1506677465
Praktikum Pelfar-B3
Hal yang harus diperhatikan terkait obat sitostatika meliputi perhitungan dosis,
pemantauan waktu atau siklus, pemilihan pelarut sesuasi dengan rute pemberian dan
sifat karakteristik obat, rekonstitusi dengan tepat dan aman, stabilitas sediaan masing-
masing obat kanker spesifik setelah dilakukan rekonstitusi maupun sebelum, dan
pemberian sesuai dengan rute yang tepat.
Data yang benar terkait pasien meliputi nama dan no rekam medik sudah sesuai.
Selanjutnya melakukan assessment terkait perlu penyesuaian dosis atau tidak dan
apakah pasien layak untuk dikemoterapi.
Benar obat terkait kesesuaian obat yang dipilih, regimen dan dosis obat, satu pabrik
mempunyai kemasan yang sama untuk beberapa jenis obat (look alike), nama yang
hampir sama (sound alike) seperti cisplatin dan carboplatin atau doksorubicin dan
daunorubicin.
Benar dosis cek kembali dosis obat apakah sudah sesuai, perhitungan dosis obat
sitostatika berdasarkan pada perhitungan luas permukaan tubuh dan perhitungan dosis
berdasarkan AUC (menggunakan rumus calvert) yaitu Dosis = target AUC (GFR + 25)
Benar rute pemberian, pemberian dapat dilakukan secara intravena mencakup
bolus, iv drip (infus) (perhitungan waktu pemberian), perhatikan risiko ekstravasasi;
intra thecal seperti vincristine yang tidak boleh IT; dan per oral yaitu sesudah
makan/sebelum makan
Benar cara penyiapan terkait perhitungan kelarutan dan pemilihan jenis pelarut
yang sesuai, waktu stabilitas sediaan setelah dilarutkan, kondisi penyimpanan setelah
obat dilarutkan, penyiapan bentuk sediaan sesuai dengan rute pemberian, terjaminnya
keamanan pengemasan sampai obat habis terpakai.
Waspada terhadap efek samping National Patient Safety Agency di Inggris tahun
2001 menyatakan adverse event adalah kejadian yang membahayakan pasien karena
pemberian terapi dan bukan karena penyakitnya sendiri. Mengingat obat kemoterapi
sangat toksik kemungkinan terjadinya adverse event sangat besar. Adverse event yang
terjadi dapat berupa efek samping yang dapat diprediksi maupun yang tidak diprediksi.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mencegah keparahan dari risiko kejadian
yang tidak dikehendaki dan menghindari pengulangan kejadian pada penderita yang
pernah dialaminya.
Obat Sitostatika yang Dapat Menguap
Drug 230C Drug 370C
Carmustine ++ Carmustine ++
Nitrogen mustard ++ Cyclophosphamide ++
Cyclophosphamide + Ifosphamide ++
Thiotepa ++
Nitrogen mustard ++
Fluorouracil ? fluorouracil ++
Syarafina
1506677465
Praktikum Pelfar-B3
Sumber paparan dapat terjadi dari permukaan vial bila terjadi kebocoran, tumpahan
yang terdapat di permukaan meja tempat pencampuran, bed pasien, lantai kamar
perawatan, wadah-wadah tempat pencampuran, uap atau semburan cairan yang dapar
berasal saat membuka vial atau ampul, menarik jarum dari vial, keluarnya cairan pada
saat mensetarakan ukuran, excreta pasien yaitu buangan pasien juga masih terdapat
konsentrasi obat kanker seperti di urin, tinja atau muntahan
Personel yang berisiko terpapar:
Petugas Gudang/apotik saat penghantaran barang dan penyimpanan obat
Petugas farmasi yang melakukan rekosntitusi dapat mengalami tertusuk jarum
Perawat saat pemberian obat
Dokter saat pemberian obat secara intratekal karena intratekal harus langsung
disuntikan oleh dokter
Penanganan obat sitostatika yang aman dapat terwujud jika dijalankan aspek-aspek
sebagai berikut yaitu kebijakan, standar prosedur operasional, fasilitas, personal,
quality assurance, training dan validasi, penanganan kecelakaan yaitu setiap kamar
pasien harus ada spill kit.
