Anda di halaman 1dari 8

BAB VI

PENCEMARAN UDARA

6.1. Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara didefinisikan sebagai masuknya satu atau lebih


kontaminan/polutan seperti debu, asap, bau, gas, dan uap ke atmosfer dalam
jumlah tertentu dan karakteristik tertentu serta dalam waktu tertentu pula yang
dapat membahayakan kehidupan manusia, hewan, tumbuhan, dan menggangu
kenyamanan dalam kehidupan. Selain polutan – polutan tersebut, aktivitas
manusia juga berperan besar dalam polusi udara (Peavy, 1985).
Miller, G. Tyler (1982), mendefinisikan pencemaran udara adalah
sebagian udara yang mengandung satu atau lebih bahan kimia konsentrasi yang
cukup tinggi untuk membahayakan manusia, hewan, vegetasi atau material.

6.2 Sumber Pencemaran Udara

Udara di alam tidak pernah bersih tanpa polutan sama sekali. Menurut
Warner (1981) pencemaran udara berdasarkan sumbernya, dikelompokkan
menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Polutan primer, terbentuk langsung dari emisi yang terdiri dari partikulat
berukuran < 10 mikron (PM 10), Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida
(NO2), Karbon monoksida (CO) dan Timbal.
b. Polutan sekunder, merupakan bentuk lanjut dari pencemar primer yang telah
mengalami reaksi kimia di lapisan atmosfer yang lebih rendah. Yang
termasuk kepada kategori pencemar sekunder adalah ozon yang dikenal
sebagai oksidan fotokimia, garam sulfat, nitrat dan sebagainya.
Sementara Peavy (1985) menyatkan bahwa bahan pencemar udara dapat
dibagi menjadi polutan alami, campuran kimia, dan partikel . Sementara polutan
partikel dapat digolongkan sebagai partikulat seperti debu, asap dan gas (polutan
gas organik dan inorganik).
Pencemaran Udara berdasarkan Sumber Area dan Titik yaitu :
1. Dari Sumber Transfortasi
a. Kendaraan bermotor
b. Transfortasi pada jalan layang
c. Pesawat terbang
d. Kereta api
e. Kapal laut
2. Pembakaran pada Sumber tetap
a. Rumah tangga
b. Komersial dan institusi
c. Industri
d. Elektrik steam
3. Emisi dari proses pada industri
a. Industri Kimia
b. Industri Makanan
c. Industri Metalurgi
d. Mineral
e. Perminyakan
4. Tempat pembuangan samapah padat
a. On site
b. Insinerasi
c. Pembakaran terbuka
5. Sumber lain
a. Kebakaran Hutan
b. Kebakaran Biasa
c. Pembakaran Batu Bara

6.3 Wujud Fisik Pencemaran Udara

1. Partikulat
Keberadaan partikulat di atmosfer sebagian besar bersumber dari
kendaraan bermotor dan industri, selain itu partikulat juga dapat
terbentuk di atmosfer dari polutan gas. Efek partikulat terhadap
kesehatan dan pengurangan jarak pandang tergantung pada ukuran
partikel dan komposisi kimia yang terkandung didalamnya.
Partikulat dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat fisik (ukuran,
bentuk formasi, tempat terbentuknya, kecepatan mengendap, dll) dan
sifat kimia berupa komposisi organik atau anorganik (Hinds C. W, 2000).
Pada partikulat, kita mengenal beberapa substansi yang berupa
fase cair dan padat di atmosfer, yang berada dibawah kondisi normal.
Partikulat mempunyai ukuran yang mikroskopis atau submikroskopis
tetapi lebih besar dari dimensi molekul (Seinfeld, 1975). Emisi partikulat
tidak hanya dapat diemisikan dalam bentuk partikel, tetapi juga dapat
terbentuk dari kondensasi gas secara langsung atau melalui reaksi kimia.
Deskripsi tentang partikulat tidak hanya meliputi konsentrasinya,
tetapi juga meliputi ukurannya, komposisi kimianya, dan bentuk fisiknya.
Sejumlah cara dapat digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel, yang
paling sering digunakan adalah diameter equivalen. Disamping itu untuk
partikel nonspheric dinyatakan dengan equivalen spheres, berdasarkan
kesamaan volume, massa, dan kecepatan (Crawford, 1980).
Menurut Hinds C. W (2000) partikel secara umum dapat dibagi
kedalam dua bagian, yaitu:
1. Partikel halus (Fine partikel): Partikel berukuran lebih kecil dari 2,5
μm .
2. Partikel kasar (Coarse partikel): Partikel berukuran lebih besar dari 2,5
μm .
Menurut Crawford (1980) beberapa istilah yang dapat
menggambarkan partikulat berdasarkan pembentukan dan ukurannya
adalah sebagai berikut:
1. Debu (dust)
Aerosol padat yang dibentuk akibat pemecahan mekanik
material besar sepertidari Crushing dan grounding. Ukuran partikelnya
dari submikrometer sampai visibel. Coarse particle berukuran > 2,5
μm, Fine particle berukuran < 2,5 μm.
2. Fume
Aerosol padat yang dibentuk dari kondensasi uap atau gas hasil
pembakaran. Ukuran partikelnya kurang dari 1 μm. Definisi ini
berbeda dengan yang diketahui secara umum yang didasarkan pada
adanya noxious contaminant.
3. Asap (Smoke)
Aerosol visible yang dihasilkan dari pembakaran tidak
sempurna. Ukuran partikelnya (padat atau cair) < 1 μm.
4. Kabut (Mist)
Aerosol cair yang terbentuk dari proses kondensasi atau
atomisasi. Ukuran partikelnya antara submikrometer hingga 20 μm.
Fog : Visible mist, smog : hasil reaksi fotokimia yang tercampur
dengan uap air. Ukuran partikelnya kurang dari 1 atau 2 μm.
Merupakan gabungan dari smoke dan fog.
5. Fly ash yang merupakan hasil pembakaran batu bara.

2. Polutan gas
Beberapa kategori polutan adalah SO2, NO2, NO, dan CO. SO2
dihasilkan dari pembakaran sulfur atau materi lain yang mengandung
sulfur. Sumber utama gas SO2 adalah pembakaran bahan bakar fosil dari
instalasi pembangkit listrik serta beberapa industri lainnya. NOx
terbentuk karena ada pembakaran di udara bebas. Sumber berasal dari
transportasi (sumber bergerak) serta sumber stasioner seperti instalasi
pembangkit tenaga listrik. Gas CO bersifat tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa yang disebabkan adanya pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon. Instalasi
pembangkit tenaga listrik dan industri peleburan yang besar pada
umumnya mampu mengoptimalkan setiap pembakaran yang ada
sehingga dapat mengurangi emisi CO (Cooper & Aley, 1986).
6.4 Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan

Pencemaran udara dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia


melalui berbagai cara, antara lain dengan merangsang timbulnya atau sebagai
faktor pencetus sejumlah penyakit. Kelompok yang terkena terutama bayi, orang
tua dan golongan berpenghasilan rendah yang biasanya tinggal di kota-kota besar
dengan kondisi perumahan dan lingkungan yang buruk. Bukti penting yang telah
dikumpulkan menunjukkan bahwa pencemaran udara mempengaruhi kesehatan
manusia dan hewan, kerusakan tanaman, tanah dan material, perubahan iklim,
menurunkan tingkat visibilitas dan penyinaran matahari dan pengaruh lainnya
Cooper & Aley, 1986).
Menelaah korelasi antara pencemaran udara dan kesehatan, cukup sulit.
Hal ini karena:
1. Jumlah dan jenis zat pencemar yang bermacam-macam.
2. Kesulitan dalam mendeteksi zat pencemar yang dapat menimbulkan
bahaya pada konsentrasi yang sangat rendah.
3. Interaksi sinergestik di antara zat-zat pencemar.
4. Kesulitan dalam mengisolasi faktor tunggal yang menjadi penyebab,
karena manusia terpapar terhadap sejumlah banyak zat-zat pencemar yang
berbahaya untuk jangka waktu yang sudah cukup lama.
5. Catatan penyakit dan kematian yang tidak lengkap dan kurang dapat
dipercaya.
6. Penyebab jamak dan masa inkubasi yang lama dari penyakit-penyakit
(misalnya: emphysema, bronchitis kronik, kanker, penyakit jantung).
7. Masalah dalam ekstrapolasi hasil percobaan laboratorium binatang ke
manusia.

Data epidemi menunjukkan bahwa pemaparan partikulat dihubungkan


dengan peningkatan terjadinya angka sakit saluran pernapasan, bronchitis,
penurunan fungsi ginjal, serta angka kematian. Dalam waktu pemaparan yang
pendek, pemaparan partikulat juga meningkatkan timbulnya angka sakit asma
(Cooper & Aley, 1986).
Potensi pengaruh partikulat terhadap kesehatan tidak hanya ditentukan
oleh tingkat konsentrasi, tetapi juga oleh kondisi fisik dan kimia yang terkandung

di dalamnya, Sebagai contoh partikulat dengan ukuran > 10 μm dapat disisihkan


sebelum masuk saluran pernapasan tetapi untuk yang berukuran < 2 atau 3 μm

dapat mencapai paru-paru. Hal ini dapat menunjukkan pentingnya mengetahui


ukuran partikel sebagai pertimbangan. Fine Particle terbentuk dari senyawa sulfat
dan senyawa sekunder lain yang mungkin bersifat toksik. Coarse Particle
didominasi oleh adanya dust. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan untuk
melakukan pemantauan kualitas udara, terutama yang bersifat inhalable,

berdasarkan ukuran partikel yang < 2,5 μm serta antara 2,5 – 10 μm (Cooper &

Aley, 1986).
Menurut Anderson (1999), masuknya partikel ke dalam tubuh manusia ada
dua cara, yaitu :
Absorbsi dari proses inhalasi, prosesnya sebagai berikut :
a. Deposisi partikel pada saluran pernapasan
b. Mucocilliar clearance dari partikel terlarut mencakup transport partikel menuju
saluran pernapasan atas oleh aliran mukosa dan aktivitas silier dalam
tracheobronchial compartment dan nasopharyngeal compartment
c. Alveolar clearance, yaitu merupakan transportasi partikel dari alveoli ke
escalator mucociliar

Bahan partikel yang halus dapat mempengaruhi saluran pernapasan dari


hidung sampai alveoli. Partikel yang besar dapat dikeluarkan melalui impaksi dari
hidung dan tenggorokan. Partikel yang berukuran sedang agak sukar dikeluarkan,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya sedimentasi. Partikel yang berukuran
paling keil (diameter 0,1 mikron) dapat mencapai alveoli dan akan menyebabkan
terjadinya difusi ke dinding alveoli (Goldsmith & Friberg, 1977).
Berdasar penelitian Price (1994), faktor utama penyebab kanker paru-paru
adalah rokok, tetapi debu yang ada di udara juga berpengaruh meskipun
pengaruhnya kecil, baik yang berasal dari kendaraan bermotor, industri, dan lain
sebagainya. Debu yang bisa menimbulkan penyakit dipengaruhi oleh :
1. Ukuran partikel, yang paling berbahaya adalah yang berukuran 1 sampai 5
μm, karena partikel yang lebih besar tidak dapat mencapai alveoli
2. Kadar dan lamanya paparan, biasanya yang diperlukan kadar tinggi untuk
dapat mengalahkan kerja escalator silia, dan paparan yang lama
3. Sifat dari debu itu sendiri
4. Faktor meteorologi, seperti angin, kelembaban, perubahan temperatur
Menurut Slamet (1994), efek partikulat terhadap paru-paru berbeda dari gas
karena ditentukan oleh diameter, bentuk, kepadatannya, sifat kimia dan
fisikanya.

Partikulat yang kecil akan lebih lama tersuspensi di dalam udara,


sedangkan ynag lebih besar akan mengendap dengan berbagai kecepatan,
sehingga kemungkinan masuknya ke dalam paru-paru akan berbeda pula.
Semakin lama ia dapat bertahan dalam udara, semakin besar kemungkinannya
untuk dapat memasuki paru-paru.
Terdapat korelasi yang kuat antara pencemaran udara dengan penyakit
bronchitis kronik (menahun). Walaupun merokok hampir selalu menjadi urutan
tertinggi sebagai penyebab dari penyakit pernafasan menahun akan tetapi sulfur
oksida, asam sulfur, partikulat, dan nitrogen dioksida telah menunjukkan sebagai
penyebab dan pencetusnya asthma brochiale, bronchitis menahun dan emphysema
paru. Hubungan yang sebenarnya antara pencemaran udara dan kesehatan atau
pun timbulnya penyakit yang disebabkannya sebetulnya masih belum dapat
diterangkan dengan jelas betul dan merupakan problema yang sangat komplek.
Beberapa cara menghitung/memeriksa pengaruh pencemaran udara terhadap
kesehatan adalah antara lain dengan mencatat: jumlah absensi pekerjaan/dinas,
jumlah sertifikat/surat keterangan dokter, jumlah perawatan dalam rumah sakit,
jumlah morbiditas pada anak-anak, jumlah morbiditas pada orang-orang usia
lanjut, jumlah morbiditas anggota-anggota tentara penyelidikan pada penderita
dengan penyakit tertentu misalnya penyakit jantung, paru dan sebagainya.
Penyelidikan-penyelidikan ini harus dilakukan secara prospektif dan
komparatif antara daerah-daerah dengan pencemaran udara hebat dan ringan,
dengan juga memperhitungkan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh
(misalnya udara, kebiasaan makan, merokok, data meteorologik, dan sebagainya).
Studi tentang pencemaran udara ditujukan untuk mengontrol sumber polutan
sehingga dapat mengurangi konsentrasi pencemaran udara ambien hingga tidak
membahayakan kondisi lingkungan. Tujuan studi ini juga diarahkan pada
perhitungan besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh pemaparan polutan.Bahan
pencemar udara yang ada di atmosfer dapat menyebabkan kelainan pada tubuh
manusia.
Menurut Goldsmith & Friberg (1977), secara umum efek pencemaran
udara terhadap individu atau masyarakat dapat berupa :
1. Sakit, baik yang akut maupun yang kronis
2. Penyakit yang tersembunyi yang dapat memperpendek umur,
menghambat pertumbuhan dan perkembangan
3. Mengganggu fungsi fisiologis dari paru, syaraf, transport oksigen oleh
hemoglobin, dan kemampuan sensorik
4. Kemunduran penampilan, misalnya pada aktivitas atlet, aktivitas
motorik, dan aktivitas belajar
5. Iritasi sensorik
6. Penimbunan bahan berbahaya dalam tubuh
7. Rasa tidak nyaman (bau)

Partikel sebagai pencemar udara mempunyai waktu hidup yaitu pada saat
partikel masih melayang-layang sebagai pencemar di udara sebelum jatuh ke
bumi. Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan.
Sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa
jenis partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup.

Anda mungkin juga menyukai