Anda di halaman 1dari 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“TANDA BAHAYA NIFAS”

Di Ruang Melati RSUD dr Harjono Ponorogo

Disusun Oleh :

1.Daiyan Ila Aqwami Thoriq (201601011)


2.Dewi Fitriani (201601013)
3.Dhenal Gusfirnandou (201601014)
4.Dian Fitri Oktavianti (201601016)
5.Diki Irfanda (201601017)
Kelompok 2.A1

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
KAMPUS VI PONOROGO
TA 2018/2019

Jl. Ciptomangunkusumo No.82 A Ponorogo

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TANDA BAHAYA NIFAS

POKOK BAHASAN : Tanda Bahaya Nifas


SASARAN : Ibu Nifas Ruang Melati RSUD dr Harjono Ponorogo
TEMPAT : Ruang Melati
PENYULUH : TIM
HARI/TANGGAL : Sabtu 9 Februari 2019
WAKTU : 08.00 – 08.15 (15 menit)
METODE : Ceramah, tanya jawab.
MEDIA : Leaflet dan power point.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah diberikan penyuluhan pasien diharapkan dapat mengetahui dan memahami
tanda bahaya nifas.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukannya penyuluhan, peserta / sasaran diharapkan :
1. Memahami pengertian tanda bahaya nifas
2. Mengetahui tanda bahaya nifas
3. Mengerti cara perawatan nifas
4. Mengerti cara pencegahan infeksi nifas

KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran

1 2 Menit 1) Memberi salam


Pembukaan 2) Menyampaikan topik 1) Menjawab salam
3) Menjelaskan tujuan penyuluhan 2) Mendengarkan
4) Menjelaskan mekanisme 3) Mendengarkan
penyuluhan 4) Mendengarkan
5) Melakukan Kontrak waktu 5) Mendengarkan

2
2 13 Menit 1) Mengkaji pengetahuan awal dan 1) Menjawab
Penyajian Materi pengalaman pasien tentang topik 2) Mendengarkan
yang akan disampaikan
2) Menyampaikan materi tentang :
a. Pengertian tanda bahaya nifas
b. Tanda bahaya nifas
c. Cara perawatan nifas
d. Cara pencegahan infeksi nifas

3 4 Menit Evaluasi 1) Memberikan kesempatan pada 1) Menyimpulkan


pasien atau peserta penyuluhan Materi
untuk bertanya 2) Memberi Salam
2) Menanyakan kembali pada a. Bertanya
peserta penyuluhan tentang materi b.Menjawab
yang disampaikan Penutup c. Mendengarkan
d.Menjawab salam

EVALUASI
1. Evaluasi Proses
 Peserta / sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penkes berlangsung.
 Peserta / sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti.
 Peserta / sasaran memberi jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh pemateri
dengan baik.
 Peserta / sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung.
 Proses tanya jawab berjalan dengan baik.
2. Evaluasi Hasil
 Peserta bisa menyebutkan pengertian tanda bahaya nifas
 Peserta bisa menyebutkan tanda bahaya nifas
 Peserta bisa menyebutkan cara perawatan nifas
 Peserta bisa menyebutkan cara pencegahan infeksi nifas

3
MATERI
A. Pengertian
Tanda Bahaya Nifas Adalah suatu keadaan gawat darurat setelah proses
persalinan yang membutuhkan penganan secara khusus oleh tenaga kesehatan, karena
jika tidak dilakukan tindakan segera akan mengakibatkan kerusakan jaringan atau
system tubuh dan menimbulkan kematian.

B. Tanda Bahaya Nifas


Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa nifas atau pasca persalinan. Oleh
karena itu, sangat penting bagi ibu dan keluarga untuk mengenal tanda bahaya dan
perlu mencari pertolongan kesehatan pada tenaga kesehatan jika ditemukan tanda-tanda
bahaya pada masa nifas. Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulasi
dini. Yang dimaksud dengan ambulasi dini adalah beberapa jam setelah melahirkan,
segera bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik. Gangguan
berkemih dan buang air besar juga dapat teratasi. Ibu nifas dan keluarga harus
mendatangi tenaga kesehatan jika ditemukan tanda – tanda bahaya masa nifas seperti
berikut ini :
A. Perdarahan Pervaginam
1. Pengertian
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa
masalah mengenai defenisi ini :
a) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut
bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga
tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.
b) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan
kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan
dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan
berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia
pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.

