Anda di halaman 1dari 11

KEGAWATDARURATAN 1

Literature Review

Ns. Suhaimi Fauzan M,Kep

DISUSUN OLEH:

YOSSY CLAUDIA EVAN

I1032141011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2017
BAB I

ANALISA PICO

1.1.Analisa jurnal Pengaruh Obat Anti Epilepsi Terhadap Gangguan Daya Ingat pada
Epilepsi Anak
 Populasi/ problem :
subyek dipilih secara konsekutif yang memenuhi kriteria inklusi, meliputi umur
6–12 tahun, mengerti huruf dan angka serta dapat menulis, dan mendapat izin dari
orangtua atau wali untuk ikut serta dalam penelitian. Subyek tidak diikutsertakan
apabila menderita retardasi mental dan depresi. Penghitungan besar sampel
menggunakan rumus rule of the thumb, yaitu 10-50 kali jumlah faktor risiko yang
diteliti, maka diperlukan 20-100 subyek. Diagnosis epilepsi ditegakkan oleh
dokter spesialis anak. Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel tergantung dilakukan uji bivariat, dilanjutkan dengan uji analisis
regresi logistik ganda untuk melihat pengaruh kedua variabel bebas terhadap
varibel tergantung.
 Intervensi
Tes daya ingat yang digunakan adalah subtes dari Wechsler Intellegence Scale for
Children-III, yaitu tes perhatian dan konsentrasi. Tes daya ingat dilakukan oleh
seorang psikolog. Tes perhatian meliputi tes visual dan verbal. Tes visual
menggunakan gambar kucing dan wajah (visual search). Pada tes visual gambar
kucing, subyek diminta mencari gambar kucing dari sekumpulan gambar. Tes ini
hanya merupakan latihan untuk mencari gambar, dengan lama tes 120 detik.
Kemudian dilanjutkan tes visual kedua dengan meminta subyek mencari gambar
mimik wajah yang sesuai dari sekumpulan gambar mimik wajah yang berbeda-
beda, waktu 120 detik. Skor tesini adalah jumlah gambar yang benar dikurangi
jumlah yang salah. Tes verbal dilakukan dengandigit span forward (hitung maju).
Subyek diminta menirukan angka yang disebutkan pemeriksa, dimulai dengan 3
digit angka sampai maksimal 9 digit, masingmasing digit dilakukan tes dua kali.
Tes dihentikan apabila subyek tidak dapat menirukan kembali dua kali digitangka
dengan urutan yang benar. Jumlah digit yang dapat disebutkan dengan urutan
yang benar merupakan hasil tes verbal. Tes konsentrasi dengan menggunakan
digit span backward. Subyek diminta menirukan angka yang disebutkan
pemeriksa, tetapi dengan urutan yang terbalik, dimulai dengan 2 digit sampai
maksimal 8 digit. Masing-masing digit dilakukan tes dua kali. Tes dihentikan
apabila subyek tidak dapat menyebutkan dengan benar urutan angka yang dibalik.
Skor tes adalah jumlah digit yang dapat disebutkan dengan urutan dibalik.
 Comparison
Jurnal “Pengaruh Obat Anti Epilepsi Terhadap Gangguan Daya Ingat pada
Epilepsi Anak” Penjelasan hasil tersebut, semakin lama pengobatan epilepsi
semakin besar kemungkinan terjadi gangguan memori. Obat anti epilepsi
mempunyai efek negatif maupun positif terhadap kemampuan kognitif pasien
epilepsi. Obat anti epilepsi dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan tingkah
laku pasien epilepsi dengan cara mengurangi bangkitan kejang, efek modulasi
terhadap neurotransmiter, dan efek psikotropika. Obat anti epilepsi mengurangi
iritabilitas neuron dan meningkatkan inhibisi pasca-sinaps atau mempengaruhi
sinkronisasi jaringan neuron untuk menurunkan eksitasi neuron yang berlebihan
sehingga dapat menurunkan bangkitan kejang dan dapat menurunkan aktivitas
epilepsi di sekeliling jaringan otak yang normal. Aktivitas obat anti epilepsi
tersebut apabila dirangsang secara terus menerus dapat mengakibatkan penurunan
aktivitas
 Outcome
Lama pengobatan >2 tahun berpengaruh terhadap terjadinya gangguan daya ingat
pada pasien epilepsi anak.
1.2.Kekurangan dan Kelebuhan jurnal
 Kekurangan
1. rentang umur yang terlalu lebar dari subyek penelitian (6-12 tahun) dengan
