Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENYESUAIAN KEBIJAKAN DAERAH TERKAIT


MANAJEMEN KINERJA APARATUR SIPIL NEGARA
DI MASA PANDEMI DI KOTA BONTANG

DISUSUN OLEH :

NAMA : AYU ALDIANA

NPP : 28.0907

KELAS : C-3

FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN


INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-

Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat

nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan

nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran,

sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah

sebagai tugas terstruktur dari mata kuliah Teknik Evaluasi Kinerja

Aparatur.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di

dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari

pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi

makalah yang lebih baik lagi.

Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini

penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bontang, 28 Januari 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menyatakan dengan resmi bahwa

Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi gIobaI, dan diumumkan secara

resmi oleh Presiden Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan, Terawan

Agus Putranto pada Senin TanggaI 2 Maret 2020 bahwa Covid-19 sudah

mewabah di Indonesia. Untuk itu Indonesia harus menghadapi dan

meminimalisir penyebaran virus tersebut. Banyaknya kebijakan derta

upaya yang dilakukan oleh pemerintah semata-mata untuk mencegah

penyebaran virus Covid-19 membuat para pekerja termasuk aparatur sipil

negara untuk tetap meIaksanakan pekerjaannya dari rumah atau Work

From Home (WFH).

Surat Edaran Nomor 19 Tahun 2020 tentang Penyesuaian Sistem

Kerja Aparatur Sipil Negara Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran

Covid-19 di Lingkungan Instansi Pemerintah di terbitkan oleh Kementerian

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI (Kemenpan

RB) berisi perpanjangan waktu WFH bagi aparatur sipil negara yang pada

awalnya hingga tanggaI 31 Maret 2020 diperpanjang hingga 21 April

2020. Perpanjangan tersebut menindaklanjuti penetapan oIeh Badan

Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait Status Darurat

Bencana Virus Corona yang diperpanjang pula hingga 29 Mei 2020. Hal
ini menuntut sistem pelayanan publik untuk dapat beradaptasi dengan

kondisi pandemi Covid-19

Pada hakikatnya, penyelenggaraan pelayanan publik adalah tentang

bagaimana menyejahterakan masyarakat dalam memberikan pelayanan.

Oleh itu, peIayanan tidak boleh berhenti, atau ditutup, bahkan dihilangkan

aksesnya meskipun ada kebijakan Work From Home (WFH). Karena ini

hanyaIah perubahan metode dalam menyelenggarakan peIayanan,

namun intinya adaIah tetap memberikan peIayanan kepada masyarakat

meskipun tidak semua penyelenggara dapat memaksimalkan

pekerjaannya dalam kondisi WFH ini meskipun dengan ledakan

penggunaan internet yang berkembang pesat.

Kebijakan Work From Home (WFH) bagi Aparatur Sipil Negara

diperbaharui dengan adanya pidato Presiden Joko Widodo yang telah

resmi mengeluarkan pernyataan tentang The New Normal (Tatanan

Normal Baru). Berbagai turunan muncul berupa peraturan dan Surat

Edaran dari masing-masing Provinsi, Gubernur Kalimantan Timur juga

menerbitkan Surat Edaran Nomor 065/3674/B.Org tentang aturan Sistem

Kerja Pegawai Negeri Sipil dalam tatanan normal baru. Penerbitan Surat

Edaran tersebut dimaksudkan sebagai pedoman daIam penyeIenggaraan

pemerintahan dan peIayanan publik dengan selalu memprioritaskan

kesehatan serta keselamatan bagi para Aparatur Sipil Negara di lingkup

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.


Menindaklanjuti Surat Edaran dari Gubernur Kalimantan Timur,

Pemerintah Kota Bontang juga menerbitkan Surat Edaran Wali Kota

Nomor 188.65/504/ORG/2020 tentang Penyesuaian Sistem Kerja

Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga Kontrak Daerah di Lingkungan

Pemerintah Kota Bontang sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-

19.

1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana penyesuaian kebijakan daerah terkait manajemen

kinerja Aparatur Spil Negara (ASN) di masa pandemic COVID-19

di Kota Bontang?

b. Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan kebijakan daerah

terkait manajemenn kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di masa

pandemi COVID-19 di Kota Bontang?

c. Apa upaya yang dilakuan Pemerintah untuk mengatasi faktor

penghambat pelaksanaan kebijakan daerah terkait manajemen

kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di masa pandemi COVID-19

di Kota Bontang?

