Anda di halaman 1dari 9

PREDIKSI CURAH HUJAN DI WILAYAH MAKASSAR MENGGUNAKAN METODE

GENETIC ALGORITHM-NEURAL NETWORK

Michael Palinggi Tambe (D41106099) dan Andarias Eno (D41107059)


Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar
Abstrak
I. PENDAHULUAN
Informasi tentang curah hujan sangat
berguna bagi berbagai bidang sehingga perlu I.1. Latar Belakang
diadakan kajian tentang peramalan curah hujan.
Penelitian tentang prediksi curah hujan di wilayah Informasi tentang curah hujan sangat
Makassar yang pernah dilakukan antara lain dengan berguna bagi berbagai bidang seperti bidang
menggunakan metode Neural Network, yaitu dengan telekomunikasi, perhubungan, pertanian, tata
metode Neural Network-Fuzzy Logic dan metode kota dan lain-lain untuk mengantisipasi
Neural Network-Wavelet. Hasil prediksi dari kedua kemungkinan terjadinya peristiwa-peristiwa
metode tersebut masih memiliki error yang cukup ekstrim yang tidak diinginkan. Informasi
besar sehingga perlu dirancang suatu sisitem tentang curah hujan harus tersedia sebelum
prediksi curah hujan dengan metode kepakaran lain suatu kegiatan dilaksanakan sehingga perlu
yaitu metode Genetic Algorithm-Neural Network. diadakan kajian tentang peramalan curah
hujan.
Data curah hujan harian yang diperoleh dari
BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Salah satu metode untuk memprediksi
Geofisika). Dari data tersebut, dipilih empat variabel
curah hujan ialah dengan menggunakan
yang dipakai untuk sistem prediksi Genetic
teknologi di bidang Artificial Intellegence,
Algorithm-Neural Network yaitu kelembaban,
misalnya Neural Network. Berdasarkan
kecepatan angin, temperatur, dan curah hujan. Tiga
kemampuan belajar yang dimilikinya, maka
variabel input yaitu temperatur, kelembaban, dan
Neural Network dapat dilatih untuk
kecepatan angin diprediksi dengan metode Neural
mempelajari dan menganalisa pola data masa
Network-Backpropagation dan hasil dari prediksi
lalu dan berusaha mencari suatu formula
tiga variabel input tersebut akan menjadi input pada
atau fungsi yang akan menghubungkan pola
metode Genetic Algorithm untuk memprediksi curah
data pada masa lalu tersebut dengan pola data
hujan. Hasil prediksi metode Genetic Algorithm-
keluaran yang diinginkan pada saat ini dan
Neural Network kemudian dibandingkan dengan
pola data masa depan.
hasil prediksi metode Neural Network-Fuzzy Logic
dan metode Neural Network-Wavelet.
Penelitian tentang prediksi curah
Hasil validasi curah hujan dengan metode hujan di wilayah Makassar yang pernah
Genetic Algorithm-Neural Network mencapai 85,2% dilakukan dengan menggunakan metode
dengan RMSE sebesar 0.077318 pada tahun 2009, Neural Network yaitu dengan metode Neural
dan 63.56% dengan RMSE sebesar 0.156827 pada Network-Fuzzy Logic (Fika Christine,
tahun 2010. Perbedaan hasil validasi tersebut Febriyati 2011), Berdasarkan penelitian ini,
diakibatkan karena pada tahun 2010 terjadi cuaca hasil validasi predksi curah hujan tahun 2009
ekstrim dengan 53 hari hujan sedangkan pada tahun mencapai 82.19% dan hasil validasi tahun
2009 hanya terdapat 19 hari hujan. Setelah 2010 yang diperoleh hanya mencapai 61.64%.
dibandingkan dengan hasil prediksi metode Neural Penelitian lainnya ialah dengan menggunakan
Network-Fuzzy Logic dan metode Neural Network- metode Neural Network-Wavelet (Yusita
Wavelet, disimpulkan bahwa validasi curah hujan Octavia, Erna Rahmadania 2011). Pada
dengan metode Genetic Algorithm-Neural Network penelitian ini, hasil validasi prediksi curah
lebih baik dari metode Neural Network-Fuzzy Logic hujan tahun 2009 mencapai 73,97% dan hasil
dan metode Neural Network-Wavelet. validasi tahun 2010 yang hanya mencapai
60,55%.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini


Kata Kunci: Genetic Algorithm; prediksi curah digunakan metode Neural Network-Genetic
hujan; Neural Network; Algorithm dengan harapan dapat
menghasilkan prediksi hujan yang lebih baik
dari kedua metode sebelumnya karena Genetic metode Neural Network-Fuzzy Logic, dan
Algorithm merupakan salah satu algoritma metode Neural Network-Wavelet.
optimasi yang berusaha mencari solusi yang
diinginkan melalui perbaikan-perbaikan dari I.5 Metodologi Penelitian
solusi-solusi yang telah diperoleh 1. Studi Literatur
sebelumnya. Studi literatur yang digunakan
antara lain pengumpulan literatur yang
I.2. Rumusan Masalah menunjang tujuan penelitian yang dicapai
Rumusan masalah yang akan diuraikan dalam meliputi literatur dari buku referensi,
skripsi ini adalah: jurnal, dan internet.
2. Pengumpulan Data
a. Perlunya perancangan sistem prediksi Pengambilan data berdasarkan
hujan harian di wilayah Makassar hasil pengukuran di tempat penelitian
menggunakan metode Neural Network- dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Genetic Algorithm. Geofisika (BMKG).
b. Perlunya dilakukan perbandingan antara 3. Pengolahan dan Analisis Data.
metode Neural Network-Fuzzy Logic, Hasil pengujian yang berupa data
metode Neural Network-Wavelet, dan hasil prediksi dibandingkan dengan data
metode Neural Network-Genetic real dari BMKG untuk memperoleh
Algorithm untuk mengetahui yang mana keakuratan sistem prediksi curah hujan
dari ketiga metode tersebut yang paling dengan metode Neural Networ k- Genetic
cocok dipakai untuk memprediksi curah Algorithm, kemudian
hujan di wilayah Makassar. membandingkannya dengan hasil
prediksi metode Neural Network-Fuzzy
I.3 Tujuan Penelitian Logic, dan metode Neural Network-
Tujuan dari penelitian ini adalah: Wavelet.
a. Membuat sistem prediksi hujan harian di 4. Kesimpulan.
wilayah Makassar dengan metode Neural Setelah melakukan prediksi curah
Network-Genetic Algorithm. hujan dan membandingkan hasilnya
b. Membandingkan hasil prediksi curah maka dibuat kesimpulan dari hasil
hujan metode Neural Network-Genetic penelitian tentang prediksi curah hujan
Algorithm dengan hasil prediksi metode dengan metode Neural Network-Genetic
Neural Network-Fuzzy Logic, dan metode Algorithm ini.
Neural Network-Wavelet.
5. Penulisan Laporan.
I.4 Batasan Masalah
Beberapa batasan masalah yang
terdapat pada skripsi ini adalah : II. UNSUR-UNSUR CUACA, METODE
NEURAL NETWOK, DAN METODE
1. Variabel yang digunakan sebagai input GENETIC ALGORITHM.
adalah temperatur, kecepatan angin,
kelembaban dan variabel output (data II.1. Unsur-Unsur Cuaca
target) yang dihasilkan yaitu tingkat
Hujan adalah proses kondensasi uap
curah hujan.
air di atmosfer menjadi butiran air yang cukup
2. Memprediksi variabel input dengan
berat sehingga jatuh ke bumi[1]. Intensitas
Neural Network.
hujan adalah banyaknya curah hujan
3. Memprediksi curah hujan menggunakan
persatuan jangka waktu tertentu[1]. Curah
Genetic Algorithm-Neural Network.
hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada
4. Sistem simulasi dirancang dengan
suatu daerah dalam waktu tertentu[1]. Alat
menggunakan software Matlab7.6.
untuk mengukur banyaknya curah hujan
5. Membandingkan hasil prediksi curah
disebut rain gauge. Curah hujan dapat diukur
hujan antara metode Neural Network-
dalam harian, bulanan, dan tahunan.
Genetic Algorithm dengan hasil prediksi
Temperatur adalah ukuran panas-
dinginnya suatu benda[1]. Panas-dinginnya
suatu benda berkaitan dengan energi termis Region atau daerah A, pola curah
yang terkandung dalam benda tersebut. Makin hujannya berbentuk huruf U (paling kiri),
besar energi termisnya, makin besar sedang pola Region B, pola curah hujannya
temperaturnya. Temperatur di bumi berbentuk huruf M (tengah) dengan dua
dipengaruhi oleh pemanasan matahari. puncak curah hujan. Sedangkan pola Region
Kelembaban udara adalah tingkat C berbentuk huruf U terbalik (kanan) atau
kebasahan udara karena dalam udara, air berkebalikan dengan Region A. Garis merah
selalu terkandung dalam bentuk uap air[1]. merupakan curah hujan dalam milimeter
Kandungan uap air dalam udara hangat lebih sedangkan garis hitam merupakan deviasinya.
banyak daripada kandungan uap air dalam
udara dingin. Rata-rata curah hujan di Indonesia
Tekanan udara merupakan tenaga untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun
yang bekerja untuk menggerakkan massa masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata
udara dalam setiap satuan luas tertentu[1]. 2000–3000 mm/tahun. Begitu pula antara
Tekanan udara diukur dengan menggunakan tempat yang satu dengan tempat yang lain
barometer. Satuan tekanan udara adalah rata-rata curah hujannya tidak sama.
milibar (mb). Garis yang menghubungkan
tempat-tempat yang sama tekanan udaranya Gambar berikut adalah peta curah
disebut sebagai isobar. hujan untuk pulau Sulawesi pada tahun 1970-
Angin yaitu udara yang bergerak yang 2004 sebagai acuan dalam penelitian ini yang
diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena menggunakan kota Makassar sebagai objek
adanya perbedaan tekanan udara (tekanan penelitian.
tinggi ke tekanan rendah) di sekitarnya[1].
Angin merupakan udara yang bergerak dari
tekanan tinggi ke tekanan rendah atau dari
suhu udara yang rendah ke suhu udara yang
tinggi.

