Anda di halaman 1dari 13

PROGRAM INTENSIP DOKTER INDONESIA

PORTOFOLIO

Hernia Inguinalis Lateralis

Oleh :
Marsasmita

Pendamping :
Dr. Djemiran

Wahana :
RSU Darmayu Ponorogo
PONOROGO
2018
Nama Peserta : Marsasmita
Nama Wahana : RSU Darmayu Ponorogo
Topic : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Irreponibilis
Tanggal (kasus) : 5 januari 2019
Nama Pasien : Tn.X NO. RM : 0933xx
Tanggal Presentasi : 5 januari 2019 Nama Pendamping : dr. Djemiran
Tempat Presentasi : Ruang Komdik RSU Darmayu Ponorogo
Objeck Presentasi :
 Keilmuan  Ketrampilan  penyegaran  tinjauan pustaka
 diagnostic  Manajemen  Masalah  istimewa
o Neonatus o Bayi Anak o Remaja o dewasa o lansia o bumil
Deskripsi : anak laki-laki usia 4th.2 bulan dengan keluhan sesak napas dan batuk
Tujuan :melakukan pendekatan diagnosis dan penatalaksanaan terhadap Hernia inguinalis
lateralis dextra irreponibilis
Bahan Bahasa :  tinjauan o riset  kasus o audit
pustaka
Cara o diskusi  Presentasi dan o Email o Pos
diskusi
membahas :
Data Pasien : Nama : Tn.x Nomor RM : 0933xx
Nama RS : RSU Darmayu Telp : Terdaftar sejak : 5 januari 2019
Data utama untuk bahan diskusi
Diagnose / gambaran klinis :
Keluhan Utama : nyeri benjolan diselangkangan kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
2 HSMRS os mengeluh nyeri pada selangkangan kanannya, ada benjolan yang menetap.
Sebelumnya benjolan sudah dirasakan 6 bulan terakhir. Namun tidak terasa sakit, dan bisa
hilang sendiri. Mual (-), muntah (-), demam (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
Riwayat kesehatan / penyakit :
Riwayat sakit serupa (+) 6 bulan terakhir.
Riwayat Tumbuh Kembang Baik
Riwayat Imunisasi Baik
Riwayat makanan baik
Riwayat alergi (-)
Riwayat pekerjaan dan sosial- ekonomi
Pasien berasal dari keluarga menengah kebawah

Pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum
Compos mentis GCS 456, pasien tampak lemas, kesan gizi baik,
Tanda – tanda Vital
a. Tekanan Darah : 140/90 mmHg
b. Nadi : 100x/menit, reguler, kuat
c. Laju pernafasan : 20x/menit, reguler,SpO2 97%
d. Suhu aksila : 36,8 0C

Kepala leher
a. Bentuk kepala : mesocephal
b. Ukuran kepala : normocephal,
c. Rambut : hitam
d. Mata :
Konjunctiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Edema palpebra (-/-)
Perdarahan subkonjungtiva (-/-)

e. Telinga : bentuk normal, posisi normal


f. Hidung : sekret (-), pernafasan cuping hidung (-).
g. Mulut : nampak basah, mukosa sianosis (-)
h. Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), faring hiperemis (+)

Toraks
a. Inspeksi : dada simetris, deformitas (-), retraksi (+) intracosta, barrel chest
(-)
b. Auskultasi :
Jantung : bunyi S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop (-).
Paru : suara nafas vesikular vesikuler Ronki - - Wh - -
vesikular vesikuler - - - -
vesikular vesikuler - - - -

Abdomen
a. Inspeksi : Flat, benjolan (-),
b. Auskultasi : bising usus (+), bruit (-)
c. Perkusi : timpani (+)
d. Palpasi : supel, benjolan (+) di inguinal dextra, nyeri tekan (+), epigastrium
(-), hepatomegali (-), lien dbn..

Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”, edema (--/--), sianosis (-/-)

Planning Diagnosa

LAB
DL
Foto Ro thorax

Hasil Lab (27 Februari 2018) :


Pemeriksaan Hasil Satuan Normal
WBC 10.9 X109/µL 5.0-14.5
Lymph# 2.3 X109/µL 0.8-7.0
Mid# 0.9 X109/µL 0.1-1.5
Gran# 7.7 X109/µL 2.0-8.0
Lymph% 21.4 % 20-60
Mid% 8.6 % 3.0-15.0
Gran % 70.0 % 50.0-70.0
HGB 16.1 g/dl 10.8-12.8
RBC 5.10 X1012/µL 3.50-5.20
HCT 51.2 % 35.0-49.0
MCV 155 Fl 74.0-102.0
MCH 31.5 Pg 23.0-31.0
MCHC 31.4 g/dl 31.0-37.0
RDW-CV 13.6 % 11.0-16.0
RDW-SD 47.0 Fl 35.0-56.0
PLT 292 X109/µL 229-553
MPV 8.9 Fl 6.5-12.0
PDW 14.5 9.0-17.0
PCT 0.259 % 0.108-0.282

Diagnosa Kerja
Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Ireponibilis

Diferensial Diagnosis
HIL
HIM

Planning Terapi IGD


Mon. KU/VS
1. Observasi rawat Inap
2. Inf. Nacl 16 tpm
3. Terfacef 2gr (premedikasi)
4. Dipuasakan
5. Rencana hernioplasty

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

Subyektif :
Keluhan Utama : nyeribenjolan pada selangkangan kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
2 HSMRS os mengeluh nyeri pada selangkangan kanannya, ada benjolan yang menetap.
Sebelumnya benjolan sudah dirasakan 6 bulan terakhir. Namun tidak terasa sakit, dan bisa hilang
sendiri. Mual (-), muntah (-), demam (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Assesment :

A. PENGERTIAN
Hernia adalah penonjolan viskus (organ) atau sebagian dari viskus melalui celah yang
abnormal pada selubungnya (Grace dan Borley, 2007). Sedangkan menurut Tambayong
(2000) hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen
(seperti peritoneum, lemak, usus, atau kandung kemih) memasuki defek tersebut sehingga
timbul kantong berisikan materi abnormal. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia
bawaan atau congenital dan hernia yang didapat atau akuisita. Hernia diberi nama menurut
letaknya, diantaranya yaitu diafragma, umbilical, femoral, maupun inguinal.

Gambar 1. Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus (penonjolan organ) dari kavum


peritoneal ke dalam canalis inguinalis. Hernia inguinalis dimulai pada bagian atas dan medial
terhadap tuberkulum pubikum namun dapat turun lebih luas jika membesar, biasanya
mempertegas garis-garis lipatan paha (Grace dan Borley,2007). Hernia inguinalis dibagi
menjadi 2, yaitu:
1. Hernia Inguinalis Direk (Medialis)
Hernia ini timbul akibat lemahnya dinding posterior kanalis inguinalis. Hernia ini tidak
bisa dikendalikan dengan penekanan jari pada anulus profunda dan jarang sekali sampai
ke skrotum (Faiz dan Moffat, 2004). Hernia medialis disebut hernia direk karena
langsung menonjol melalui segitiga Hessebach.
2. Hernia Inguinalis Indirek (Lateralis)
Hernia ini timbul akibat menetapnya prosesus vaginalis (kantong hernia) saat embrio. Isi
perut menonjol melalui anulus inguinalis profunda, melalui kanalis inguinalis, dan
akhirnya menuju skrotum. Hernia ini bisa dikendalikan melaui penekanan anulus
profunda dengan jari. Hernia ini disebut latelaris karena menonjol dari perut di lateral
pembuluh epigastrika inferior dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis.

Gambar 2. Hernia inguinalis Direk/Medialis Gambar 3. Hernia inguinalis


Indirek/Lateralis

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :


1. Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel: bila isi kantong hernia tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun
tanda sumbatan usus.
3. Hernia inkarserata dan strangulata
- Hernia Inkaserata: selalu terisi dan tidak dapat dikosongkan kembali
- Hernia strangulata: mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena
tidak mendapatkan darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit

B. ETIOLOGI
Faktor yang menyebabkan terjadinya hernia inguinalis, yaitu:
1. Peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang
 Mengangkat barang yang terlalu berat
 Batuk menahun
 Akibat sering mengejan pada saat buang air besar
 Kehamilan
 Ascites
 Tumor abdomen
2. Adanya kelemahan jaringan atau otot
Kelemahan otot dinding perut dapat terjadi akibat kerusakan nervus ilionguinalis dan
nervus iliofemoralis
3. Adanya prosesus vaginalis (kantong hernia) yang terbuka

