Anda di halaman 1dari 39

PENANGANAN IKTERUS

PADA BBL
IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR

Pernahkah anak mengalami masalah ini? Atau

mungkin bayi , yang kulitnya nampak kekuningan beberapa

hari setelah lahir? Untuk lebih mengerti tentang seluk beluk

penyakit kuning (ikterus) pada bayi mari kita ikuti uraian

berikut ini.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN IKTERUS?

Ikterus adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal

beerwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar

bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir

dapat merupakan suatu hal yangfisiologis (normal), terdapat

pada 25% – 50% pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga

bisa merupakan hal yangpatologis (tidak normal) misalnya

akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis

(infeksi berat), penyumbatan saluran empedu, dan lain-lain.


APAKAH BILIRUBIN ITU?

Bilirubin adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari

proses pemecahan Hemoglobin (zat merah darah) pada

system RES dalam tubuh. Selanjutnya mengalami proses

konjugasi di liver, dan akhirnya diekskresi (dikeluarkan) oleh

liver ke empedu, kemudian ke usus.

Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3, dan tidak

disebabkan oleh kelainan apapun, kadar bilirubin darah tidak

lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak mempunyai

potensi menimbulkan kecacatan pada bayi. Sedangkan

pada ikterus yang patologis, kadar bilirubin darahnya

melebihi batas, dan disebut sebagaihiperbilirubinemia.

Bayi disebut hiperbilirubinemia bila:

1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama

2. Peningkatan konsentrasi bilirubin darah lebih dari 5 mg%

atau lebih setiap 24 jam

3. Konsentrasi bilirubin darah 10 mg% pada neonatus (bayi

baru lahir) kurang bulan, dan 12,5 mg% pada neonatus

cukup bulan
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (pemecahan darah

yang berlebihan) pada inkompatibilitas darah (darah ibu

berlawanan rhesus dengan bayinya), kekurangan enzim G-6-

PD, dan sepsis)

5. Ikterus yang disertai dengan keadaan-keadaan sebagai

berikut:

 Berat lahir kurang dari 2 kg

 Masa kehamilan kurang dari 36 minggu

 Asfiksia, hipoksia (kekurangan oksigen), sindrom

gangguan pernafasan

 Infeksi

 Trauma lahir pada kepala

 Hipoglikemi (kadar gula terlalu rendah), hipercarbia

(kelebihan carbondioksida)

Yang sangat berbahaya pada ikterus ini adalah keadaan yang

disebut “Kernikterus”. Kernikterus adalah suatu kerusakan

otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada

otak. Gejalanya antara lain: mata yang berputar, kesadaran

menurun, tak mau minum atau menghisap, ketegangan otot,

leher kaku, dan akhirnya kejang, Pada umur yang lebih lanjut,
bila bayi ini bertahan hidup dapat terjadi spasme (kekakuan)

otot, kejang, tuli, gangguan bicara dan keterbelakangan

mental.

BAGAIMANA MELIHAT IKTERUS PADA BAYI ?

Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi

dengan cahaya buatan. Paling baik pengamatan dilakukan

dengan cahaya matahari dengan cara menekan sedikit kulit

yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena

pengaruh sirkulasi. Jika warna kulit tetap kuning, berarti

kemungkinan bayi kita telah mengalami ikterus, dan kadar

bilirubinnya tinggi. Ikterus pada bayi baru lahir baru terlihat

kalau kadar bilirubin mencapai 5 mg%. Pengamatan di RSCM

menunjukkan ikterus baru terlihat jelas saat kadar bilirubin

mencapai 6 %.

APA SAJA PENYEBAB IKTERUS?

Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri

ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:


1. Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan

darah (hemolisis) yang berlebihan pada incompatibilitas

(ketidaksesuaian) darah bayi dengan ibunya.

2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat

dari gangguan fungsi liver.

3. Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang

mengikat bilirubin.

4. Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam

liver (karena infeksi atau kerusakan sel liver).

BAGAIMANA PENATALAKSANAAN IKTERUS?

1. Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan

kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas normal

(fisiologis) ataukah sudah patologis.

2. Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan

analisa penyebab yang mungkin. Bila diduga kadar

bilirubin bayi sangat tinggi atau tampak tanda-tanda

bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi

mendapatkan pemeriksaan dan perawatan yang

memadai.

3. Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan

pengobatan dengan pemberian albumin, fototerapi


(terapi sinar), atau tranfusi tukar pada kasus yang lebih

berat.

Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir

Pengaruh sinar terhadap ikterus pertama-tama

diperhatikan oleh salah seorang perawat di salah satu rumah

sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi yang

mendapatkan sinar matahari di bangsalnya ternyata

ikterusnya lebih cepat menghilang dibandingkan dengan bayi

lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan laporan tersebut

mulai melakukan penelitian mengenai pengaruh sinar

terhadap hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti

bahwa disamping sinar matahari, sinar lampui tertentu juga

mempunyai pengaruh dalam menurunkan kadar bilirubin

pada bayi prematur yang diselidikinya.

Terapi sinar tidak hanya bermanfaat untuk bayi kurang bulan

tetapi juga efektif terhadap hiperbilirubinemia oleh sebab

lain. Pengobatan cara ini menunjukkan efek samping yang

minimal, dan belum pernah dilaporkan efek jangka panjang

yang berbahaya.
TATA CARA/PERAWATAN BAYI DENGAN TERAPI SINAR

Bila bayi kita terpaksa dirawat di RS untuk mendapatkan

terapi sinar, sebagai ibu kita perlu benar-benar memahami

dan mengerti tata cara terapi sinar ini agar hasilnya bisa

optimal, dan yang lebih penting lagi mengantisipasi semua

efek samping yang mungkin muncul.

Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar, yang perlu

diperhatikan:

1. Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat

seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi.

2. Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan

penutup yang dapat memantulkan cahaya agar tidak

membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.

3. Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini

dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi

yang optimal.
4. Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar

bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat

menyeluruh.

5. Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.

6. Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24

jam.

7. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama

pada bayi dengan hemolisis.

8. Perhatikan kecukupan cairan tubuh bayi. Bila perlu

konsumsi cairan bayi dinaikkan.

Bila dievaluasi ternyata tidak banyak perubahan pada kadar

bilirubin, perlu diperhatikan kemungkinan lampu yang

kkurang efektif, atau ada komplikasi pada bayi seperti

dehidrasi, hipoksia (kekurangan oksigen), infeksi, gangguan

metabolisme, dan lain-lain.

KOMPLIKASI APA SAJA YANG DITIMBULKAN OLEH

TERAPI SINAR?

Setiap pengobatan selalu akan menimbulkan efek samping.

Dlam penelitian yang dilakukan selama ini, tidak ditemukan

pengaruh negatif terapi sinar terhadap tumbuh kembang


bayi. Efek samping hanya bersifat sementara, dan dapat

dicegah/diperbaiki dengan memperhatikan tata cara

penggunaan terapi sinar.

Kelainan yang mungkin timbul karena terapi sinar antara lain:

1. Peningkatan kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu

pemberian cairan harus diperhatikan dengan sebaik-

baiknya. Bila bayi bisa minum ASI, sesering mungkin

berikan ASI.

2. Frekwensi buang air besar meningkat karena

hiperperistaltik (gerakan usus yang meningkat).

3. Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada

muka, badan, dan alat gerak.

4. Kenaikan suhu tubuh.

5. Kadang pada beberapa bayi ditemukan gangguan

minum, rewel, yang hanya bersifat sementara.

Komplikasi biasanya bersifat ringan dan tidak sebanding

dengan manfaat penggunaannya. Karena itu terapi sinar

masih merupaka pilihan dalam mengatasi hiperbilirubinemia

pada bayi baru lahir.


BAGAIMANA MENCEGAH IKTERUS PADA BAYI ?

Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara

pengawasan kehamilan dengan baik dan teratur, untuk

mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan

hipoksia(kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim.

Pada masa persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya karena

kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi

dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir, biasakan

anak dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam

8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan membuka

pakaiannya.
SOP PENANGANAN HIPOGLIKEMI
PADA BAYI BARU LAHIR
1. RUANG LINGKUP

Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran glukosa darah


kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L). Hal ini sering terjadi pada
BBLR karena cadangan glukosa rendah.

2. TUJUAN

Mencukupi kebutuhan glukosa pada BBL

3. KEBIJAKAN

3.1. BBL dengan hipoglikemia mendapatkan penanganan


secepatnya

3.2. Prognosis bayi menjadi lebih baik

3.3. Mencegah terjadinya kegawatan (kejang dan hipoksi otak)

4. PETUGAS

Perawat dan bidan puskesmas

5. PERALATAN

5.1. Alat pengukur glukosa darah

5.2. Cairan infus Glukosa 10%

5.3. Peralatan memasang jalur IV

5.4. Pipa lambung dan peralatan memasang pipa lambung

6. PROSEDUR
6.1. Jika bayi tidak aktif:

6.1.1. Jaga bayi agar tetap hangat

6.1.2. Berikan Glukosa 10% 2mL/kg secara IV bolus pelan


dalam lima menit.

6.1.3. Jika jalur intravena tidak dapat dipasang dengan


cepat, berikan larutan Glukosa 10% melalui pipa
lambung dengan dosis yang sama.

6.1.4. Berikan infus glukosa sesuai kebutuhan rumatan (4-6


mg/kg BB/ menit)

6.1.5. Bila bayi sudah dalam kondisi stabil, lakukan rujukan


ke Rumah Sakit dengan cepat aman dan benar.

6.2. Jika bayi aktif:

6.2.1. Anjurkan ibu menyusui. Bila bayi tidak dapat


menyusu, berikan ASI perah dengan menggunakan
salah satu alternatif cara pemberian minum.

6.2.2. Pantau tanda-tanda klinis bayi akan adanya


kegawatan (kejang, sianosis)

7. REFERENSI

Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan


Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
Jakarta: Depkes RI
CARA PENANGANAN BAYI BARU
LAHIR NORMAL
Penanganan bayi baru lahir normal dapat dilakukan setelah kita
mengetahui keadaan bayi yang telah lahir. Bayi adalah individu baru
yang lahir di dunia. Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir saat kehamilan
ibu sudah aterm dan beratbadan bayi antara 2500 gram-4000 gram.
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir tanpa penyulit dan setelah lahir
dalam keadaan normal. Bayi baru lahir membutuhkan perawatan dari
orang lain, karena dia belum mampu melakukan aktivitas sendiri.