Kebijakan peresepan obat kemoterapi oral dan parenteral harus dilakukan secara
tertulis oleh dokter yang sudah ditetapkan oleh institusi mempunyai kompetensi dalam
memberikan kemoterapi. Tidak diperbolehkan memberikan order kemoterapi secara
lisan kecuali untuk instruksi penundaan atau penghentian pemberian kemoterapi.
Terapi baru atau perubahan terapi harus terdokumentasi dalam rekam medis pasien.
Sebelum pengadministrasian obat kemoterapi dokter atau perawat melakukan verifikasi
(dilakukan minimal 2 orang petugas), meliputi nama pasien dan identifikasi; nama obat
dosis; volume larutan; rute pemberian dan kecepatan pemberian obat disesuaikan
dengan pengaturan infuse pump; batas kadaluarsa sediaan terutama untuk obat-obat
yang mempunyai batas kadaluarsa. Semua kegiatan yang dilakukan pada verifikasi
(double check) harus terdokumentasi.
Pengelolaan limbah dilakukan oleh personal, personal yang kontak dengan disposal
obat sitotoksik harus mengetahui prosedur pengelolaan limbah sitotoksik. Ekskresi
pasien yang mendapat obat sitotoksik mungkin mengandung senyawa obat atau
metabolit aktifnya, oleh karena itu dilakukan double fushing setelah pasien
menggunakan toilet selama 3 – 4 hari setelah kemoterapi. Needle dan syringe yang
kontaminasi, IV line dll. Harus dibuang dalam wadah buangan khusus yang tidak
tembus jarum. Jika sudah penuh dikirim ke incenerator lalu akan dilabel dan dibakar
pada suhu 10000C. Semua barang-barang yang terkontaminasi harus dibuang dalam
container dengan label “HANYA UNTUK SAMPAH SITOSTATIKA” di seal, dan
dibuang sesuai dengan aturan yang ada untuk bahan limbah medis atau limbah
berbahaya.
Keuntungan sentralisasi penanganan obat kanker adanya pengecekan kembali oleh
farmasi terkait dosis, pelarut, rute pemberian, dan cara pemberian; efisiensi waktu
perawat; kontrol kualitas sediaan; dan petugas terlindungi dari paparan dan lebih
besarnya rumah sakit terhindar dari risiko tuntutan penyakit akibat pekerjaan.
Syarafina
1506677465
Praktikum Pelfar-B3
2. Apakah materi tersebut baru saudara dapatkan atau sudah pernah diperoleh? Jika sudah
pernah, jelaskan materi yang pernah diperoleh!
Materi penanganan obat sitostatika sebelumnya sudah pernah saya dapati pada
mata kuliah Steril. Materi yang dipelajari saat kuliah Steril yaitu:
Mekanisme kerja beberapa obat sitostatika yang meliputi alkylating agents,
antimetabolit, inhibitor mitotic, antibiotic sitotoksik, inhibitor topoisomerase I,
inhibitor topoisomerase II.
Perencanaan pelayanan meliputi pengamanan; manajemen; pengadaan,
pengiriman dan penyimpanan; rekonstitusi obat sitostatika untuk pemberian IV;
penanganan oleh perawat; pembuangan sampah obat sitostatika; prosedur
pembersihan setelah terjadi kecelakaan.
Layout ruangan
Alat-alat mencakup jarum untuk transfer cairan, cairan infus (saline 9 mg/ml,
glukosa 50 mg/ml, dan aquades steril) dalam kantung dengan berbagai ukuran,
syiringe dengan berbagai ukuran, jarum ukuran 19G (tidak terlalu besar),
kompres steril, swab alcohol, LAF (Laminar Air Flow), Hood, & BSC
(Biological Safety Cabinet).
Personalia
Quality control
3. Apakah manfaat yang saudara dapatkan dari kuliah tamu?
Manfaat yang saya dapatkan yaitu dapat mengingat kembali mengenai materi
penanganan obat sitostatika yang pada semester sebelumnya sudah pernah saya
pelajari. Kemudian ilmu saya juga bertambah terkait bagaimana pengerjaan obat
sitostatika yang sesungguhnya di rumah sakit, karena saat kuliah tamu ditampilkan
video pengerjaaan rekonstitusi obat sitostatika di dalam Cytotoxic Drug Safety Cabinet
dari Rumah Sakit Dharmais.