Kelompok 1
Aisyah PO.62.20.1.16.004
Marselino K M L B PO.62.20.1.16.021
Priska F PO.62.20.1.16.032
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di negara-negara miskin dan sedang berkembang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan
salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan suatu negara. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil
atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal.
Di Indonesia, menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 Angka
Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup, Penyebab
terpenting kematian maternal di Indonesia adalah perdarahan (40-60%), infeksi (20-30%) dan
keracunan kehamilan (20-30%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat
kehamilan atau persalinan. Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atas perdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat
yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa,
solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya (Karkata, 2007).
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir. Sedangkan pada keadaan normal letak
plasenta ada di bagian atas uterus.
(Sarwono, 2006). Plasenta Previa merupakan salah satu risiko dalam kehamilan. Umur tua,
paritas tinggi, dan endometrium yang cacat merupakan faktor-faktor yang dapat mempertinggi
risiko terjadinya plasenta previa. Apabila plasenta previa ini tidak ditangani dengan baik, maka
akan menyebabkan perdarahan yang dapat membahayakan jiwa ibu maupun janin. Angka kejadian
plasenta previa adalah 0,4-0,6% dari keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan yang baik
mortalitas perinatal adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Pada awal kehamilan, plasenta mulai
terbentuk, berbentuk bundar, berupa organ datar yang bertanggung jawab menyediakan oksigen
dan nutrisi untuk pertumbuhan bayi dan membuang produk sampah dari darah bayi. Plasenta
melekat pada dinding uterus dan pada tali pusat bayi, yang membentuk hubungan penting antara
ibu dan bayi (Davood, 2008).
Plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada ibu yang sudah beberapa kali melahirkan
dari pada ibu yang baru sekali melahirkan (primipara). Semakin tua umur ibu kemungkinan untuk
mendapatkan plasenta previa semakin besar.pada ibu yang melahirkan pada usia > 40 tahun
berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta previa (Santoso, 2008). Plasenta previa juga sering
terjadi pada kehamilan ganda dari pada kehamilan tunggal. Uterus yang cacat ikut mempertinggi
angka kejadiannya. Ibu yang mempunyai riwayat seksio cesarean minimal satu kali mempunyai
risiko 2,6 kaliuntuk menjadi plasenta previa pada kehamilan berikutnya (Santoso, 2008).
Prevalensi plasenta previa di Negara maju berkisar antara 0,26-2,00% dari seluruh jumlah
kehamilan. Sedangkan di Indonesia dilaporkan oleh beberapa peneliti berkisar antara 2,4-3,56%
dari seluruh kehamilan. Angka kejadian plasenta previa relatif tetap dalam tiga dekade sampai
dengan pertengahan tahun 1980, yaitu rata-rata0,36-0,37%, tetapi pada dekade selanjutnya angka
kejadian meningkat menjadi 0,48%, mungkin disebabkan karena meningkatnya faktor risiko
terjadinya plasenta previa seperti umur ibu hamil semakin tua, kelahiran secara bedah sesar, paritas
yang tinggi serta meningkatnya jumlah abortus yang terjadi, terutama abortus provokatus.
Penyebab terjadinya plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun kerusakan dari
endometrium pada persalinan sebelumnya dan gangguan vaskularisasi desidua dianggap sebagai
mekanisme yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya plasenta previa
Data profil kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 AKI (Angka Kematian
Ibu) Kalimantan Tengah masih mengikuti angka nasional yaitu hasil Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) Tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup kemudian meningkat lagi
angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359
per100.000 kelahiran hidup berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012.Kemudian hasil SUPAS 2015 AKI mengalami penurunan menjadi 305 per 100.000 kelahiran
hidup.
Jumlah kasus kematian ibu maternal yang dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada
Tahun 2016 sebanyak 74 kasus lebih sedikit dari jumlah kasus kematian ibu tahun 2015 sebanyak
80 kasus. Trend kasus kematian ibu dalam beberapa tahun terakhir sedikit mengalami penurunan
jumlah kasus, ini menjadi tantangan bagi seluruh stakeholder yang berkecimpung di bidang
kesehatan. Jumlah kematian terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat
Profil Kesehatan Provinsi Kalimanatan Tengah Tahun 2016 41 komplikasi dalam persalinan
seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk menulis makalah dengan
judul ”Plasenta Previa”
bahaya dan usaha penanggulangan sehingga diharapkan dapat dicegah secara dini.
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae =
di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya
tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
sehingga menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan
2. Etiologi
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan .
bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan
yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat
dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar
maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga
mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada
primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan
primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari
30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
3. Patofisiologi
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat
sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester
ke tiga karena segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen
bawah uterus dan pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak
b. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.
d. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
e. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah
uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm
diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
4. Gejala Klinis
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas (70%-80%)
dari wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah
karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat
Evaluasi ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut) atau transvaginal
(dengan probe yang dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin
dilakukan, tergantung pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan
ultrasound adalah perlu. Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum
pemeriksaan fisik dari pelvis pada wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena
pemeriksaan fisik pelvic mungkin menjurus pada perdarahan yang lebih jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar melalui
vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta
previa pada umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan
pervaginam. Biasanya perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada
umumnya perdarahan pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan
seksual dapat menjadi faktor pencetus. Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim sehingga
menyebabkan robeknya perlekatan dari plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi
pada plasenta previa. Jika didapatkan kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka
pemeriksaan Vaginal Tousche (pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan
kecuali di meja operasi mengingat risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi.