Cara penanganan bagi bayi yang baru lahir normal sebagai berikut:

1. Setelah bayi lahir, amati keadaan umum bayi dan beri nilai apgar
score pada menit pertama.
2. Potong tali pusat kemudian tutupi tubuh bayi menggunakan kain
bersih dan kering.
3. Biarkan bayi berada diatas perut ibu selama 1 jam pertama untuk
dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini). Jangan lupa untuk selalu
memperhatikan apakah hidung bayi tertutup atau tidak.
4. Lakukan pengukuran pada bayi jika IMD sudah berhasil dilakukan
dalam waktu 1 jam.
5. Berikan suntikan vitamin K dan hepatitis uniject pada bayi, serta
salp mata untuk pencegahan infeksi pada bayi.
6. Berikan perawatan gabung bayi dan ibu bila sudah masuk kamar
perawatan.
7. Ajarkan ibu cara menyusui bayinya dengan benar.
8. Jangan memandikan bayi sebelum bayi berusia lebih dari 6 jam.
Penanganan bayi baru lahir diatas adalah cara penanganan untuk bayi
yang lahir normal. Jangan lupa untuk selalu memperhatikan dalam
pencegahan infeksi. Sebaiknya saat ketika akan memegang bayi, cuci
tangan terlebih dahulu itu sangat penting. Semoga bermanfaat.

PROSEDUR TETAP PERAWATAN BAYI BARU


LAHIR

NGERTIAN : Asuhan yang diberikan pada tersebut selama jam pertama setelah kelahiran

JUAN : Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya pernafasan sponton serta
mencengah Hypotermi.

KEBIJAKAN : Standar pelanyanan kebidanan tahun 2000

RSIAPAN : 1. Delee

2. Klem 2 buah

3. Penjepit tali pusat

4. Gelas steril

5. Handuk kering

6. Salep mata

7. Metelin

8. Penimbangan bayi

9. Kartu bayi

10. Pakaian bayi 1 set

OSEDUR : 1. Menyiapkan alat dan ruangan yang hangat dan bersih


2. Menyiapkan pakaian bayi lengkap, handuk lembut yang bersih, kain bersih dan kering
untuk bayi

3. Menyiapkan obat tetes mata / salep mata

4. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih

5. Segera setelah bayi lahir, menilai apakah bayi bernafas. Bila bayi tidak menangis,
cepat bersihkan jalan nafas dengan delee, jika tetap tidak menangis segera lakukan
tindakan sesuai standar : penanganan asfiksia pada bayi baru lahir

6. Segera keringkan bayi dengan handuk kering, bersih,dan hangat. Kemudian pakaikan
kain kering yang hangat,berikan bayi kepada ibunya untuk didekap di dadanya serta
diberi ASI karena akan membantu pelepasan placenta

7. Jaga agar bayi tetap hangat ( berikan tutup kepala untuk mencegah bayi kehilangan
panas tubuh )

8. Memotong dan mengikat tali pusat

9. Memeriksa tali pusat yang dipotong untuk memastikan tadak ada perdarahan

10. Menutup tali pusat dengan gaas kering

11. Melengkapi surat keterngan lahir bayi

12. Sesudah 5 menit lakukan penilaian keadaan umum bayi dengan AS

13. Melakukan pemeriksaan fisik bayi

14. Mengukur BB / PB

15. Megukur tanda vital bayi, ukur dulu dengan termometer yang diletakkan di ketiak atau
lipat paha

16. Mengenakan pakaian bayi dan menyelimuti bayi

17. Memberikan salep mata

18. Memberikan bayi pada ibunya untuk disusui segera setelah lahir paling lambat 2 jam
pertama

19. Pastikan bayi tetap terbungkus/mengenakan pakaian hangat dan tutup kepala

20. Membantu ibu untuk menyusui bayi

21. Mencuci tangan


22. Memperhatikan pengeluaran urine dan mekonium

23. Melakukan pencatatan semua yang ditemukan di kartu ibu dan bayi serta lakukan
kolaborasi bila ada kelainan

Referency : 1. Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

2. Tim Penyusun. 2002. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. JNPK-KR

Read more: http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/03/prosedur-tetap-perawatan-bayi-baru-


lahir.html#ixzz3lIC5Mxh9

Pengertian Dan Penanganan Asfiksia Pada


Bayi Baru Lahir
A. Definisi

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat


bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat
gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami
asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi
selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal,
2007).

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat


segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-
akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan
bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan
dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan
kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)

B. Etiologi / Penyebab Asfiksia

Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat


menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter
sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang.
Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat
janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.

Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab


terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah
faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:

1. Faktor ibu

 Preeklampsia dan eklampsia


 Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio
plasenta)
 Partus lama atau partus macet
 Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis,
TBC, HIV)
 Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu
kehamilan)

2. Faktor Tali Pusat

 Lilitan tali pusat


 Tali pusat pendek
 Simpul tali pusat
 Prolapsus tali pusat

3. Faktor Bayi
 Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
 Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,
distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
 Kelainan bawaan (kongenital)
 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko


yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila
ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus
dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang
kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi,
adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau
(sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia
tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap
melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan
persalinan.

C. Perubahan Patofiologis dan Gambaran Klinis

Pernafasan spontan BBL tergantung pada kondisi janin pada


masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan
atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat.
Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang
terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan
penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha
bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam
periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan
penurunan TD.

Pada asfiksia terjadi pula gangguan metabolisme dan


perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada
tingkat pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme
an aerobic yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkurang. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan
kardiovaskular yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya :

1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan


mempengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan
kelemahan otot jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
mengakibatkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah
paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem
sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. (Rustam,
1998).

Gejala dan Tanda-tanda Asfiksia

 Tidak bernafas atau bernafas megap-megap


 Warna kulit kebiruan
 Kejang
 Penurunan kesadaran

D. Diagnosis

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan


kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia /
hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
mendapat perhatian yaitu :

1. Denyut jantung janin

Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak


banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai
ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika
tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya

2. Mekonium dalam air ketuban

Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan


tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan
gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya
mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat
merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu
dapat dilakukan dengan mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin

Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat


serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan
diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya.
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu
turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda
bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia.

