Anda di halaman 1dari 6

ADPU4440

NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM
(THE) UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/22.1 (2021.2)

Administrasi Pemerintahan Daerah


ADPU4440
No. Soal Skor
1 Banyak studi empiris yang menyatakan bahwa dengan adanya desentralisasi maka kontrol 25
terhadap korupsi akan lebih baik. Namun bukan berarti dengan desentralisasi maka korupsi akan
hilang. Dengan adanya desentralisasi maka korupsi di pusat yang jumlahnya sangat besar akan
menurun namun sebaliknya korupsi di daerah yang jumlah keci-kecil (petty corruption) akan
menjadi banyak. Hal demikian dapat di buktikan dengan banyaknya kepala daerah yang menjual
beli jabatan, seperti yang dimuat dalam BBC.COM pada 14 Desember 2018, Makin banyak
kepala daerah terkena OTT, pertanda korupsi makin parah?, selain itu di muat dalam kompas.id
pada 3 September 2021, oleh Nikolas Harbowo, Tak Hanya di Probolinggo, Korupsi Jual Beli
Jabatan Diduga Masif di Banyak Daerah. Praktik jual beli jabatan lazim terjadi di banyak daerah.
Kepala daerah yang ditangkap KPK hanyalah sebagian kecil yang didapati melakukan jual beli
jabatan.

Pertanyaan :
Dari uraian di atas terdapat beberapa permasalahan dalam pelaksanaan desentralisasi di
Indonesia, coba saudara lakukan analisa bagaimana penyelesaian masalah dalam pelaksanaan
desentralisasi di Indonesia!

Petunjuk :
- Pahami terlebih dahulu materi BMP mengenai konsep Desentralisasi
- Saudara lakukan analisa bagaimana penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan
desentralisasi di Indonesia berdasarkan poin-poin permasalahan di atas.

2 Ini permasalahan Sungai Citarum dari hulu ke hilir 25


Selama permasalahan sungai Citarum belum usai Bandung akan terus diterjang banjir.

Merdeka.com, Bandung - Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Yudha Mediawan
mengatakan, banjir yang menerjang wilayah Bandung ini tak lepas dari gambaran permasalahan
dari citarum hulu menuju hilir. "Harus dibenahi dari hulu ke hilir agar Bandung bebas banjir," ujar
Yudha kepada Merdeka Bandung saat ditemui dalam acara Seminar Solusi Penanggulangan
Banjir Citarum di Grand Royal Panghegar Hotel, Selasa (15/11).
oleh : astri agustina

Pertanyaan :
Melihat permasalahan banjir di Bandung Raya dan Cimahi atas meluapnya sungai Citarum dapat
kita simpulkan untuk penyelesaiannya tidak bisa diselesaikan oleh satu Pemerintah daerah saja,
namun harus adanya koordinasi dan kerjasama antar pemerintah daerah, Kerjasama Lintas
daerah ini seperti pemerintahan kota Bandung, kabupaten Bandung, kabupaten Bandung Barat,
dan Kota Cimahi.
Melihat permasalahan demikan, coba saudara Analisa dan jelaskan bagaimana peran Gubernur
Jawa Barat atas permasalahan banjir di Bandung Raya dan Cimahi atas meluapnya sungai
Citarum dan kerjasama apa yang dapat dilakukan oleh beberapa Pemerintahan daerah tersebut !

1 dari
ADPU4440

Petunjuk :
- Pahami terlebih dahulu materi BMP mengenai Peran Gubernur dan Bupati/Wali Kota dalam
Koordinasi Penyelenggaran Pemerintahan di Indonesia dan materi BMP mengenai
Kerjasama Antar Pemerintah Daerah.
- Saudara uraikan hasil analisa bagaimana peran gubernur Jawa Barat dalam permasalahan
banjir yang disebabkan karena meluapnya sungai citarum dan kerjasa seperti apa yang
semestinya Pemerintah daerah lakukan dalam penyelesaian permasalahan ini!

