Anda di halaman 1dari 8

TULISAN ILMIAH

PERBANDINGAN PENYELENGGARAAN
KEBIJAKAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH
DAN PROVINSI

(Nama)

(NIM)

Abstrak

Kebijakan antara pemerintah kota dengan pemerintah daerah menjadi polemik dimana
pemerintah daerah belum dapat mengimbangi penyelenggaraan kebijakan yang ada di
perkotaaan dan juga belum dapat memaksimalkan tanggung jawab otonomi daerah,
sementara pemerintah kota belum dapat memaksimalkan pemberian kekuasaan
otonomi kepada pemerintah daerah. Dalam kasus tersebut menyebabkan ketimpangan
antara daerah kota dengan pedesaan sehingga hak otonomi tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Implementasi kebijakan yang seharusnya menjadi aktivitas penting dalam
kebijakan publik justru menjadi batu sandungan dalam berjalannya kebijakan suatu
daerah. Kebijakan berkaitan dengan sistem, prosedur, dan mekanisme, serta
kemampuan para pejabat publikdidalam menterjemahkan dan menerapkan kebijakan,
sehingga visi dan harapan yang ingin dicapai dapat diwujudkan didalam realitas.
Keharusan pemerintah dalam memperhatikan dua perspektif kebijakan tersebut
hendaknya menjadi perhatian agar kedua belah pihak dapat menjalankan kebijakan
yang ada dalam mencapai tujuan tertentu. Penulisan artikel ilmiah ini dimaksud agar
memberi pemahaman lebih terhadap ketimpangan kebijakan antara pemerintah daerah
dan kota yang menyebabkan banyak perbedaan. Metode penulisan yang digunakan
penulis dalam artikel ilmiah ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi.
Dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan artikel ini, penulis
menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik observasi dan deskriptif
dimana data-data tersebut didapat dari jurnal dan modul terkait serta hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh pihak terdahulu. Hasil dari penulisan artikel ilmiah ini
didapatkan kesimpulan sebagaimana kebijakan pemerintah dan daerah memiliki
beberapa faktor tertentu sehingga terdapat beberapa perbedaan kebijakan. Diantaranya
seperti kurangnya pihak pemerinta daerah dalam mengalokasikan hak otonomi daerah

1
yang mereka punya guna mengembangkan daerah mereka sebagaiman mestinya.
Seharusnya pihak pemangku kekuasaan tertinggi memberi perhatian lebih pada
masalah ini sehingga tidak ada lagi ketimpangan kebijakan diantara kedua perspektif
ini.

Kata kunci: Perbandingan kebijakan pemerintah daerah dan kota.

Abstrac

The policy between the city government and local government is a polemic where local
governments have not been able to balance the implementation of existing policies in
urban areas and have not been able to maximize the responsibility for regional
autonomy, while the city government has not been able to maximize the granting of
autonomous power to local governments. In this case, it causes inequality between
urban and rural areas so that the right to autonomy does not work as it should. The
implementation of policies that should be an important activity in public policy has
actually become a stumbling block in the passage of a regional policy. Policies are
related to systems, procedures, and mechanisms, as well as the ability of public
officials to translate and implement policies, so that the visions and hopes to be
achieved can be realized in reality. The government's obligation to pay attention to
these two policy perspectives should be a concern so that both parties can carry out
existing policies in achieving certain goals. The purpose of writing this scientific
article is to provide a better understanding of the policy gaps between local and city
governments that cause many differences. The writing method used by the author in
this scientific article is a qualitative method with an ethnographic approach. In
collecting the data used in writing this article, the author uses data collection methods
with observational and descriptive techniques where the data is obtained from related
journals and modules as well as the results of research that has been carried out by
previous parties. The results of writing this scientific article conclude that government
and regional policies have certain factors so that there are several policy differences.
Among them are the lack of regional governments in allocating their regional
autonomy rights to develop their regions properly. The highest authorities should pay
more attention to this issue so that there is no longer a policy gap between these two
perspectives.

Keyword: comparison of local and city government policy.

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan kebijakan pada suatu Negara yang memiliki struktur pemerintahan


yang padu dilakukan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dimana
kebijakan tersebut diharapkan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dalam hal ini,
sebagai Negara kepulauan yang memiliki banyak daerah kecil, kebijakan tersebut akan
menjadi pengaruh penting dalam perkembangan daerah agar dapat mengimbangi
perubahan yang ada mengingat seiring pergantian zaman, kian banyak perubahan yang
muncul pada setiap aspek kehidupan salah satunya pada aspek struktur politik.
Kebijakan otonomi sebagai bentuk pelimpahan kekuasaan yang diberikan oleh
pemerintah pusat dapat menjadi faktor pendukung dalam menyukseskan kebijakan
pemerintah daerah yang efisien dalam mensejahterakan masyarakatnya. Namun sangat
disayangkan kekuasaan tersebut belum dapat digunakan sebagaimana yang diharapkan
sehingga masih banyak ketimpangan yang terlihat antara pemerintah daerah dan
pemerintah kota.

Kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh


suatu actor atau sejumlah actor dalam mengatasi suatu masalah atau
persoalan. Kebijakan harus berdasarkan hukum sehingga memiliki kewenangan
masyarakat untuk mematuhinya (Anderson, 1979). Namun kebijakan tak dapat pula
disama artikan dengan hokum, dimana hokum bersifat koersif atau memaksa,
kebijakan hanya menjadi pedoman terhadap suatu tindakan yang dimana kebijakan
tersebut digunakan dalam memperoleh hasil yang di inginkan. Istilah kebijakan yang
dimuat dalam Kamus Besar Bahas Indonesia, mengartikan kebijakan sebagai rangkaian
konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada
pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu. Hakikatnya
kebijakan merupakan suatu kajian yang mengatur proses pembuatan keputusan penting
dalam suatu organisasi, termasuk dalam pengambilan keputusan pada suatu instansi
pemerintahan. Selain itu kebijakan dapat diartikan sebagai mekanisme politis,
manajemen, finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.

Dalam pemerintahan, kebijakan digunakan sebagai pedoman yang digunakan dalam


mencapai suatu tujuan. Biasanya kebijakan tersebut berbeda pada tiap struktur
pemerintahan yang ada dimana perbedaan tersebut paling mencolok terlihat pada
pemerintah kota dan pemerintah daerah. Indonesia sebagai Negara yang memiliki
banyak daerah tentu tidak akan cukup apabila secara keseluruhan pemerintahan hanya
di urus oleh pemerintah pusat dimana hal tersebut akan menyebabkan masalah baru

3
dimana tidak menyeluruhnya pembangunan dan perekonomian dan struktur
pemerintahan akan sulit menjangkau tiap daerahnya. Dengan demikianlah dibentuk
pemerintah daerah dengan maksud agar pemerintah kota atau pusat terbebas dari
urusan yang tidak semestinya diurus oleh pemerintah pusat sehingga pemerintah
daerah dapat mengoptimalkan kinerja mereka dalam membangun daerah tersebut.
Dalam hal tersebut, muncul pula beragam perbandingan antara pemerintah daerah dan
pemerintah kota yang membuat ketimpangan dua perspektif tersebut yang berdampak
pada perbedaan pembangunan dan perekonomian antara kota dan daerah.

1.2 Tujuan Penulisan

Dalam tujuan penulisan artikel ilmiah ini ialah membuka pemahaman tentang
ketimpangan penyelenggaraan kebijakan antaraa pemerintah kota dan daerah yang
dimana dua perspektif tersebut memiliki haknya masing-masing dalam mengatur
daerahnya namun masih banyak perbandingan ataupun kekurangan salah satu pihak
yang sangat signifikan sehingga tidak meratanya pembangunan dan perekonomian.
Selain itu, penulis berharap dengan artikel ilmiah ini dapat membuat perubahan kecil
dalam bentuk tindakan masyarakat selaku penggerak dari kebijakan tersebut agar lebih
terbuka pikirannya tentang kebijakan tersebut sehingga ada kemauan untuk menjadi
lebih maju.

1.3 Metode Penulisan

Tulisan ilmiah ini dibuat oleh penulis dengan menggunakan metode kualitatif
dalam pendekatan etnografi dalam mempelajari topik terkait. Selain itu, dalam
pengumpulan data penulis menggunakan pendekatan observasi dimana data-data yang
didapat berasal dari jurna dan modul terkait dan juga hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh pihak terdahulu. Subyek yang digunakan dalam penulisan artikel ini
adalah pemerintah kota dan daerah dimana topik mendalam berupa perbandingan
antara dua perspektif tersebut.

1.4 Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dijabarkan oleh penulis sebelumnya pada pengenalan topik
yang dimuat pada artikel ilmiah ini, maka rumusan masalah yang akan menjadi
pembahasan pada artikel ini ialah sebagai berikut

1. Apa implementasi dari kebijakan pemerintah kota dan daerah dalam


memajukan daerah masing-masing?
2. Dari perbandingan tersebut, apa saja upaya yang dapat dilakukan oleh dua
pihak tersebut agar pemerataan kebijakan dapat terlaksana dengan baik dan
efisien?