4
c) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa
jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III
sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini
dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia
uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk
mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
2. Klasifikasi Perdarahan Postpartum
Perdarahan pasca persalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan
primer dan sekunder
a) Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage
atau perdarahan pascapersalinan segera)
Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir.
Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b) Perdarahan pascapersalinan sekunder (late Postpartum Haemorrhage
atau perdarahan masa nifas atau perdarahan pascapersalinan lambat)
Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan pascapersalinansekunder adalah robekan
jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
3. Penyebabnya
a) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri.
 Penyebab atonia uteri :
1) Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia,
polihidramnion, atau paritas tinggi.
2) Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
3) Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4) Partus lama / partus terlantar

5
5) Malnutrisi.
6) Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya
plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
 Gejala Klinis Atonia Uteri :
1) Uterus tidak berkontraksi dan lunak
2) Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir
3) Fundus uteri naik
4) Terdapat tanda-tanda syok
a. Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c. Pucat
d. Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e. Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
f. Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g. Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)
 Pecegahan Perdarahan Postpartum
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan
postpartum adalah memimpin kala II dan kala III persalinan sesuai
dengan prosedur dan tidak terburu-buru.
 Tindakan Segera
1. Memaantau keadaan ibu dan tanda- tanda vital ibu untuk mencegah
terjadinya tanda dan gejala syok
2. Melakukan masase fundus uteri dan merangsang puting susu
Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secara
IM,IV,atau SC
3. Memberikan drivat prostaglandin F2a ( carboprost tromethamine) yang
kadang memberikan efek samping berupa diare, hipertensi, mual
muntah, febris, dan taki kardia. Pemberian misoprostol 800-1000ug per
rectal
4. Melakukan kompresi bimanual internal

6
Gambar 1.1 Kompresi Bimanual Interna

5. Mengajarkan keluraga cara Kompresi bimanual eksternal


Kompresi aorta abdominalis

Gambar 1.2 Kompresi Bimanual Eksterna


6. Memasang infuse RL untuk mencegah dehidrasi pada ibu akibat
perdarahan yang di alami
7. Jika perdarahan tidak berhenti segera rujuk pasien ke fasilitas yang
lebih memadai untuk menghidari terjadinya komplikasi yang lebih berat
yang akan berujung pada kematian, disertai inform consent.
 Skema Penatalaksanaan Atonia Uteri

7
Gambar 1.3 Skema Penatalaksanaan Atonia Uteri

b) Retensio Plasenta
Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setenga
h jam setelah kelahiran bayi.
 Jenis-jenis Retensio Plasenta

8
1. Plasenta Adhesiva
Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion
plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
2. Plasenta Akreta
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasetita hingga
memasuki sebagian lapisan miornetrium.
3. Plasenta Inkreta
Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai / memasuki miornetnum.
4. Plasenta Perlireta
Plasenta perlireta adalah implantasi jonjot korion plasenta yang
menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
5. Plaserita Inkarserata
Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri
disebabkan oleh kontriksi osteuni uteri.
 Penanganan Retensio Plasenta
1. Resusitasi
Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan kateter yang
berdiameter besar serta pemberian cairan kristaloid (sodium klorida
isotonik atau larutan ringer laktat yang hangat, apabila memungkinkan).
Monitor jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi
darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan
darah.
2. Drip oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan Ringer
laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus
berkontraksi.Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika
berhasil lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan
uterus.
3. Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual plasenta.
Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan pada kala tiga persalinan

9
kurang lebih 400 cc, retensio plasenta setelah 30 menit anak lahir,
setelah persalinan buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi
ekstraksi, perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali
pusat putus.
 Skema Penatalaksanaan Retensio Plasenta

Gambar 1.4 Skema penatalaksanaan Retensio Plasenta

10
c) Laserasi atau Robekan jalan lahir
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari
perlukaan jalan lahir.

