Anda di halaman 1dari 31

Tugas Mata Kuliah Otonomi Daerah

Mengembangkan Hubungan Pemerintah Desa dan BPD Yang Harmonis dan


Produktif.

Kelompok 8:
1. Naila Darojatil `Ulya (20221854)
2. Amor Surojo (20221859)
3. Aryadea Reza Fahlevi (20221889)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO
2023

i
DAFTAR ISI

Cover....................................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
PENGANTAR...................................................................................................................iv
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Permasalahan.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................3
LITERATURE REVIEW..................................................................................................3
2.1 Konsep Otonomi Daerah dan Hubungan Pemerintah Desa dan BPD.......................3
2.2 Tantangan dan Strategi Pengembangan Hubungan yang Harmonis dan Produktif
antara Pemerintah Desa dan BPD....................................................................................3
BAB III................................................................................................................................4
METODE............................................................................................................................4
3.1 Metode Penelitian................................................................................................4
3.2 Teknik Analisis Data............................................................................................4
BAB IV................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.................................................................................................................5
4.1 Pengertian Hubungan Pemerintah Desa dan BPD.....................................................5
A. Definisi Pemerintah Desa.....................................................................................5
B. Definisi BPD........................................................................................................5
C. Peran Fungsi Pemerintah Desa dan BPD.............................................................5
4.2 Kendala dalam Hubungan Pemerintah Desa dan BPD........................................6
A. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan Pemerintah Desa dan BPD..........6
B. Mekanisme Kerja Sama Antara Kepala Desa Dan Badan Permusyawaratan
Desa..............................................................................................................................7
C. Peran Kepala Desa Dalam Memperkuat Hubungan Pemerintah Desa Dan BPD9
D. Komunikasi Yang Efektif Dalam Memperkuat Hubungan Yang Harmonis
Antara Pemerintah Desa dan BPD...............................................................................9
F. Penyelesaian Apabila Terjadi Konflik Dalam Memperkuat Hubungan Yang
Harmonis Antara Pemerintah Desa dan BPD............................................................12
BAB V................................................................................................................................13

ii
KESIMPULAN.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15

iii
PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan artikel ini
dengan baik. Artikel ini berjudul "Mengembangkan Hubungan Pemerintah
Desa dan BPD Yang Harmonis dan Produktif" yang membahas tentang
bagaimana mengembangkan hubungan yang harmonis dan produktif antara
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di era otonomi daerah.
Penulis menyadari bahwa pembuatan artikel ini tidak mungkin terwujud
tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pembimbing
dan rekan-rekan yang telah memberikan dukungan, saran, dan masukan dalam
pembuatan artikel ini.
Dalam era otonomi daerah, Pemerintah Desa dan BPD memiliki peran
yang sangat penting dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat di desa. Namun, masih banyak kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam menjalin hubungan yang harmonis dan produktif antara keduanya. Oleh
karena itu, artikel ini bertujuan untuk memberikan solusi dan rekomendasi bagi
pengembangan hubungan Pemerintah Desa dan BPD yang lebih harmonis dan
produktif.
Penulis menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan pengembangan artikel
selanjutnya. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat dan menjadi bahan
referensi yang berguna bagi para pembaca yang tertarik untuk mengembangkan
hubungan Pemerintah Desa dan BPD yang harmonis dan produktif.

Ponorogo, 14 Maret 2023


Penyusun,

iv
(Tim Penyusun)

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia mengalami perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menuju


desentralistik pada tahun 1999 melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan tersebut membawa dampak positif pada
kemajuan pembangunan di daerah, sekaligus memberikan kesempatan bagi
masyarakat setempat untuk lebih terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan
pemerintahan di daerahnya masing-masing.
Otonomi daerah memberikan hak dan kewenangan yang lebih luas kepada
pemerintah daerah, termasuk Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), untuk mengelola urusan pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya.
Pemerintah Desa dan BPD memiliki peran penting dalam mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat di desa.
Namun, dalam praktiknya masih banyak kendala dan hambatan yang dihadapi
oleh Pemerintah Desa dan BPD dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Salah
satu kendala yang sering terjadi adalah hubungan yang kurang harmonis dan
produktif antara keduanya. Dalam banyak kasus, Pemerintah Desa dan BPD
terkesan saling mendikte dan memperlihatkan sikap yang tidak harmonis dalam
menjalankan tugasnya.
Untuk itu, diperlukan langkah-langkah strategis dan terukur untuk
meningkatkan hubungan yang harmonis dan produktif antara Pemerintah Desa
dan BPD. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas
mengenai otonomi daerah dan peran Pemerintah Desa serta BPD dalam
pembangunan di desa, serta memberikan solusi dan rekomendasi bagi
pengembangan hubungan Pemerintah Desa dan BPD yang lebih harmonis dan
produktif. Dengan demikian, diharapkan artikel ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca dalam mengembangkan hubungan yang harmonis dan produktif
antara Pemerintah Desa dan BPD di desa.

1
1.2 Permasalahan

1. Adanya ketidakjelasan dalam pembagian tugas dan kewenangan antara


Pemerintah Desa dan BPD sehingga terjadi tumpang tindih dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya.
2. Kurangnya pemahaman masyarakat dan Pemerintah Desa mengenai peran
dan fungsi BPD dalam pembangunan dan pengelolaan pemerintahan desa.
3. Terbatasnya sumber daya manusia dan dana yang dimiliki oleh Pemerintah
Desa dan BPD sehingga sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan yang diharapkan.
4. Adanya kepentingan politik dan ekonomi yang seringkali mempengaruhi
hubungan antara Pemerintah Desa dan BPD sehingga sulit untuk mencapai
tujuan pembangunan yang seharusnya.
5. Kurangnya keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
dan pembangunan sehingga program pembangunan yang dilakukan tidak
tepat sasaran dan kurang efektif.
Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi fokus dalam artikel untuk
mengembangkan hubungan Pemerintah Desa dan BPD yang lebih harmonis dan
produktif sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang
diharapkan.
1.3 Tujuan

1. Menjelaskan konsep otonomi daerah dan pentingnya hubungan harmonis dan


produktif antara Pemerintah Desa dan BPD dalam konteks otonomi daerah.

2. Menyajikan informasi tentang permasalahan dan tantangan yang dihadapi


dalam mengembangkan hubungan harmonis dan produktif antara Pemerintah
Desa dan BPD di era otonomi daerah.