C. PATOFISIOLOGI
Menurut Grace dan Borley (2007), patofisiologi terjadinya hernia, yakni:
 Defek pada dinding abdomen dapat kongenital (misalnya hernia umbilikalis, kanalis
femoralis) atau didapat (misalnya akibat suatu insisi) dan dibatasi oleh peritoneum
(kantung)
 Peningkatan tekanan intraabdomen lebih lanjut membuat defek semakin lemah dan
menyebabkan beberapa isi intraabdomen (misalnya: omentum, lengkung usus halus),
keluar melalui celah tersebut
 Isi usus yang terjebak di dalam kantung menyebabkan inkarserasi (ketidakmampuan
untuk mengurangi isi) dan kemungkinan strangulasi (terhambatnya aliran darah ke daerah
yang mengalami inkarserasi)
Secara patofisiologi, hernia inguinalis terjadi karena peningkatan tekanan intra abdomen
yang akan mendorong anulus inguinalis internus terdesak. Hernia inguinalis dapat terjadi
karena anomali kongenital atau karena 3 faktor kausal, yakni adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peningkatan tekanan intra abdomen, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Hernia inguinalis lebih banyak terjadi pada laki- laki dari pada perempuan. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup
besar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar tersebut.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien yang menderita hernia inguinalis biasanya datang dengan keluhan adanya benjolan di
lipat paha yang timbul pada waktu mengejan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul jika
terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi.
 Pada kasus hernia inguinalis indirek, hernia ini dapat dimasukkan dengan tekanan oleh
jari-jari di sekitar cincin inguinalis interna dan banyak terjadi pada pria usia muda (3%
per tahun terjadi dengan komplikasi) serta seringkali turun ke dalam skrotum.
 Pada kasus hernia inguinalis direk, hernia ini sulit dimasukkan dengan penekanan jari-
jari tangan (sulit dikontrol oleh penekanan pada cincin internal) dan lebih sering pada
pria tua (0,3% kasus per tahun mengalami strangulasi). Secara khas menyebabkan
benjolan ‘ke depan’ pada lipat paha, tidak turun ke dalam skrotum.
Secara klinis antara kedua jenis hernia ini dapat sulit dibedakan namun saat operasi, letak
leher hernia terhadap arteri epigastrika inferior menentukan tipe hernia, yaitu pada hernia
indirek leher kantung hernia terletak di sebelah lateral arteri sedangkan pada hernia direk
selalu terletak di sebelah medialnya (Faiz dan Moffat, 2004).

E. KOMPLIKASI
 Hernia inkarserata: hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang, tidak dapat
direposisi, adanya mual, muntah, dan gejala obstruksi usus (menyebabkan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa) jika terjadi komplikasi hernia ini
 Hernia strangulata: gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik, adanya gangguan
sistemik pada usus. Dapat puladijumpai nyeri hebat di tempat hernia, tanda peritonitis
atau abses lokal

F. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: perhatikan keadaan asimetri pada kedua lipat paha, skrotum, atau labia dalam
posisi berdiri dan berbaring .Pasien di minta mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan atau keadaan asimetri dapat dilihat. Pada hernia inguinalis direk
biasanya akan terlihat simetris dengan tonjoloan yang sirkuler di cincin eksterna.
Tonjolan akan menghilang pada saat pasien berbaring. Sedangkan pada hernia
inguinalis indirek akan terlihat tonjolan yang berbentuk elip dan susah
menghilang pada saat berbaring.
Auskultasi: bila isi hernia berupa usus maka bising usus dapat terdengar
Palpasi : pemeriksaan dengan palpasi dapat menggunakan metode finger tip test. Tujuan
utamanya adalah untuk membedakan hernia inguinalis indirek dan direk, di
samping dapat menentukan diameter dan ketebalan cincin hernia. Cara
pemeriksaannya adalah dengan sebelumnya meminta pasien untuk mendorong
masuk hernianya, kemudian salah satu jari tangan pemeriksa dimasukkan
menelusuri jalan masuk hernia. Pasien kemudian diminta mengejan. Jika hernia
teraba atau menyentuh ujung jari berarti ini adalah hernia indirek/lateralis. Jika
hernia teraba atau menyentuh bagian samping jari berarti merupakan hernia
direk/medialis. Penekanan melalui cincin interna ketika pasien mengejan juga
dapat membedakan hernia inguinalis indirek dan direk. Pada hernia inguinalis
direk, benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s
dan kebalikannya pada hernia inguinalis indirek. Pada kebanyakan pasien, jenis
hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.