Luka perinium, dibagi atas 4 tingkatan :

(1) Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum
(2) Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot perinea
transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani
(3) Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot spingter ani
(4) Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rectum

Gambar 1.5 Derajat Laserasi Jalan lahir

Sisa Plasenta dan Selaput Ketuban


Suatu bagian dari plasenta,satu atau lebih lobus tertinggal di dalam uterus
 Penyebab
a. his yang kurang baik
b. Tindakan pelepasan plasenta yang salah
c. Plasenta akreta
 Prinsip Dasar
11
Sisa plasenta yang masih banyak tertinggal dalam rongga rahim dapat
menimbulkan perdarahan post partum dini atau perdarahan post partum
lambat (biasanya terjadi 6-10 hari). Pada perdarahan post partum dini akibat
sisa plasenta ditandai dengan perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta
lahir dan kontraksi rahim baik.gejala pada post partum lambat yaitu
perdarahan yang berulang ulang atau berlangsung terus.
 Penanganan Sisa plasenta
a. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dg kuretase.Kuretase
harus dilakukan secara hati-hati karena dinding rahim relatif tipis
dibandingkan kuretase pada abortus.
b. Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta dilanjutkan dg
pemberian obat uterustonika melalui suntikan atau per oral
c. Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.

Apabila diagnosa sisa plasenta ditegakkan maka bidan boleh melakukan


pengeluaran sisa plasenta secara manual atau digital,

Gambar 1.6 Manual Sisa Plasenta


dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perbaikan keadaan umum ibu (pasang infus)
2. Kosongkan kandung kemih
3.Memakai sarung tangan steril

12
4.Desinfeksi genetalia eksternA
5.Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna,tangan kanan dimasukkan
secara obstetri sampai servik
6.Lakukan eksplorasi di dalam cavum uteri untuk mengeluarkan sisa
plasenta
7.Lakukan pengeluaran plasenta secara digital
8.Setelah plasenta keluar semua diberikan injeksi uterus tonika
9.Berikan antibiotik utk mencegah infeksi
10.Observasi tanda-tanda vital dan perdarahan
 Sikap Bidan
Bidan hanya diberi kesempatan utk melakukan pelepasan sisa
plasenta dengan manual atau digital dalam keadaan darurat dengan
indikasi perdarahan.Bila dengan cara tersebut tidak bisa teratasi,pasien
segera dirujuk.
 Hal-hal Yang dilakukan Bila Penanganan Digital
Jika perdarahan masih segera dilakukan utero vagina tamponade
selama 24 jam,diikuti pemberian uterus tonika dan antibiotika selama 3
hari berturut-turut dan pada hari ke 4 baru dilakukan kuretase utk
membersihkannya.
Keluarkan sisa plasenta dg cunam ovum atau kuret besar.
Jaringan yg melekat dg kuat mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha
utk melepaskan plasenta terlalu kuat melekatnya dapat mengakibatkan
perdarahan hebat atau perforasi uterus yang biasanya membutuhkan
tindakan histerektomi.
d) Inversio Uteri
Inversion uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian
atauseluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.
 Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan
Fundus uteri terbalik menunjol ke dalam kavum uteri namun belum
keluar dari rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang

13
Fundus uteri terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina
3. Inversio uteri berat
Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudag keluar vagina

Gambar 1.7 Pembangian Inversio Uteri


 Penyebab inversion uteri :
1. Spontan
a. Grande kultipara
b. Atonia uteri
c. Kelemahan alat kandungan
d. Tekanan intra abdominal (mengejan)
2. Tindakan
a. Cara crade yang berlebihan
b. Tarikan tali pusat
c. Manual plasenta yang dipaksakan
d. Perlekatan plasenta pada dinding rahim
 Penanganan inversio uteri

14
1. Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu
mendorongrahim atau melakukan perasat Crede berulang-ulang dan
hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta
dengan tajam.
2. Bila telah terjadi maka terapinya : ± Bila ada perdarahan atau syok,
berikan infus dan transfusi darah serta perbaikikeadaan umum. ± Segera itu
segera lakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa. ± Bila tidak berhasil maka
lakukan tindakan operatif secara per abdominal(operasi Haultein) atau per
vaginam(operasi menurut Spinelli). ± Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan
melakukan reposisi ringan yaitudengan tamponade vaginal lalu berikan
antibiotik untuk mencegah infeksi
B. Infeksi di Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi masa
nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan
komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinary, payudara dan
pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi
dapat dilihat dari temperature atau suhu pembengkakan takikardi dan malaise.
Sedangkan gejala local dapat berupa uterus lembek, kemerahan, dan rasa
nyeri pada payudara atau adanya disuria. Infeksi alat genital. Ibu beresiko
terjadinya infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas pelepasan plasenta,
laserasi pada saluran genital termasuk episotomi pada perineum, dinding vagina
dan serviks, infeksi post SC kemungkinan yang terjadi.
1. Penyebab infeksi : bakteri endogen dan bakteri eksogen.
2. Faktor presdidposisi: nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan lama,
rupture membrane, episiotomy, sc.
3. Gejala klinis endometriosis tampak pada hari ke-3 postpartum disertai dengan
suhu yang mencapai 39oC dan takikardi, sakit kepala, kadang juga terdapat
uterus yang lembek.
4. Manajemen : ibu harus diisolasi
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada
masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatkan suhu badan melebihi
380 C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 hari.