1.3. Tujuan

a. Untuk mengetahui bagaimana penyesuaian kebijakan daerah

terkait manajemen kinerja Aparatur Spil Negara (ASN) di masa

pandemi COVID-19 di Kota Bontang?


b. Untuk mengetahui apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan

kebijakan daerah terkait manajemenn kinerja Aparatur Sipil Negara

(ASN) di masa pandemi COVID-19 di Kota Bontang?

c. Untuk mengetahui upaya apa yang dilakuan Pemerintah untuk

mengatasi faktor penghambat pelaksanaan kebijakan daerah

terkait manajemen kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di masa

pandemi COVID-19 di Kota Bontang?


BAB II

TINJAUAN TEORITIS DAN LEGALISTIK

2.1 Tinjauan Teoritis

1. Kebijakan

Istilah kebijakan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris

”Policy” yang dibedakan dari kata kebijaksanaan (Wisdom) maupun

kebajikan (virtues). Menurut Irfan Islamy (1999), kebijaksanaan berasal

dari kata ”Wisdom” adalah tindakan yang memerlukan pertimbangan-

pertimbangan yang lebih jauh dan mendalam. Sementara kebijakan

adalah tindakan mencakup aturan-aturan yang terdapat didalam suatu

kebijaksanaan. M.Solly Lubis (2007) mengatakan Wisdom dalam arti

kebijaksanaan atau kearifan adalah pemikiran/pertimbangan yang

mendalam untuk menjadi dasar (landasan) bagi perumusan kebijakan.

Kebijakan (policy) adalah seperangkat keputusan yang diambil oleh

pelaku-pelaku politik dalam rangka memilih tujuan dan cara untuk

pencapaian tujuan.

Penulis menyimpulkan mengenai pengertian kebijakan yaitu ”suatu

program kegiatan, nilai, taktik dan strategi yang dipilih oleh seorang atau

sekelompok orang dan dapat dilaksanakan serta berpengaruh terhadap

sejumlah besar orang dalam rangka mencapai tujuan tertentu”.

2. Sistem Kerja

16
J.C.Hinggins mengatakan bahwa sistem adalah seperangkat bagian-

bagian yang saling berhubungan. Sedangkan Edgar F Huse dan James L.

Mengatakan Bowdict Sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-

bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa

sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan

mempengaruhi keseluruhan.

Sedangkan sistem kerja adalah rangkaian tata kerja dan prosedur

kerja yang kemudian membentuk suatu kebulatan pola tertentu dalam

rangka melaksanakan suatu bidang pekerjaan. Menurut irawan (2010)

sistem kerja dalah serangkaian aktifitas yang dipadukan untuk

menghasilkan suatu benda atau jasa yang menghasilkan kepuasan

pelanggan atau keuntungan perusahaan.

Sistem kerja adalah serangkaian dari beberapa pekerjaan yang

berbeda kemudian dipadukan untuk menghasilkan suatu benda atau jasa

yang menghasilkan pelanggan atau keuntungan perusahaan/organisasi.

Sistem kerja melibatkan banyak faktor manusia dan adanya keterkaitan

pola kerja manusia dengan alat atau mesin, faktor-faktor yang

dikombinasikan antara manusia dan alat tersebut suatu prosedur atau

tahapan kerja yang sudah tetap dan di dokumentasikan sehingga

menghasilkan suatu sistem kerja yang konsisten dan dapat menghasilkan

hasil kerja yang berkualitas.

3. Penyelenggaraan Pelayanan Publik

16
Pelayanan publik menurut Ridwan dan Sudrajat (2009:19) merupakan

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara

terhadap masyarakatnya guna memenuhi kebutuhan dari masyarakat itu

sendiri dan memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Sedangkan menurut Moenir (2001: 13), pelayanan publik

adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur, dan metode

tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan

haknya. Adapun pendapat lain oleh Lewis dan Gilman (2005), bahwa

pelayanan publik adalah kepercayaan publik. Pelayanan publik

dilaksanakan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan ketentuan

dan peraturan yang ada. Nilai akuntabilitas pelayanan yang diberikan

dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat tentang

16
pelayanan yang diberikan. Pertanggung jawaban terhadap aspek yang

dilayani adalah bagian dari pemenuhan terhadap pelayanan publik untuk

menjunjung tinggi kepercayaan kepada masyarakat. Kepercayaan

masyarakat adalah dasar untuk mewujudkan tercapainya pemerintahan

yang baik.