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dan Pemerintah Daerah

Pemerintah merupakan suatu kesatuan yang dimana fungsinya adalah sebagai


penyelenggara Negara. Umumnya, pemerintah diartikan sebagai kelompok atau
organisasi yang memegang kekuasaan untuk memerintah Negara. Didalam Kamus
Besar Bahasa Indoneisa, pemerintah diartikan sebagai badan tertinggi yang memiliki
wewenang dalam mengatur negaranya dalam berbagai aspek kehidupan sosial,
ekonomi, dan poltik. Kata pemerintah merujuk pada subyek orang-orang yang
memimpin suatu daerah dalam mencapai tujuan tertentu sementara pemerintahan
merupakan instansi itu sendiri. Kedua kata tersebut saling melengkapi satu sama lain.

Samuel Edward Finer dalam bukunya Comparative Goverment, menyatakan bahwa


istilah goverment paling sedikit mempunyai empat arti yang menunjukan; (1) Kegiatan
atau proses memerintah yaitu melaksanakan control/pengwasan atau pihak lain, (2)
Masalah-masalah (hal ikhwal) negara dalam mana kegiatan atau proses diatas
dijumpai, (3) Orang-orang (maksudnya pejabat-pejabat) yang dibebani tugas untuk
memerintah, dan (4) Cara metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu
diperintah.

Dalam pemerintahan yang memiliki wewenang dalam menjalankan tujuan dalam suatu
Negara atau daerah, tentu diperlukan suatu kebijakan yang nanti akan menjadi
landasan hokum yang mengharuskan masyarakat sebagai pelaku kebijakan tersebut.
Tiap pemerintahan akan membentuk kebijakannya masing-masing dalam memajukan
daerahnya. Dalam hal ini, pemerintah pusat biasanya akan memberikan wewenang
kepada pemerintah daerah dalam membentuk susunan kebijakannya secara mandiri
mengingat pemerintah kota sebagai pemerintah pusat memiliki kesibukannya sendiri
dalam mengurus kepentingannya. Wewenang tersebut biasanya disebut sebagai
otonomi daerah dimana pemerintah pusat akan melimpahkan kekuasaan kepada
pemerintah daerah guna mengembangkan daerah tersebut sesuai dengan tujuan dan
kegiatan yang hendak dilakukan.

Hanya saja, dalam pelaksanaan wewenang tersebut pemerintah daerah belum dapat
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tertentu sehingga masih banyak
pemerintah daerah yang belum bisa mengimbangi perkembangan pemerintah kota. Tak
hanya itu, perbedaan arus modernisasi yang ada juga menjadi pengaruh kuat dimana
hal tersebut mempengaruhi pola pikir para pemangku kekuasaan yang terkesan lampau
dan kurangnya inovasi-inovasi dalam membangun daerah.

5
2.2 Upaya dalam Pemerataan Kebijakan

Peranan pemerintah sebagai pemangku kekuasaan menjadi sangat penting dalam


membangun daerah menjadi lebih maju dari berbagai aspek. Dengan demikian
diperlukan upaya-upaya dalam pemerataan kebijakan sehingga terbentuknya daerah
yang maju. Dalam menjalankan tugasnya, dua perspektif tersebut memiliki perbedaan
dimana pemerintah kota memiliki urusan pemerintah absolut dimana pihak tersebut
memiliki wewenang lebih dalam mengurus politik luar negeri, pertahanan, keamanan,
yustisi, moneter, dan fiscal nasional. Berbeda dengan pemerintah daerah yang
memiliki lingkup wewenang yang tidak seluas pemerintah kota. Selain itu perbedaan
juga dapat dilihat dari urusan konkuren dimana terdapat perbedaan urusan antara
lingkup kota dan daerah. pemerintah kota biasanya dipegang oleh pemegang
kekuasaan tertinggi yang memiliki kuasa penuh dalam mengatur, yang nantinya
dibantu oleh para menteri-menteri. Pemerintah daerah diselenggarakan oleh unit kecil
yang merupakan pecahan dari penyelenggara pemerintah kota

Dalam upaya pemerataan kebijakan dua perspektif tersebut, diperlukannya kesadaran


masing-masing dalam mengupayakan tercapai tujuan yang hendak dituju. Biasanya
berupa pembangunan ekonomi atau infrastruktur ataupun dalam mengembangkan pola
pikir masyarakat. Biasanya kedua perspektif ini diberikan wewenang masing-masing
dalam mengurusi daerahnya. Wewenang tersebut disebut sebagai otonomi yang
dimana daerah diberikan wewenang manajemen secara mandiri terhadap daerah terkait
sehingga terciptanya keselarasan pada tiap daerah baik itu perkotaan maupun daerah
pedesaan. Hak otonomi tersebut ada baiknya dipergunakan sebaik-baik mungkin dalam
mengatur dan memajukan daerah dan tidak disalahgunakan dengan tindakan yang tidak
bertanggung jawab. Diharapkan hak otonomi tersebut dapat memunculkan ide-ide baru
dalam mengembangkan fungsi pemerintah yang memiliki mutu dalam
mensejahterakan masyarakatnya.

