Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL
DI RSJ ARIF ZAINUDIN SURAKARTA JAWA TENGAH

DISUSUN OLEH:

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKESAL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

i
ii
i
LAPORAN PENDAHULUAN
PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL ((MENARIK DIRI))

I. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial (Menarik Diri)

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya (Damaiyanti, 2014).
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang
terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan
perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2009).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Farida, 2012) Menarik diri merubuan percobaan untuk menghindari
interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain
(Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat, 2014).
B. Penyebab
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut
Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik
tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.
Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan
1
dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan
kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak
aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan
dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun
lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting
dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek..
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses agar tidak
terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas ini tidak
terpenuhi, akan mencetuskan seseorang sehingga mempunyai masalah
respon sosial maladaptif. (Damaiyanti, 2014)
b. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merubuan
faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga
disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh
satu keluarga, seperti anggota tidak produktif diasingkan dari
lingkungan sosial.
Isolasi sosial merubuan faktor utama dalam gangguan
berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung
pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota
masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan
penderita penyakit kronis.
c. Faktor biologis
Genetik merubuan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan
pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita
skizofrenia. Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak serta perubahan
struktur limbik.
2
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang
dalam gangguan berhubungan, bila keluarga hanya
menginformasikan hal-hal yang negative dan mendorong anak
mengembangkan harga diri rendah. Seseorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan,
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
2. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal meliputi:
a. Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan
seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
b. Stresor psikologi Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang
lain. (Damaiyanti, 2012). Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan
dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo, 2014)
C. Tanda Dan Gejala
a. Gejala subjektif
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Klien merasa bosan
4. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
5. Klien merasa tidak berguna
b. Gejala objektif
1. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak”
dengan pelan
2. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3
3. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
5. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan
secara berulang-ulang
6. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
7. Ekspresi wajah tidak berseri
8. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
10. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya (Trimelia,
2011).
D. Akibat
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang
bisa dialami pasien dengan latar belakang yang penuh dengan
permasalahan, ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.(Prabowo, 2014)
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien
menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan
kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien
semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah
laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut halusinasi (Stuart & Sudden, 2007).

4
III. POHON MASALAH DAN MASALAH KEPERAWATAN
A. Pohon Masalah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Isolasi Sosial
DS: klien mengatakan malas berkumpul dengan teman, hanya ingin
sendiri dikamar.
DO: klien tambu menyendiri, tambu jarang bergaul atau berbicara
dengan teman lainnya
2. Harga diri rendah
DS: klien mengatakan merasa malu dan merasa tidak mempunyai
kemampuan apa-apa.
DO: klien tambuering murung, malas-malasan, sering menyendiri
3. Halusinasi
DS: klien mengatakan saat sendirian sering mendengar bisikan-
bisikan yang menghantuinya
DO: klien terlihat sering bicara sendiri, sering menutup telinga

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri rendah
2. Perubahan sensori persepsi halusinasi b/d menarik diri (Prabowo,
2014)