Dari beberapa pernyataan yang dikemukaan oleh beberapa ahli

tersebut, penulis membuat kesimpulan yaitu pelayanan publik ialah proses

kegiatan pemberian layanan oleh aparatur pemerintah negara ataupun

daerah untuk memenuhi segala unsur kepentingan rakyat seperti

pelayanan administratif maupun jasa guna mencapai tujuan negara

dengan memberi kesejahteraan kepada masyarakat. Dalam memberi

pelayanan, sumber daya aparaturlah yang memiliki peran utama. Peran

utamanya sangat penting karena bersentuhan langsung kepada

masyarakat. Apabila aparatur dalam sebuah instansi kompeten, dapat

dipastikan pelayanan yang diberikan akan berjalan sebagaimana

mestinya. Pemberian layanan yang berkualitas pun berpengaruh kepada

aspek yang dilayaninya. Artinya, siapa yang memberikan pelayanan

sangat memengaruhi kualitas pelayanan.

4. Aparatur Sipil Negara

Faktor utama dalam suatu pemerintahan yang bertugas

menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat adalah sumber daya

manusia. Sumber daya yang di maksud ialah aparatur. Aparatur

merupakan roda penggerak pelayanan yang harus memiliki pengetahuan,

16
keahlian, sikap, kemampuan, serta keterampilan yang dapat bermanfaat

bagi masyarakat sebagai konsumen/penerima pelayanan.

Menurut Rudito, dkk ( 2016 : 22 ), “Aparatur Sipil Negara adalah

status yang mempunyai peran yang dapat dikategorikan sebagai peran

kunci dalam menyosialisasikan tujuan negara dengan satu budaya

nasional untuk menyinergikan budaya-budaya yang beraneka ini.

Pengertian lain menurut Sumihardjo ( 2012 : 16 ), “Pengertian umum

aparatur, lebih menyoroti kepada seorang pegawai pemerintahan serta

melakukan tugas pelayanan umum”.

Berdasarkan definisi dari para ahlli yang tercantum di atas, aparatur

adalah suatu komponen negara atau alat negara yang memiliki

kemampuan dan memiliki disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas-

tugas pelayanan kepada masyarakat yang meliputi ketatalaksanaan

kelembagaan dan kepegawaian agar tercapainya tujuan dari suatu

organisasi / pemerintah.

5. Pandemi COVID-19

World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa Corona

Virus Disease 2019 atau disebut dengan nama lain Covid-19 adalah

sebuah permasalahan yang menjadi perhatian masyarakat di seluruh

dunia. Sejak pertama kali diketahui dari pasien yang terinfeksi Covid-19 di

Wuhan, Provinsi Hubei, Cina pada 8 Desember 2019, kini virus ini telah

menyebar ke 216 negara. Adapun tanggapan dari Shangguan, Wang, dan

16
Sun (2020) bahwa pandemi Covid-19 ini tidak hanya mengancam

kesehatan manusia, namun juga telah memengaruhi kemerosotan

ekonomi dunia.

Situasi yang tidak menentu ini membuat Indonesia yang pada

awalnya memang memiliki perekonomian lebih lambat dibanding negara-

negara tetangga, semakin mengalami keterpurukan ekonomi. Hal ini

membuat peneliti berpikir cara untuk mengangkat Indonesia dari

keterpurukan ekonomi tersebut adalah dengan memperbaiki kualitas

pelayanan publik. Contohnya dengan mengoptimalkan pemanfaatan

teknologi, informasi, dan komunikasi agar masyarakat dapat memperoleh

haknya untuk tetap dilayani meskipun melalui layanan elektronik, hal ini

sejalan dengan keputusan pemerintah terkait new normal, dimana

masyarakat tetap dapat kembali bekerja, beribadah, dan beraktivitas

seperti biasanya namun sesuai dengan protokol-protokol kesehatan yang

telah disahkan oleh pemerintah.

2.2. Tinjauan Legalistik

2.2.1 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2019 tentang Penilaian

Kinerja Pegawai Negeri Sipil

Sistem Manajemen Kinerja sebagaimana Pasal 1:

(1) Sistem Manajemen Kinerja Pegawai Negeri Sipil adalah suatu


proses sistematis yang terdiri dari perencanaan kinerja;
pelaksanaan, pemantauan, dan pembinaan kinerja; penilaian
kinerja; tindak lanjut; dan sistem informasi kinerja.

