Anda di halaman 1dari 10

Tugas Mata Kuliah Otonomi Daerah

Mengembangkan Hubungan Pemerintah Desa dan BPD Yang Harmonis dan


Produktif.

Kelompok 8:
1. Naila Darojatil `Ulya (20221854)
2. Amor Surojo (20221859)
3. Aryadea Reza Fahlevi (20221889)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO
2023
DAFTAR ISI
PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan artikel ini
dengan baik. Artikel ini berjudul "Mengembangkan Hubungan Pemerintah
Desa dan BPD Yang Harmonis dan Produktif" yang membahas tentang
bagaimana mengembangkan hubungan yang harmonis dan produktif antara
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di era otonomi daerah.
Penulis menyadari bahwa pembuatan artikel ini tidak mungkin terwujud
tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pembimbing
dan rekan-rekan yang telah memberikan dukungan, saran, dan masukan dalam
pembuatan artikel ini.
Dalam era otonomi daerah, Pemerintah Desa dan BPD memiliki peran
yang sangat penting dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat di desa. Namun, masih banyak kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam menjalin hubungan yang harmonis dan produktif antara keduanya. Oleh
karena itu, artikel ini bertujuan untuk memberikan solusi dan rekomendasi bagi
pengembangan hubungan Pemerintah Desa dan BPD yang lebih harmonis dan
produktif.
Penulis menyadari bahwa artikel ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan pengembangan artikel
selanjutnya. Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat dan menjadi bahan
referensi yang berguna bagi para pembaca yang tertarik untuk mengembangkan
hubungan Pemerintah Desa dan BPD yang harmonis dan produktif.

Ponorogo, 14 Maret 2023


Penyusun,

(Tim Penyusun)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia mengalami perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menuju


desentralistik pada tahun 1999 melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan tersebut membawa dampak positif pada
kemajuan pembangunan di daerah, sekaligus memberikan kesempatan bagi
masyarakat setempat untuk lebih terlibat dalam pembangunan dan pengelolaan
pemerintahan di daerahnya masing-masing.
Otonomi daerah memberikan hak dan kewenangan yang lebih luas kepada
pemerintah daerah, termasuk Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), untuk mengelola urusan pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya.
Pemerintah Desa dan BPD memiliki peran penting dalam mewujudkan
pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat di desa.
Namun, dalam praktiknya masih banyak kendala dan hambatan yang dihadapi
oleh Pemerintah Desa dan BPD dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Salah
satu kendala yang sering terjadi adalah hubungan yang kurang harmonis dan
produktif antara keduanya. Dalam banyak kasus, Pemerintah Desa dan BPD
terkesan saling mendikte dan memperlihatkan sikap yang tidak harmonis dalam
menjalankan tugasnya.
Untuk itu, diperlukan langkah-langkah strategis dan terukur untuk
meningkatkan hubungan yang harmonis dan produktif antara Pemerintah Desa
dan BPD. Artikel ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih jelas
mengenai otonomi daerah dan peran Pemerintah Desa serta BPD dalam
pembangunan di desa, serta memberikan solusi dan rekomendasi bagi
pengembangan hubungan Pemerintah Desa dan BPD yang lebih harmonis dan
produktif. Dengan demikian, diharapkan artikel ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca dalam mengembangkan hubungan yang harmonis dan produktif
antara Pemerintah Desa dan BPD di desa.

1.2 Permasalahan

1. Adanya ketidakjelasan dalam pembagian tugas dan kewenangan antara


Pemerintah Desa dan BPD sehingga terjadi tumpang tindih dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya.
2. Kurangnya pemahaman masyarakat dan Pemerintah Desa mengenai peran
dan fungsi BPD dalam pembangunan dan pengelolaan pemerintahan desa.
3. Terbatasnya sumber daya manusia dan dana yang dimiliki oleh Pemerintah
Desa dan BPD sehingga sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan yang diharapkan.
4. Adanya kepentingan politik dan ekonomi yang seringkali mempengaruhi
hubungan antara Pemerintah Desa dan BPD sehingga sulit untuk mencapai
tujuan pembangunan yang seharusnya.
5. Kurangnya keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
dan pembangunan sehingga program pembangunan yang dilakukan tidak
tepat sasaran dan kurang efektif.
Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi fokus dalam artikel untuk
mengembangkan hubungan Pemerintah Desa dan BPD yang lebih harmonis dan
produktif sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang
diharapkan.
1.3 Tujuan