15
1. Gambarn klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
a. Infeksi local
b. Pembengkakan luka episiotomy
c. Terjadi nanah
d. Perubahan warna lokal
e. Pengeluaran lochea bercampur nanah
f. Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri
g. Suhu badan meningkat
2. Infeksi general :
a. Tampak sakit dan lemah
b. Suhu meningkat diatas 380 C
c. TD meningkat / menurun
d. Pernafasan dapat meningkat / menurun
e. Kesadaran gelisah / koma
f. Terjadi gangguan involusi uterus
g. Lochea berbau, bernanah serta kotor
3. Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah :
a. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
b. Tindakan operasi persalinan
c. Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah
d. Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam
e. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan
antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi,
kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.

Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:


1. Manipulasi penolong : terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang
dipakai kurang suci hama.
2. Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial)
3. Hubungan seks menjelang persalinan
4. Sudah terdapat infeksi intrapartum : persalinan lama / terlantar, ketuban pecah
dini lebih dari 6 jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (local infeksi)
16
5. Keadaan abnormal pada rahim
Beberapa keadaan abnormal pada rahim adalah :
a. Sub involusi uteri
Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga
proses pengecilan rahim terhambat. Penyebab terjadinya sub involusi
uteri adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta
dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri.
b. Perdarahan pada masa nifas sekunder
Adalah perdarahan yang terjadi pada 24 jam pertama. Penyebabnya
adalah terjadinya infeksi pada endometrium dan terdapat sisa plasenta
dan selaputnya.
c. Flegmansia alba dolens
Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai
pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliniknya adalah :
1) Terjadinya pembengkakan pada tungkai
2) Berwarna putih
3) Terasa sangat nyeri
4) Tampak bendungan pembuluh darah
5) Temperature badan dapat menigkat
C. Kelainan Payudara
Payudara bengkak yang tidak disuse secara adekuat dapat menyebabkan
payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting lecet
akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
BH yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement. Kalau tidak
disusui dengan adekuat, bisa terjadi mastitis. Ibu yang diit jelek, kurang istirahat,
anemia akan mudah terkena infeksi.
A. Pembendungan ASI (Zogstuwing, engorgement of the breast)

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron
turun dalan 2 – 3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi
keluarnya Pituitary Lactogenic Hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat
dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktinoleh
hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus – alveolus kelenjar mamae terisi
17
dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek yang
menyebabkan kontraksi sel – sel mioepitelialyang mengelilingi alveolus dan duktus
kecil kelenjar – kelenjar tersebut. Reflek ini timbul jika bayi menyusu.

Penyebab :
 Bayi tidak menyusu dengan baik sehingga kelenjar – kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna
 Putting susu datar sehingga menyebabkan bayi sukar menyusui

Komplikasi :

 Payudara terasa panas, keras pada perabaan


 Nyeri pada payudara
 Putting susu datar sehingga menyebabkan bayi sukar menyusui
 Pengeluaran air susu terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit
karena pembesaran vena serta pembuluh limfe

Penanganan :

 Menyokong mamae dengan BH yang nyaman


 Memberikan analgetika
 Sebelyum bayi menyusu pengeluaran air susu dengan pijatan yang
ringan - Kompres dingin
B. Mastitis Mastitis adalah peradangan pada payudara.
Kejadian ini biasanya terjadi 1 – 3 minggu setelah postpartum.