II.2. Pola Hujan di Indonesia

Menurut Dr. Edvin Aldrian, pola


dari masing-masing tipe hujan seperti pada
gambar berikut:

Gambar 2.2. Grafik Tipe Curah Hujan di


Sulawesi[4]

Berdasarkan gambar 2.2., dapat


dilihat bahwa di kota Makassar memiliki
tingkat curah hujan sebesar 3000-3500
mm/tahun.

Di wilayah Makassar, analisis


pergeseran musim telah dilakukan oleh
Nasrullah (2009), analisis dilakukan pada
zona musim (ZOM) 184 (Wilayah Barru,
Maros, dan Makassar). Awal datangnya
musim hujan dan kemarau di zona musim
(ZOM) 184 tersebut mengalami pergeseran.
Gambar 2.1. Grafik tipe curah hujan di Bila dibandingkan dengan periode tahun
Indonesia[3] 1971-2000, pada periode berikutnya (2001-
2007) awal musim kemarau terjadi lebih
lambat (mundur) sekitar 20 hari. Demikian
halnya dengan awal musim hujan yang untuk pasangan masukan keluaran yang
mengalami mundur sekitar 20 hari pada belum pernah digambarkan sebelumnya.
periode kedua (1971-2000) dibandingkan Dalam menyelesaikan suatu permasalahan,
dengan periode pertama (2001-2007). jaringan syaraf tiruan memerlukan algoritma
belajar atau pelatihan yaitu bagaimana sebuah
II.3. Jaringan Syaraf Tiruan (Neural Network) konfigurasi jaringan dapat dilatih untuk
mempelajari data historis yang ada. Dengan
Jaringan Syaraf Tiruan pertama kali pelatihan ini, pengetahuan yang terdapat pada
secara sederhana diperkenalkan oleh data dapat diserap dan direpresentasikan oleh
McCulloch dan Pitts pada tahun 1943. nilai-nilai bobot koneksinya.
McCulloch dan Pitts menyimpulkan bahwa
kombinasi beberapa neuron sederhana II.4. Algoritma Genetik (Genetic Algorithm)
menjadi sebuah sistem neural akan
meningkatkan kemampuan komputasinya[6]. Algoritma Genetik pertama kali
ditemukan di Universitas Michigan, Amerika
Jaringan Saraf Tiruan (JST) atau Serikat oleh John Holland (1975).
disebut juga dengan Neural Network (NN), Kemunculan Algoritma Genetik terinspirasi
adalah sistem pemroses informasi yang oleh teori-teori dalam ilmu biologi, sehingga
memiliki karakteristik mirip dengan jaringan banyak istilah dan konsep biologi yang
syaraf biologi (jaringan saraf manusia)[6]. dipakai dalam Algoritma Genetik. Sesuai
Jaringan syaraf tiruan merupakan sistem dengan namanya, proses-proses yang terjadi
adaptif yang dapat merubah strukturnya untuk dalam Algoritma Genetik sama dengan apa
memecahkan masalah berdasarkan informasi yang terjadi pada evolusi biologi[9].
eksternal maupun internal yang mengalir Pada algoritma genetik, teknik
melalui jaringan tersebut. Secara sederhana, pencarian solusi terbaik dilakukan sekaligus
JST adalah sebuah alat pemodelan data pada sejumlah solusi yang dikenal dengan
statistik non-linier. JST dapat digunakan istilah populasi. Individu yang terdapat dalam