persentase kelompok umur 6-8 tahun yang lebih besar yaitu 56%, dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan daya ingat.
2. Penelitian yang dilakukan di poliklinik anak dirasakan kurang nyaman
sehingga mengganggu konsentrasi subyek saat menjalani tes daya ingat.
 Kelebihan
1. Dari jurnal, secara garis besar hasil yang didapatkan bahwa penelitian
menyimpulkan adanya pengaruh >2 tahun pengobatan terhadap gangguan
daya ingat pada pasien epilepsi anak.
2. Jurnal ini menyebutkan durasi dalam melakukan tes
2.1.Analisa jurnal “PENERAPAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) UNTUK
MENINGKATKAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PENDERITA EPILEPSI
GRANDMAL”
 Populasi/problem :
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif (wawancara mendalam dan obervasi
terstruktur) serta diperlengkapi dengan psikotes. Selain itu, juga menggunakan
kuesioner, pre-test dan post-test. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita berusia
21 tahun yang menderita epilepsi grandmal, yang memiliki kondisi psychological
well-being yang rendah. Subjek memiliki IQ rata-rata cerdas dan memiliki
masalah emosional dan kecemasan. Berdasarkan hasil dari data kuesioner dan
hasil data yang dianalisis, intervensi memiliki hasil yang positif terhadap perilaku
yang diharapkan. penelitian ini adalah ingin mengetahui hasil penerapan terapi
REBT untuk meningkatkan kondisi psychological well-being pada penderita
epilepsi grandmal
 Intervensi
Pelaksanaan penerapan teknik REBT dapat dikatakan efektif untuk mengubah
emosi negatif dan pandangan negatif dalam upaya meningkatkan psychological
well-being yang dialami klien yang menderita epilepsi jenis grandmal dengan IQ
rata-rata. Pemilihan pendekatan REBT didasari oleh pertimbangan bahwa REBT
akan dapat lebih banyak menggali pikiran-pikiran irasional yang mencetuskan
gangguan mood dan emosi yang negatif pada penderita epilepsi grandmal
termasuk masa depan klien. Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah
Teknik Kognitif, strategi yang paling penting dalam REBT adalah pekerjaan
rumah, kegiatan yang termasuk di dalamnya adalah aktivitas membaca, latihan
menolong diri sendiri, menulis dan pengalaman aktivitas. Sesi-sesi dalam terapi
adalah sesi-sesi latihan, di mana klien mencoba menggunakan apa yang sudah
dipelajari. Teknik perilaku tujuannya adalah untuk menantang keyakinan yang
menimbulkan perilaku yang beresiko dan membahayakan. Teknik imajeri untuk
menunjukkan bahwa kehidupan seseorang dan dunia secara umum akan terus
berlanjut setelah rasa takut dan kejadian yang tidak diinginkan akan datang dan
pergi, meminta klien untuk melihat kejadian yang tidak diinginkan itu terjadi dan
bayangkan kejadian tersebut berjalan terus dalam seminggu, sebulan, enam bulan,
setahun, dan seterusnya. Pertimbangkan bagaimana perasaan klien untuk setiap
waktu yang dilewati. Klien akan mampu melihat bahwa hidup akan terus berjalan
meskipun mereka membutuhkan penyesuain diri untuk kita.
 comparison
dalam jurnal “PENERAPAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT)
UNTUK MENINGKATKAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA PENDERITA
EPILEPSI GRANDMAL” Pelaksanaan penerapan teknik REBT dapat dikatakan
efektif untuk mengubah emosi negatif dan pandangan negatif dalam upaya
meningkatkan psychological well-being yang dialami klien yang menderita
epilepsi jenis grandmal dengan IQ rata-rata. hasil terapi REBT di atas menunjukan
adanya perubahan perilaku pada subjek setelah diberikan terapi.
 Outcome
Teknik pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy dapat meningkatkan
psychological well-being subjek. Subjek menunjukkan perubahan perilaku dan
pola pikir.