3. Memberikan solusi dan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan dan


tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan hubungan harmonis dan
produktif antara Pemerintah Desa dan BPD.

2
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama di tingkat desa, tentang
pentingnya hubungan harmonis dan produktif antara Pemerintah Desa dan
BPD dalam konteks otonomi daerah.

5. Memberikan masukan bagi pihak terkait, termasuk pemerintah, BPD, dan


masyarakat, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
pembangunan di tingkat desa.

Dengan tujuan tersebut, diharapkan artikel ini dapat memberikan kontribusi


positif dalam pengembangan hubungan harmonis dan produktif antara Pemerintah
Desa dan BPD di era otonomi daerah, serta meningkatkan kualitas pelayanan
publik dan pembangunan di tingkat desa.

BAB II

LITERATURE REVIEW

2.1 Konsep Otonomi Daerah dan Hubungan Pemerintah Desa dan BPD

Otonomi daerah didefinisikan sebagai kewenangan dan tanggung jawab


untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diberikan
oleh pemerintah pusat kepada daerah. Hubungan antara Pemerintah Desa dan
BPD menjadi salah satu aspek penting dalam pelaksanaan otonomi daerah, karena
keduanya memiliki peran penting dalam pemerintahan di tingkat desa. Pemerintah
Desa bertanggung jawab dalam mengatur dan mengelola sumber daya dan
kebijakan di tingkat desa, sedangkan BPD memiliki peran penting dalam
memperkuat partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan.
2.2 Tantangan dan Strategi Pengembangan Hubungan yang Harmonis dan
Produktif antara Pemerintah Desa dan BPD

Meskipun Pemerintah Desa dan BPD memiliki peran penting dalam


pelaksanaan otonomi daerah, namun seringkali terjadi perbedaan pandangan,
kepentingan, dan kekuasaan antara keduanya yang menyebabkan konflik dan
ketidakharmonisan. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan
hubungan yang harmonis dan produktif antara Pemerintah Desa dan BPD adalah
kurangnya partisipasi masyarakat, keterbatasan anggaran, dan kurangnya
kapasitas SDM. Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa strategi yang dapat
diterapkan adalah pelibatan aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan,

3
penggunaan teknologi informasi dalam mengelola sumber daya dan kebijakan,
serta peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan dan pendidikan. Dengan
menerapkan strategi-strategi tersebut, diharapkan hubungan antara Pemerintah
Desa dan BPD dapat dikembangkan dengan harmonis dan produktif untuk
mewujudkan otonomi daerah yang lebih efektif dan berkelanjutan.

BAB III

METODE

3.1 Metode Penelitian

1. Studi Literatur
Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur atau pustaka dengan
melakukan pencarian dan analisis terhadap jurnal, buku, dan dokumen terkait.
Data dianalisis menggunakan teknik analisis isi untuk menemukan tema dan
konsep-konsep terkait hubungan pemerintah desa dan BPD yang harmonis dan
produktif.
2. Pendekatan Kualitatif
Penulis mengambil pendekatan kualitatif untuk memperoleh pemahaman
mendalam tentang dinamika hubungan antara pemerintah desa dan BPD. Data
yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber literatur
seperti jurnal, buku, dan dokumen terkait.
3.2 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam artikel ini adalah analisis isi. Setelah
data terkumpul melalui studi literatur, penulis melakukan proses pengumpulan,
pemilihan, dan penyaringan data untuk menemukan tema dan konsep-konsep yang
terkait dengan hubungan pemerintah desa dan BPD yang harmonis dan produktif.
Selanjutnya, penulis melakukan analisis isi terhadap data yang terpilih untuk
menemukan pola-pola dan makna yang terkandung dalam data tersebut.

4
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Hubungan Pemerintah Desa dan BPD

A. Definisi Pemerintah Desa

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain,
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa secara eksplisit memberikan
tugas pada pemerintah desa yaitu penyelenggara pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat yang
berdasarkan Pancasila, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan tujuan dasar untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. (Sugiman,
2018)
B. Definisi BPD

BPD adalah lembaga yang merupakan wujud demokrasi dalam pelaksanaan


Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. BPD
berfungsi untuk menetapkan Peraturan Desa dengan kepala desa, dan untuk
mengakomodasi dan menyalurkan aspirasi masyarakat. BPD diharapkan bisa
menjadi institusi yang mengendalikan berbagai tugas pemerintahan kepala desa,
serta melaksanakan amanat dan pelaksanaan kebijakan di desa. Kedudukan BPD
yang sudah berubah dan masuknya dana desa mengharuskan BPD untuk lebih jeli
dalam mengontrol laju pemerintahan desa. Kesimpulannya bahwa model peran
BPD dalam penyelenggaraan Pemerintahan desa diawali dengan melakukan
penyerapan aspirasi masyarakat melalui beberapa cara seperti forum selapanan,
forum Pamapami, pertemuan RT, rapat internal, koordinasi rutin dengan Pemdes.
Mengingat bahwa BPD bukan lagi sebagai unsur Pemerintah Desa maka Peran
BPD lebih hanya sebagai jembatan penyalur aspirasi masyarakat. Kendali BPD
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa ada pada wewenang BPD untuk
menyepakati Peraturan Desa. (Pamuji K, 2017)
C. Peran Fungsi Pemerintah Desa dan BPD

Peran dan fungsi pemerintah desa adalah sebagai berikut:

5
1. Membantu pemerintah desa dalam penyusunan kebijakan pembangunan
desa
2. Memberikan masukan dan saran kepada pemerintah desa dalam
penyusunan peraturan desa (Perdes)
3. Menampung aspirasi dan keluhan masyarakat desa
4. Melakukan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan
desa
Peran dan fungsi BPD adalah sebagai berikut:
1. Membantu pemerintah desa dalam penyusunan kebijakan pembangunan
desa
2. Memberikan masukan dan saran kepada pemerintah desa dalam
penyusunan peraturan desa (Perdes)
3. Menampung aspirasi dan keluhan masyarakat desa
4. Melakukan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan
desa

4.2 Kendala dalam Hubungan Pemerintah Desa dan BPD

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan Pemerintah Desa dan BPD

Pemerintah Desa dan BPD memiliki hubungan yang didasarkan pada


kemitraan, konsultasi, dan koordinasi, di mana konsep kemitraan mengarah pada
kerja sama harmonis antara Kepala Desa dan BPD dalam menjalankan tugas-tugas
pemerintahan, pembangunan, dan masyarakat di desa. Prinsip konsultatif juga
membutuhkan komunikasi yang intensif antara kepala desa dan BPD untuk
membuat keputusan dan melaksanakan kegiatan dengan baik. Terakhir, prinsip
koordinatif meminta kepala desa dan BPD untuk memperkuat koordinasi dalam
menjalankan kegiatan. (Hakiki et al., 2016)

Beberapa faktor dapat memengaruhi hubungan antara Pemerintah Desa dan


BPD, di antaranya adalah sebagai berikut::

 Keterbatasan dana dan tenaga kerja dapat mempengaruhi efektivitas


pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan desa.