1. Menjelaskan konsep otonomi daerah dan pentingnya hubungan harmonis dan


produktif antara Pemerintah Desa dan BPD dalam konteks otonomi daerah.
2. Menyajikan informasi tentang permasalahan dan tantangan yang dihadapi
dalam mengembangkan hubungan harmonis dan produktif antara Pemerintah
Desa dan BPD di era otonomi daerah.
3. Memberikan solusi dan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan dan
tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan hubungan harmonis dan
produktif antara Pemerintah Desa dan BPD.
4. Meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama di tingkat desa, tentang
pentingnya hubungan harmonis dan produktif antara Pemerintah Desa dan
BPD dalam konteks otonomi daerah.
5. Memberikan masukan bagi pihak terkait, termasuk pemerintah, BPD, dan
masyarakat, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan
pembangunan di tingkat desa.

Dengan tujuan tersebut, diharapkan artikel ini dapat memberikan kontribusi


positif dalam pengembangan hubungan harmonis dan produktif antara Pemerintah
Desa dan BPD di era otonomi daerah, serta meningkatkan kualitas pelayanan
publik dan pembangunan di tingkat desa.
BAB II

Literature Review

2.1 Konsep Otonomi Daerah dan Hubungan Pemerintah Desa dan BPD

Otonomi daerah didefinisikan sebagai kewenangan dan tanggung jawab


untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat yang diberikan
oleh pemerintah pusat kepada daerah. Hubungan antara Pemerintah Desa dan
BPD menjadi salah satu aspek penting dalam pelaksanaan otonomi daerah, karena
keduanya memiliki peran penting dalam pemerintahan di tingkat desa. Pemerintah
Desa bertanggung jawab dalam mengatur dan mengelola sumber daya dan
kebijakan di tingkat desa, sedangkan BPD memiliki peran penting dalam
memperkuat partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan.
2.2 Tantangan dan Strategi Pengembangan Hubungan yang Harmonis dan
Produktif antara Pemerintah Desa dan BPD

Meskipun Pemerintah Desa dan BPD memiliki peran penting dalam


pelaksanaan otonomi daerah, namun seringkali terjadi perbedaan pandangan,
kepentingan, dan kekuasaan antara keduanya yang menyebabkan konflik dan
ketidakharmonisan. Beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan
hubungan yang harmonis dan produktif antara Pemerintah Desa dan BPD adalah
kurangnya partisipasi masyarakat, keterbatasan anggaran, dan kurangnya
kapasitas SDM. Untuk mengatasi tantangan tersebut, beberapa strategi yang dapat
diterapkan adalah pelibatan aktif masyarakat dalam pengambilan keputusan,
penggunaan teknologi informasi dalam mengelola sumber daya dan kebijakan,
serta peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan dan pendidikan. Dengan
menerapkan strategi-strategi tersebut, diharapkan hubungan antara Pemerintah
Desa dan BPD dapat dikembangkan dengan harmonis dan produktif untuk
mewujudkan otonomi daerah yang lebih efektif dan berkelanjutan.

BAB III

Metode

3.1 Metode Penelitian

1. Studi Literatur
Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur atau pustaka dengan
melakukan pencarian dan analisis terhadap jurnal, buku, dan dokumen terkait.
Data dianalisis menggunakan teknik analisis isi untuk menemukan tema dan
konsep-konsep terkait hubungan pemerintah desa dan BPD yang harmonis dan
produktif.
2. Pendekatan Kualitatif
Penulis mengambil pendekatan kualitatif untuk memperoleh pemahaman
mendalam tentang dinamika hubungan antara pemerintah desa dan BPD. Data
yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber-sumber literatur
seperti jurnal, buku, dan dokumen terkait.
3.2 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam artikel ini adalah analisis isi. Setelah
data terkumpul melalui studi literatur, penulis melakukan proses pengumpulan,
pemilihan, dan penyaringan data untuk menemukan tema dan konsep-konsep yang
terkait dengan hubungan pemerintah desa dan BPD yang harmonis dan produktif.
Selanjutnya, penulis melakukan analisis isi terhadap data yang terpilih untuk
menemukan pola-pola dan makna yang terkandung dalam data tersebut.