(Wiknjosastro, 1999)

E. Penilaian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Aspek yang sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir


adalah menilai bayi, menentukan tindakan yang akan
dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi.
Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung
melalui rangkaian tindakan yaitu menilai pengambilan
keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian untuk melakukan resusitasi semata-mata
ditentukan oleh tiga tanda penting, yaitu :

 Penafasan
 Denyut jantung
 Warna kulit

Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan memulai


resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya
resusitasi. Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa
bayi tidak bernafas atau pernafasan tidak kuat, harus segera
ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan
vertilasi dengan tekanan positif (VTP).

F. Persiapan Alat Resusitasi


Sebelum menolong persalinan, selain persalinan, siapkan
juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu :

1. 2 helai kain / handuk.


2. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa
kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm
dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3. Alat penghisap lendir de lee atau bola karet.
4. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal.
5. Kotak alat resusitasi.
6. Jam atau pencatat waktu.

(Wiknjosastro, 2007).

G. Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-


tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka

– Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal


2-3 cm.
– Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.
– Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk
memastikan saluran pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan

– Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan


– Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa
ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi

– Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara


– Kompresi dada.
– Pengobatan
Detail Cara Resusitasi

Langkah-Langkah Resusitasi

1. Letakkan bayi di lingkungan yang hangat kemudian


keringkan tubuh bayi dan selimuti tubuh bayi untuk
mengurangi evaporasi.
2. Sisihkan kain yang basah kemudian tidurkan bayi
terlentang pada alas yang datar.
3. Ganjal bahu dengan kain setinggi 1 cm (snifing positor).
4. Hisap lendir dengan penghisap lendir de lee dari mulut,
apabila mulut sudah bersih kemudian lanjutkan ke hidung.
5. Lakukan rangsangan taktil dengan cara menyentil
telapak kaki bayi dan mengusap-usap punggung bayi.
6. Nilai pernafasanJika nafas spontan lakukan penilaian
denyut jantung selama 6 detik, hasil kalikan 10. Denyut
jantung > 100 x / menit, nilai warna kulit jika merah /
sinosis penfer lakukan observasi, apabila biru beri oksigen.
Denyut jantung < 100 x / menit, lakukan ventilasi tekanan
positif.
1. Jika pernapasan sulit (megap-megap) lakukan
ventilasi tekanan positif.
2. Ventilasi tekanan positif / PPV dengan memberikan
O2 100 % melalui ambubag atau masker, masker harus
menutupi hidung dan mulut tetapi tidak menutupi mata,
jika tidak ada ambubag beri bantuan dari mulur ke mulut,
kecepatan PPV 40 – 60 x / menit.
3. Setelah 30 detik lakukan penilaian denyut jantung
selama 6 detik, hasil kalikan 10.
1. 100 hentikan bantuan nafas, observasi nafas
spontan.
2. 60 – 100 ada peningkatan denyut jantung
teruskan pemberian PPV.
3. 60 – 100 dan tidak ada peningkatan denyut
jantung, lakukan PPV, disertai kompresi jantung.
4. < 10 x / menit, lakukan PPV disertai kompresi
jantung.
5. Kompresi jantung

Perbandingan kompresi jantung dengan ventilasi adalah 3 :


1, ada 2 cara kompresi jantung :

a Kedua ibu jari menekan stemun sedalam 1 cm dan


tangan lain mengelilingi tubuh bayi.

b Jari tengah dan telunjuk menekan sternum dan


tangan lain menahan belakang tubuh bayi.

7. Lakukan penilaian denyut jantung setiap 30 detik setelah


kompresi dada.

8. Denyut jantung 80x./menit kompresi jantung dihentikan,


lakukan PPV sampai denyut jantung > 100 x / menit dan
bayi dapat nafas spontan.

9. Jika denyut jantung 0 atau < 10 x / menit, lakukan


pemberian obat epineprin 1 : 10.000 dosis 0,2 – 0,3 mL / kg
BB secara IV.

10. Lakukan penilaian denyut jantung janin, jika > 100 x /


menit hentikan obat.

11. Jika denyut jantung < 80 x / menit ulangi pemberian


epineprin sesuai dosis diatas tiap 3 – 5 menit.

12. Lakukan penilaian denyut jantung, jika denyut jantung


tetap / tidak rewspon terhadap di atas dan tanpa ada
hiporolemi beri bikarbonat dengan dosis 2 MEQ/kg BB secara
IV selama 2 menit. (Wiknjosastro, 2007)

Persiapan resusitasi

Agar tindakan untuk resusitasi dapat dilaksanakan dengan


cepat dan efektif, kedua faktor utama yang perlu dilakukan
adalah :
1. Mengantisipasi kebutuhan akan resusitasi lahirannya bayi
dengan depresi dapat terjadi tanpa diduga, tetapi tidak
jarang kelahiran bayi dengan depresi atau asfiksia dapat
diantisipasi dengan meninjau riwayat antepartum dan
intrapartum.
2. Mempersiapkan alat dan tenaga kesehatan yang siap dan
terampil. Persiapan minumum antara lain :
– Alat pemanas siap pakai – Oksigen
– Alat pengisap
– Alat sungkup dan balon resusitasi
– Alat intubasi
– Obat-obatan

Prinsip-prinsip resusitasi yang efektif :

1. Tenaga kesehatan yang slap pakai dan terlatih dalam


resusitasi neonatal harus rnerupakan tim yang hadir pada
setiap persalinan.
2. Tenaga kesehatan di kamar bersalin tidak hanya harus
mengetahui apa yang harus dilakukan, tetapi juga harus
melakukannya dengan efektif dan efesien
3. Tenaga kesehatan yang terlibat dalam resusitasi bayi
harus bekerjasama sebagai suatu tim yang terkoordinasi.
4. Prosedur resusitasi harus dilaksanakan dengan segera dan
tiap tahapan berikutnya ditentukan khusus atas dasar
kebutuhan dan reaksi dari pasien.
5. Segera seorang bayi memerlukan alat-alat dan resusitasi
harus tersedia clan siap pakai.