untuk memodelkan hubungan yang kompleks satu populasi disebut dengan istilah
antara input dan output untuk menemukan kromosom. Kromosom ini merupakan suatu
pola-pola pada data. solusi yang masih berbentuk simbol. Populasi
awal dibangun secara acak, sedangkan
populasi berikutnya merupakan hasil evolusi
Backpropagation melatih jaringan
kromosom-kromosom melalui iterasi yang
untuk mendapatkan keseimbangan antara
disebut dengan generasi. Pada setiap generasi,
kemampuan jaringan untuk mengenali pola
kromosom akan melalui proses evaluasi
yang digunakan selama pelatihan serta
dengan menggunakan alat ukur yang disebut
kemampuan jaringan untuk memberikan
dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu
respon yang benar terhadap pola masukan
kromosom akan menunjukkan kualitas dari
yang serupa (tapi tidak sama) dengan pola
kromosom dalam populasi tersebut.
yang dipakai selama pelatihan. Pelatihan
jaringan dengan backpropagation meliputi Generasi berikutnya dikenal dengan
tiga tahap yaitu umpan maju (feedforward) istilah anak (offspring) terbentuk dari
dari pola input, penghitungan dan propagasi gabungan dua kromosom generasi sekarang
balik dari error dan penyesuaian bobot. yang bertindak sebagai induk (parent) dengan
menggunakan operator pindah silang. Selain
Dalam jaringan syaraf tiruan terdapat operator pindah silang, suatu kromosom dapat
konsep belajar atau pelatihan. Sehingga juga dimodi fikasi dengan menggunakan
jaringan-jaringan yang dibentuk akan belajar operator mutasi. Populasi generasi yang baru
melakukan generalisasi karakteristik tingkah dibentuk dengan cara menyeleksi nilai fitness
laku objek. Algoritma pelatihan artinya dari kromosom induk dan nilai fitness dari
membentuk pemetaan (fungsi) yang kromosom anak, serta membuang kromosom-
menggambarkan hubungan antara vektor kromosom yang lainnya sehingga ukuran
masukan dan vektor keluaran. Biasanya populasi (jumlah kromosom dalam suatu
diberikan contoh yang cukup penting dalam populasi) konstan. Setelah melalui beberapa
membangun pemetaan tersebut. Walaupun
generasi, maka algoritma ini akan konvergen
ke kromosom terbaik.

II.5. Redaman Hujan

Redaman hujan merupakan faktor


utama yang sangat mempengaruhi propagasi
pada komunikasi satelit dengan bumi.
Redaman ini juga sangat dipengaruhi oleh
frekuensi yang akan digunakan sebab semakin
besar frekuensi maka akan semakin besar pula
redamannya. Parameter penting yang
dibutuhkan di dalam menghitung redaman ini
adalah curah hujan yang akan terjadi pada
daerah yang akan dihitung redamannya serta
ketinggian daratan diukur dari permukaan Gambar 3.1. Alur Penelitian
laut. Besar curah hujan ini dapat di cari dari
model yang digunakan untuk menghitung
curah hujan tersebut ataupun dari hasil
pengukuran.

