Indonesia maupun Jepang
menginginkan agar hubungan kedua negara tersebut semakin dioptimalkan dengan
adanya sistem win-win coorperation sebab diplomasi budaya yang digagas oleh
Jepang melalui Matsuri dapat berdampak pada respon masyarakat Indonesia dan
pemerintahan Indonesia sehingga Matsuri sebagai diplomasi budaya menjadi batu
loncatan bagi Jepang untuk terus menambah kerjasama antara Jepang dengan
Indonesia dengan prinsip saling menguntungkan.
Gambar 2.2 Poster Jak Japan Matsuri 2009

Sumber: https://www.singoutasiae.org/uploads/7/9/8/9/7989349/_7607017.jpeg

Setelah penyelenggaraan Jak Japan Matsuri yang pertama pada tahun 2009
dengan tema ”Langkah awal menuju persahabatan yang abadi”, tahun demi tahun Jak
Japan Matsuri terus dirancang dengan baik dan skalanya semakin besar. Hampir
setiap tahunnya acara ini selalu rutin diselenggarakan, dan setiap tahunnya acara ini
memiliki tema yang berbeda-beda. Pada Jak Japan Matsuri ke 5 di tahun 2013 yang
bertepatan dengan tahun ke-55 sejak berdirinya hubungan diplomatik Indonesia-
Jepang di tahun 1958, skala event ini bertambah besar yang dimana setiap tahun
minat pengunjung untuk datang ke acara ini semakin besar dan bahkan bintang tamu
baik dari dalam maupun luar negeri juga turut berpartisipasi, menyatu dengan para
pengunjung sehingga tampak sangat meriah.
Beragam pertukaran di tengah masyarakat kedua negara terselenggara dengan
sangat aktif. Dari penyelenggaraan Jak Japan Matsuri pertama sampai sekarang pun
pertukaran budaya sedikit banyak telah berkontribusi bagi eratnya persahabatan ini.
Bahkan akhir-akhir ini, pop culture Jepang seperti anime, manga, cosplay pun
dikenal akrab sebagai budaya baru Jepang di seluruh Indonesia termasuk Jakarta.
Selain itu kuliner Jepang yang menjadi trend telah mengarahkan minat orang
Indonesia kepada Jepang. Di tengah arus seperti ini, kegiatan Jak Japan Matsuri ini
menjadi dikenal di antara pihak-pihak terkait perusahaan dan entertainment yang ada
di Jepang sehingga mereka yang ingin memanfaatkan acara ini untuk
memperkenalkan sesuatu hal yang baru dari Jepang kepada masyarakat Indonesia
secara perlahan. Dengan pandai memanfaatkan kesempatan ini maka acara Jak japan
Matsuri ini tidak hanya sekedar memperkenalkan budaya tradisional Jepang, namun
juga dengan memperkenalkan budaya Jepang baru kepada masyarakat Indonesia dan
secara khusus semua yang ada di Jakarta, maka diharapkan acara ini akan
berkontribusi bagi promosi pertukaran masyarakat dan hal inilah yang menjadi
tujuan utama penyelenggaraan acara Jak Japan Matsuri. Selain itu acara ini pun
diselenggarakan dengan mendapat dukungan kerjasama dari pemda DKI Jakarta dan
pemda DKI Jakarta ini sendiri berharap, masyarakat Jepang pun dapat mengetahui
serta memperlajari budaya Jakarta. Pemda DKI juga memikirkan agar acara ini dapat
menyuguhkan kesempatan sebanyak mungkin bagi orang Jepang untuk lebih
bersentuhan dan lebih mengetahui budaya Jakarta (Kobayashi, 2014).
Acara Jak Japan Matsuri ini menjadi pemicu untuk terlaksananya acara-acara
festival kebudayaan lainnya yang seperti sudah penulis jelaskan di paragraf pertama
dan kedua.

2.2 Konteks Diplomasi Budaya sebagai Soft Power Jepang


Dalam kerangka Soft Power-nya Jepang menjual kebudayaan baik itu budaya
modern maupun budaya tradisionalnya dalam kegiatan festival maupun pameran.
Ada dua hal yang diperlihatkan Jepang yakni budaya material yang cenderung
mengikuti budaya Barat sehingga Jepang mengalami kesetaraan dengan budaya
Barat dan ada Budaya spiritual yang tidak banyak mengalami perubahan seperti
contohnya budaya matsuri ini. Dengan 2 budaya ini, Jepang dikatakan sebagai negara
berwajah dua, dalam artian di satu sisi Jepang jelas menunjukkan sebagai masyarakat
modern yang hidup dengan teknologi canggih. Tetapi di lain sisi masyarakat Jepang
banyak melakukan kegiatan ritual dan salah satunya adalah Matsuri (Kim, 2011).