Pemeriksaan Penunjang
 Labratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, dapat dilakukan pemeriksaan
laboratorium sebagai berikut:
- Hematologi: adanya leukositosis
- Elektrolit, BUN, kreatinin tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi dehidrasi
- Urinalisis: untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha
 Radiologis
- Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis
- CT Scan

G. PENATALAKSANAAN
Penanganan hernia dapat dilakukan secara konservatif maupun operasi.
1. Konservatif
a. Reposisi bimanual
Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap sampai
terjadi reposisi
b. Bantalan penyangga
Penggunaan bantalan penyangga bertujuan untuk menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyenbuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Hal ini biasanya dipilih jika pasien menolak operasi. Namun cara ini tidak sudah
tidak dianjurkan.
2. Operasi
Penatalaksanaan hernia dapat dilakukan dengan pembedahan, yang biasa disebut
“herniotomi”. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien-pasien dengan:
a) hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya
b) Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya
c) Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang
mengganggu gaya hidup, dan sebagainya

Prinsip Pembedahan:
 Herniotomi
Tindakan membuka kantong hernia, memasukkan kembali isi kantong hernia
ke rongga abdomen, serta mengikat dan memotong kantong hernia. Teknik operasi
Herniotomi:
-
Penderita dalam posisi supine dalam anestesi umum, spinal atau lokal anestesi
-
Dilakukan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi
-
Lapangan operasi ditutup dengan doek steril
-
Dilakukan insisi oblique atau skin crease sejajar ligamentum inguinal
-
Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis Muskulus Obliqus Externus (MoE)
-
Aponeurosis MOE dibuka secara tajam Funikulus spermatikus diluksir dan
kantong hemia diidentifikasi
- lsi hemia dimasukan ke dalam cavum abdomen, kantong hernia dipotong secara
transversal
- Kantong hemia diligasi setinggi lemak preperitonium
- Selanjuhrya dilakukan Hemiorafi
 Herniorafi
Operasi hernia yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti (tindakan
memperkecil anulis inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis). Tindakan hernioplasti dapat dilakukan dengan metode Bassini atau
McVay.
Metode Bassini adalah dengan memperkecil anulus inguinalis intemus dengan
jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa dan menjahitkan
pertemuan musculus transversus internus abdominis dan musculus oblikus internus
abdominis. Tindakan ini dikenal dengan narna conjoint tendon ke ligamentum
inguinale Poupart. Metode Mc Vay dilakukan dengan menjahitkan fasia transversa,
musculus transversus abdominis dan musculus oblikus internus abdominis ke
ligamentum Cooper.
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik
herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang di
jait. Untuk mengatasi masalah ini, terdapat model pendekatan operasi bebas
regangan. Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia
transversalis yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot
ke inguinal. Tindakan pemasangan jaring (MESH) ini dapat dimasukkan melalui
bedah terbuka atau laparoskopik. Pada operasi hernia secara laparoskopi
diletakkan prostesis mesh di bawah peritoneum pada dnding perut.

Komplikasi operasi hernia:


Menurut Grace dan Borley (2007), komplikasi operasi hernia dapat menimbulkan:
- Hematoma (luka atau pada skrotum)
- Retensi urin akut
- Infeksi pada luka
- Nyeri kronis
- Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan strofi testis
- Rekurensi hernia (sekitar 2%)
Di samping itu, komplikasi dari operasi hernia dapat juga menyebabkan cedera vena
femoralis, nervus ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, serta duktus defererens.

H. PENCEGAHAN
Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat dicegah, namun
langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-otot dan jaringan abdomen:
 Menjaga berat badan ideal
 Konsumsi makanan berserat tinggi
Buah, sayur, dan gandum baik untuk kesehatan dimana makanan tersebut kaya akan
serat tinggi yang dapat mencegah konstipasi
 Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari mengangkat benda
berat
Jika harus mengangkat benda berat diusahakan tidak membungkus dengan bertumpu
pada pinggang
 Berhenti merokok
Selain meningkatkan risiko terhadap penyakit serius seperti kanker dan jantung,
merokok seringkali menyebabkan batuk kronis yang dapat menyebabkan hernia
inguinalis
DAFTAR PUSTAKA

Faiz, Omar dan David Moffat. 2004. At a Glance: Series Anatomi. Alih bahasa: Annisa
Rahmalia. Jakarta: Erlangga
Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. 2007. At a Glance: Ilmu Bedah Ed. 3. Alih bahasa: Vidhia
Umarni. Jakarta: Erlangga
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Dokter Pendamping Dokter Internsip

dr. Djemiran dr. Marsasmita

Anda mungkin juga menyukai