6
 Kurangnya pemahaman tentang peran dan fungsi masing-masing pihak
dalam hubungan kemitraan dapat mempengaruhi hubungan antara kedua
belah pihak.

 Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga hubungan kemitraan yang


harmonis dan produktif dapat mempengaruhi hubungan antara kedua belah
pihak.

Agar tercipta pemerintahan desa yang demokratis, kepala desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) harus bekerja sama secara seimbang dan
profesional. Mereka harus berkoordinasi dan mengadakan rapat atau
musyawarah secara teratur untuk memastikan bahwa kesejahteraan
masyarakat desa tercapai. BPD diharapkan dapat mengawasi dan memeriksa
kinerja kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa agar efektif.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara BPD dan kepala
desa seringkali kurang harmonis dan berpotensi menimbulkan konflik, dengan
kemungkinan dominasi oleh kepala desa atau BPD. (Wardani et al., 2021)

B. Mekanisme Kerja Sama Antara Kepala Desa Dan Badan Permusyawaratan


Desa

Menurut (Pamuji et al., 2020) Hubungan kerja antara kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) didasarkan pada pola kemitraan, konsultatif, dan
koordinatif. Kemitraan mengacu pada kerja sama antara kepala Desa dan BPD
dalam melaksanakan pemerintahan Desa. Hubungan antara pemerintah Desa dan
BPD harus selalu konsisten dan terpadu untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
desa melalui pemerintahan yang demokratis. Untuk mencapai pemerintahan yang
demokratis, hubungan antara kepala Desa dan BPD serta lembaga desa lainnya
harus seimbang dan dilakukan secara profesional sesuai dengan peran dan tugas
masing-masing. Peran BPD adalah bertanggung jawab atas pelaksanaan
musyawarah Desa, mulai dari tahap persiapan hingga pasca musyawarah Desa
(Musdes):
1. BPD memiliki tanggung jawab dalam tahap persiapan untuk memastikan
bahwa kelompok-kelompok masyarakat melakukan pemetaan kebutuhan

7
secara partisipatif. BPD juga bersama masyarakat menilai hasil
pembangunan sebagai bahan pembahasan dalam Musyawarah Desa.
2. Dalam tahap pelaksanaan, BPD memimpin Musyawarah Desa. Setelah
Musyawarah Desa selesai, BPD bertanggung jawab untuk memastikan
prioritas belanja yang telah ditetapkan dalam Musyawarah Desa
dilaksanakan oleh pemerintah Desa, serta merekomendasikan kegiatan
berdasarkan kegiatan tahun sebelumnya.

Kepala Desa dan BPD harus menjalin kerja sama, berkomunikasi secara
teratur, dan melakukan konsultasi serta koordinasi dalam rangka menjalankan
tugas-tugas pemerintahan desa, pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan,
dan pemberdayaan masyarakat desa. Musyawarah Desa berperan sebagai tempat
untuk membahas kebijakan-kebijakan desa dan memperkuat persatuan dan
kesatuan antara warga desa. Musyawarah Desa juga merupakan salah satu bentuk
demokrasi permusyawaratan di mana keputusan diambil melalui musyawarah
untuk mencapai mufakat dalam menghadapi permasalahan yang ada. Keterlibatan
masyarakat dalam kegiatan pembangunan sangat diharapkan dan kepala desa
harus mempertimbangkan saran dan masukan dari BPD atau masyarakat dalam
melaksanakan tugas pembangunan dan memberikan pelayanan masyarakat. Salah
satu tugas BPD adalah menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa,
dan hal ini mencakup menggali aspirasi masyarakat, menampung aspirasi
masyarakat, mengelola aspirasi masyarakat, dan menyalurkan aspirasi
masyarakat.

Agar tercipta pemerintahan yang demokratis, kepala desa dan BPD harus
bekerja sama dengan baik dan memiliki pemikiran yang sejalan. Kunci untuk
menciptakan suasana yang nyaman dan aman dalam penyelenggaraan
pemerintahan adalah kemitraan, konsultasi, koordinasi, harmoni, dan sinergi
antara pemerintah desa dan BPD. Dengan demikian, kebijakan, fungsi, dan
program desa dapat dipertanggungjawabkan bersama demi mewujudkan
kemajuan, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat desa.

8
C. Peran Kepala Desa Dalam Memperkuat Hubungan Pemerintah Desa Dan BPD

Lembaga pemerintahan di desa terdiri dari Kepala Desa dan Badan


Permusyawaratan Desa (BPD). Keduanya saling membutuhkan dan
berkesinambungan dalam penyelenggaraan pemerintahan desa untuk mencapai
good governance. Indicator dari hubungan yang baik antara kepala desa dan BPD
adalah dalam hal penyusunan, pembahasan, dan penetapan peraturan desa. BPD
dianggap sebagai mitra kerja yang penting bagi kepala desa, dan keduanya tak
dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas pemerintahan desa sesuai peraturan
daerah yang berlaku di Kabupaten/Kota. (Eko Wijayanto, 2004)

Untuk menyelesaikan perselisihan atau konflik dalam masyarakat, dibutuhkan


seorang mediator yang adil dan seimbang agar dapat memberikan solusi terbaik
bagi pihak yang terlibat. Kepala desa berperan sebagai moderator dalam hal ini.
Moderator memiliki tugas untuk memfasilitasi proses mediasi, seperti
mengadakan negosiasi, rapat, diskusi, dan menengahi serta membangun
kesepakatan antara pihak yang terlibat. Mediasi merupakan cara yang fleksibel
untuk menyelesaikan perselisihan melalui musyawarah dan kekeluargaan dengan
dibantu oleh moderator yang adil. Fungsi moderator adalah sebagai penengah
yang tidak memihak kepada salah satu pihak dan hanya bertugas sebagai
penghubung untuk membangun komunikasi antara warga dan memberikan opsi
alternatif dalam penyelesaian perselisihan. Moderator harus mencapai hasil
kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. (Rasyidi, 2020)