Pasal 6:

16
(1) Sistem Manajemen Kinerja PNS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 terdiri atas:
a. perencanaan kinerja;
b. pelaksanaan, Pemantauan Kinerja, dan pembinaan kinerja;
c. penilaian kinerja;
d. tindak lanjut; dan
e. Sistem Informasi Kinerja PNS

16
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Kota Bontang

Kota Bontang merupakan salah satu kota di Provinsi Kalimantan

Timur yang terletak sekitar 120 km dari Kota Samarinda Ibukota Provinsi

Kalimantan Timur. Kota Bontang terletak diantara 0 001’ Lintang Utara –

0012’ Lintang Utara dan 117 028’ Bujur Timur dengan luas wilayah seluas

49.757 ha yang didominasi oleh lautan, yaitu seluas 34.977 ha (70,30%)

sedangkan wilayah daratannya hanya seluas 14.780 ha (29,70%).

Wilayah Kota Bontang terletak di bagian tengah wilayah Provinsi

Kalimantan Timur, berada di pesisir pantai timur. Batas wilayah Kota

Bontang sebagai berikut :

1. Batas Utara : Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai

Timur

2. Batas Timur : Selat Makassar

3. Batas Selatan : Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai

Kertanegara

4. Batas Barat : Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Kutai

Timur

Wilayah administratif Kota Bontang terdiri dari tiga Kecamatan yaitu

Kecamatan Bontang Utara, Kecamatan Bontang Barat, dan Kecamatan

16
Bontang Selatan. Kecamatan Bontang Utara terdiri dari 6 Kelurahan yaitu

Kelurahan Guntung, Kelurahan Loktuan, Kelurahan Gunung Elai,

Kelurahan Api-api, Kelurahan Bontang Baru, dan Kelurahan Bontang

Kuala. Kecamatan Bontang Selatan terdiri dari 6 Kelurahan yaitu

Kelurahan Satimpo, Kelurahan Tanjung Laut, Kelurahan Berbas Pantai,

Kelurahan Berbas Tengah, Kelurahan Tanjung Laut Indah dan Kelurahan

Bontang Lestari. Kecamatan Bontang Barat terdiri dari 3 Kelurahan yaitu

Kelurahan Belimbing, Kelurahan Gunung Telihan dan Kelurahan Kanaan.

3.2 Data Sebaran Kasus Covid-19 di Kota Bontang

Gambar 3.1

Laporan Harian Terkonfirmasi Covid-19 di Kota Bontang

28 Januari 2021

16
3.3. Sistem Kerja Aparatur Sipil Negara pada masa Pandemi Covid-19

di Kota Bontang

Wali Kota Bontang telah mengeluarkan kebijakan melalui Surat

Edaran Surat Edaran Wali Kota Nomor 188.65/504/ORG/2020 tentang

Penyesuaian Sistem Kerja Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga Kontrak

Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Bontang sebagai upaya

pencegahan penyebaran Covid-19.

Surat edaran tersebut berlaku beberapa ketentuan mengenai sistem

kerja ASN di Lingkungan Pemerintah Kota Bontang pada masa pandemic

Covid-19

3.4. Ketentuan

Dalam surat edaran Wali Kota terdapat hal-hal yang harus

diperhatikan oleh ASN untuk sistem kerjanya yaitu:

1. Pejabat Eselon 2 dan Eselon 3 melaksanakan tugas seperti

biasa.

2. 12 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tidak masuk dalam

kebijakan WFH, OPD tersebut akan tetap masuk bekerja dengan

tetap memperhatikan protokol kesehatan. Adapun 12 OPD

tersebut diantaranya adalah Dinas kesehatan, Satpol PP, Dinas

Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, Badan

16
Penanggulangan Bencana Daerah, Badan Pengelolaan Keuangan

dan Aset Daerah, Rumah Sakit Umum Daerah Taman Husada

dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik.

3. Selain dari 12 OPD yang dimaksud diatas, Wali Kota meminta

kepala OPD untuk mengatur jadwal kerja. Apabila terdapat tugas

yang mendesak, setiap PNS dan TKD yang melaksanakan WFH

dapat dipanggil ke kantor.

4. Selama WFH tidak ada ASN yang bepergian ke tempat umum dan

tempat hiburan kecuali dalam keadaan mendesak, seperti

memenuhi kebutuhan terkait kesehatan ataupun keselamatan dan

diwajibkan melapor kepada atasan langsung.

5. Wali Kota memerintahkan kepada semua aparatur pemerintah

kota Bontang untuk mengatur jadwal pelayanan kepada

masyarakat setiap harinya selama pemberlakuan WFH.