6
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari uraian yang dipaparkan pada pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. Kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan


oleh suatu actor atau sejumlah actor dalam mengatasi suatu masalah atau
persoalan. Kebijakan harus berdasarkan hukum sehingga memiliki
kewenangan masyarakat untuk mematuhinya
2. Dalam pemerintahan, kebijakan digunakan sebagai pedoman yang digunakan
dalam mencapai suatu tujuan. Biasanya kebijakan tersebut berbeda pada tiap
struktur pemerintahan yang ada dimana perbedaan tersebut paling mencolok
terlihat pada pemerintah kota dan pemerintah daerah.
3. Pemerintah merupakan suatu kesatuan yang dimana fungsinya adalah sebagai
penyelenggara
4. Kata pemerintah merujuk pada subyek orang-orang yang memimpin suatu
daerah dalam mencapai tujuan tertentu sementara pemerintahan merupakan
instansi itu sendiri. Kedua kata tersebut saling melengkapi satu sama lain.
5. Dalam menjalankan tugasnya, dua perspektif tersebut memiliki perbedaan
dimana pemerintah kota memiliki urusan pemerintah absolut dimana pihak
tersebut memiliki wewenang lebih dalam mengurus politik luar negeri,
pertahanan, keamanan, yustisi, moneter, dan fiscal nasional. Berbeda dengan
pemerintah daerah yang memiliki lingkup wewenang yang tidak seluas
pemerintah kota
6. Dalam upaya pemerataan kebijakan dua perspektif tersebut, diperlukannya
kesadaran masing-masing dalam mengupayakan tercapai tujuan yang hendak
dituju.

3.2 Saran

Selaku penulis sangat amat berharap instansi pemerintah baik itu milik kota
maupun daerah dapat mengimplementasikan kebijakannya dalam memajukan daerah
masing-masing dan mempergunakan haknya dalam mengambil keputusan sehingga
tidak ada lagi ketimpangan antara pemerintah kota dan daerah. Selain itu, diharapkan
pula pada pemerintah daetah agar dapat mengejar perkembangan yang ada dengan
maksud agar terciptanya masyarakat yang sejahtera dan terbentuknya daerah yang
maju dan makmur.

7
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, I. (2014). Audit Sektor Publik: Pemeriksaan Pertanggungawaban Pemerintah
(3 ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Bisma, I. D., & Susanto, H. (2010, Desember ). Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003-2007. Ganec Swara ,
75-86.

Dary, Y. W., & Yahya, M. (2016). Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Pendapatan
Asli Daerah Periode Opini Non WTP dan Periode Opini WTP. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Ekonomi Akuntansi , 1, 60-73.

Dianto, A. (2017, January). Uji Normalitas Dua Sampel (Mean) Menggunakan SPSS .
Retrieved Juli 2018, from Aksiomatik Metodologi Penelitian dan Statistika :
https://aksiomatik.wordpress.com/2017/01/29/uji-normalitas-dua-sampel-mean-
menggunakan-spss/

Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23 (8


ed.). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2016). Desain Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif untuk Akuntansi,


Bisnis, dan Ilmu Sosial Lainnya. Semarang: Yoga Pratama.

Ghozali, I. (2015). Statistik Non Parametrik - Teori dan Aplikasi dengan program IBM
SPSS 23. Semarang: Universitas Diponegoro.

Ghozali, I., & Chariri, A. (2014). Teori Akuntansi (Edisi 4 ed.). Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Grey, R. (2001). Thirty Years of Social Accounting, Reporting, and Auditing: What (if
anything) have we learnt? Business Ethics: A European Review , 10, 9-15.

Hoogerwerf , Ilmu Pemerintahan, Erlangga, Jakarta, 1978

Oberlin Silalahi, Beberapa Aspek Kebijakan Negara, Liberty Yogyakarta, 1989.

Charles E. Lindblom, Proses Penetapan kebijaksanaan, Edisi Kedua Penerjemah Ardin


Syamsudin, Erlangga, Jakarta, 1986.

M. Solly Lubis , Kebijakan Publik, Penerbit CV. Mandar Maju, Bandung, 2007.

Y.T.Keban, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teori dan Isu, Edisi
2, Penerbit Gava Media, Yogyakarta,2008.

C.Bryant & L.G. White; Manajemen Pembangunan untuk negara berkembang,


LP3ES, Jakarta, 19897

Anda mungkin juga menyukai