D. Komunikasi Yang Efektif Dalam Memperkuat Hubungan Yang Harmonis


Antara Pemerintah Desa dan BPD

Komunikasi merupakan proses pengiriman pesan dari satu orang ke orang lain
dengan tujuan untuk menghasilkan interaksi timbal balik. Komunikasi juga
membuktikan bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain. Dalam konteks
pemerintahan, komunikasi memiliki peran penting dalam menyampaikan ide,
program, dan gagasan pemerintah kepada masyarakat agar tujuan pemerintah
dapat tercapai. Tujuan komunikasi dalam pemerintahan adalah agar masyarakat
memahami program-program dan kebijakan desa sehingga proses pelaksanaan

9
kegiatan desa dapat berjalan dengan lancar, terutama mendapatkan dukungan dari
masyarakat. Biasanya, program-program desa dibahas dalam rapat musyawarah
rencana pembangunan yang melibatkan Lembaga Rukun Tetangga (RT), Rukun
Warga (RW), Kepala Dusun (Kadus), Badan Permusyawaratan Desa (BPD),
semua perangkat desa, dan perwakilan tokoh masyarakat setempat. Setelah rapat,
program-program tersebut akan disebarkan ke seluruh masyarakat melalui warga
kewarga.

Jenis-jenis komunikasi ada beberapa macam, yaitu:

a. Komunikasi lisan dan tertulis

Komunikasi sering dilakukan karena dapat menciptakan hubungan yang dekat


antara kedua belah pihak.

b. Komunikasi verbal dan non verbal

Perasaan seseorang dapat diungkapkan dalam komunikasi lisan melalui kata-kata


yang diucapkan dan cara atau sikap yang digunakan saat mengatakannya.
Kedalaman arti dari kata-kata tersebut dapat diperjelas dengan intonasi suara yang
digunakan dan volume suaranya. Selain itu, perasaan seseorang dapat diwujudkan
melalui isyarat non verbal seperti ekspresi wajah, posisi duduk, gerakan tubuh,
dan lain sebagainya.

c. Komunikasi kebawah, keatas, dan kesamping

Komunikasi ini bergantung pada arus atau jalur informasi yang dijalankan dalam
sebuah organisasi.

d. Komunikasi formal dan informal

Komunikasi formal adalah jenis komunikasi yang diatur oleh struktur organisasi
dan memiliki aturan yang jelas. Sementara itu, komunikasi informal merupakan
komunikasi yang terjadi secara spontan dan bebas antara individu di organisasi,
tanpa mengindahkan hierarki atau struktur formal. Hal ini dapat menyebabkan
munculnya pemimpin informal dalam organisasi.

10
e. Komunikasi satu arah dan dua arah

Komunikasi satu arah adalah bentuk komunikasi di mana fokus utamanya adalah
untuk menyampaikan pesan tanpa memperhatikan tanggapan atau umpan balik.
Sedangkan, komunikasi dua arah adalah jenis komunikasi yang memungkinkan
terjadinya umpan balik atau respon terhadap pesan yang disampaikan.
(Jurnal Niagara Setia Banten, 2021)

Joseph A. De Vito memecah komunikasi menjadi empat kategori, yaitu:

 Komunikasi interpribadi
Proses komunikasi terjadi di dalam diri seseorang, dimana individu
memainkan peran sebagai pengirim pesan (komunikator) dan penerima
pesan (komunikan).
 Komunikasi antar pribadi
Pesan dapat dikirim dan diterima secara langsung oleh pengirim dan
penerima.
 Komunikasi public
Komunikasi terjadi pada saat orang bertemu atau dalam situasi
pertemuan.
 Komunikasi massa
Umumnya, media ini menggunakan perangkat teknologi yang
tergolong dalam kategori media massa. (tjahyo rawinarno,299)

E. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengembangkan Hubungan Yang Harmonis


Antara Pemerintah Desa dan BPD

Menurut Tjokrowinoto, partisipasi merujuk pada keterlibatan mental dan


emosional seseorang dalam suatu kelompok dengan tujuan untuk memberikan
kontribusi berupa pemikiran dan perasaan serta bertanggung jawab bersama dalam
mencapai tujuan organisasi. Secara keseluruhan, partisipasi diartikan sebagai
proses di mana pemangku kepentingan mempengaruhi dan berbagi kontrol atas
inisiatif pembangunan, keputusan, dan sumber daya yang mempengaruhi mereka.

11
Bentuk partisipasi diantaranya yakni:

a. Partisipasi dalam menerima dan memberi informasi,


b. Partisipasi dalam pemberian tanggapan dan saran terhadap
informasi yang diterima,
c. Partisipasi dalam perencaraan pembangunan,
d. Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan,
e. Partisipasi dalam menerima Kembali hasil pembangunan,
f. Partisipasi dalam menilai pembangunan.

Partisipasi masyarakat merupakan elemen penting dalam proses pembangunan


desa, di mana melalui partisipasi tersebut masyarakat akan merasa diberi
kesempatan untuk turut serta dalam pembangunan desa. Keterlibatan warga dalam
proses pengambilan keputusan dalam pelaksanaan program dan evaluasi juga
merupakan bagian dari partisipasi masyarakat. Artinya, partisipasi masyarakat
menggambarkan bahwa masyarakat terlibat secara aktif melalui kegiatan bersama
yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan mereka.

F. Penyelesaian Apabila Terjadi Konflik Dalam Memperkuat Hubungan Yang


Harmonis Antara Pemerintah Desa dan BPD

Menurut Maswadi Rauf, upaya untuk menyelesaikan konflik melibatkan usaha


untuk menemukan kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik
dengan tujuan mengatasi atau menghilangkan konflik tersebut.

D. Hendro Puspito OC mengemukakan berbagai cara dalam menyelesaikan


konflik:

1) Konsolidasi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin, concilioto atau
perdamaian. Konsolidasi digunakan untuk menyatukan atau mengumpulkan
pihak-pihak yang bertentangan agar dapat mencapai kesepakatan bersama
untuk mencapai perdamaian. Dalam proses ini, pihak yang terlibat dapat
meminta bantuan pihak ketiga untuk memberikan saran dan pertimbangan
yang baik kepada kedua belah pihak agar konflik dapat diakhiri.