BAB IV

Pembahasan

4.1 Pengertian Hubungan Pemerintah Desa dan BPD

A. Definisi Pemerintah Desa

Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain,
dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa secara eksplisit memberikan
tugas pada pemerintah desa yaitu penyelenggara pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat yang
berdasarkan Pancasila, UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dengan tujuan dasar untuk melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. (Sugiman,
2018)
B. Definisi BPD

BPD adalah lembaga yang merupakan wujud demokrasi dalam pelaksanaan


Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. BPD
berfungsi untuk menetapkan Peraturan Desa dengan kepala desa, dan untuk
mengakomodasi dan menyalurkan aspirasi masyarakat. BPD diharapkan bisa
menjadi institusi yang mengendalikan berbagai tugas pemerintahan kepala desa,
serta melaksanakan amanat dan pelaksanaan kebijakan di desa. Kedudukan BPD
yang sudah berubah dan masuknya dana desa mengharuskan BPD untuk lebih jeli
dalam mengontrol laju pemerintahan desa. Kesimpulannya bahwa model peran
BPD dalam penyelenggaraan Pemerintahan desa diawali dengan melakukan
penyerapan aspirasi masyarakat melalui beberapa cara seperti forum selapanan,
forum Pamapami, pertemuan RT, rapat internal, koordinasi rutin dengan Pemdes.
Mengingat bahwa BPD bukan lagi sebagai unsur Pemerintah Desa maka Peran
BPD lebih hanya sebagai jembatan penyalur aspirasi masyarakat. Kendali BPD
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Desa ada pada wewenang BPD untuk
menyepakati Peraturan Desa. (Pamuji K, 2017)
C. Peran Fungsi Pemerintah Desa dan BPD

Peran dan fungsi pemerintah desa adalah sebagai berikut:


1. Membantu pemerintah desa dalam penyusunan kebijakan pembangunan
desa
2. Memberikan masukan dan saran kepada pemerintah desa dalam
penyusunan peraturan desa (Perdes)
3. Menampung aspirasi dan keluhan masyarakat desa
4. Melakukan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan
desa
Peran dan fungsi BPD adalah sebagai berikut:
1. Membantu pemerintah desa dalam penyusunan kebijakan pembangunan
desa
2. Memberikan masukan dan saran kepada pemerintah desa dalam
penyusunan peraturan desa (Perdes)
3. Menampung aspirasi dan keluhan masyarakat desa
4. Melakukan fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan
desa
4.2 Kendala dalam Hubungan Pemerintah Desa dan BPD

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan Pemerintah Desa dan BPD

Hubungan antara Pemerintah Desa dan BPD didasarkan pada kemitraan,


konsultasi, dan koordinasi. Konsep kemitraan mengacu pada prinsip kerjasama
harmonis antara Kepala Desa dan BPD dalam melaksanakan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan di desa. Sementara itu, prinsip konsultatif
mengharuskan kepala desa dan BPD untuk selalu berkomunikasi secara intensif
dalam mengambil keputusan dan pelaksanaan kegiatan. Terakhir, prinsip
koordinatif memerlukan kepala desa dan BPD untuk mengembangkan koordinasi
yang baik dalam melaksanakan kegiatan. (Hakiki, 2016)

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hubungan antara


Pemerintah Desa dan BPD, antara lain:

 Keterbatasan anggaran dan sumber daya manusia yang memengaruhi


efektivitas pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan desa

 Kurangnya pemahaman tentang peran dan fungsi masing-masing pihak


dalam hubungan kemitraan

 Kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga hubungan kemitraan yang


harmonis dan produktif

Untuk menciptakan pemerintahan desa yang demokratis, kepala desa dan


Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus bekerja sama secara seimbang dan
profesional. Mereka harus saling berkoordinasi dan mengadakan rapat atau
musyawarah untuk memastikan bahwa kesejahteraan masyarakat desa tercapai.
Kehadiran BPD dalam pemerintahan desa diharapkan dapat mewujudkan sistem
check and balances untuk memastikan penyelenggaraan pemerintahan desa yang
efektif. Namun, penelitian menunjukkan bahwa dalam praktiknya, hubungan
antara BPD dan kepala desa sering kali kurang harmonis dan dapat memicu
konflik, dengan kecenderungan terjadinya dominasi oleh kepala desa atau BPD.
(Wardani, 2021)
B.

Anda mungkin juga menyukai