5. Komplikasi
6. Pemeriksaan diagnostik
laserasi/troma)
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
dan biasanya tidak berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan
sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah darah yang
keluar, dandilakukan close match. Kehilangan darah yang banyak
dan umur kehamilan janin. Dalam kasus perdarahan hebat, diperlukan tindakan
dibenarkan jika umur kehamilan janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan
ini cenderung berulang,ibu harus tetap dirawat di RS. Episode perdarahan berat
bergantung padaapakah derajat plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yag
memiliki derajat plasenta previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai
derajat mayor ditangani dengan seksio seksarae pada waktu yang ditentukan oleh
peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan karena sulit buang air
besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal
peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit
pula BJJ dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi
cairan dan transfusi darah bila tidakteratasi, upaya penyelamatan optimal, bila
37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO,
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Anamnesa
a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
minggu/trimester III.
c) Inspeksi
d) Palpasi abdomen
a) Riwayat Obstetri
penolong persalinan
dan perdarahan.
b) Riwayat mensturasi
naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
c) Riwayat Kontrasepsi
ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat
dokumentasikan
3) Pemeriksaan fisik
a) Umum
nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
Hidung
Leher
noduler
Abdomen
Vagina
System musculoskeletal
b) Khusus
a. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang
besar.
c. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal,
3. Rencana keperawatan
Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan Setelah dilakukkanya1. Kaji dan catat TTV, TD Pengkajian yang akurat
kardiak output tindakan keperawatan 2 X serta jumlah perdarahan. mengenai status hemodinamik
berhubungan 24 jam diharapkan merupakan dasar untuk
dengan penurunan kardiak output2. Bantu pemberian perencanaan, intervensi,
perdarahan tidak terjadi atau teratasi pelayanan kesehatan evaluasi.
dalam jumlah dengan kriteria hasil : atau mulai sarankan Memperbaiki volume vaskuler
yang besar o Volume darah intravaskuler terapi cairan IV atau membutuhkan terapi IV dan
dan kardiak output dapat terapi transfusi darah intervensi farmakologi.
diperbaiki sampai nadi, sesuai kebutuhan. Kehilangan volume darah
tekanan darah, nilai harus diperbaiki untuk
hemodinamik, serta nilai mencegah komplikasi seperti
laboratorium menunjukkan infeksi, gangguan janin dan
tanda normal gangguan vital ibu hamil.
2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan1. Terapi bersama Kehadiran perawat dan
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 pasangan dan pemahaman secara empati
dengan diharapkan ansietas dapat menyatakan perasaan. merupakan alat terapi yang
kurangnya berkurang dengan kriteria2. Menentukan tingkat potensial untuk
pengetahuan hasil : pemahaman pasangan mempersiapkan pasangan
efek 1. Pasangan dapat tentang situasi dan untuk menanggulangi situasi
perdarahan dan mengungkapkan manajemen yang sudah yang tidak diharapkan.
manejemennya harapannya dengan kata- direncanakan. Hal yang diberikan perawat
. kata tentang manajemen3. Berikan pasangan akan memperkuat penjelasan
yang sudah direncanakan, informasi tentang dokter dan untuk memberitahu
sehingga dapat mengurangi manajemen yang sudah dokter jika ada penjelasan yang
kecemasan pasangan. direncanakan. penting.
Pendidikan pasien yang
diberikan merupakan cara yang
efektif mencegah dan
menurunkan rasa cemas.
Pengetahuan akan mengurangi
ketakutan akan ha-hal yang
tidak diketahui.
3. Resiko tinggi Kriteria evaluasi : 1. Kaji jumlah darah yang Hemoragi berlebihan dan
cedera (janin) Menunjukkan profil darah hilang. Pantau menetap dapat mengancam
b/d hipoksia dengan hitung SDP, Hb, dan tanda/gejala syok hidup klien atau
jaringan/ pemeriksaan koagulasi mengakibatkan infeksi
organ,profil DBN normal. pascapartum, anemia
darah pascapartum, KID, gagal
abnormal,kerus ginjal, atau nekrosis hipofisis
akan system yang disebabkan oleh hipoksia
imun. 2. Catat suhu, hitung jaringan dan malnutrisi.
SDP, dan bau serta Kehilangan darah berlebihan
warna rabas vagina, dengan penurunan Hb
dapatkan kultur bila meningkatkan risiko klien
dibutuhkan. untuk terkena infeksi.
3. Catat Penurunan perfusi ginjal
masukan/haluaran urin. mengakibatkan penurunan
Catat berat jenis urin. haluaran urin.