12
2) Dalam mediasi, menggunakan seorang perantara (mediator) untuk
menyelesaikan konflik adalah suatu cara. Mediator ini tidak memiliki
wewenang untuk membuat keputusan yang mengikat. Keputusan untuk
menghentikan perselisihan harus diambil oleh pihak-pihak yang bersengketa
sendiri. Kata mediasi sendiri berasal dari kata Latin mediatio.
3) Dalam arbitrase, pihak-pihak yang berselisih dalam suatu permasalahan
mengajukan perkaranya ke hadapan seorang arbiter atau hakim yang
berwenang memberikan keputusan yang mengikat. Keputusan yang diberikan
oleh arbiter harus dipatuhi oleh kedua belah pihak. Kata "arbitrium" dalam
bahasa Latin berarti keputusan atau putusan hakim melalui pengadilan
4) Paksaan atau coercion adalah metode penyelesaian konflik yang melibatkan
penggunaan kekuatan fisik atau psikologis untuk memaksakan kehendak pada
pihak lain. Metode ini umumnya digunakan oleh pihak yang merasa lebih
kuat atau yakin akan kemenangannya dan siap untuk menghancurkan pihak
yang berseteru.
5) Detente adalah istilah bahasa Perancis yang merujuk pada upaya untuk
meredakan ketegangan antara dua pihak yang sedang bertikai, dengan tujuan
untuk membuka jalan bagi pembicaraan yang mengarah pada tercapainya
perdamaian. Kata detente berasal dari kata dalam bahasa Perancis yang
berarti mengendorkan, sehingga detente mengandung arti mengurangi
ketegangan dan meningkatkan kesepahaman antara pihak-pihak yang
berseteru.

BAB V

KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan dari artikel tersebut, dapat disimpulkan bahwa


hubungan antara Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
didasarkan pada kemitraan, konsultasi, dan koordinasi. Kemitraan mengacu pada
prinsip kerjasama harmonis antara Kepala Desa dan BPD dalam melaksanakan
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan di desa. Sementara itu, prinsip
konsultatif mengharuskan kepala desa dan BPD untuk selalu berkomunikasi
secara intensif dalam mengambil keputusan dan pelaksanaan kegiatan. Terakhir,

13
prinsip koordinatif memerlukan kepala desa dan BPD untuk mengembangkan
koordinasi yang baik dalam melaksanakan kegiatan.
Selain itu, peran dan fungsi Pemerintah Desa dan BPD adalah membantu
dalam penyusunan kebijakan pembangunan desa, memberikan masukan dan saran
dalam penyusunan peraturan desa (Perdes), menampung aspirasi dan keluhan
masyarakat desa, serta melakukan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan desa.
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara
Pemerintah Desa dan BPD, antara lain keterbatasan anggaran dan sumber daya
manusia yang memengaruhi efektivitas pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan
desa, kurangnya pemahaman tentang peran dan fungsi masing-masing pihak
dalam hubungan kemitraan, kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga
hubungan kemitraan, dan perbedaan pandangan tentang tugas dan wewenang
masing-masing pihak dalam pelaksanaan pemerintahan desa.
Dalam hal ini, BPD memiliki peran penting sebagai jembatan penyalur
aspirasi masyarakat, yang membutuhkan kontrol yang tepat terhadap
pemerintahan desa. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang peran BPD dalam pembangunan
desa dan menjaga hubungan kemitraan yang harmonis antara Pemerintah Desa
dan BPD.

14
DAFTAR PUSTAKA

Eko Wijayanto, D. (2004). KEPALA DESA DENGAN BADAN


PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN
DESA. Jurnal Independent , 2(1), 1–11.
Hakiki, T. G., Wisnaeni, F., & Herawati, R. (2016). HUBUNGAN ANTARA
PEMERINTAH DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
BERDASARKAN UU NO 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DI DESA
CANDIARENG KABUPATEN BATANG PROVINSI JAWATENGAH. In
DIPONEGORO LAW REVIEW (Vol. 5, Issue 2).
Jurnal Niagara setia Banten. (2021). Junal-Niagara-Vol.13.No_.2.2021. In Jurnal
Niagara (Vol. 13, pp. 1–183).
Pamuji, K., Ardhanariswari, R., & Asyik, N. (2020). Peningkatan Kapasitas BPD
sebagai Mitra Pemerintah Desa dalam Pengembangan Potensi Pariwisata Desa di
Kecamatan Baturaden. Borobudur Journal on Legal Services, 1(2), 65–81.
https://doi.org/10.31603/bjls.v1i2.3992
Rasyidi, M. (2020). PERAN KEPALA DESA SEBAGAI MEDIATOR
DALAMMENYELESAIKAN SENGKETA TANAH DI DESAMENGKOPOT
KECAMATAN TASIK PUTRI PUYUKABUPATEN KEPULAUAN MERANTI.
Wardani, F., Muhammad, L. O., Abadi, I., Uke, A., Aris, D., Qadar, N., & Razak, A.
(2021). Relasi Pemerintahan Desa Dalam Pembangunan Perspektif Peraturan
Daerah Kabupaten Konawe Selatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Desa (Vol. 1,
Issue 2).

15
DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Kelompok 1
Bagaimana pola hubungan antara Kepala Desa dengan BPD?

Hubungan antara Kepala Desa dan BPD didasarkan pada saling pengertian,
kerjasama, dan keterbukaan komunikasi. Kolaborasi yang baik antara Kepala
Desa dan BPD dapat menghasilkan kebijakan yang inklusif dan berpihak kepada
kepentingan seluruh masyarakat desa. Pola hubungan antara Kepala Desa dan
BPD dapat bervariasi di setiap negara atau daerah, sehingga perlu merujuk pada
peraturan dan sistem pemerintahan desa yang berlaku di wilayah yang spesifik.