3 Buruknya Pengelolaan APBD: Belanja Banyak Habis Buat Gaji PNS 25

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, pengelolaan


anggaran oleh pemerintah daerah belum fokus untuk memperbaiki layanan dan menyelesaikan
prioritas kebutuhan daerah. Dalam bahan paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat
rapat kerja dengan Komisi XI DPR pekan lalu, disebut bahwa belanja APBD menjadi kurang
efektif dan produktif dalam membenahi pelayanan dan pelaksanaan pembangunan di daerah. Hal
itu tercermin dari catatan Kementerian Keuangan tahun 2019. "Jumlah program 29.623 dan
kegiatan 263.135 sangat banyak. Sehingga belanja APBD menjadi kurang efektif dan produktif
dalam membenahi pelayanan dan pelaksanaan pembangunan di daerah," tulis paparan
Kementerian Keuangan tersebut, dikutip Kamis (27/5/2021).
Selain itu, Kemenkeu juga mencatat belanja pegawai di daerah masih relatif tinggi, yakni Rp 385
triliun atau 32,4% dari total belanja APBD tahun 2019, sehingga menggerus porsi untuk belanja
publik yang produktif Kemenkeu juga mencatat jumlah PNS di daerah masih relatif tinggi dan
belum seimbang antara jumlah pegawai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan yang
minimal. Pada 2019 tercatat, jumlah PNS Daerah mencapai 3.266.858 orang. Standar tunjangan
kinerja dan honorarium bervariasi antar daerah dan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
standar pusat.
Di mana honorarium PNS di daerah lebih tinggi 16% - 30% dibandingkan dengan honorarium
PNS di pemerintah pusat. Uang harian perjalanan dinas pun lebih besar 50%. Sehingga belanja
tidak efisien dan produktif. Dari segi belanja infrastruktur publik, di daerah juga masih rendah.
Secara nasional, rata-rata belanja infrastruktur publik di daerah pada tahun anggaran 2019
mencapai Rp 137,3 triliun atau hanya mencakup 11,5% dari APBD. Porsi belanja infrastruktur
tersebut belum memadai dalam mendukung upaya perbaikan dan peningkatan sarana dan
prasarana layanan umum, serta mendorong perekonomian daerah untuk mencapai potensi
terbaiknya."Jika porsi belanja infrastruktur ditingkatkan sampai dengan 40%, dapat memberikan
tambahan belanja infrastruktur Rp 255,67 triliun atau secara total menjadi Rp 392,97 triliun," tulis
dalam paparan tersebut.

Pertanyaan :
Melihat permasalahan di atas, terdapat permasalahan mengenai kelemahan yang secara umum
dilakukan pemerintah daerah (Pemda) dalam mengelola anggarannya. Coba saudara analisa dan
jelaskan dalam pengelolaan anggaran di daerah hal apa yang seharusnya pemerintah daerah
lakukan!

Petunjuk :
- Pahami terlebih dahulu materi BMP mengenai Perencanaan keuangan daerah.
- Saudara lakukan analisa dan jelaskan dalam pengelolaan anggaran di daerah hal apa yang
seharusnya pemerintah daerah lakukan berdasarkan permasalahaan yang di jelaskan mentri
keuangan sri mulyani.

2 dari
ADPU4440

4 Dalam Buku Materi Pokok Administrasi Pemerintahan Daerah yang di terbitkan Universitas 25
Terbuka dalam modul pelayanan pemerintah daerah dijelaskan bahwa, Pelayanan Publik
berhubungan dengan pelayanan yang masuk kategori sektorpublik bukan sektor privat.
Pelayanan tersebut dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan BUMN/BUMD.
Ketiga komponen yang menangani sektor publik tersebut menyediakan layanan publik, seperti
kesehatan, pendidikan, keamanan, ketertiban, bantuan sosial, serta penyiaran (Jhon Wilson,
1993), dengan demikian, yang dimaksud pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh
negara dan perusahaan milik negara kepada masyrakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat. namun dilapangan tercatat bahwa terjadi
penurunan dalam pelayanan publik di indonesia pasca Pandemi Covid 19, hal demikaian di catat
oleh Ombudsman Republik Indonesia dalam ombudsman.go.id ( Buruk, Pelayanan Pemda paling
banyak di keluhkan ke Ombudsman) “Anggota Ombudsman Hery Susanto mengatakan bahwa
pengaduan maladministrasi di Ombudsman tahun 2021 didominasi mengenai penundaan
berlarut. Selain permasalahan tersebut penyimpangan prosedur, tidak memberikan pelayanan,
tidak kompeten, tidak patut dan berpihak juga jadi aduan yang banyak diterima Ombudsman.

