Anda di halaman 1dari 3

Presiden Joko Widodo membahas soal ego sektoral antar lembaga negara baik pusat dan

daerah yang sampai saat ini masih terjadi. Contoh nya pada kasus ada nya ego antar
lembaga kementrian di Suku Bajo  , Suku Bajo Hidup di atas air. Dari pihak Kementrian
kelautan dan Perikanan (KKP) merasa masih hak milik KKP, sedangkan dari Kementrian
Lingkungan Hidup dan kehutanan (KLHK) juga merasa masih hak milik KLHK karena disitu
ada koral, ada terumbu . Selain itu persoalan penerbitan sertifikat tanah, Beliau mengatakan
masyarakat sulit mendapatkan sertifikat tanah karena pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota tidak terintegrasi. Pak Jokowi mengingatkan , ketika ada ego sektoral
persoalan masyarakat yang sudah ada dan membutuhkan solusi tidak akan
diselesaikan.Sehingga beliau mengapresiasi pertemuan GTRA agar mendapat mendukung
integrasi antar instansi pemerintag dalam menyelesaikan persoalan lahan masyarakat.
Dalam kasus-kasus tersebut semua instansi sangat berperan dalam memecahkan solusi yang
dibutuhkan masyarakat. Jikalau hanya mementingkan instansi atau sektor tertentu saja tidak
akan menemukan solusi yang tepat. Sebagai pelayan publik instansi harus mementingkan
kebutuhan masyarakat akan tetapi juga tetap memepertimbangkan dampak positif dan
negatifnya bagi masyarakat ataupun bagi pemerintahan. Disini Pak Jokowi sangat berperan
dalam  memberikan solusi dengan mengapresiai pertemuan GTRA agar menemukan titik
temu yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang terjadi sehingga tidak ada pihak yang
merasa dirugikan setelah adanya keputusan atas dasar kesepakatan bersama.
Dari kasus tersebut dapat disimpulkan isu/ masalah yang terjadi yaitu belum adanya
integritas antar instansi pemerintah dalam menyelesaiakn persoalan lahan masyarakat.

2. 
Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai dasar PNS, dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap institusi yang terlibat berdasarkan kasus
tersebut
Jawaban : Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota tidak bekerja secara terintegrasi.
Hal ini sudah jelas tidak menerapkan nilai-nilai Ber-AKHLAK dalam menjalankan tugasnya.
1)  Berorientasi Pelayanan
Tindakan yang dilakukan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota tersebut karena
dalam melaksanakan tugasnya tidak menerapkan nilai berorientasi pelayanan.
Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota tidak memberikan pelayanan yang
berkualitas dan tidak dapat diandalkan dalam melaksanakan tugasnya. Pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat menjadi tidak maksimal sehingga kepuasaan masyarakat
teradap kinerja PNS juga menurun
2)  Akuntabel
Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota tidak menerapkan nilai Akuntabel dalam
melaksanakan tugasnya.
Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota tersebut tidak melakukan tugasnya dengan
bertanggung jawab, masih mementingkan ego masing-masing
3) Kompeten
Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota yang melakukan pekerjaannya dengan selalu
memberikan kinerja terbaiknya tidak akan terjadi ego sektoral. Pemerintah pusat, provinsi,
dan kabupaten/kota tersebut berarti tidak berkompeten untuk melaksanakan tugas di
bidangnya. Karena Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak berkompeten
ini tugas yang dihasilkan juga menjadi tidak maksimal.
4)  Harmonis
Ego sektoral antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota ini mencerminkan bahwa
mereka tidak peduli terhadap dampak yang diakibatkan oleh perilaku tersebut terhadap
instansi tempat mereka bertugas dan masyarakat. Tindakan ini akan menciptakan suasana
kerja yang tidak menyenangkan. Dan citra PNS di masyarakat juga akan menjadi buruk
5)  Loyal
Ego sektoral antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota ini menjadi bukti bahwa
mereka tidak berkomitmen terhadap pekerjaannya. PNS diangkat untuk mengabdi kepada
Negara untuk memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat. Hal ini yang akhirnya
merubah tujuan awal PNS dari mengabdi kepada masyarakat menjadi mengabdi kepada
kekuasaan. Dedikasi PNS dalam ini menjadi pertanyaan karena mereka menjadi tidak mau
bekerja lebih keras untuk terwujudnya tujuan organisasinya.
6)    Adaptif
Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota mengutamakan ego sektoral karena mereka
takut dan tidak bisa beradaptasi dengan perubahan yang ada. Pemerintah pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota ini cenderung memiliki sifat pasif dan tidak proaktif dalam melakukan
tugasnya karena tidak antusias terhapat perubahan yang terjadi.
7)    Kolaboratif
Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota yang mengutamakan ego sektoral tidak
bersifat terbuka terhadap rekan kerjanya untuk bekerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan
sehingga bukannya menimbulkan nilai tambah justru kerugian bagi Instansi dan Negara.
Pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota dalam hal ini tidak mencerminkaan
penerapan Manajemen ASN dan Smart Governance dengan baik. Mereka berperilaku tidak
sesuai kode etik dan nilai dasar seorang ASN yang ada di dalam Undang Undang Republik
Indonesia No. 5 Tahun 2014. Disini peran instansi sebagai pelayan publik belum dilakukan
dengan penuh sungguh-sungguh dan kurang berintegritas. dan peran ASN sebagai perekat
dan pemersatu bangsa kurang karena dapat menimbulkan perpecahan antar individu ataupun
antar lintas sektor.
 Dampak tidak diterapkannya nilai -nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan
dan peran PNS dalam NKRI berdasarkan kasus tersebut yaitu dapat menimbulkan perpecahan
diantara instansi-instansi pemerintah atau pun masyarakat, masyarakat tidak mendapatkan
pelayanan yang berkualitas dari instansi pemerintah, menimbulkan perdebatan antar
masyarakat dan pemerintah sehingga hilangnya keharmonisan,

Gagasan Alternatif pemecahan masalah berdasarkan kasusu tersebut yaitu :


1. Menanamkan kesadaran pada diri setiap PNS/ASn bahwa tugas pokok Pns/ASn adalah
sebagai pelayan publik yang melayani seluruh masyarakat
2. Menginternalisasikan kembali nilai bela negara (sadar berbangsa dan bernegara)
berintegrasi tinggi, setia pada pancasila, UUD 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah, serta
mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi
3. Mensosialisasikan kembali Nilai-nilai berAkhlak
4. Mengadakan pelatihan atau kegiatan-kegiatan untuk membangun rasa nasionalisme dan
jiwa anti korupsi
5. Meningkatkan pelayanan publik yang terintegrasi dari setiap bagian aggar dapat menutup
celah birokrasi yang panjang dan rawan korupsi.
6. Menetapkan reward dan punishment untuk kinerja pegawai dengan begitu pegawai akan
memiliki kesadaran bahwa semua yang dilakukan akan menentukan bagaimana jenjang karier
kedepannya.
7. Melakukan monitoring dan Evaluasi pegawai secara berkala untuk mendapatkan hasil yang
terpantau.

Anda mungkin juga menyukai