Anda di halaman 1dari 5

Syarafina

1506677465
Praktikum Pelfar-B3

Praktikum Pelayanan Kefarmasian


Penanganan Obat Sitostatika yang Aman dan Benar
Dr. Yuri Pertamasari, M. Si., Apt.

1. Materi apa yang saudara dapatkan selama kuliah tamu?


Obat sitostatika termasuk ke dalam obat golongan B3 (Bahan Berbahaya &
Beracun) sehingga penanganannya harus terkontrol dan baik. Hal yang melatar
belakangi penanganan obat sitostatika yang aman dan benar yaitu akibat fatal jika
terjadi kesalahan pemberian kemoterapi (medication eror), alur pemberian kemoterapi
melibatkan multidisiplin sehingga membutuhkan proses komunikasi yang baik dan
jelas, penyiapan regimen kemoterapi memiliki kesulitan lebih tinggi dibanding
penyiapan obat lainnya karena terkait tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding obat
biasa, dosis dan regimen kemoterapi bersifat individualized jadi satu obat yang dibuat
tidak bisa untuk dua pasien atau lebih (terkait luas permukaan tiap pasien yang berbeda-
beda) dan pelayanan kemoterapi semakin meningkat (BPJS) sehingga dalam
penanganannya harus seefisien mungkin.
Bagian yang terlibat meliputi petugas administrasi dimulai dari pasien melakukan
pendaftaran; dokter yang akan membuat protocol kemoterapi; perawat rawat
jalan/inap; farmasi akan memferivikasi dosis, cara pemberian, rute pemberian
kesesuaian pelarut, stabilitas sebelum maupun setelah direkonstitusi; perawat ruang
kemoterapi; admission.
Siklus pengelolaan obat kemoterapi meliputi seleksi/pemilihan obat yang
dilakukan oleh komite farmasi dan terapi (dokter, farmasi dan perawat); pengadaan
dimulai dengan perencanaan obat-obatan yang dilakukan oleh farmasi, kemudian
pengadaan yang dilakukan oleh farmasi juga atau bisa dipisah; penyimpanan dilakukan
oleh farmasi, disimpan pada persyaratan tertentu; prescribing oleh dokter, dispensing
oleh farmasi; diberikan kepada pasien oleh perawat dan dimonitoring oleh farmasi,
dokter dan perawat.
Alur pemberian kemoterapi yaitu a) dokter menuliskan protokol kemoterapi; b)
perawat mengirimkan protokol kemoterapi ke farmasi; c) farmasi menerima protokol
kemoterapi; d) apoteker melakukan verifikasi protokol kemoterapi; e) asisten apoteker
menyiapkan obat kemoterapi; f) apoteker penanggung jawab memeriksakan obat yang
akan dipakai, apakah label sudah jelas, apakah ada perubahan fisik kalo sudah benar
dapat dilanjutkan; g) serah terima antara petugas farmasi dengan perawat; h) perawat
melakukan double check protokol kemoterapi, dilakukan double check karena termasuk
obat high alert (double check= dua petugas); i) perawat memberikan obat kemoterapi
Tujuan safe handling sitostatika yaitu a) keamanan pasien terjamin sehingga
mengurangi medication error; b) personal dan lingkungan yang terlibat, terlindung dari
paparan bahan berbahaya; c) produk terlindung dari kontaminasi mikroba (teknik
aseptis saat melakukan rekonstitusi) sehingga mutu terjamin; d) efisiensi biaya dan
efisiensi waktu perawat karena waktu dulu rekonstitusi dilakukan oleh perawat di
masing-masing kamar pasien.
Syarafina
1506677465
Praktikum Pelfar-B3