Pertanyaan :
Melihat kasus dari tulisan di atas, dapat kita garisbawahi bahwa terjadi penurunan pelayanan
publik dimasa pandemi yang di cap masyarakat pelayanan publik sangat buruk. Melihat hal
demikian coba saudara analisa dan jelaskan atas permasalahan tersebut dan uraikan saran
optimalisasi apa yang pemerintah harus lakukan dan benahi mengenai pelayanan publik dimasa
pandemi.

Petunjuk :
- Pamahi terlebih dahulu materi BMP mengenai Pelayanan Publik
- Saudara lakukan analisa, mengenai buruknya pelayanan publik di Indonesia pasca Pandemi
Covid 19
- Analisa berdasarkan pemahaman saudara hal apa saja yang pemerintah harus lakukan dan
benahi mengenai pelayanan publik tersebut.

Skor Total 100

JAWABAN :

1. Dalam sistem desentralisasi, pemerintah pusat memberikan wewenang kepada pemerintah


daerah untuk menyelenggarakan pembangunan.
Meski memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah, pemerintah pusat tetap
memantau. Pada sistem desentralisasis lebih mengedepankan koordinasi daripada
komando. Bentuk penerapan mengenai sistem desentralisasi itu adalah otonomi daerah.
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Jadi kewenangan dan tanggung jawab jadi milik daerah itu
sendiri. Baik dari kebijakan, perencanaan, dan pendanaan.

Kelebihan desentralisasi
Sistem desentralisasi memiliki kelebihan dalam menjalankan pemerintahan.
Berikut kelebihan desentralisasi:
 Struktur organisasi merupakan pendelegasian wewenang dan memperingan
manajemen pemerintah pusat.
 Mengurangi bertumpuknya pekerjaan di pusat pemerintahan.
3 dari
ADPU4440

 Dalam menghadapi permasalahan yang mendesak, pemerintah daerah tidak perlu


menunggu instruksi dari pusat.
 Hubungan yang harmonis dan gairah kerja antara pemerintah pusat dan daerah
dapat ditingkatkan.
 Peningkatan efisiensi dalam segala hal, khususnya penyelenggara pemerintahan
baik pusat maupun daerah.
 Dapat mengurangi birokrasi dalam arti buruk karena keputusan dapat segera
dilaksanakan.

Kelemahan desentralisasi
 Sistem desentralisasi tidak hanya memiliki kelebihan, tapi juga kelemahan. Berikut
kelemahan desentralisasi:
 Keseimbangan dan keserasian tujuan dapat mudah terganggu.
 Desentralisasi dapat memunculkan sifat kedaerahan.
 Memerlukan banyak waktu untuk melakukan perundingan atau musyawarah.
 Memerlukan biaya besar.
 Besarnya organ pemerintahan, sehingga membuat struktur pemerintahan jadi
kompleks dan dikhawatirkan koordinasi tidak lancar.

Dalam buku Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Desentralisasi, demokratisasi, dan


Akuntabilitas Pemerintah Daerah  (2007) karya Syamsuddin Haris, desentralisasi merupakan
konsekuensi dari demokratisasi. Tujuannya adalah membangun good governance mulai dari
akar rumput politik

2. Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007, penanggulangan bencana bertujuan untuk:


 Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.
 Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.
 Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu,
terkoordinasi dan menyeluruh.
 Menghargai budaya lokal.
 Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.
 Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan kedermawanan.
 Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Siapa yang bertanggung jawab dalam penanggulangan bencana?


Menurut UU No. 24 Tahun 2007, pemerintah pusat dan pemerintah daerah menjadi
penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pemerintah pusat Pemerintah Pusat mempunyai tanggung jawab dan wewenang dalam
penanggulangan bencana.