2.2. Kekurangan dan Kelebihan jurnal


 Kekurangan
1. Penelitian ini tidak menyebutkan secara spesifik jumlah sample atau populasi
yang digunakan.
 Kelebihan
1. Teknik yang digunakan efektif meningkatkan psikologi dan klien menunjukan
perubahan setelah diberi intervensi

3.1. analisa jurnal

 Populasi/problem:
Sampel penelitian adalah pasien pediatri dengan epilepsi yang sesuai dengan
kriteria inklusi, meliputi subyek berusia 6 bulan atau lebih; pertama kali
didiagnosis epilepsi sesuai tipe kejang menurut kriteria International Classification
of Epileptic Seizure. 18 pasien yang sesuai dengan kriteria, 2 tidak dapat
meneruskan penelitian karena pindah rumah, dan 1 tidak datang secara rutin.
Jumlah total 15 pasien yang mengikuti penelitian sampai selesai. Pemilihan
sampel dilakukan secara consecutive sampling.
 Intervensi
Sebelum monoterapi topiramate dimulai, subyek dilakukan pencatatan frekuensi
kejang per bulan, pemeriksaan EEG dan pemeriksaan darah, mencakup
hemoglobin, leukosit, trombosit, PCV, elektrolit, fungsi hati, dan fungsi ginjal.
Selama penelitian pasien direncanakan kunjungan selama 7 kali, yakni pada
minggu ke 0-1, 4, 8, 12, 16, 20, dan 24. Setiap kunjungan pasien akan dilakukan
evaluasi frekuensi kejang, efek samping yang timbul, dosis topiramate yang
dipakai serta adanya terapi lain selama monoterapi topiramate. Pada setiap
evaluasi kejang dicatat faktor pemicu kejang. Pada kunjungan terakhir, subyek
akan dilakukan pemeriksaan darah ulang mencakup hemoglobin, leukosit,
trombosit, PCV, natrium, kalium, SGOT/SGPT, BUN, serum kreatinin, dan
pemeriksaan EEG. Rerata kejang awal sebelum terapi 2,7 kali (SB 1,16). Pada
minggu ke-4, 1 pasien mengalami status konvulsivus yang akhirnya mendapatkan
perawatan di rumah sakit, tetapi secara statistik penurunan kejang masih
signifikan. Pada minggu ke-8, penurunan kejang menjadi tidak signifikan karena 1
pasien mengalami kejang berulang yang sangat sering dan akhirnya mendapatkan
politerapi. Pada evaluasi selanjutnya, penurunan kejang menjadi signifikan
walaupun terkadang masih didapatkan kejang. Perbandingan persentase reduksi
kejang menunjukkan pasien bebas kejang mencapai 83,7% pada bulan ke-2 dan
meningkat menjadi 93% pada bulan ke-6. Terdapat 1 pasien yang tidak
mengalami perubahan sampai bulan ke-4. Dosis awal yang digunakan adalah 0,5
mg/kgBB/ hari malam hari. Titrasi kemudian dinaikkan menjadi 1 mg/kgBB/hari
dalam 2 dosis. Pada minggu ke-8 terjadi kenaikan dosis mencapai 1,3
mg/kgBB/hari yang disesuaikan klinis pasien yang terdapat kejang berulang
tersering. Selanjutnya, dosis kembali naik menjadi 1,4 mg/kgBB/hari pada minggu
ke-12 dan mencapai 1,43/kgBB/hari.
 Comparison
Dalam jurnal “Efikasi dan Toleransi Monoterapi Topiramate pada Epilepsi”
menunjukkan 100% pasien mengalami EEG yang abnormal sebelum terapi.
Setelah terapi topiramate selama 6 bulan, 3 pasien yang mengalami perubahan
EEG menjadi normal. Topiramate efektif untuk mengatasi kejang absen.
 Outcome
topiramate sampai dosis efektif hampir dua pertiga pasien mengalami bebas
kejang selama periode penelitian 6 bulan.
3.2. Kekurangan dan Kelebihan jurnal
 Kekurangan
1. Efek samping yang ditemukan selama pemberian topiramate adalah
mengantuk dan penurunan nafsu makan, penurunan berat badan.
2. Ada pasien yang tidak mengalami perubahan setelah diberikan topiramate
 Kelebihan
1. Hampir dua pertiga pasien mengalami bebas kejang selama periode penelitian
6 bulan
BAB II

PEMBAHASAN

3.1. Jurnal Pengaruh Obat Anti Epilepsi Terhadap Gangguan Daya Ingat Pada Epilepsi
Anak di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Penelitian ini merupakan data sekunder dari rekam medis untuk mengetahui faktor
risiko obat anti epilepsi yang mempengarhi daya ingat, yaitu lama pengobatan dan jumlah
obat anti epilepsi. Daya ingat yang diperiksa adalah daya ingat (memori) jangka pendek
karena memori jangka pendek dibutuhkan untuk mengingat atau menjadikan informasi yang
didapatkan menjadi memori jangka panjang melalui proses konsolidasi. Gangguan daya ingat
pada 46% subyek pada epilepsi anak. Umur >8-12 tahun berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan daya ingat dibandingkan umur 6-8tahun. Hasil pengobatan lebih dari 2 tahun
meningkatkan risiko sebesar sepuluh kali lebih besar daripada anak dengan lama pengobatan
<2tahun. Lama pengobatan >2 tahun juga meningkatkan resiko sebesar hampir 16 kali
dibandingkan dengan lama pengobatan <2 tahun terhadap terjadinya gangguan konsentrasi.
Sedangkan untuk gangguan daya ingat lama pengobatan meningkatkan resiko sebesar 13 kali.

Semakin lama pengobatan epilepsi semakin besar kemungkinan terjadi gangguan


memori. Obat anti epilepsi mempunyai efek negatif maupun positif terhadap kemampuan
kognitif pasien epilepsi dengan cara mengurangi bangkitan kejang. Aktivitas obat anti
epilepsi tersebut apabila dirangsang secara terus menerus dapat mengakibatkan motorik dan
psikomotor, penurunan perhatian dan gangguan memori. Penurunan daya ingat dapat bersifat
reversibel dan kumulatif, sehingga semakin lama pasien mendaptkan terapi anti epilepsi maka
gangguan memori akan semakin besar.

3.2. Jurnal Penerapan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Untuk


Meningkatkan Psichological Well Being Pada Penderita Epilepsi

Responden menunjukan perkembangan yang baik dan perlahan-lahan sudah mampu


melakukan hal-hal yang pada awalnya tidak dilakukan dan setelah mendapatkan intervensi
berupa konseling dan terapi dapat meningkatkan psycological well-beingnya, melaui terapi
REBT. Responden sudah dapat memhami keadaan-keadaan emosional yang membuat ia
tidak dapat mengelola distress dan serangan epilesinya kambuh, sehingga ia selalu berusaha
untuk dapat memonitor dirinya. Pelaksanaan penerapan teknik REBT dapat dikatakan efektif
untuk mengubah emosi negatif dan pandangan negatif dalam meningkatkan psychological
well-being yang yang dialami klien yang menderita epilepsi jenis grandmal dengan IQ rata-
rata. Hasil terapi REBT menunjukan adanya perubahan perilaku pada responden setelah
diberikan terapi, yaitu perasaan tidak berdaya hilang pada pertemuan ke-2, setelah diterapi
responden menjadi lebih bersyukur (gembira) walaupun responden sakit epilepsi namun
responden masih memiliki kelebihan-kelebihan lain yang belum tentu dimilki orang
lain.perasaan sedih hilang pada pertemuan ke-5, stelah diterapi tetap merasa bahagia
meskipun tidak mendapat banyak dukungan. Perasaan cemas hilang pada pertemuan ke-6,
setelah diterapi dapat menghintung tujuan hidupnya dengan memilih pekerjaan yang sesuai
dengan kapasitasnya. Perasaan bersalah hilang pada pertemuan ke-7, setelah diterapi menjadi
lebih bersyukur dan tidak lagi terus-menerus merasa bersalah. Kemudian perasaan malu
hilang pada pertemuan ke-8, setelah diterapi lebih berani untuk dapat berterus terang kepada
orang lain. Perasaan rendah diri hilang pada pertemuan ke-9, setelah dilakukan terapi
responden menjadi percaya diri karena sudah dapat menilai sisi-sisi yang positif dalam
dirinya dan lebih bersyukur dan menjadi lebih rendah hati terhadap orang lian. Terakhir
adalah kurang mandiri tidak bergantung pada orang lain. Teknik REBT dapat meningkatkan
psychological well-being responden. Responden menunjukan perubahan perilaku dan pola
pikir seperti lebih ceria, merasa percaya diri, berkompetisi, memiliki perasaan mampu,
berani, tidak merasa bersalah, rendah hati dan mandiri.