2. Kelompok 2
Bagaimana peran BPD dalam pembangunan desa?

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki peran penting dalam


pembangunan desa. Berikut adalah beberapa peran BPD dalam pembangunan
desa:
1) Representasi Masyarakat: BPD adalah lembaga perwakilan yang mewakili
kepentingan masyarakat desa. Mereka bertugas untuk menyampaikan
aspirasi dan kebutuhan masyarakat kepada pemerintah desa. Dengan
memahami kebutuhan masyarakat, BPD dapat memastikan bahwa
program pembangunan desa sesuai dengan keinginan dan kepentingan
warga.
2) Pengawasan Pelaksanaan Program: BPD memiliki tanggung jawab untuk
mengawasi pelaksanaan program pembangunan desa yang telah

16
ditetapkan. Mereka memastikan bahwa dana desa dan sumber daya lainnya
digunakan secara efektif dan transparan. Melalui pengawasan ini, BPD
dapat mencegah korupsi, nepotisme, atau penyimpangan dalam
pengelolaan sumber daya desa.
3) Konsultasi dan Masukan Kebijakan: BPD memberikan saran, konsultasi,
dan masukan kepada Kepala Desa dalam pengambilan kebijakan penting.
Mereka dapat memberikan perspektif yang beragam dari berbagai lapisan
masyarakat desa. Dengan melibatkan BPD, keputusan yang diambil dapat
lebih akurat, komprehensif, dan memperhatikan kepentingan semua warga
desa.
4) Pembinaan Potensi Desa: BPD dapat berperan dalam mengidentifikasi
potensi desa, seperti sumber daya alam, potensi ekonomi, budaya, atau
pariwisata. Mereka dapat membantu mengembangkan program atau
proyek yang berfokus pada pemanfaatan dan pengembangan potensi desa
tersebut. Dengan demikian, BPD turut mendukung pembangunan ekonomi
lokal dan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.
5) Penyelesaian Konflik: BPD memiliki peran dalam menyelesaikan konflik
atau perselisihan yang mungkin muncul di tingkat desa. Mereka dapat
menjadi mediator atau fasilitator dalam mencapai kesepakatan antara
pihak-pihak yang terlibat. Dalam mengatasi konflik, BPD dapat
menciptakan lingkungan yang harmonis dan stabil, yang penting bagi
kelancaran pembangunan desa.

3. Kelompok 3
Apa saja prosedur BPD dalam menindak lanjuti penyampaian aspirasi
masyarakat?

Proses penerimaan aspirasi oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dilakukan


melalui beberapa tahapan. Pertama, BPD menerima aspirasi dari masyarakat desa
dan mendokumentasikannya. Aspirasi tersebut dapat disampaikan secara lisan
atau tertulis melalui berbagai mekanisme yang telah ditentukan, seperti pertemuan

17
umum, kotak saran, atau formulir yang disediakan. Selanjutnya, BPD melakukan
evaluasi dan verifikasi terhadap aspirasi yang diterima. Hal ini dilakukan untuk
memastikan kejelasan, kelayakan, dan kepentingan umum dari aspirasi tersebut.
BPD juga dapat melakukan verifikasi lebih lanjut dengan mengumpulkan
informasi tambahan atau melakukan kunjungan lapangan jika diperlukan. Setelah
itu, BPD mengadakan diskusi atau rapat untuk membahas aspirasi dengan anggota
BPD, Kepala Desa, dan pihak terkait lainnya. Tujuan dari diskusi ini adalah untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang aspirasi yang disampaikan
dan mempertimbangkan solusi atau tindakan yang dapat diambil. Aspirasi yang
telah dievaluasi dan dibahas kemudian diajukan dalam rapat BPD. Pada rapat ini,
BPD membahas aspirasi secara lebih rinci, mengidentifikasi langkah-langkah
yang perlu diambil, dan menentukan keputusan atau rekomendasi yang akan
disampaikan kepada Kepala Desa. Selanjutnya, BPD menyampaikan hasil
pembahasan aspirasi kepada Kepala Desa. Mereka memberikan rekomendasi,
masukan, atau saran kepada Kepala Desa terkait tindakan yang perlu diambil
untuk menindaklanjuti aspirasi tersebut. Terakhir, BPD bertanggung jawab dalam
memantau tindak lanjut yang dilakukan oleh Kepala Desa terhadap aspirasi
masyarakat. Mereka juga melaporkan hasil pemantauan kepada masyarakat desa
dalam pertemuan umum atau melalui mekanisme komunikasi lainnya. Dengan
demikian, BPD memastikan bahwa aspirasi masyarakat desa diterima, dievaluasi,
dibahas, dan ditindaklanjuti secara transparan dan partisipatif.

4. Kelompok 4
Apa saja tugas dan wewenang BPD dalam pengelolaan APBDes?

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki tugas dan wewenang yang penting
dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Pertama,
BPD berperan dalam konsultasi dengan masyarakat desa dan memberikan
masukan dalam penyusunan APBDes. Mereka mengadakan pertemuan atau
musyawarah desa untuk mendapatkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat terkait
pengelolaan anggaran desa. Selanjutnya, BPD bertanggung jawab mengawasi

18
pelaksanaan APBDes. Mereka memastikan bahwa dana desa digunakan sesuai
dengan rencana anggaran yang telah disepakati, dengan tujuan mencapai
pembangunan desa yang diharapkan. BPD melakukan pemantauan, verifikasi, dan
evaluasi terhadap pelaksanaan program, kegiatan, serta penggunaan dana
desa.BPD juga memiliki tugas dalam menerima dan mengevaluasi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes yang disampaikan oleh Kepala Desa.
Mereka mengevaluasi penggunaan anggaran, keberhasilan program, dan
pencapaian target yang telah ditetapkan dalam APBDes. Selain itu, BPD
memberikan rekomendasi kepada Kepala Desa terkait pengelolaan keuangan desa.
Mereka dapat memberikan saran untuk perbaikan atau penghematan anggaran.
BPD juga melakukan pengawasan terhadap kegiatan keuangan desa, termasuk
pengelolaan kas desa, pembukuan, dan proses pelaporan keuangan. BPD
memastikan bahwa pengelolaan APBDes dilakukan secara transparan dan
akuntabel. Mereka mempublikasikan informasi anggaran desa kepada masyarakat,
seperti laporan keuangan desa, pengumuman program pembangunan, dan
mekanisme pengaduan terkait pengelolaan anggaran. Selain itu, BPD memberikan
saran, masukan, dan pendapat kepada Kepala Desa terkait pengambilan keputusan
terkait APBDes. Mereka mewakili perspektif masyarakat dan memastikan
kepentingan umum serta kesejahteraan masyarakat desa diwakili dalam keputusan
pengelolaan anggaran.