V. RENCANA TINDAKAN

5
1. Diagnosa keperawatan: Isolasi sosial menarik diri b/d harga diri
rendah
a. Tujuan umum
Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
b. Tujuan khusus
1) TUK 1: Dapat membina hubungan saling percaya
a) Kriteria hasil: Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menerima
kehadiran perawat. Pasien dapat mengungkapkan perasaan dan
keberadaannya saat ini secara verbal:
(1) Mau menjawab
(2) Ada kontak mata
(3) Mau berjabat tangan
(4) Mau berkenalan
(5) Mau menjawab pertanyaan
(6) Mau duduk berdampingan dengan perawat
(7) Mau mengungkapkan perasaannya
b) Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapetik
1) Sapa pasien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap pasien dan nama kesukaan
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Buat kontrak interaksi yang jelas
6) Jujur dan menepati janji
7) Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya
8) Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat
9) Beri perhatian dan penghargaan : temani pasien walau tidak
menjawab
10) Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan
buruburu, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan pasien
11) Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien
6
2) TUK 2: Pasien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
a) Kriteria hasil Setelah ...x pertemuan, pasien dapat menyebutkan
minimal satu penyebab menarik diri yang berasal dari:
(1) Diri
(2) Orang lain
b) Intervensi
(1) Tanyakan pada pasien tentang
(a) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
(b) Orang terdekat pasien dirumah/ diruang perawatan
(c) Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut
(d) Hal-hal yang membuat pasien menjauhi orang tersebut
(e)Upaya yang telah dilakukan untuk mendekatkan diri dengan
orang lain
(2) Kaji pengetahuan pasien tentang perilaku menarik diri dan
tanda-tandanya
c) Beri kesemapatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri tidak mau bergaul
d) Diskusikan pada pasien tentang perilaku menarik diri, tanda serta
penyebab yang muncul
e) Berikan reinforcement (penguatan) positif terhadap kemampuan
pasien dalam mengungkapkan perasaannyaTUK 3 Pasien dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Diagnosa 2 : Perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dpt membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi seanjutnya. Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dgn menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
7
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya. Tindakan :
a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara
dan tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan
seolah-olah ada teman bicara
c. Bantu klien mengenal halusinasinya
1) Tanyakan abuah ada suara yang didengar
2) Apa yang dikatakan halusinasinya
3) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun
perawat sendiri tidak mendengarnya.
4) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d. Diskusikan dengan klien :
1) Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore,
malam)
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien
mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya. Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat
ber pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi:
1) Katakan “ saya tidak mau dengar”
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien
tambu bicara sendiri
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya
secara bertahap
8
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi
persepsi.
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya. Tindakan :
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat
kunjungan rumah):
1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus
halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah,
diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama
4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat
bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai
diri atau orang lain

5. Klien memanfaatkan obat dengan baik. Tindakan :


a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi
dan manfaat minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping minum obat yang dirasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

9
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 ISOLSI SOSIAL (MENARIK DIRI)
MEMBINA HUBUNGAN SALING PERCAYA,
MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB ISOLASI SOSIAL, KEUNTUNGAN
BERHUBUNGAN DAN KERUGIAN TIDAK BERHUBUNGAN
DENGAN ORANG LAIN DAN MENGAJARKAN PASIEN BERKENALAN
DAN MEMPRAKTEKAN DENGAN PERAWAT

Tanggal : Jam : Interaksi ke :

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
Klien tampak menyendiri, tampak jarang bergaul atau berbicara dengan
teman lainnya
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial (menarik diri)
3. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
b. Klien mampu mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
c. Klien mampu mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orag
lain
d. Klien mampu berlatih berkenalan dengan satu orang
e. Klien mampu dibimbing untuk memasukan aktivitasnya ke dalam jadwal
kegiatan harian
4. Tindakan Keperawatan
SP 1: membina hubungan saling percaya, membina hubungan saling
percaya, mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, keuntungan berhubungan
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan mengajarkan pasien
berkenalan dan mempraktekan dengan perawat