Hujan dapat menghasilkan


perubahan polarisasi gelombang radio yang
ditransmitkan. Hasilnya akan meningkatkan
nilai interferensi Cross Polarisasi pada sistem
frekuensi reuse. Hujan tidak hanya meredam
sinyal yang ditransmitkan, juga meningkatkan
noise temperatur sky yang ditangkap oleh
antena penerima stasiun bumi.
Indonesia oleh International
Telecommunications Union - ITU
digolongkan sebagai region P, di mana
intensitas hujannya termasuk sangat tinggi.
Intensitas hujan yang mengakibatkan link-
komunikasi putus sebesar 0.01% per tahun di
Indonesia adalah sebesar 145 mm/h, demikian
versi ITU[13]. Untuk menghitung redaman
hujan digunakan rekomendasi menurut ITU-R
P. 618-9.

III. PERANCANGAN SISTEM PREDIKSI


HUJAN DENGAN METODE GENETIC Gambar 3.2. Flowchart Perancangan Sistem
ALGORITHM-NEURAL NETWORK. Genetic Algorithm-Neural
Network.
Langkah-langkah penelitian
selengkapnya digambarkan pada flowchart Setelah mendapatkan hasil prediksi
berikut: curah hujan tahun 2012, data tersebut
kemudian digunakan untuk menghitung
besarnya redaman hujan pada sistem
komunikasi satelit. Adapun model yang
digunakan untuk menghitung besar redaman
hujan ini adalah menggunakan metode ITU-R.
Cara untuk menghitung redaman hujan adalah
dengan menggunakan rekomendasi ITU-R P.
618-9.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Nilai MSE yang dihasilkan dengan
metode Genetic Algorithm-Neural Network
Berikut ini adalah contoh pelatihan dan adalah sebesar 0.0092, dengan demikian error
pengujian temperatur untuk bulan Maret. antara target dengan prediksi semakin kecil.

Dengan menggunakan net hasil


pelatihan pada sistem Genetic Algorithm-
Neural Network, curah hujan pada bulan
Januari 2010 akan diprediksi setelah ketiga
variabel input (kelembaban, temperatur,
kecepatan angin) terlebih dahulu diprediksi
dengan menggunakan net hasil pelatihan
masing-masing parameter pada tahun
sebelumnya.

Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Pelatihan


Temperatur Bulan Maret 2009

Gambar 4.1. merupakan hasil pelatihan


Neural Network temperatur pada bulan Maret
2009 yang dibandingkan dengan data real
bulan Maret 2009. Hasil pelatihan Neural
Network ini memiliki persentase kebenaran
hingga 87.1% dengan performansi (RMSE)
sebesar 0.0071.

Setelah didapatkan hasil prediksi setiap


variable input (temperatur, kelembaban,dan
kecepatan angin), maka data–data tersebut Gambar 4.3. Perbandingan Data Real dengan
kemudian dimasukkan ke sistem Genetic Hasil Prediksi Curah Hujan
Algorithm untuk diproses agar dihasilkan nilai Bulan Januari 2010 dengan
prediksi hujan. Berikut ini adalah contoh Metode Genetic Algorithm-
prediksi curah hujan bulan Januari 2009 Neural Network
dengan metode Genetic Algorithm.
Pada hasil prediksi curah hujan bulan
Januari 2010, diperoleh kesalahan yang cukup
besar dibandingkan dengan hasil prediksi
2009. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pola
hujan antara tahun 2009 dengan 2010, dimana
pada tahun 2010 pola hujan lebih rumit
dibandingkan dengan tahun 2009 yang pola
curah hujannya teratur. Perbedaan pola hujan
tersebut diakibatkan karena iklim pada tahun
2010 mengalami kondisi cuaca ekstrim yaitu
penyimpangan iklim yang memicu terjadinya
perbedaan pola hujan dengan tahun-tahun
sebelumnya.