5. Kelompok 5
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara Pemerintah
Desa dan BPD, apa saja ?

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara Pemerintah Desa
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Berikut adalah beberapa faktor yang
mungkin memengaruhi hubungan tersebut:
1) Peraturan dan Undang-Undang: Kerangka hukum yang mengatur peran
dan kewenangan Pemerintah Desa dan BPD dapat mempengaruhi

19
hubungan mereka. Perbedaan dalam interpretasi atau implementasi
peraturan dapat menyebabkan ketegangan atau konflik antara kedua pihak.
2) Keterbukaan dan Transparansi: Tingkat keterbukaan dan transparansi
dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan program, dan
pengelolaan anggaran desa dapat memengaruhi hubungan antara
Pemerintah Desa dan BPD. Jika ada kekurangan transparansi atau
informasi yang tidak cukup disampaikan kepada BPD, itu dapat
menyebabkan ketidakpercayaan atau ketegangan.
3) Komunikasi dan Kolaborasi: Kualitas komunikasi antara Pemerintah Desa
dan BPD dapat berdampak signifikan pada hubungan mereka. Jika
komunikasi tidak lancar, tidak jelas, atau tidak terbuka, dapat menghambat
kolaborasi dan saling pengertian antara kedua belah pihak.
4) Persepsi Peran dan Kewenangan: Persepsi yang berbeda mengenai peran
dan kewenangan Pemerintah Desa dan BPD dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi hubungan mereka. Jika ada ketidakpahaman atau konflik
mengenai batasan kewenangan masing-masing pihak, itu dapat
mengganggu kerjasama dan kerangka kerja kerja sama.
5) Faktor Pribadi dan Dinamika Internal: Faktor-faktor pribadi, seperti sikap,
kepribadian, atau preferensi individu di dalam Pemerintah Desa atau BPD,
serta dinamika internal antara anggota BPD, dapat berdampak pada
hubungan mereka. Ketidakcocokan pribadi atau perbedaan pandangan
politik dapat mempengaruhi interaksi dan kerja sama antara kedua belah
pihak.
6) Kultur dan Tradisi Lokal: Faktor budaya, tradisi, atau norma lokal juga
dapat memengaruhi hubungan antara Pemerintah Desa dan BPD. Nilai-
nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat desa atau cara tradisional
dalam mengelola urusan desa dapat mempengaruhi dinamika hubungan
antara kedua pihak.

6. Kelompok 6
Apa peran BPD dalam proses penganggaran APBDes?

20
Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam proses penganggaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah sebagai berikut:
1) Konsultasi dan Penyusunan: BPD berperan dalam konsultasi dengan
masyarakat desa dan memberikan masukan dalam penyusunan APBDes.
Mereka dapat mengadakan pertemuan atau musyawarah desa untuk
mendapatkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat terkait pengelolaan
anggaran desa. BPD memberikan perspektif masyarakat dalam
menentukan prioritas program dan alokasi anggaran.
2) Pengawasan dan Verifikasi: BPD memiliki peran pengawasan dalam
proses penganggaran APBDes. Mereka memastikan bahwa anggaran desa
disusun sesuai dengan prinsip-prinsip keuangan yang baik, mengikuti
peraturan yang berlaku, serta mencerminkan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. BPD dapat melakukan verifikasi terhadap perencanaan
anggaran desa untuk memastikan keakuratan dan keabsahan data yang
digunakan.
3) Evaluasi dan Rekomendasi: BPD mengevaluasi rencana anggaran yang
diajukan oleh Pemerintah Desa. Mereka melakukan analisis terhadap
rincian anggaran, kecukupan alokasi dana, dan keberlanjutan program
yang diusulkan. BPD memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Desa
terkait penyesuaian atau perbaikan anggaran, jika diperlukan.
4) Pemeriksaan Pertanggungjawaban: Setelah pelaksanaan APBDes, BPD
bertanggung jawab dalam menerima dan mengevaluasi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran yang disampaikan oleh
Pemerintah Desa. Mereka mengevaluasi penggunaan anggaran,
pencapaian target, serta efektivitas dan efisiensi program yang
dilaksanakan.
5) Pengawasan Transparansi dan Akuntabilitas: BPD memastikan
transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran desa. Mereka
memantau publikasi informasi anggaran, laporan keuangan, dan
mekanisme pengaduan terkait pengelolaan anggaran desa. BPD juga dapat

21
berperan dalam memastikan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan
keputusan dan pengawasan anggaran.

7. Kelompok 7
Bagaimana cara mengatasi ketidakjelasan dalam pembagian tugas dan
kewenangan antara Pemerintah Desa dan BPD sehingga terjadi tumpang tindih
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya?

Untuk mengatasi ketidakjelasan dalam pembagian tugas dan kewenangan antara


Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) serta mencegah
terjadinya tumpang tindih dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, langkah-
langkah berikut dapat diambil:
1) Evaluasi Peraturan dan Kebijakan: Perlu dilakukan evaluasi terhadap
peraturan dan kebijakan yang mengatur peran dan kewenangan Pemerintah
Desa dan BPD. Jika terdapat ketidakjelasan atau tumpang tindih, perlu
dilakukan klarifikasi atau perubahan peraturan yang lebih jelas dan
komprehensif untuk memastikan pemisahan tugas yang jelas antara kedua
lembaga.
2) Komunikasi dan Koordinasi: Penting untuk meningkatkan komunikasi dan
koordinasi antara Pemerintah Desa dan BPD. Pertemuan rutin antara
kedua pihak dapat membantu memperjelas tugas dan kewenangan masing-
masing serta membangun pemahaman yang lebih baik tentang peran dan
tanggung jawabnya. Komunikasi yang terbuka dan terus-menerus dapat
membantu mencegah tumpang tindih dan mempromosikan kerja sama
yang efektif.
3) Pembagian Tugas yang Jelas: Pemerintah Desa dan BPD perlu melakukan
pembagian tugas yang jelas dan spesifik. Hal ini dapat dilakukan dengan
menyusun peraturan atau mekanisme yang menguraikan tugas dan
tanggung jawab masing-masing lembaga dalam pengelolaan desa.
Dokumen ini dapat menjadi acuan yang jelas untuk menghindari tumpang
tindih dalam pelaksanaan tugas.