4. Berikan heparin, bila Heparin dapat digunakan pada
diindikasikan KID di kasus kematian janin,
atau kematian satu janin pada
kehamilan multiple, atau
untukmemblok siklus
pembekuan dengan melindungi
factor-faktor pembekuan dan
menurunkan hemoragi sampai
terjadi perbaikan pembedahan
5. Berikan antibiotic Mungkin diindikasikan untuk
secara parenteral mencegah atau meminimalkan
infeksi.
4. Pelaksanaan
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
5. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara
6. Penkes
Plasenta previa merupakan perdarahan di trimester ketiga dan jika tidak mendapat
penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok dan kematian. Asuhan keperawatan pada
ibu hamil dengan komplikasi Plasenta previa dikategorikan pada asuhan keperawatan pada
lingkup emergensi obstetri. Maka untuk meminimalkan keterlambatan tahap III yaitu tidak
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Klien mengatatakan keluar darah dari vaginanya
2. Tanda-tanda inpartu
a. Kontraksi : Tidak Ada
b. Frekuensi :-
c. Lamanya :-
Pengeluaran pervaginam
d. Darah+lendir :-
e. Darah : Ada .
f. Jumlah : Sedikit
g. Warna : Coklat
h. Air Ketuban :+
4. Pergerakan anak
Usia kehamilan : 20 minggu
8. Aktivitas sehari-hari
Klien adalah seorang ibu rumah tangga ,sehari - hari mengurusi rumah dan suaminya
Personal hygiene : Klien tampak cukup bersih
C. RIWAYAT MENSTRUASI
1. Menerche : umur 14 Tahun
2. Teratur/tidak teratur : teratur
3. Siklus : 28 hari
4. Lamanya : 6-7 hari
5. Banyaknya : 1-2 pembalut/hari
6. Sifat darah : Amis dan kental
7. Dismenorrhoe : Ada namun tidak mengganggu aktivitas
F. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah : 140/100 mmHg
2. Denyut nadi : 90x/menit
3. Pernafasan : 28x/menit
4. Suhu : 36,5 C
5. BB sebelum hamil : 52 kg
6. BB setelah hamil : 64 kg
7. TB : 162 cm
Wajah
1. Bentuk : Simetris
2. Oedema : Tidak Ada
3. Cloasma : Tidak Ada
4. Gravidarum :-
Mata
1. Bentuk : Bulat;simetris
2. Oedema : Tidak Ada
3. Conjungtiva : Non anemis
4. Sclera : Isokor
Hidung
1. Bentuk : Simetris
2. Perdarahan : Tidak Ada
3. Polip : Tidak Ada
4. Sinusitis : Tidak Ada
Mulut
1. Bentuk : Simetris
2. Warna : Hitam
3. Kelembaban : Cukup
4. Hipersaliva : Tidak
5. Gigi caries : Ada
Leher
1. Pembesaran kelenjar typoid :-
2. Peningkatan JVP :-
Dada Payudara
1. Bentuk payudara : Simetris
2. Puting susu : menonjol
3. Hiperpigmentasi :+
4. Kebersihan : cukup
5. Benjolan abnormal : tidak ada
6. Kolostrum :-
Paru-paru
1. Inspeksi : terdapat pergerakan diafragma
2. Palpasi :-
3. Perkusi :-
4. Auskultasi : normal
Jantung
1. Palpasi :-
2. Perkusi :-
3. Auskultasi : terdengar suara jantung 1 dan 2
Abdomen
1. Besar perut sesuai dengan usia kehamilan : Sesuai
2. Bekas Luka Operasi : Tidak Ada
3. Striae : Ada
4. Leopold I : tinggi fundus uteri 22 cm
5. Leopold II : posisi dekstra
6. Leopold III : Presentasi plasenta
7. Leopold IV : bagian terntdah janin 5 /5
Pemeriksaan Dalam
1. Posisi Plasenta dibagian bawah
Ekstremitas Aksila
1. Pembesaran kelenjar :-
Ekstremitas atas
1. Oedema tangan/jari :-
Ekstremitas bawah
1. Oedema Kaki :+
2. Varises :-
G. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Rasa cemas,tegang : Klien cemas dengan kondisinya sekarang
2. Konsep Diri : Klien menyadari tentang kondisinya yang tidak
memungkinkan melahirkan normal
3. Mekanisme Koping : Klien selalu berdoa dan shalat ketika menghadapi
masalah dalam hidupnya
4. Support sistem : Suami klien selalu berada disampingnya
II. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ruptur plasenta Penurunan cardiac out put.
DS :
Klien mengatakan sudah Perdarahan sedang
ada darah keluar
kemaluannya
DO:
-Tampak bercak darah di
celana dalam klien
-TD : 140/90 mmHg
-Nadi : 90x/menit
-RR : 28x/menit
Diagnosa
No Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam
bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education
dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak M.I dkk 2004 Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta PT Buku Kedokteran
EGC
Doenges M, Dkk, 1999 Rencana Asuhan Keperawatan; Edisi Ke Tiga, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta,
Farer H, 2001 Perawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta PT Buku Kedokteran
Mansjoer Dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi Ketiga Penerbit Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran UI Jakarta