Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“TANDA BAHAYA NIFAS”

Di Ruang Melati RSUD dr Harjono Ponorogo

Disusun Oleh :

1.Daiyan Ila Aqwami Thoriq (201601011)


2.Dewi Fitriani (201601013)
3.Dhenal Gusfirnandou (201601014)
4.Dian Fitri Octavianti (201601016)
5.Diki Irfanda (201601017)
Kelompok 2.A1

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
KAMPUS VI PONOROGO
TA 2018/2019

Jl. Ciptomangunkusumo No.82 A Ponorogo

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TANDA BAHAYA NIFAS

POKOK BAHASAN : Tanda Bahaya Nifas


SASARAN : Ibu Nifas Ruang Melati RSUD dr Harjono Ponorogo
TEMPAT : Ruang Melati
PENYULUH : TIM
HARI/TANGGAL : Sabtu 9 Februari 2019
WAKTU : 08.00 – 08.15 (15 menit)
METODE : Ceramah, tanya jawab.
MEDIA : Leaflet
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah diberikan penyuluhan pasien diharapkan dapat mengetahui dan memahami
tanda bahaya nifas.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah dilakukannya penyuluhan, peserta / sasaran diharapkan :
1. Memahami pengertian tanda bahaya nifas
2. Mengetahui tanda bahaya nifas
3. Mengerti cara perawatan nifas
4. Mengerti cara pencegahan infeksi nifas

KEGIATAN PENYULUHAN
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran

1 2 Menit 1) Memberi salam


Pembukaan 2) Menyampaikan topik 1) Menjawab salam
3) Menjelaskan tujuan penyuluhan 2) Mendengarkan
4) Menjelaskan mekanisme 3) Mendengarkan
penyuluhan 4) Mendengarkan
5) Melakukan Kontrak waktu 5) Mendengarkan

2
2 13 Menit 1) Mengkaji pengetahuan awal dan 1) Menjawab
Penyajian Materi pengalaman pasien tentang topik 2) Mendengarkan
yang akan disampaikan
2) Menyampaikan materi tentang :
a. Pengertian tanda bahaya nifas
b. Tanda bahaya nifas
c. Cara perawatan nifas
d. Cara pencegahan infeksi nifas

3 4 Menit Evaluasi 1) Memberikan kesempatan pada 1) Menyimpulkan


pasien atau peserta penyuluhan Materi
untuk bertanya 2) Memberi Salam
2) Menanyakan kembali pada a. Bertanya
peserta penyuluhan tentang materi b.Menjawab
yang disampaikan Penutup c. Mendengarkan
d.Menjawab salam

EVALUASI
1. Evaluasi Proses
 Peserta / sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama penkes berlangsung.
 Peserta / sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti.
 Peserta / sasaran memberi jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh pemateri
dengan baik.
 Peserta / sasaran tidak meninggalkan tempat saat penkes berlangsung.
 Proses tanya jawab berjalan dengan baik.
2. Evaluasi Hasil
 Peserta bisa menyebutkan pengertian tanda bahaya nifas
 Peserta bisa menyebutkan tanda bahaya nifas
 Peserta bisa menyebutkan cara perawatan nifas
 Peserta bisa menyebutkan cara pencegahan infeksi nifas

3
MATERI
A. Pengertian
Tanda Bahaya Nifas Adalah suatu keadaan gawat darurat setelah proses
persalinan yang membutuhkan penganan secara khusus oleh tenaga kesehatan,
karena jika tidak dilakukan tindakan segera akan mengakibatkan kerusakan
jaringan atau system tubuh dan menimbulkan kematian.

B. Tanda Bahaya,Perawatan dan Pencegahan Nifas


Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa nifas atau pasca persalinan.
Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu dan keluarga untuk mengenal tanda bahaya
dan perlu mencari pertolongan kesehatan pada tenaga kesehatan jika ditemukan
tanda-tanda bahaya pada masa nifas. Pada masa nifas, perempuan sebaiknya
melakukan ambulasi dini. Yang dimaksud dengan ambulasi dini adalah beberapa
jam setelah melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih
kuat dan lebih baik. Gangguan berkemih dan buang air besar juga dapat teratasi.
Ibu nifas dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jika ditemukan tanda –
tanda bahaya masa nifas seperti berikut ini :
1. Perdarahan Pervaginam
a. Pengertian
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefenisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa
masalah mengenai defenisi ini :
1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya,
kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut
bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga
tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan di lantai.
2) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan
kadar haemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan
dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan
berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia
pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.

4
3) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa
jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok.
Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III
sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini
dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia
uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk
mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
b. Klasifikasi Perdarahan Postpartum
Perdarahan pasca persalinan di bagi menjadi perdarahan pascapersalinan
primer dan sekunder
1) Perdarahan pascapersalinan primer (Early Postpartum Haemorrhage
atau perdarahan pascapersalinan segera)
Perdarahan pascapersalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan pascapersalinan primer adalah atonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir.
Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2) Perdarahan pascapersalinan sekunder (late Postpartum Haemorrhage
atau perdarahan masa nifas atau perdarahan pascapersalinan lambat)
Perdarahan pascapersalinan sekunder terjadi 24 jam pertama.
Penyebab utama perdarahan pascapersalinansekunder adalah robekan
jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
c. Penyebabnya
1) Atonia Uteri
Atonia uteri adalah uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri.
a) Penyebab atonia uteri :
(1) Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia,
polihidramnion, atau paritas tinggi.
(2) Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.
(3) Multipara dengan jarak kelahiran pendek
(4) Partus lama / partus terlantar

5
(5) Malnutrisi.
(6) Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta,
misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.
b) Gejala Klinis Atonia Uteri :
(1) Uterus tidak berkontraksi dan lunak
(2) Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir
(3) Fundus uteri naik
(4) Terdapat tanda-tanda syok
i. Nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih
ii. Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90
mmHg
iii. Pucat
iv. Keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
v. Pernafasan cepat frekuensi30 kali/ menit atau lebih
vi. Gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
vii. Urine yang sedikit ( < 30 cc/ jam)
c) Pecegahan Perdarahan Postpartum
Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya perdarahan
postpartum adalah memimpin kala II dan kala III persalinan
sesuai dengan prosedur dan tidak terburu-buru.
d) Tindakan Segera
(1) Memaantau keadaan ibu dan tanda- tanda vital ibu untuk
mencegah terjadinya tanda dan gejala syok
(2) Melakukan masase fundus uteri dan merangsang puting
susu
Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan
secara IM,IV,atau SC
(3) Memberikan drivat prostaglandin F2a ( carboprost
tromethamine) yang kadang memberikan efek samping
berupa diare, hipertensi, mual muntah, febris, dan taki
kardia. Pemberian misoprostol 800-1000ug per rectal
(4) Melakukan kompresi bimanual internal

6
Gambar 1.1 Kompresi Bimanual Interna
(5) Mengajarkan keluraga cara Kompresi bimanual eksternal
Kompresi aorta abdominalis

Gambar 1.2 Kompresi Bimanual Eksterna


(6) Memasang infuse RL untuk mencegah dehidrasi pada ibu
akibat perdarahan yang di alami
(7) Jika perdarahan tidak berhenti segera rujuk pasien ke
fasilitas yang lebih memadai untuk menghidari terjadinya
komplikasi yang lebih berat yang akan berujung pada
kematian, disertai inform consent.

7
(8) Skema Penatalaksanaan Atonia Uteri

Gambar 1.3 Skema Penatalaksanaan Atonia Uteri

2) Retensio Plasenta
Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setenga h jam setelah kelahiran bayi.

8
a) Jenis-jenis Retensio Plasenta
(1) Plasenta Adhesiva
Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot
korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan
mekanisme separasi fisiologis.
(2) Plasenta Akreta
Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasetita
hingga memasuki sebagian lapisan miornetrium.
(3) Plasenta Inkreta
Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta
hingga mencapai / memasuki miornetnum.
(4) Plasenta Perlireta
Plasenta perlireta adalah implantasi jonjot korion plasenta
yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan
serosa dinding uterus.
(5) Plaserita Inkarserata
Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam
kavum utrri disebabkan oleh kontriksi osteuni uteri.
b) Penanganan Retensio Plasenta
(1) Resusitasi
Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line dengan
kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan
kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer
laktat yang hangat, apabila memungkinkan). Monitor
jantung, nadi, tekanan darah dan saturasi oksigen.
Transfusi darah apabila diperlukan yang dikonfirmasi
dengan hasil pemeriksaan darah.
(2) Drip oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml
larutan Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline)
sampai uterus berkontraksi.Plasenta coba dilahirkan
dengan Brandt Andrews, jika berhasil lanjutkan dengan
drips oksitosin untuk mempertahankan uterus.

9
(3) Jika plasenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual
plasenta. Indikasi manual plasenta adalah: Perdarahan
pada kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio
plasenta setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan
buatan yang sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi,
perforasi, dan dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali
pusat putus.
c) Skema Penatalaksanaan Retensio Plasenta

Gambar 1.4 Skema penatalaksanaan Retensio Plasenta


10
3) Laserasi atau Robekan jalan lahir
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap dan
kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut
berasal dari perlukaan jalan lahir.

Luka perinium, dibagi atas 4 tingkatan :

(1) Tingkat I : Robekan hanya pada selaput lender vagina dengan


atau tanpa mengenai kulit perineum
(2) Tingkat II : Robekan mengenai selaput lender vagina dan otot
perinea transversalis, tetapi tidak mengenai spingter ani
(3) Tingkat III : Robekan mengenai seluruh perinium dan otot
spingter ani
(4) Tingkat IV : Robekan sampai mukosa rectum

Gambar 1.5 Derajat Laserasi Jalan lahir


4) Inversio Uteri
Inversion uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian
atauseluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.
a. Pembagian inversio uteri :
(1) Inversio uteri ringan
Fundus uteri terbalik menunjol ke dalam kavum uteri
namun belum keluar dari rongga rahim.

11
(2) Inversio uteri sedang
Fundus uteri terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina
(3) Inversio uteri berat
Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudag
keluar vagina

Gambar 1.7 Pembangian Inversio Uteri


b. Penyebab inversion uteri :
(1) Spontan
a. Grande kultipara
b. Atonia uteri
c. Kelemahan alat kandungan
d. Tekanan intra abdominal (mengejan)
(2) Tindakan
a. Cara crade yang berlebihan
b. Tarikan tali pusat
c. Manual plasenta yang dipaksakan

12
d. Perlekatan plasenta pada dinding rahim
c. Penanganan inversio uteri
(1) Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan
terlalu mendorongrahim atau melakukan perasat
Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali
pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
(2) Bila telah terjadi maka terapinya : ± Bila ada perdarahan atau
syok, berikan infus dan transfusi darah serta perbaikikeadaan umum. ±
Segera itu segera lakukan reposisi kalau perlu dalam narkosa. ±
Bila tidak berhasil maka lakukan tindakan operatif secara per
abdominal(operasi Haultein) atau per vaginam(operasi menurut
Spinelli). ± Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakukan
reposisi ringan yaitudengan tamponade vaginal lalu berikan antibiotik
untuk mencegah infeksi
2. Infeksi di Masa Nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan. Infeksi
masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital
merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinary,
payudara dan pembedahan merupakan penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala
umum infeksi dapat dilihat dari temperature atau suhu pembengkakan takikardi
dan malaise.
Sedangkan gejala local dapat berupa uterus lembek, kemerahan, dan rasa
nyeri pada payudara atau adanya disuria. Infeksi alat genital. Ibu beresiko
terjadinya infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas pelepasan
plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk episotomi pada perineum,
dinding vagina dan serviks, infeksi post SC kemungkinan yang terjadi.
a. Penyebab infeksi : bakteri endogen dan bakteri eksogen.
b. Faktor presdidposisi: nutrisi yang buruk, defisiensi zat besi, persalinan
lama, rupture membrane, episiotomy, sc.
c. Gejala klinis endometriosis tampak pada hari ke-3 postpartum disertai
dengan suhu yang mencapai 39oC dan takikardi, sakit kepala, kadang
juga terdapat uterus yang lembek.