10
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapetik dan Berkenalan
“Assalamu’alaikum. Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya...
(sebutkan) , saya dipanggil...(sebutkan), saya perawat yang akan merawat
ibu pagi ini. Nama Ibuiapa dan senang dipanggil siapa? “
b. Evaluasi dan Validasi Data
1) Bagaimana perasaan Ibuaat ini?
2) Masih ingat ada kejadian apa sampai Ibu dibawa kerumah sakit ini?
3) Apa keluhan Ibu hari ini ? Dari tadi saya perhatikan Ibu duduk
menyendiri, Ibu duduk menyendiri, Ibu tidak tampak ngobrol dengan
teman-teman yanglain ? Ibuudah mengenal teman-teman yang ada
disini ?
c. Kontrak (topik, waktu, tempat)
4) Topik
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman Ibu ? Juga tentang apa yang menyebabkan Ibu tidak
mau ngobrol dengan teman-teman?
5) Waktu
“Ibu mau berapa lama bercakap-cakap ? Bagaimana kalau 15
menit.”
6) Tempat
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang Ibu ?
Bagaimana kalau disini saja ?
2. Fase Kerja :
Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan Ibu ? siapa yang paling dekat
dengan Ibu ? siapa yang jarang bercakap-cakap dengan Ibu ? Apa yang
membuat Ibujarang bercakap-cakap denganya ?
Apa yang Ibu rasakan selama dirawat disini ? O... Ibu merasa sendirian?
Siapasaja yang Ibu kenal diruangan ini ? O... belum ada ? Apa yang
11
menyebabkan Ibu tidak mempunyai teman disini dan tidak mau bergabung
atau ngobrol dengan temanteman yang ada disini ?
Kalau Ibu tidak mau bergaul dengan teman-teman atau orang lain, tanda-
tandanya apa saja ? mungkin Ibuelalu menyendiri ya... terus apalagi bu...
(sebutkan)
Ibu tahu keuntungan kalau kita mempunyai banyak teman ? coba sebutkan
apasaja ? keuntungan dari mempunyai banyak teman itu bu adalah...
(sebutkan)
Nah kalau kerugian dari tidak mempunyai banyak teman Ibu tahu tidak ?
coba sebutkan apa saja ? Ya Ibu kerugian dari tidak mempunyai banyak
teman adalah... (sebutkan). Jadi banyak juga ruginya ya kalau kita tidak
punya banyak teman. Kalau begitu inginkan Ibu berkenalan dan bergaul
dengan orang lain ?
Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang
lain.
Begini lo Ibu, untuk berkenalan dengan orang lain caranya adalah :
pertama kita mengucapkan salam sambil berjabat tangan, terus bilang “
perkenalkan nama lengkap, terus bilang “ perkenalkan nama lengkap, terus
nama panggilan yang disukai, asal kita dan hobby kita.
Contohnya seperti ini “ assalamualaikum, perkenalkan nama saya
Febriana, saya lebih senang dipanggil Febri, asal saya dari Bandung dan
hobby nya membaca.
Selanjutnya Ibu menanyakan nama lengkap orang yang diajak kenalan,
nama panggilan yang disukai, menanyakan juga asal dan hobbynya.
Contohnya seperti ini nama Ibuiapa? Senang dipanggil apa ? asalnya dari
mana dan hobbynya apa ?
Ayo Ibu dicoba ! misalnya saya belum kenal dengan Ibu. Coba berkenalan
dengan saya ! ya bagus sekali ! coba sekali lagi bu. Bagus sekali ! Setelah
Ibu berkenalan dengan orang tersebut, Ibu bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan misalkan tentang cuaca, hobi,
keluarga, pekerjaan dan sebagainya
12
3. Fase Terminasi :
a. Evaluasi Respon :
Subyektif :
Bagaimana perasaan Ibuetelah berbincang-bincang tentang penyebab
Ibu tidak mau bergaul dengan orang lain dan berlatih cara berkenalan ?
Obyektif : Coba Ibu Ibuebutkan kembali penyebab Ibu tidak mau
bergaul dengan orang lain ? apa saja tanda-tandanya bu ? terus
keuntungan dan kerugianya apa saja ? Coba Ibuebutkan cara
berkenalan dengan orang lain, yaitu... ya bagus
Nah sekarang coba Ibu praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya.
Iya Bagus...
b. Rencana Tindak Lanjut :
Selanjutnya Ibu dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi.
Sehingga Ibu lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. Ibu bisa
praktikkan pasien pasien lain.
Sekarang kita buat jadwal latihannya ya bu, berapa kali sehari ibu mau
berlatih berkenalan dengan orang lain, jam berapa saja bu ? coba tulis
disini. Oh jadi mau tiga kali ya bu.
Ya bagus bu dan jangan lupa dilatih terus ya buesuai jadwal latihanya
dan Ibu bisa berkenalan dengan teman-teman yang ada di ruangan ini.
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat) :
Selamat pagi Bu.... Baik ibu, besok kita akan bertemu lagi, Kita akan
berbincang-bincang tentang pengalaman Ibu bercakap-cakap dengan
teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan topik tertentu..
Ibu, mau jam berapa? Dimana tempatnya? Baik Ibuampai jumpa besok
dan selamat istirahat. Assalamu’alaikum wr wb.

13
DAFTAR PUSTAKA

Budi Keliat, dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic
Course). Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Depkes RI. 2009. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta:
Depkes

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
NuhaMedika

Farida Kusumawati & Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika

Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:


PT Refika Aditama

Stuart & Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 4. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Trimeilia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM

14
15

Anda mungkin juga menyukai