22
4) Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas: Mengadakan pelatihan dan
peningkatan kapasitas bagi anggota Pemerintah Desa dan BPD dapat
membantu memperjelas pemahaman mereka tentang peran dan
kewenangan masing-masing lembaga. Pelatihan ini dapat mencakup
pengetahuan tentang hukum, peraturan, dan prosedur yang mengatur tugas
dan tanggung jawab mereka.
5) Mekanisme Penyelesaian Sengketa: Penting untuk memiliki mekanisme
penyelesaian sengketa yang efektif. Jika terjadi ketidaksepakatan atau
sengketa terkait pembagian tugas dan kewenangan, mekanisme tersebut
dapat digunakan untuk mencapai kesepakatan atau solusi yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak.
6) Sinergi dan Kerjasama: Mendorong sinergi dan kerjasama antara
Pemerintah Desa dan BPD adalah kunci dalam menghindari tumpang
tindih dan memaksimalkan potensi keduanya. Dengan memanfaatkan
kekuatan masing-masing lembaga dan bekerja sama dalam pelaksanaan
program dan kegiatan desa, potensi konflik dapat dikurangi dan hasil yang
lebih baik dapat dicapai.

8. Kelompok 9
Bagaimana menurut kamu Peran BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa?

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) memiliki peran penting dalam


penyelenggaraan pemerintahan desa. Mereka berperan sebagai perwakilan
masyarakat, mengawasi pelaksanaan kebijakan, menyampaikan aspirasi
masyarakat, terlibat dalam penyusunan kebijakan, mengadakan konsultasi dan
musyawarah desa, serta melakukan advokasi dan pemberdayaan masyarakat.
Melalui peran ini, BPD memastikan partisipasi masyarakat, pengawasan yang
efektif, dan kebijakan yang berpihak pada kepentingan masyarakat.

9. Kelompok 10

23
Bagaimana cara meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara pemerintah desa
dan BPD agar dapat bekerja secara efektif?

Untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi antara Pemerintah Desa


dan BPD, langkah-langkah berikut dapat diambil:
1) Pertemuan Rutin: Adakan pertemuan berkala antara Pemerintah Desa dan
BPD untuk membahas isu-isu terkait pembangunan desa dan memperjelas
tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak.
2) Komunikasi Terbuka: Fasilitasi komunikasi terbuka dan saluran
komunikasi yang mudah diakses antara kedua belah pihak agar dapat
berbagi informasi, masukan, dan perspektif dengan transparansi dan saling
menghormati.
3) Penjelasan Tugas dan Kewenangan: Pastikan tugas dan kewenangan
Pemerintah Desa dan BPD telah dijelaskan dengan jelas melalui peraturan
desa atau dokumen yang mengatur peran dan tanggung jawab masing-
masing lembaga.
4) Kolaborasi dalam Perencanaan: Libatkan BPD dalam proses perencanaan
pembangunan desa sehingga dapat memberikan masukan dan perspektif
masyarakat dalam menentukan program prioritas dan alokasi anggaran
desa.
5) Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas: Sediakan pelatihan dan peningkatan
kapasitas bagi anggota Pemerintah Desa dan BPD untuk memahami peran
dan tugas masing-masing serta meningkatkan keterampilan komunikasi
dan kepemimpinan.
6) Membangun Tim Kerja: Bentuk tim kerja atau kelompok kerja antara
Pemerintah Desa dan BPD untuk mengatasi isu-isu khusus atau
melaksanakan proyek tertentu, sehingga dapat memperkuat hubungan dan
pemahaman antara kedua belah pihak.

10. Kelompok 11

24
Bagaimana cara unruk mencapai keharmonisan dan produktif dalam pemerintahan
desa dan BPD?

Untuk mencapai keharmonisan dan produktivitas dalam pemerintahan desa dan


BPD, langkah-langkah yang perlu diambil adalah:
1) Komunikasi Terbuka: Bangun komunikasi yang terbuka dan saling
menghormati antara pemerintah desa dan BPD.
2) Pembagian Tugas yang Jelas: Pastikan tugas dan kewenangan masing-
masing pihak telah dijelaskan dengan jelas.
3) Kolaborasi dalam Perencanaan dan Keputusan: Libatkan BPD dalam
proses perencanaan dan pengambilan keputusan penting.
4) Peningkatan Kapasitas: Berikan pelatihan dan program peningkatan
kapasitas kepada anggota pemerintah desa dan BPD.
5) Evaluasi dan Umpan Balik: Lakukan evaluasi berkala dan berikan umpan
balik konstruktif untuk meningkatkan kerja sama.
6) Membangun Kepedulian Masyarakat: Libatkan masyarakat dalam proses
pembangunan desa dan tingkatkan kesadaran akan peran penting
pemerintahan desa dan BPD.

11. Kelompok 12
Bagaimana Anda melihat peran BPD dalam hubungannya dengan pemerintah desa
dalam mengambil keputusan strategis terkait pembangunan dan pengelolaan
sumber daya desa? Apakah BPD memiliki wewenang yang cukup ataukah
pemerintah desa lebih dominan dalam pengambilan keputusan?

Peran BPD dalam hubungannya dengan pemerintah desa dalam pengambilan


keputusan strategis terkait pembangunan dan pengelolaan sumber daya desa
bervariasi tergantung pada konteks dan mekanisme yang ada dalam setiap desa.
Namun, secara umum, BPD memiliki peran penting sebagai perwakilan
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

25
BPD memiliki peran sebagai pengawas, penasehat, dan perumus kebijakan
desa. Mereka berperan dalam memastikan kebijakan dan program yang dijalankan
oleh pemerintah desa sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat desa. BPD
juga memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan aspirasi masyarakat dan
memastikan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan yang
berdampak pada desa.
Namun, peran dan wewenang BPD dalam pengambilan keputusan dapat
berbeda antara satu desa dengan desa lainnya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
aturan dan regulasi yang berlaku di tingkat desa serta dinamika hubungan antara
Pemerintah Desa dan BPD. Dalam beberapa kasus, pemerintah desa dapat
memiliki dominasi yang lebih besar dalam pengambilan keputusan, sementara
BPD memiliki peran yang lebih terbatas.
Penting untuk menjaga keseimbangan antara Pemerintah Desa dan BPD dalam
pengambilan keputusan strategis. Kolaborasi dan komunikasi yang baik antara
kedua pihak dapat membantu memastikan bahwa keputusan yang diambil
mencerminkan kepentingan dan aspirasi masyarakat desa secara luas. Pemerintah
desa dan BPD harus bekerja bersama untuk mencapai tujuan pembangunan dan
pengelolaan sumber daya desa yang berkelanjutan dan inklusif.

26

Anda mungkin juga menyukai