Gambar 4.2. Perbandingan Data Real dengan


Hasil Prediksi Curah Hujan
Bulan Januari 2009 dengan
Metode Genetic Algorithm-
Neural Network
18 hari dengan keakuratan sebesar 58.06%
sedangkan pada metode NN-Fuzzy jumlah
hari benar hanya sebanyak 10 hari dengan
keakuratan sebesar 32.25%, sementara untuk
metode NN-Wavelet diperoleh jumlah hari
benar sebanyak 9 hari dengan keakuratan
sebesar 29.03%.

Gambar 4.4. Hasil Prediksi Curah Hujan


Rata–Rata Per Hari Tahun 2012

Dari gambar 4.4., dapat dilihat bahwa


pada tahun 2012, musim hujan terjadi pada
bulan Januari, bulan Februari, bulan
November dan bulan Desember, curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan November
sementara musim kemarau terjadi pada
pertengahan tahun. Gambar 4.6. Grafik Perbandingan Hasil
Prediksi Curah Hujan Bulan
Januari 2010 dengan Metode
NN-GA, Metode NN-Fuzzy, dan
Metode NN-Wavelet

Gambar 4.6., menunjukkan


perbandingan antara hasil prediksi curah
hujan pada bulan Januari 2010 dengan data
real BMKG bulan Januari 2010. Pada prediksi
curah hujan bulan Januari 2010, jumlah hari
benar untuk metode NN-GA adalah sebanyak
19 hari dengan keakuratan sebesar 61.29%
sedangkan pada metode NN-Fuzzy jumlah
hari benar hanya sebanyak 12 hari dengan
keakuratan sebesar 38.70%, sementara metode
NN-Wavelet menghasilkan jumlah hari benar
Gambar 4.5. Grafik Perbandingan Hasil sebanyak 9 hari dengan keakuratan sebesar
Prediksi Curah Hujan Bulan 29.03%.
Januari 2009 dengan Metode
NN-GA, Metode NN-Fuzzy, dan Hasil prediksi curah hujan yang
Metode NN-Wavelet diperoleh dengan Metode Genetic Algorithm-
Neural Network selanjutnya dipakai untuk
Gambar 4.5., menunjukkan menghitung redaman yang terjadi pada sistem
perbandingan antara hasil prediksi curah komunikasi satelit (Satelit WINDS) dengan
hujan pada bulan Januari 2009 dengan data menggunakan rumus ITU-R P.839-3 sehingga
real BMKG bulan Januari 2009. Dari grafik diperoleh hasil seperti yang terlampir pada
terlihat jelas bahwa hasil prediksi metode NN- tabel berikut.
GA lebih baik dibandingkan dengan hasil
prediksi metode NN-Fuzzy dan prediksi
metode NN-Wavelet, dimana pada metode
NN-GA, jumlah hari benar adalah sebanyak
NN-Wavelet dengan keakuratan sebesar
73.97%. Pada tahun 2010, hasil prediksi
dengan metode NN-GA memiliki
keakuratan sebesar 63.56%, nilai ini lebih
besar dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh metode NN-Fuzzy dengan
keakuratan sebesar 61.64% dan metode
NN-Wavelet dengan keakuratan sebesar
60.55%.
5. Curah hujan dan Frekuensi mempengaruhi
besar redaman hujan. Semakin besar curah
hujan dan semakin tinggi Frekuensi yang
Tabel 4.1. Redaman Hujan Setiap Bulan Pada digunakan maka Redaman Hujan akan
Tahun 2012 semakin besar.
Tabel di atas menunjukan redaman DAFTAR PUSTAKA
hujan pada tahun 2012 untuk arah uplink dan
downlink. Dapat dilihat bahwa semakin besar [1] Kristian. Harry, Patra Paulus. Prediksi Curah
curah hujan maka semakin besar pula Hujan Menggunakan Autoregressive
redaman hujan yang terjadi.Semakin tinggi Integrated Moving Average (ARIMA) Dan
frekuensi yang digunakan maka semakin ANALISIS REGRESI BERGANDA.