13
d. Manajemen : ibu harus diisolasi
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat
genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan
meningkatkan suhu badan melebihi 380 C tanpa menghitung hari pertama
dan berturut-turut selama 2 hari.
1) Gambarn klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
a) Infeksi local
b) Pembengkakan luka episiotomy
c) Terjadi nanah
d) Perubahan warna local
e) Pengeluaran lochea bercampur nanah
f) Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri
g) Suhu badan meningkat
2) Infeksi general :
a) Tampak sakit dan lemah
b) Suhu meningkat diatas 380 C
c) TD meningkat / menurun
d) Pernafasan dapat meningkat / menurun
e) Kesadaran gelisah / koma
f) Terjadi gangguan involusi uterus
g) Lochea berbau, bernanah serta kotor
3) Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah :
a) Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
b) Tindakan operasi persalinan
c) Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah
d) Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi
enam jam
e) Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu
perdarahan antepartum dan post partum, anemia pada saat
kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit
infeksi.

14
3. Kelainan Payudara
Payudara bengkak yang tidak disuse secara adekuat dapat menyebabkan
payudara menjadi merah, panas, terasa sakit, akhirnya terjadi mastitis. Puting
lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
BH yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental engorgement. Kalau
tidak disusui dengan adekuat, bisa terjadi mastitis. Ibu yang diit jelek, kurang
istirahat, anemia akan mudah terkena infeksi.
a. Pembendungan ASI (Zogstuwing, engorgement of the breast)

Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan


progesteron turun dalan 2 – 3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus
yang menghalangi keluarnya Pituitary Lactogenic Hormone (prolaktin)
waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi,
dan terjadi sekresi prolaktinoleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan
alveolus – alveolus kelenjar mamae terisi dengan air susu, tetapi untuk
mengeluarkannya dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel – sel
mioepitelialyang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar – kelenjar
tersebut. Reflek ini timbul jika bayi menyusu.

Penyebab :
1) Bayi tidak menyusu dengan baik sehingga kelenjar – kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna
2) Putting susu datar sehingga menyebabkan bayi sukar menyusui

Komplikasi :

1) Payudara terasa panas, keras pada perabaan


2) Nyeri pada payudara
3) Putting susu datar sehingga menyebabkan bayi sukar menyusui
4) Pengeluaran air susu terhalang sebab duktuli laktiferi menyempit karena
pembesaran vena serta pembuluh limfe

Penanganan :

1) Menyokong mamae dengan BH yang nyaman


2) Memberikan analgetika
15
3) Sebelyum bayi menyusu pengeluaran air susu dengan pijatan yang
ringan - Kompres dingin
b. Mastitis Mastitis adalah peradangan pada payudara.
Kejadian ini biasanya terjadi 1 – 3 minggu setelah postpartum.
Klasifikasi :
1) mastitis dibawah areola mamae
2) Mastitis di tengah – tengah mamae
3) mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar – kelenjar antara
mamae dan otot – otot dibawahnya

Penyebab :

1) Staphylococus aureus
2) Sumbatan saluran susu yang berlanjut

Komplikasi :

1) Mamae membesar, nyeri, merah, dan menmbengkak


2) Temperatur badan ibu tinggi kadang disertai menggigil
3) Bila mastitis nerlanjut dapat menyebabkan abses payudara

Pencegahan :

1) Perawatan putting susu pada waktu laktasi


2) Perawat yang memberikan pertolongan pada ibunyang menyusui
bayinya harus bebas dari infeksi dengan stafilokokus
3) Bila ada retak atau luka pada putting sebaiknya bayinya jangan
menyusu pada mamae yang bersangkutan
4) Air susu ibu dikeluarkan dengan pijatan

Pengobatan :

1) berikan antibiotika
2) Bila terdapat abses, pus perlu dikeluarkan

16
Gejala;

1) Bengkak, nyeri seluruh payudara / nyeri local.


2) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
3) Payudara keras dan berbenjol-benjol (merongkol).
4) Panas badan dan rasa sakit umum.

Penatalaksanaan :

Gambar 1.8 Cara Menyusui yang Benar


1) Menyusui diteruskan. Pertama bayi disusukan pada payudara yang
terkena selama dan sesering mungkin, agar payudara kosong, kemudian
pada payudara yang normal.
2) Berilah kompres panas, bilas menggunakan shower hangat atau lap
basah panas pada payudara yang terkena.
3) Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu dengan posisi
tiduran, duduk atau posisi memegang bola (football position).
4) Pakailah baju BH longgar.
5) Istirahat yang cukup, makanan yang bergizi.
6) Banyak minum sekitar 2 liter per hari.
7) Dengan cara-cara seperti tersebut diatas biasanya peradangan akan
menghilang setelah 48 jam, jarang sekali yang menjadi abses. Tetapi
nila dengan cara-cara seperti diatas tidak ada perbaikan setelah 12 jam,
maka diberikan antibiotika selama 5 – 10 menit.