Kegiatan Matsuri ini yang terbilang unik ini pada akhirnya dijadikan suatu
diplomasi kebudayaan oleh Pemerintah Jepang, sekaligus sebagai pembentukan citra
bahwa masyarakat Jepang tidak hanya dikenal sebagai masyarakat ekonomi tetapi
juga memiliki sisi yang religius sehingga nilai-nilai tradisional ini dikembangkan
secara sekuler. Matsuri mengalami pergeseran makna tradisional dan dipisahkan dari
makna keagamaan sehingga Matsuri yang digunakan Jepang sebagai alat diplomasi
kebudayaan adalah Matsuri dalam bentuk perayaan atau festival dengan tetap
mengusung adanya nilai-nilai budaya tradisional di dalamnya. Keberhasilan Jepang
dalam menggunakan soft power dengan jalur diplomasi kebudayaan nampaknya
semakin mengangkat Jepang sebagai negara yang sejajar dengan Barat tanpa harus
kehilangan nilai-nilai tradisionalnya. Diplomasi dengan menggunakan kebudayaan
dianggap lebih efektif dibandingkan dengan diplomasi secara militer karena
dilakukan secara damai dan tanpa adanya tekanan. Diplomasi kebudayaan juga dapat
diartikan sebagai diplomasi yang lebih banyak dilakukan oleh non-state actors,
dengan tujuan menarik simpati publik negara lain dengan cara-cara yang lunak, tanpa
kekerasan, melalui sebuah pendekatan kebudayaan, pengenalan dan pertukaran nilai
serta gagasan.

Dengan memperkenalkan budaya Jepang, karya seni, dan pertunjukan ke


negara-negara asing, serta memperkenalkan budaya asing ke Jepang telah menjadi
suatu ciri khas dalam pertukaran budaya. Budaya Jepang yang beragam dicirikan
oleh seni pertunjukan tradisional dan olahraga seperti noh, kabuki, bunraku, dan
sumo serta kontemporer seni, desain, musik, arsitektur, animasi, manga dan fashion.
Budaya Jepang kontemporer telah menarik perhatian di seluruh dunia dan konsepnya
lebih dikenal sebagai "Cool Japan." Untuk membuat orang-orang lebih tertarik pada
Jepang, MOFA (Ministry of Foreign Affairs) telah mempromosikan pertukaran
budaya berdasarkan karakteristik masing-masing negara melalui Japan Foundation
serta melalui kerja sama dengan beberapa organisasi swasta (Japan, 2005).

Cool Japan diimplementasikan sebagai kebijakan strategi diplomasi Jepang


melalui budaya populer dan industri kreatif termasuk anime, manga, kuliner, film,
musik, dan lain-lain yang melibatkan pihak pemerintah dan juga swasta. Sebagai
sebuah kebijakan strategis, Cool Japan juga dilingkupi oleh pro dan kontra. Awalnya
Cool Japan merupakan sebuah program tentang budaya populer Jepang yang
disiarkan di NHK TV tahun 2004. Seiring berjalannya waktu program TV tersebut
kemudian mulai diadaptasi menjadi sebuah kebijakan diplomasi luar negeri oleh
MOFA. Di bawah MOFA, pemerintah Jepang mulai memanfaatkan budaya populer
untuk membentuk citra positif Jepang di mata dunia. Melalui Cool Japan,
pemerintah Jepang seolah ingin menunjukkan kepada dunia bahwa negaranya adalah
negara yang baik, cinta damai, dan kaya akan budaya, tidak hanya budaya tradisional
melainkan juga budaya populer seperti anime dan manga.
Pada tahun 2011, METI (Ministry of Economy, Trade and Industry)
mengambil alih kebijakan Cool Japan dan berdampak cukup signifikan pada
perubahan tujuan dari Cool Japan itu sendiri. Di bawah METI, pemerintah Jepang
mulai berorientasi dan berfokus pada nilai profit yang dihasilkan dari industri budaya
pop. Menurut METI, ada 18 sektor yang dinaungi oleh Cool Japan, mulai dari
manga, anime, film, serial drama, sampai industri makanan dan fashion, digarap
secara serius oleh pemerintah Jepang. Bagi Jepang sendiri, Indonesia dipandang
sebagai pasar yang sangat potensial bagi industri budaya populer maupun industri
kreatif Jepang. Beragam event bertema Jepang digelar, berbagai perusahaan kecil-
menengah Jepang juga mulai membuka kantor cabang di Jakarta (Ministry of
Economy, 2012).

Sebagai bentuk konkret dari diplomasi kebudayaan yang Jepang lakukan


maka didirikanlah The Japan Foundation pada tahun 1972 yang merupakan
organisasi non-profit semi pemerintah yang berada di bawah pengawasan Japanese
Foreign Department. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan Jepang kepada dunia
agar mereka dapat mengetahui dan memahami tentang kebudayaan dan masyarakat
Jepang. Tujuan ini sesuai dengan konteks era 1970an dimana pada saat itu hubungan
Jepang dengan negara lain hanya berbasis ekonomi saja, tanpa adanya “heart-to-
heart understanding”. Di Indonesia sendiri, kantor perwakilan The Japan Foundation
didirikan tahun 1979 sebagai bentuk implementasi heart to heart diplomacy yang
diamanatkan dalam Doktrin Fukuda dan The Japan Foundation sendiri di Indonesia
menjadi sebuah lembaga yang berperan penting dalam pengenalan budaya-budaya
Jepang khususnya kepada masyarakat Indonesia.
L1

Anda mungkin juga menyukai