Klasifikasi :
1. mastitis dibawah areola mamae
2. Mastitis di tengah – tengah mamae
3. mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar – kelenjar antara
mamae dan otot – otot dibawahnya

Penyebab :

 Staphylococus aureus
 Sumbatan saluran susu yang berlanjut

18
Komplikasi :

 Mamae membesar, nyeri, merah, dan menmbengkak


 Temperatur badan ibu tinggi kadang disertai menggigil
 Bila mastitis nerlanjut dapat menyebabkan abses payudara

Pencegahan :

 Perawatan putting susu pada waktu laktasi


 Perawat yang memberikan pertolongan pada ibunyang menyusui
bayinya harus bebas dari infeksi dengan stafilokokus
 Bila ada retak atau luka pada putting sebaiknya bayinya jangan
menyusu pada mamae yang bersangkutan
 Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan

Pengobatan :

 berikan antibiotika
 Bila terdapat abses, pus perlu dikeluarkan
 Gejala;
1. Bengkak, nyeri seluruh payudara / nyeri local.
2. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
3. Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol).
4. Panas badan dan rasa sakit umum.
 Penatalaksanaan :

Gambar 1.8 Cara Menyusui yang Benar

19
1. Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang terkena
selama dan sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian pada payudara
yang normal.
2. Berilah kompres panas, bilas menggunakan shower hangat atau lap basah
panas pada payudara yang terkena.
3. Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi tiduran,
duduk atau posisi memegang bola (football position).
4. Pakailah baju BH longgar.
5. Istirahat yang cukup, makanan yang bergizi.
6. Banyak minum sekitar 2 liter per hari.
7. Dengan cara-cara seperti tersebut diatas biasanya peradangan akan menghilang
setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi nila dengan cara-cara
seperti diatas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka diberikan antibiotika
selama 5 – 10 menit.

D. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama


Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas. Karena
kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau the
yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah makanan yang
sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan tidak
langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau banyak pasti
dipengaruhi proses persalinannya tersebut. Sehingga alat pencernaan perlu
istirahat guna memulihkan keadaanya kembali.
Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-banyaknya
walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan adanya kelelahan
yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu, sehingga ibu tidak ingin
makan.

E. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur


Wanita yang baru lahir melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat atau
penglihatan kabur. Penanganan :
1. Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan.
20
2. Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon,
lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangka; periksa dan bebaskan
jalan nafas dan beri oksigen 4 - 6 liter per menit.
3. Jika pasien tidak sadar/koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi kiri,
ukuran suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.
F. Rasa Sakit, Merah, Lunak, Pembengkakan pada Kaki
Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena
manapun di pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin lebih sering
mengalaminya.
 Faktor presdiposisi :
1. Obesitas.
2. Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas.
3. Riwayat sebelumnya mendukung.
4. Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama pada
keadaan pembuluh vena.
5. Anemia maternal.
6. Hipotermi atau penyakit jantung.
7. Endometriosis.
8. Varicosities.
 Manifestasi:
1. Timbul secara akut.
2. Timbul rasa nyeri akibat terbakar.
3. Nyeri tekan permukaan.
G. Merasa Sedih Atau Tidak Mampu Mengasuh Sendiri Bayinya Dan Diri
Sendiri
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1 tahun
ibu postpartum cendrung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak pada
umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan
bayinya.
Factor penyebab:
1. Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut yang
dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan.

21
2. Rasa nyeri pada awal masa nifas.
3. Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan
kebanyakan di rumah sakit.
4. Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
5. Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.
H. Pembengkakan di Wajah atau Ektermitas
1. Periksa adanya varises
2. Periksa kemerahan pada betis.
3. Periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema
I. Demam, Muntah, Rasa Nyeri Waktu Berkemih
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora
normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur Escherichia coli
memiliki pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg – Eden, 1982)
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih
di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural
atau spinal sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa
tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomy yang lebar, laserasi periuretra, atau
hematom dinding vagina. Setelah melahirkan terutama saat infuse oksitosin
dihentikan terjadinya diuresis yang disertai peningkatan produksi urine dan distensi
kandung kemih. Overdistensi yang disertai katerisasi untuk mengeluarkan air kemih
sering menyebabkan inkesi saluran kemih.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka

Rihana.

Saleha, Sitti.2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya

Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia

23

Anda mungkin juga menyukai