Keamanan pemberian kemoterapi dimulai dengan treatment plan yang mencakup


identifikasi pasien, TB/BB/BSA, diagnosis, regimen kemoterapi, jumlah siklus, hasil
laboratorium (CBC).
Penerapan safety harus dilakukan di semua tahap dari mulai:
a. Pengadaan Obat
Obat kemoterapi anti kanker umumnya mahal sehingga perlu efisiensi (tidak
over stock atau out of stock)
Aspek yang haus dipertimbangkan:
 Keaslian untuk menjamin keamanan diunakan oleh pasien, parameter
keaslian obat dapat dilihat dari distributor yang mengirimkan obat
dimana distributor harus merupakan distributor yang sudah terpercaya
dan terregistrasi
 Kesesuaian produk dengan persyaratan yang ditentukan, misalnya
tanggal kadaluarsa
 Harga
 Jumlah & jenis obat yang harus disediakan
 Masa kadaluwarsa
 Persyaratan pengiriman
b. Penyimanan Obat
Syarat dan kondisi, dilabel dengan high alert, kondisi penyimpanan harus sesuai
persyaratan.
c. Pemberiaan Kemoterapi
Keamanan pemberian kemoterapi dimulai dengan treatment plan yang
mencakup identifikasi pasien, TB/BB/BSA, diagnosis, regimen kemoterapi,
jumlah siklus, hasil laboratorium (CBC).
d. Penyiapan Obat Sitostatika
 Petugasnya: harus terlatih dan mempunyai sertifikat dalam penanganan
obat sitostatika (handling hazardous product & aseptic technic),
pemeriksaan kesehatan, wanita hamil dan menyusui tidak
diperkenankan.
 Alat pelindung diri meliputi gown: material tidak tembus air dan tidak
melepas serat, sarung tangan tebal dan panjang, sarung tangan nitril,
google, masker respiratory (N95).
 Ruangan & instrument
Ruang clean room, menggunakan cytotoxic drug safety cabinet,
dilengkapi pass box dan HEPA Filter.
Parameter yang terukur adalah suhu, tekanan, kelembapan dan partikel
udara. Semua parameter yang dapat diukur harus divalidasi setiap 1
bulan. Untuk ruang clean room merupakan kelas 1000 yang artinya
terdapat 1000 partikel per mm3. Sedangkan di dalam Cytostatic Safety
Cabinet merupakan ruang kelas 100 yang artinya terdapat 100 partikel
per mm3. Ruangan clean room terbuat dari kaca sehingga pasien dapat
mengetahui ketika petugas kesehatan sedang melakukan rekonstitusi
obat sitostatika.
Syarafina
1506677465
Praktikum Pelfar-B3

Hal yang harus diperhatikan terkait obat sitostatika meliputi perhitungan dosis,
pemantauan waktu atau siklus, pemilihan pelarut sesuasi dengan rute pemberian dan
sifat karakteristik obat, rekonstitusi dengan tepat dan aman, stabilitas sediaan masing-
masing obat kanker spesifik setelah dilakukan rekonstitusi maupun sebelum, dan
pemberian sesuai dengan rute yang tepat.
Data yang benar terkait pasien meliputi nama dan no rekam medik sudah sesuai.
Selanjutnya melakukan assessment terkait perlu penyesuaian dosis atau tidak dan
apakah pasien layak untuk dikemoterapi.
Benar obat terkait kesesuaian obat yang dipilih, regimen dan dosis obat, satu pabrik
mempunyai kemasan yang sama untuk beberapa jenis obat (look alike), nama yang
hampir sama (sound alike) seperti cisplatin dan carboplatin atau doksorubicin dan
daunorubicin.
Benar dosis cek kembali dosis obat apakah sudah sesuai, perhitungan dosis obat
sitostatika berdasarkan pada perhitungan luas permukaan tubuh dan perhitungan dosis
berdasarkan AUC (menggunakan rumus calvert) yaitu Dosis = target AUC (GFR + 25)
Benar rute pemberian, pemberian dapat dilakukan secara intravena mencakup
bolus, iv drip (infus) (perhitungan waktu pemberian), perhatikan risiko ekstravasasi;
intra thecal seperti vincristine yang tidak boleh IT; dan per oral yaitu sesudah
makan/sebelum makan
Benar cara penyiapan terkait perhitungan kelarutan dan pemilihan jenis pelarut
yang sesuai, waktu stabilitas sediaan setelah dilarutkan, kondisi penyimpanan setelah
obat dilarutkan, penyiapan bentuk sediaan sesuai dengan rute pemberian, terjaminnya
keamanan pengemasan sampai obat habis terpakai.
Waspada terhadap efek samping National Patient Safety Agency di Inggris tahun
2001 menyatakan adverse event adalah kejadian yang membahayakan pasien karena
pemberian terapi dan bukan karena penyakitnya sendiri. Mengingat obat kemoterapi
sangat toksik kemungkinan terjadinya adverse event sangat besar. Adverse event yang
terjadi dapat berupa efek samping yang dapat diprediksi maupun yang tidak diprediksi.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk mencegah keparahan dari risiko kejadian
yang tidak dikehendaki dan menghindari pengulangan kejadian pada penderita yang
pernah dialaminya.
Obat Sitostatika yang Dapat Menguap
Drug 230C Drug 370C
Carmustine ++ Carmustine ++
Nitrogen mustard ++ Cyclophosphamide ++
Cyclophosphamide + Ifosphamide ++
Thiotepa ++
Nitrogen mustard ++
Fluorouracil ? fluorouracil ++
Syarafina
1506677465
Praktikum Pelfar-B3