besar pula redamannya. Dengan demikian Jurusan Teknik Elektro Unhas, Tugas Akhir.
dapat disimpulkan bahwa redaman hujan 2011.
dipengaruhi oleh curah hujan dan frekuensi [2]
yang digunakan. http://www.google.co.id/imgres?q=prose
s+terjadinya+hujan, diakses pada tanggal
V. KESIMPULAN 9 Januari 2012.
1. Validasi hasil prediksi curah hujan tahun [3] Adrian. Edvin. Simulation of Indonesian
2009 dengan metode Genetic Algorithm- Raindfall with a Hierarchy of Climste
Neural Network terhadap data real BMKG Models. Max Planck Institute for
mencapai 85.20%. Meteorology. Dissertation. 2003.
2. Validasi hasil prediksi curah hujan tahun http://ediss.sub.uni-
2010 dengan metode Genetic Algorithm- hamburg.de/volltexte/2004/1090/pdf/dissertati
Neural Network terhadap data real BMKG on.pdf. diakses pada tanggal 12 Januari 2012.
mencapai 63.56%. [4]
3. Kurangnya akurasi prediksi hujan tahun https://docs.google.com/present/view?id=dg
2010 dibandingkan tahun 2009 disebabkan njdcv4_1106c93jk8h2, diakses pada tanggal
karena iklim pada tahun 2010 mengalami 15 Januari 2012.
kondisi cuaca ekstrim yaitu penyimpangan [5] Nasrullah.“Perubahan iklim dan trend data
iklim yang memicu terjadinya hujan pada iklim”. 2009.
musim kemarau. [6] Siang, JJ. “Jaringan Syaraf Tiruan Dan
4. Berdasarkan perhitungan RMSE dan Pemrogramannya Menggunakan Matlab”.
persentase keakuratan, prediksi curah Yogyakarta: Andi Yogyakarta. 2005.
hujan menggunakan metode Genetic [7] Warsito, Budi “Prediksi Curah Hujan Kota
Algorithm-Neural Network lebih baik Semarang menggunakan FeedForward
dibandingkan dengan prediksi yang Neural Network menggunakan Algoritma
menggunakan metode Neural Network- Quasi Newton BFGS dan Levenberg-
Fuzzy Logic dan Neural Network-Wavelet. Marquard”. Program Studi Teknik
Hal ini dapat dilihat dari hasil prediksi Lingkungan Undip, Tugas Akhir. 2007.
pada tahun 2009, metode NN-GA memiliki [8] Febriyati, Fikha Christine. Prediksi
keakuratan sebesar 85.2%, nilai ini lebih Intensitas Hujan Berbasis Fuzzy Logic Dan
besar dibandingkan dengan hasil yang Pengaruh Redaman Hujan Pada Sistem
diperoleh metode NN-Fuzzy dengan Komunikasi LMDS Wilayah Makassar.
keakuratan sebesar 82.19% dan metode
Jurusan Teknik Elektro Unhas, Tugas Akhir.
2011.
[9] Fahmi, Yasin. “PERAMALAN NILAI
HARGA SAHAM MENGGUNAKAN
JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN
ALGORITMA GENETIK”. Jurusan Teknik
Industri UII Yogyakarta, Tugas Akhir. 2011.
[10] Sanjoyo. “Aplikasi Algoritma Genetika”.
Juni 2009.
[11] Noertjahyana, A & Yulia. “Studi Analisa
Pelatihan Jaringan Saraf Tiruan Dengan
Dan Tanpa Algoritma Genetika.
Surabaya”. Universitas Kristen Petra. 2004.
[12] Yusita Octavia dan Erna Rahmadania
“Prediksi Hujan Di Wilayah Makassar
Dengan Menggunakan Metode Wavelet
Neural Network”. Jurusan Teknik Elektro
Unhas, Tugas Akhir. 2011.
[13] Widodo, Prima Setiyanto. Sudah Waktunya
Menggunakan Ku-Band di Indonesia.
Online Journal of Space Communication.
Journal. 2005.
http://spacejournal.ohio.edu/issue8/pers_setiy
anto_indo.html, diakses pada tanggal 22
Februari 2012.

Anda mungkin juga menyukai