3.3. Jurnal Efikasi dan Toleransi Monoterapi Topiramate pada Epilepsi

Penatalaksanaan epilepsi merupakan hal yang kompleks termasuk pemilihan obat


yang sesuai agar menghasilkan kondisi yang lebih baik pada pasien dengan epilepsy. Salah
satu pengobatan atau obat anti epilepsy yang dapat dipilih yaitu Topiramate. Pengobatan
pasien epilepsi dengan anti-epileptic drug (AED), bertujuan untuk pencegahan bangkitan
selanjutnya, baik secara keseluruhan ataupun mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan
dengan sedikit mungkin efek samping yang ditimbulkan. Topiramate mempunyai aktifitas
neuro-stabilisasi, termasuk potensiasi GABA, modulasi voltase tinggi Ca2+ channel, dan
antagonis reseptor glutamat. Aktifitas tersebut membuat topiramate mempunyai spektrum
luas untuk efek anti-kejang. Berdasarkan penelitian, topiramate dapat memperbaiki rekam
EEG abnormal selama pemberian 6 bulan pada beberapa pasien. Untuk frekuensi kejang,
terjadi reduksi kejang yang signifikan pada minggu pertama titrasi sampai minggu ke-4. Pada
minggu ke-8, reduksi kejang menjadi tidak signifikan karena 1 pasien mengalami kejang
status. Akhir bulan ke-2 didapatkan hasil 86,7% pasien bebas kejang dan 6,7% pasien reduksi
kejang >50% dan 6,7% pasien tidak mengalami perubahan. Efikasi penurunan reduksi kejang
mencapai 93,7% pasien dengan periode bebas kejang yang telah dicapai pada bulan ke-5.
Pemberian pengobatan anti epilepsy juga menimbulkan beberapa efek samping seperti
mengantuk dan penurunan nafsu makan, namun efek samping ini biasanya terjadi pada masa
ekskalasi dosis dan cenderung untuk menghilang sendiri setelah pasien beradaptasi dengan
topiramate (Gunawan, 2013) Hal ini mungkin dikarenakan beberapa faktor yang
mempengaruhi pengobatan pasien dengan epilepsy yaitu frekuensi kejang sebelum terapi >10
kali, status epileptikus, terdapat defisit neurologis, kelainan neurologis penyerta, dan
pemberian obat antiepilepsi yang terlambat. (Andrianti, 2016)
Dosis monoterapi titrasi pada anak seharusnya dimulai pada 0,5 mg sampai 1
mg/kgBB malam hari pada minggu pertama. Dosis kemudian dinaikkan pada 1-2 minggu
interval 0,5 sampai 1 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Penelitian kami menunjukkan
minggu pertama digunakan dosis 0,5 mg/kgBB malam hari. Pada minggu berikutnya
dinaikkan 0,5-1 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 2 dosis. Pada saat titrasi awal minggu
pertama 100% pasien mengalami reduksi kejang yang signifikan. Titrasi kemudian
dilanjutkan dengan menaikkan dosis perlahan. Pada akhir bulan ke dua, titrasi mencapai dosis
1,3 mg/kgBB perhari, kenaikan yang signifikan dibanding dosis awal titrasi. (Gunawan,
2013). Pemberian pengobatan pada penderita epilepsy harus berkelanjutan, Pengobatan
diberikan untuk beberapa tahun, kadang-kadang seumur hidup, atau lebih singkat. (Andriati,
2016)
DAFTAR PUSTAKA

Andriati, Pravita Tri. (2016). Profil Epilepsi Anak dan Keberhasilan Pengobatannya di RSUD
Dr. Soetomo Tahun 2013. Sari Pediatri, 18(1). http://saripediatri.org
diakses taggal 3-12-2017)

Gunawan, Prastya Indra. (2013). Efikasi dan Toleransi Monoterapi Topiramate pada Epilepsi.
Sari Pediatri, 15(5). http://saripediatri.org
diakses taggal 3-12-2017)

Mustarsid. 2011. “Pengaruh Obat Anti Epilepsi Terhadap Gangguan Daya Ingat pada
Epilepsi Anak”. Sari Pediatri (http:// saripediatri.org diakses taggal 3-12-2017)

Yunita, Mutiara Mirah. (2016). Penerapan Rational Behavior Therapy (REBT) Untuk
Meningkatkan Psychological Well-Being Pada Penderita Epilepsi Grandmal.
(https://journal.ubm.ac.id diakses taggal 3-12-2017)

Anda mungkin juga menyukai