Sumber paparan dapat terjadi dari permukaan vial bila terjadi kebocoran, tumpahan
yang terdapat di permukaan meja tempat pencampuran, bed pasien, lantai kamar
perawatan, wadah-wadah tempat pencampuran, uap atau semburan cairan yang dapar
berasal saat membuka vial atau ampul, menarik jarum dari vial, keluarnya cairan pada
saat mensetarakan ukuran, excreta pasien yaitu buangan pasien juga masih terdapat
konsentrasi obat kanker seperti di urin, tinja atau muntahan
Personel yang berisiko terpapar:
 Petugas Gudang/apotik saat penghantaran barang dan penyimpanan obat
 Petugas farmasi yang melakukan rekosntitusi dapat mengalami tertusuk jarum
 Perawat saat pemberian obat
 Dokter saat pemberian obat secara intratekal karena intratekal harus langsung
disuntikan oleh dokter
Penanganan obat sitostatika yang aman dapat terwujud jika dijalankan aspek-aspek
sebagai berikut yaitu kebijakan, standar prosedur operasional, fasilitas, personal,
quality assurance, training dan validasi, penanganan kecelakaan yaitu setiap kamar
pasien harus ada spill kit.
Kebijakan peresepan obat kemoterapi oral dan parenteral harus dilakukan secara
tertulis oleh dokter yang sudah ditetapkan oleh institusi mempunyai kompetensi dalam
memberikan kemoterapi. Tidak diperbolehkan memberikan order kemoterapi secara
lisan kecuali untuk instruksi penundaan atau penghentian pemberian kemoterapi.
Terapi baru atau perubahan terapi harus terdokumentasi dalam rekam medis pasien.
Sebelum pengadministrasian obat kemoterapi dokter atau perawat melakukan verifikasi
(dilakukan minimal 2 orang petugas), meliputi nama pasien dan identifikasi; nama obat
dosis; volume larutan; rute pemberian dan kecepatan pemberian obat disesuaikan
dengan pengaturan infuse pump; batas kadaluarsa sediaan terutama untuk obat-obat
yang mempunyai batas kadaluarsa. Semua kegiatan yang dilakukan pada verifikasi
(double check) harus terdokumentasi.
Pengelolaan limbah dilakukan oleh personal, personal yang kontak dengan disposal
obat sitotoksik harus mengetahui prosedur pengelolaan limbah sitotoksik. Ekskresi
pasien yang mendapat obat sitotoksik mungkin mengandung senyawa obat atau
metabolit aktifnya, oleh karena itu dilakukan double fushing setelah pasien
menggunakan toilet selama 3 – 4 hari setelah kemoterapi. Needle dan syringe yang
kontaminasi, IV line dll. Harus dibuang dalam wadah buangan khusus yang tidak
tembus jarum. Jika sudah penuh dikirim ke incenerator lalu akan dilabel dan dibakar
pada suhu 10000C. Semua barang-barang yang terkontaminasi harus dibuang dalam
container dengan label “HANYA UNTUK SAMPAH SITOSTATIKA” di seal, dan
dibuang sesuai dengan aturan yang ada untuk bahan limbah medis atau limbah
berbahaya.
Keuntungan sentralisasi penanganan obat kanker adanya pengecekan kembali oleh
farmasi terkait dosis, pelarut, rute pemberian, dan cara pemberian; efisiensi waktu
perawat; kontrol kualitas sediaan; dan petugas terlindungi dari paparan dan lebih
besarnya rumah sakit terhindar dari risiko tuntutan penyakit akibat pekerjaan.
Syarafina
1506677465
Praktikum Pelfar-B3

2. Apakah materi tersebut baru saudara dapatkan atau sudah pernah diperoleh? Jika sudah
pernah, jelaskan materi yang pernah diperoleh!
Materi penanganan obat sitostatika sebelumnya sudah pernah saya dapati pada
mata kuliah Steril. Materi yang dipelajari saat kuliah Steril yaitu:
 Mekanisme kerja beberapa obat sitostatika yang meliputi alkylating agents,
antimetabolit, inhibitor mitotic, antibiotic sitotoksik, inhibitor topoisomerase I,
inhibitor topoisomerase II.
 Perencanaan pelayanan meliputi pengamanan; manajemen; pengadaan,
pengiriman dan penyimpanan; rekonstitusi obat sitostatika untuk pemberian IV;
penanganan oleh perawat; pembuangan sampah obat sitostatika; prosedur
pembersihan setelah terjadi kecelakaan.
 Layout ruangan
 Alat-alat mencakup jarum untuk transfer cairan, cairan infus (saline 9 mg/ml,
glukosa 50 mg/ml, dan aquades steril) dalam kantung dengan berbagai ukuran,
syiringe dengan berbagai ukuran, jarum ukuran 19G (tidak terlalu besar),
kompres steril, swab alcohol, LAF (Laminar Air Flow), Hood, & BSC
(Biological Safety Cabinet).
 Personalia
 Quality control
3. Apakah manfaat yang saudara dapatkan dari kuliah tamu?
Manfaat yang saya dapatkan yaitu dapat mengingat kembali mengenai materi
penanganan obat sitostatika yang pada semester sebelumnya sudah pernah saya
pelajari. Kemudian ilmu saya juga bertambah terkait bagaimana pengerjaan obat
sitostatika yang sesungguhnya di rumah sakit, karena saat kuliah tamu ditampilkan
video pengerjaaan rekonstitusi obat sitostatika di dalam Cytotoxic Drug Safety Cabinet
dari Rumah Sakit Dharmais.

Anda mungkin juga menyukai