(Dari berbagai sumber)

KONSEP DASAR ORAL TRUSH

A. DEFINISI
Oral trush adalah kandidiasis membran mukosa mulut bayi yang ditandai dengan munculnya
bercak-bercak keputihan yang membentuk plak-plak berkeping di mulut menyerupai gumpalan
susu yang dapat dikelupas, ulkus dangkal, demam karena adanya iritasi gastro interstinal.
Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi
kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering pasien yang telah
menjalani pengobatan dengan antibiotik.
B. ETIOLOGI
Biasanya merupakan infeksi yang disebabkan oleh sejenisnya jamur (candida albican)
yang merupakan organisme penghuni kulit dan mukosa mulut, vagina dan saluran cerna. Pada
umumnya oral trush disebabkan oleh jamur candida albicans yang ditularkan melalui vagina
ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu
dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar.
Oral trush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat
saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika yang lama
dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral
trush dan diare, sehingga apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah satu tahun
akan mengakibatkan sariawan atau oral trush yang menetap.

C. KOMPLIKASI
Apabila oral trush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menyebabkan
kesukaran minum (menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan
makanan. Oral thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan
menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang
diare. Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama.

D. TANDA DAN GEJALA


1. Tampak bercak keputihan pada mulut,terutama lidah dan pipi bagian dalam, yang sulit
dibersihkan.
2. Anak kadang-kadang menolak untuk minum.
3. Mukosa mulut mengelupas..
4. Lesi multiple pada selaput lendir mulut sampai bibr memutih menyerupai koagulasi (bekuan)
susu yang melekat dan jika dihilangkan akan berdarah.
5. Kronis apabila lesi granulomatosa (luka benjolan kecil) yang menyerang sejak bayi sampai
anak-anak, menyerang kulit anak.
6. Gejala yang muncul adalah suhu badan meninggi sampai 40˚ Celcius.
7. Tak mau makan atau makan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus.
8. Bayi banyak mengeluarkan air liur lebih dari biasanya. Secara psikis, dia akan rewel.

E. PENATALAKSAAN
Oral trush pada umumnya bisa sembuh dengan sendirinya tetapi lebih baik jika diberikan
pengobatan dengan cara :
1. Bedakan dengan endapan susu pada mulut bayi.
2. Apabila sumber infeksi berasal dari ibu harus segera di obati dengan pemberian antibiotika
berspektrum luas.
3. Menjaga kebersihan dengan baik.
4. Bersihkan daerah mulut bayi setelah makan ataupun minum susu dengan air matang dan bersih.
5. Pada bayi yang minum susu dengan menggunakan botol, harus menggunakan teknik steril dalam
membersihkan susu sebelum digunakan.
6. Pemberian terapi pada bayi, yaitu :
a. 1 ml larutan nystatin (100.000) unit 4X per hari dengan interval setiap 6 jam.Larutan diberikan
dengan lembut dan hati2 agar tidak menyebar luas ke rongga mulut.
b. Gentian violet 3X per hari.

Menurut Ummu Kautsar (2010) terdiri dari 2 cara, yaitu :


1. Medik /pengobatan
Memberikan obat antijamur, misalnya :
a. Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole
dapat diberikan ke lesi setelah makan.
b. Nystatin : tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap
perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin
lain. Nistatin ini mengandung gula.

2. Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare.
Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu,
setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus)
sebelum dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan
hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak
memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan
disimpan kering, nanti ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih.
Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral
thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya,
untuk menghindari oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan
terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu
dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika
kebetulan ada bakteri di dalam mulut.
Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2
sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut.Apabila
oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan
mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan
setiap habis makan berikan air putih dan usahakan agar sering minum.
Berikan Health Education pada ibu pasien meliputi :
a. Memberitahu pada ibu bahwa oral trush merupakan hal yang lazim terjadi pada bayi.
b. Memberitahu pada ibu bahwa oral trush (warna putih pada bagian mulut bayi) disebabkan
karena hygene yang kurang.

c. Menjelaskan pada ibu cara mengatasi oral trush, yaitu dengan gentian violet 5% dengan
teratur dan jaga kebersihan mulut bayi.