17
4. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama
Sesudah anak lahir ibu akan merasa lelah mungkin juga lemas. Karena
kehabisan tenaga. Hendaknya lekas berikan minuman hangat, susu, kopi atau
the yang bergula. Apabila ibu menghendaki makanan, berikanlah makanan
yang sifatnya ringan walaupun dalam persalinan lambung dan alat pencernaan
tidak langsung turut mengadakan proses persalinan, tetapi sedikit atau banyak
pasti dipengaruhi proses persalinannya tersebut. Sehingga alat pencernaan
perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali.
Oleh karena itu tidak benar bila ibu diberikan makanan sebanyak-
banyaknya walaupun ibu menginginkannya. Tetapi biasanya disebabkan
adanya kelelahan yang amat berat, nafsu makan pun akan terganggu, sehingga
ibu tidak ingin makan.

5. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur


Wanita yang baru lahir melahirkan sering mengeluh sakit kepala hebat
atau penglihatan kabur. Penanganan :
a. Jika ibu sadar periksa nadi, tekanan darah, pernafasan.
b. Jika ibu tidak bernafas periksa lakukan ventilasi dengan masker dan balon,
lakukan intubasi jika perlu dan jika pernafasan dangka; periksa dan
bebaskan jalan nafas dan beri oksigen 4 - 6 liter per menit.
c. Jika pasien tidak sadar/koma bebaskan jalan nafas, baringkan pada sisi
kiri, ukuran suhu, periksa apakah ada kaku tengkuk.

6. Rasa Sakit, Merah, Lunak, Pembengkakan pada Kaki


Selama masa nifas, dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena
manapun di pelvis yang mengalami dilatasi, dan mungkin lebih sering
mengalaminya.
a. Faktor presdiposisi :
1) Obesitas.
2) Peningkatan umur maternal dan tingginya paritas.
3) Riwayat sebelumnya mendukung.

18
4) Anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan trauma yang lama
pada keadaan pembuluh vena.
5) Anemia maternal.
6) Hipotermi atau penyakit jantung.
7) Endometriosis.
8) Varicosities.
b. Manifestasi:
1) Timbul secara akut.
2) Timbul rasa nyeri akibat terbakar.
3) Nyeri tekan permukaan.
7. Merasa Sedih Atau Tidak Mampu Mengasuh Sendiri Bayinya Dan Diri
Sendiri
Pada minggu-minggu awal setelah persalinan sampai kurang lebih 1
tahun ibu postpartum cendrung akan mengalami perasaan-perasaan yang tidak
pada umumnya, seperti merasa sedih, tidak mampu mengasuh dirinya sendiri
dan bayinya.

Factor penyebab:

a. Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa takut


yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan.
b. Rasa nyeri pada awal masa nifas.
c. Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah melahirkan
kebanyakan di rumah sakit.
d. Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
e. Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.

8. Pembengkakan di Wajah atau Ektermitas


a. Periksa adanya varises
b. Periksa kemerahan pada betis.
c. Periksa apakah tulang kering, pergelangan kaki, kaki oedema

19
9. Demam, Muntah, Rasa Nyeri Waktu Berkemih
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih berasal dari flora
normal perineum. Sekarang terdapat bukti bahwa beberapa galur Escherichia
coli memiliki pili yang meningkatkan virulensinya (Svanborg – Eden, 1982)
Pada masa nifas dini, sensitivitas kandung kemih terhadap tegangan air
kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia
epidural atau spinal sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin
berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomy yang
lebar, laserasi periuretra, atau hematom dinding vagina. Setelah melahirkan
terutama saat infuse oksitosin dihentikan terjadinya diuresis yang disertai
peningkatan produksi urine dan distensi kandung kemih. Overdistensi yang
disertai katerisasi untuk mengeluarkan air kemih sering menyebabkan inkesi
saluran kemih.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka

Rihana.

Saleha, Sitti.2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika

Suhermi. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya

Ambarwati, Wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendikia

21

Anda mungkin juga menyukai