Tanggung jawab pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana


Berikut ini tanggung jawab pemerintah dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
sesuai UU tersebut, meliputi:

 Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan


program pembangunan.
 Perlindungan masyarakat dari dampak bencana.
4 dari
ADPU4440

 Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana


secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum.
 Pemulihan kondisi dari dampak bencana.
 Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang memadai.
 Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai.
 Pemeliharaan arsip atau dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan dampak
bencana.

Wewenang pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana


Pemerintah pusat mempunyai wewenang dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana, meliputi:
 Penetapan kebijakan penanggulangan bencana selaras dengan kebijakan
pembangunan nasional.
 Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur kebijakan
penanggulangan bencana.
 Penetapan status dan tingkatan bencana nasional dan daerah.
 Penentuan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana dengan negara
lain, badan-badan atau pihak-pihak internasional lain.
 Perumusan kebijakan tentang penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai
sumber ancaman atau bahaya bencana.
 Perumusan kebijakan mencegah penguasaan dan pengurasan sumber daya alam
yang melebihi kemampuan alam untuk melakukan pemulihan.
 Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala
nasional.

Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab dan wewenang dalam penanggulangan
bencana.
 Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penanggulangan bencana
Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi:
Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana
sesuai dengan standar pelayanan minimum.
 Perlindungan masyarakat dari dampak bencana.
 Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan
program pembangunan.
 Pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) yang memadai.

Wewenang Pemerintah Daerah dalam penanggulangan bencana


Selain tanggung jawab, Pemerintah Daerah juga mempunyai wewenang dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana, meliputi:
 Penetapan kebijakan penanggulangan bencana pada wilayahnya selaras dengan
kebijakan pembangunan daerah.
 Pembuatan perencanaan pembangunan yang memasukkan unsur-unsur kebijakan
penanggulangan bencana.
 Pelaksanaan kebijakan kerja sama dalam penanggulangan bencana denga provinsi
dan atau kabupaten atau kota lain.
 Pengaturan penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau
bahaya bencana pada wilayahnya.
 Perumusan kebijakan pencegahan penguasaan dan pengurasan sumber daya alam
5 dari
ADPU4440

yang melebihi kemampuan alam pada wilayahnya.


 Pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang yang berskala
provinsi, kabupaten atau kota.

3. Di era reformasi pengelolaan keuangan daerah sudah mengalami berbagai perubahan


regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut merupakan rakaian bagaimana suatu
Pemerintah Daerah dapat menciptakan good governance dan clean goverment dengan
melakukan tata kelola pemerintahan dengan baik. Keberhasilan dari suatu pembangunan di
daerah tidak terlepas dari aspek pengelolaan keuangan daerah yang di kelola dengan
manajemen yang baik pula.

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,


pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah.

Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
13 Tahun 2013 pasal 3 meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum dan
struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan dan
penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan APBD, perubahan
APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah,
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan pengawasan pengelolaan
keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan keuangan BLUD. Pengelolaan
keuangan daerah harus dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

4. mengubah pelayanan birokrasi dari manual dan konvensional, menjadi otomatis dan digital.
Layanan birokrasi kita harus berbasis digital, pelayanan publik digital ini adalah bagian dari
program revolusi digital yang sebelumnya telah dicanangkan Menteri Hukum dan HAM,
Yasona Laoly, sejak tahun 2020. Reformasi digital dilakukan melalui akselerasi pemanfaatan
dukungan teknologi informasi, khususnya internet, secara intensif dan masif. layanan digital
ini merupakan bagian dari konsep e-government. Andap menjelaskan bahwa konsep e-
government secara teoretik dipahami sebagai upaya pemerintah untuk memiliki kinerja serta
menjalin hubungan dengan publik maupun swasta secara lebih baik. Hal ini sesuai dengan
prinsip good governance hingga menumbuhkan sebuah sistem yang lebih efisien, efektif,
responsif, transparan, dan akuntabel. pelayanan publik dalam prinsip good governance tidak
boleh berhenti. Dalam kondisi ancaman Covid-19, layanan birokrasi digital merupakan
sebuah solusi dan keniscayaan dalam mengoptimalkan pelayanan publik.

6 dari

Anda mungkin juga menyukai