Gambar oral trush :


DAFTAR PUSTAKA

Ladewig, Patricia. W, dkk. 2006. Buku Saku Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir.Jakarta: Buku
Kedokteran ECG.
Maryanti,Dwi, dkk.2011.Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita.Jakarta:Trans Info Media

Sudarti, Endang Khoirunnisa.2010.Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak


PERAWATAN TALI PUSAT

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

PENGERTIAN Memberikan perawatan tali pusat pada bayi dimulai hari 1 kelahiran sampai den
pusat lepas (puput)

TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi

KEBIJAKAN Mulai dilakukan pada bayi baru lahir sampai dengan tali pusat lepas (puput)

PETUGAS Perawat

PERALATAN 1. Kassa steril dalam tempatnya


2. Alkohol 70% pada tempatnya
3. Bengkok 1 buah
4. Perlak dan pengalas
PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
PELAKSANAAN 1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dil
C. Tahap Kerja
1. Pasang perlak dan pengalas disamping kanan bayi
2. Bersihkan tali pusat dengan kassa Alkohol 70%
3. Bila tali pusat masih basah, bersihkan dari arah ujung ke pangkal
4. Bila tali pusat sudah kering, bersihkan dari arah pangkal ke ujung
5. Setelah selesai, pakaian bayi dikenakan kembali. Sebaiknya bayi
boleh dipakaikan gurita karena akan membuat lembab daerah tali pusat s
kuman/bakteri tumbuh subur dan akhirnya menghambat penyembuhan. T
juga harus dilihat kebiasaan orang tua/ibu (personal hygiene)
D. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Balita.Yogyakarta:Nuha Medika
Wahyuni, Sari. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita: Penuntun Belajar Praktik Klinik. Jakarta:
Buku Kedokteran ECG.

Nur Wafi Muslihatun. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya

http://storehousegue.blogspot.com/2013/05/makalah-bbl-bermasalah-oral-trush-dan.html
Nanny Lia Dewi,vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita.Jakarta: Salemba Medika

SOP PERAWATAN TALI PUSAT


I WAYAN SUSANDIARTA

STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

3 Apr 2014

Belum ada komentar

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Infeksi Tali Pusat


Tali pusat adalah bagian yang sangat penting bagi kehidupan janin, oleh karena melalui
alat ini janin dengan mudah mendapatkan oksigen dan makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangannya serta mengeluarkan karbondioksida dan bahan yang
diperlukan. (A. H. Markum,1991). Sumber yang lain, tali pusat adalah suatu bagian yang
merentang dari pusat janin ke URI bagian permukaan janin, panjangnya rata-rata 50-55 cm,
sebesar jari. Terdiri dari 2 arteri umbilicalis dan 1 versa umbilicalis serta jelly wherton.
(Rustam Mochtar, 1998)
Tali pusat merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan pada bayi yang baru
lahir. Bayi yang baru lahir kurang lebih dua menit akan segera di potong tali pusatnya kira-
kira dua sampai tiga sentimeter yang hanya tinggal pada pangkal pusat (umbilicus), dan sisa
potongan inilah yang sering terinfeksi Staphylococcus aereus,pada ujung tali pusat akan
mengeluarkan nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat akan memerah dan disertai edema
(Musbikin, 2005).
Pada keadaan infeksi berat, infeksi dapat menjalar hingga ke hati (hepar) melalui
ligamentum (falsiforme) dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan
menahun dapat terjadi granuloma pada ocalti (Prawirohardjo, 2007). Infeksi tali pusat adalah
suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh clostridium tetani dengan tanda utama
kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran (Mieke, 2006).

2.2 Faktor-faktor penyebab infeksi tali pusat


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir
adalah sebagai berikut :
a. Faktor kuman
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal
kehidupanhampir semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan.
Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran
cerna terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap
dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat
memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air
mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat proses
pengeringan tali pusat. Dan masih banyak penyebab lain yang dapat memperbesar peluang
terjadinya infeksi pada tali pusat seperti penolong persalinan yang kurang menjaga
kebersihan terutama pada alat-alat yang digunakan pada saat menolong persalinan dan
khususnya pada saat pemotongan tali pusat. Biasakan mencuci tangan untuk pencegahan
terjadinya infeksi (Danuatmadja, 2008).
b.Proses persalinan
Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis, terjadi
pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat
antiseptik. Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang
berlaku di masyarakat.
c. Faktor tradisi
Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku di
sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-ramuan atau serbuk-
serbuk yang dipercaya membantu mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada
yang mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang
seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan
tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus
neonatorum ini cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah
persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal dunia (Mieke, 2006).

2.3 Klasifikasi
a. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di sekitar tali pusat
kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah kurang dari 1 cm di sekitar pangkal tali
pusat lokal atau terbatas.
b. Infeksi tali pusat berat atau meluas
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm atau kulit di
sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi mengalami pembengkakan perut,
disebut sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.

2.4 Tanda dan gejala infeksi tali pusat.


Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh orang tua baru adalah apabila timbul bau
menyengat dan terdapat cairan berwarna merah darah atau oca juga berbentuk nanah di sisa
tali pusat bayi. Hal tersebut menandakan sisa tali pusat mengalami infeksi, lekas bawa bayi
ke klinik atau rumah sakit, karena apabila infeksi telah merambat ke perut bayi, akan
menimbulkan gangguan serius pada bayi (Febrina, 2009) .
Manifestasi kebanyakan infeksi staphylococcus pada ocalt adalah tidak spesifik,
bakteremia tanpa kerusakan jaringan setempat dikaitkan dengan berbagai tanda, berkisar dari
yang ringan sampai dengan keadaan yang berat. Distress pernafasan, apnea, bradikardia,
abnormalitas saluran cerna, masalah termoregulasi, adanya perfusi yang buruk, dan disfungsi
serebral merupakan hal umum. Infeksi spesifik yang disebabkan olehstaphylococcus
aereus meliputi pneumonia, efusi pleural, meningitis, endokarditis, omfalitis, abses, dan
osteomielitis (Susan Kelin, 2009).
Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya akan mengeluarkan
nanah dan pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan terlihat merah dan dapat disertai
dengan edema. Pada keadaan yang berat infeksi dapat menjalar ke hati (hepar)
melalui ligamentum falsiforme dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan
menahun dapat terjadi granuloma pada umbilikus(Prawirohardjo, 2007).
Jika tali pusat bayi bernanah atau bertambah bau, berwarna merah, panas, bengkak,
dan ada area lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran uang logam seratus rupiah, ini
merupakan tanda infeksi tali pusat (Sean, 2009).

2.5 Komplikasi pada infeksi tali pusat


 Terjadi kenaikan suhu badan / febris
 Menurunnya nafsu makan
 Sulit tidur
 Demam tinggi
 Trombosit vena porta
 Abses hepar
 Syok septic
 Tetanus neomatorum
 Kematian
2.6 Pencegahan dan penanganan infeksi tali pusat
a.Pencegahan
Untuk pencegahan awal tetanus dapat diberikan pada calon pengantin dengan harapan
bila setelah menikah dan hamil tubuhnya sudah punya antitoksin tetanus yang akan ditransfer
ke janin melalui plasenta. Seorang wanita yang sudah diimunisasi tetanus 2 kali dengan
interval 4-6 minggu diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama tiga tahun
imunisasi TT diberikan juga pada ibu hamil, diberikan 2 kali pada trimester kedua dengan
interval waktu 4-6 minggu diharapkan dapat memberikan kekebalan selama tiga tahun
sehingga jika si ibu hamil kurun waktu tiga tahun itu tidak diberikan imunisasi TT atau satu
kali saja imunisasi sudah cukup (Erikania, 2007).
Agar tali pusat tidak terinfeksi, perlu dilakukan inspeksi tali pusat, klem dilepas, dan tali
pusat diikat dan dipotong dekat ocalti kurang dari 24 jam setelah bayi lahir. Ujung dari
potongan diberikan krim klorheksidin untuk mencegah infeksi pada tali pusat, dan tidak perlu
dibalut dengan kasa dan dapat hanya diberi pengikat tali pusat atau penjepit tali pusat yang
terbuat dari ocal (Penny, 2008).
Dalam keadaan normal, tali pusat akan lepas dengan sendirinya dalam waktu lima
sampai tujuh hari. Tapi dalam beberapa kasus oca sampai dua minggu bahkan lebih lama.
Selama belum pupus, tali pusat harus dirawat dengan baik. Agar tali pusat tidak infeksi,
basah, bernanah, dan berbau. Bersihkan tali pusat bayi dengan sabun saat memandikan bayi.
Keringkan dengan handuk lembut. Olesi dengan ocal 70%. Jangan pakai betadine, karena
yodium yang dikandung betadine dapat masuk ke peredaran darah bayi dan menyebabkan
gangguan pertumbuhan kelenjar gondok. Biarkan terbuka hingga kering, dapat dibungkus
dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi bedak, karena
dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman, termasuk kuman tetanus
(Wartamedika, 2006).
Untuk penggantian popok, sebaiknya popok yang telah basah segera diganti untuk
menghindari iritasi tali pusat, area tali pusat jangan ditutup dengan popok atau celana ocal
dan bila bayi menggunakan popok langsung pakai saja (Sean, 2009).
Pencegahan pada infeksi tali pusat dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang baik.
Jika di tempat perawatan bayi banyak penyebab infeksi dengan staphylococcus aereus maka
perawatan tali pusat dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Setelah tali pusat dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan tincture jodii.
2) Tangkai tali pusat / pangkal tali pusat dan kulit di sekeliling tali pusat dapat diolesi
dengantriple-dye (triple dye ini adalah campuran brilliant green 2,29 g, prylapine
bemisulfate 1,14 g, dan crystal violet 2,29 g yang dilarutkan dalam satu liter air), jika obat-
obat ini tidak ada dapat pula digantikan dengan merkurokrom.
3) Atau tali pusat cukup ditutupi dengan kasa steril dan diganti setiap hari (Prawirohardjo,
2007).
b. Penanganan
Infeksi pada bayi dapat merupakan penyakit yang berat dan sangat sulit diobati. Jika tali pusat
bayi terinfeksi oleh Staphylococcus aereus, sebagai pengobatan local dapat diberikan salep
yang mengandung neomisin dan basitrasin. Selain itu juga dapat diberikan salepgentamisin.
Jika terdapat granuloma, dapat pula dioleskan dengan larutan nitras argenti 3%
(Prawirohardjo, 2007).
1) Infeksi tali pusat local atau terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di sekitar tali pusat
kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah ≤ 1 cm di sekitar pangkal tali pusat local
atau terbatas. Cara penanganannya :
a. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat,
untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan.
b. Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik (misalnya klorheksidin atau iodium
povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih.
c. Olesi tali pusat pada daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya gentian
violet 0,5% atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah lagi pada
tali pusat. Anjurkan bayi melakukan ini kapan saja bila memungkinkan.
d. Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm, obati seperti infeksi
tali pusat berat atau meluas.
2) Infeksi tali pusat berat atau meluas
Jika kulit di sekitar tali pusat merah dan mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen,
obati sebagai tali pusat berat atau meluas. Cara penanganannya :
a. Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan sensivitasi.
b. Beri kloksasilin per oral selama 5 hari.
c. Jika terdapat pustule / lepuh kulit dan selaput ocal.
d. Cari tanda-tanda sepsis.
e. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat.
1.4.3 ANAK YANG LEMAH/LETARGIS, TIDAK
SADAR ATAU KEJANG
Anamnesis:

Tentukan apakah anak memiliki riwayat:

 Demam
 Cedera kepala
 Over dosis obat atau keracunan
 Kejang: Berapa lama? Apakah pernah kejang demam sebelumnya? Epilepsi?

Bila terjadi pada bayi kurang dari 1 minggu, pertimbangkan:

 Asfiksia pada waktu lahir


 Trauma lahir

Pemeriksaan:

Umum:

 Ikterus
 Telapak tangan sangat pucat
 Edema perifer
 Tingkat kesadaran
 Bercak merah/petekie

Kepala/Leher:

 Kuduk kaku
 Tanda trauma kepala atau cedera lainnya
 Ukuran pupil dan reaksi terhadap cahaya
 Ubun-ubun besar tegang atau cembung
 Postur yang tidak normal

Pemeriksaan Laboratorium:

Jika dicurigai meningitis dan anak tidak menunjukkan gejala peningkatan tekanan
intrakranial (pupil anisokor, spastik, paralisis ekstremitas atau tubuh, pernapasan yang tidak
teratur), lakukan pungsi lumbal.

Pada daerah malaria, siapkan apusan darah.

Jika anak tidak sadar, periksa kadar gula darah. Periksa tekanan darah dan lakukan
pemeriksaan urin mikroskopis jika memungkinkan.
Penting untuk mengetahui berapa lama anak tidak sadar dan nilai AVPU-nya (lihat bagian
1.2). Parameter keadaan koma ini harus dipantau terus-menerus. Pada bayi muda (kurang
dari 1 minggu), catat waktu antara lahir dan ketika terjadi ketidaksadaran.
Penyebab lain yang dapat menyebabkan keadaan lemah/letargis, tidak sadar atau kejang di
beberapa daerah adalah Japanese Encephalitis, Demam Berdarah Dengue dan Demam
Tifoid.

Tabel 3. Diagnosis banding pada anak dengan kondisi lemah/letargis, tidak sadar atau
kejang

DIAGNOSIS ATAU PENYEBAB


GEJALA DAN TANDA KLINIS
YANG MENDASARI

Sangat gelisah/iritabel
Meningitis a, b
Kuduk kaku atau ubun-ubun cembung

Pemeriksaan apusan darah positif parasit


Malaria Serebral (hanya pada malaria
anak yang terpajan Plasmodium Ikterus
Falsiparum; sering terjadi Anemia
musiman) Kejang
Hipoglikemi
Hipoglikemi (cari penyebab
misalnya malaria berat, dan Glukosa darah rendah; memberikan
obati penyebabnya untuk perbaikan dengan terapi glukosa.c
mencegah kejadian ulang)
Cedera kepala Ada gejala dan riwayat trauma kepala
Riwayat terpajan bahan beracun atau
Keracunan
overdosis obat
Syok (dapat menyebabkan
letargis atau hilangnya Perfusi yang jelek
kesadaran, namun jarang Denyut nadi cepat dan lemah
menyebabkan kejang)
Tekanan darah meningkat
Glomerulonefritis akut dengan Edema perifer atau wajah
ensefalopati Hematuri
Produksi urin menurun atau anuri
Kadar gula darah tinggi
Ketoasidosis Diabetikum Riwayat polidipsi dan poliuri
Pernapasan Kussmaul
Diagnosis banding untuk meningitis adalah ensefalitis, abses serebri atau
a meningitis TB. Jika penyakit ini umum terjadi di wilayah saudara, lihat buku
pedoman standar pediatri untuk panduan lebih lanjut.
Pungsi lumbal jangan dilakukan jika terdapat tanda peningkatan tekanan
intrakranial (lihat bagian 6.5 dan lampiran 1.4). Pungsi lumbal positif bila CSF
b tampak keruh. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan adanya leukosit (>100

sel polimorfonuklear per ml). Jika mungkin, lakukan uji penghitungan sel. Jika ini
tidak memungkinkan, keadaan CSF yang keruh sudah dianggap positif.
Konfirmasi keadaan ini dapat dilihat dari glukosa CSF yang rendah (> 1.5
mmol/liter), protein CSF tinggi (> 0.4 g/liter), ditemukan adanya kuman dari
pengecatan Gram atau kultur jika tersedia fasilitas.
c
Glukosa darah yang rendah adalah < 2.5 mmol/liter (< 45 mg/dl), atau < 3.0
mmol/liter (< 54 mg/dl)
pada anak dengan gizi buruk.

Tabel 4. Diagnosis banding pada bayi muda (kurang dari 2 bulan) yang mengalami lemah/letargis,
tidak sadar atau kejang

DIAGNOSIS ATAU PENYEBAB


GEJALA DAN TANDA KLINIS
YANG MENDASARI

Asfiksia pada waktu lahir


Ensefalopati hipoksi iskemik Terjadi dalam 3 hari pertama kehidupan
(HIE) Riwayat persalinan sulit
Trauma lahir

Terjadi dalam 3 hari pertama kehidupan


Perdarahan intrakranial
pada BBLR atau bayi kurang bulan
Terjadi dalam 3 hari pertama kehidupan
Penyakit hemolitik pada bayi Ikterus
baru lahir, kern-ikterus Pucat
Infeksi bakterial yang berat
Terjadi pada usia 3 – 14 hari
Bayi rewel
Kesulitan menyusu
Tetanus neonatorum
Mulut mencucu/trismus
Otot-otot mengalami kekakuan
Kejang
Lemah/letargis
Episode apnu
Meningitis Kejang
Tangisan melengking
Ubun-ubun besar tegang/cembung
Sepsis Demam atau hipotermi
Syok
Sakit berat tanpa sebab yang jelas

Anda mungkin juga menyukai