3.5 Kendala Pelaksanaan

1. Kurangnya kepedulian ASN terkait Covid-19.

ASN yang melaksanakan tugas di kantor masing-masing masih

banyak yang belum mematuhi protokol kesehatan. Seperti lupa

menggunakan masker, tidak menjaga jarak dengan rekan kerja

maupun masyarakat, serta malas mencuci tangan atau menggunakan

hand sanitizer.

2. Menurunnya tingkat kedisiplinan ASN

16
Sebagian ASN meremehkan perubahan sistem kerja dimasa

pandemic Covid-19. Contohnya seperti tidak melaksanakan

tugasnya saat mendapat jadwal WFH.

3.6 Upaya

1. Diadakannya sosialisasi tentang bahaya Covid-19.

Banyaknya ASN yang masih menyepelekan protocol kesehatan

disebabkan karna keterbatasan pengetahuannya tentang bahaya

Covid-19. Sebaiknya, pemerintah kota Bontang melakukan

sosialisasi berupa webinar atau semacamnya yang ditujukan

kepada ASN Kota Bontang untuk menambah wawasan serta

pengetahuan terkait bahaya Covid-19

2. Mempertegas sistematika kerja dan teknis pelayanan serta

penetapan sanksi administratif

selama tugas dinas yang dilaksanakan oleh ASN baik

bekerja di kantor maupun bekerja dari rumah. Adanya pandemi

Covid-19 dalam tatanan baru seharusnya tidak merubah

produktivitas kerja pegawai menjadi rendah. Hal ini dapat

dilakukan upaya preventif oleh pemerintah dengan mempertegas

aturan terkait teknis sistem kerja yang berlaku.

Adapun ASN yang belum tertib terhadap aturan maka

diperlukan Sanksi Administratif agar pegawai diberikan efek jera

agar ASN lebih disiplin dalam bekerja. Contohnya seperti ASN

yang keluyuran padahal sedang melaksanakan WFH, dapat

16
diberikan sanksi TPP ditiadakan, atau bagi honorer akan di stop

kontraknya agar tidak ada yang berani melanggar peraturan ini.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1.  Kesimpulan

Setelah memaparkan beberapa hal yang terkait dengan

penyesuaian kebijakan manajemen kinerja ASN di masa pandemi Covid-

19, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Pemerintah Kota Bontang menerbitkan Surat Edaran Wali Kota

Bontang Nomor 188.65/504/org/2020 tentang Penyesuaian Sistem

Kerja Aparatur Sipil Negara Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran

Corona Virus Disease (Covid-19) Bagi Pegawai di Lingkungan

Pemerintah Kota Bontang untuk menjamin berjalannya pelayanan

publik tetapi tetap mengedepankan kesehatan dan keamanan aparatur

pemberi pelayanan itu sendiri. Dalam hal ini, ASN diharapkan untuk

tetap melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan tetap

menerapkan protokol kesehatan

2. Tingkat Kesadaran ASN Kota Bontang masih terbilang rendah terhadap

bahaya Covid-19 karena masih ditemukan ASN yang bekerja di Kota

Bontang menerapkan protokol kesehatan.

3. Masih terdapat kendala dalam pelaksanaan kebijakan sistem kerja

maka diperlukan upaya oleh Pemerintah Kota Bontang untuk

mempertegas sistematika kerja dan teknis pelayanan selama tugas

dinas yang dilaksanakan oleh ASN baik bekerja di kantor maupun

16
bekerja dari rumah, pemberian sosialisasi terkait bahaya Covid-19

kepada ASN Kota Bontang, serta penetapan sanksi administratif yang

tegas bagi ASN yang melanggar peraturan tersebut.

4.2.  Saran

Pelaksanaan penetapan penyesuaian kebijakan mengenai sistem

kerja di masa pandemi hendaknya untuk dilaksanakan oleh semua pihak

yang terlibat dalam lingkungan Pemerintah Kota Bontang.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. file:///C:/Users/HP/Downloads/GameTheoryDibalikPenyesuaianKebijak

anPembelajarandiMasaPandemiCovid-19.pdf

2. https://www.ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--kebijakan-bekerja-dari-

rumah-dan-pelayanan-publik

3. https://www.google.com/search?safe=strict&sxsrf=ALeKk02XMhuuWFoGvZ

4. https://id.wiktionary.org/wiki/sistem_kerja

5. http://iwanirawanumc2009.blogspot.com/2010/10/definisi-sistem-kerja.html

6. http://eprints.umm.ac.id/47252/3/BAB%20II.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai