Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
Hodari
Kelas: 3 R3
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................5
C. Tujuan................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
A. Kesimpulan......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan masyarakat telah diformulasikan dengan cara yang berbeda-beda
bergantung pada lembaga atau organisasi yang membuat formulasi itu. Masyarakat
sekolah mungkin bisa dilukiskan sebagai kekotaan atau pedesaan, sebagai pertanian
atau non-pertanian, sebagai industri atau pemukiman, sebagai kelas pertengahan atau
kelas bawahan. Jadi yang dihadapi oleh sekolah itu sebenarnya bukan satu masyarakat
yang memiliki kepentingan dan masalah yang sama, yaitu pendidikan anak yang
sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat. Lukisan tentang hakekat
masyarakat sekolah ini mungkin bisa memberikan petunjuk kepada administrator
sekolah tentang bagaimana ia hendak bekerja dengan masyarakatnya. Perlunya
program hubungan masyarakat yang efektif telah dikemukakan.
Akan tetapi organisasi program serupa itu harus didasari sejumlah maksud
yang tegas. Apa yang hendak dicapai? Berikut ini adalah beberapa maksud yang kami
sarankan: untuk mengembangkan pemahaman tentang maksud-maksud dan sasaran-
sasaran dari sekolah,untuk menilai program sekolah dalam kata-kata kebutuhan-
kebutuhan yang terpenuhi, untuk mempersatukan orang tua murid dan guru-guru
dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik,untuk mengembangkan kesadaran
tentang pentingnya pendidikan sekolah dalam era pembangunan,untuk membangun
dan memelihara kepercayaan terhadap sekolah, untuk memberitahu masyarakat
tentang pekerjaan sekolah, dan untuk mengerahkan bantuan dan dukungan bagi
pemeliharaan dan peningkatan program sekolah. Hingga berapa jauh maksud-maksud
tersebut di atas itu hendak dijadikan sasaran-sasaran suatu program hubungan
sekolah-masyarakat bergantung pada persepsi administrator sekolah tentang peranan
sekolah di dalam masyarakatnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya sebatas pada dukungan dana,
sementara dukungan lain seperti pemikiran, moral, dan barang/jasa kurang
diperhatikan. Akuntabilitas sekolah terhadap masyarakat juga lemah. Sekolah tidak
merasa berkeharusan untuk mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan
kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa, sebagai salah satu unsur utama yang
berkepentingan dengan pendidikan (stakeholder). Masyarakat merupakan komponen
utama terselenggaranya proses pendidikan. Kontribusi masyarakat di lingkungan
sekolah perlu dioptimalkan sebagai upaya pemberdayaan dalam rangka mewujudkan
visi dan misi sekolah dengan paradigma pendidikan yang baru. Masyarakat dapat
memberikan sumbangsihnya kepada sekolah dengan memberikan masukan-masukan
terutama dalam penyusunan program-program sekolah. Demikian juga dalam
pelaksanaan program, dukungan masyarakat perlu dioptimalkan. Rencana
6
Pengembangan Sekolah dibuat bersama-sama oleh sekolah dan masyarakat,
disampaikan secara terbuka, diperbaharui setiap tahun, dan dilaksanakan. Peningkatan
peran serta masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk peningkatan kondisi lingkungan
sekolah yang mendukung pembelajaran anak. Untuk itu, sekolah perlu menggalang
hubungan baik dengan masyarakat. Sekolah memiliki program-program yang perlu
dipahami masyarakat, dan sekolah juga perlu mendengarkan saran-saran dari
masyarakat. Dengan hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat, terjalin
persatuan antara guru dan orang tua yang secara bersama-sama dapat memenuhi
kebutuhan pendidikan peserta didik dan peningkatan mutu belajar. Selain itu
masyarakat dapat memantau dan menilai program-program sekolah agar tercipta
transparasi dan akuntabilitas sekolah.
Apabila jalinan antara sekolah dan masyarakat tercipta dengan baik, maka
dukungan dan bantuan masyarakat terhadap pemeliharaan dan peningkatan program
sekolah pun akan kian terbuka. Masyarakat harus terlibat dalam peningkatan mutu
pendidikan di sekolah, salah satu di antaranya ialah karena adanya keterbatasan
pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah. Pendidikan yang baik
tentu memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit. Simpati masyarakat terhadap
sekolah perlu dibangun agar masyarakat juga memberikan kontribusinya secara aktif
dan optimal. Melalui keterlibatan masyarakat, maka kegiatan operasional, kinerja, dan
produktivitas sekolah diharapkan dapat terbantu. Namun demikian, harus diingat
bahwa peran serta, dukungan, dan simpati masyarakat terhadap peningkatan mutu
pendidikan tidaklah datang dengan sendirinya. Sekolah perlu secara proaktif dan
kreatif mengembangkan hubungan kerjasama yang harmonis dan sinergis dengan
masyarakat. Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat secara nyata
dalam suatu kegiatan.
Dunia usaha dan dunia industri, seperti para pemilik usaha toko, pabrik, dealer
kendaraan bermotor, dan wiraswastawan yang berada di lingkungan sekolah Lembaga
sosial budaya, seperti organisasi profesi, organisasi sosial, para pemuka adat, RT,
RW, PKK, bahkan organisasi seni budaya.
pengambilan keputusan,
pelaksanaan, dan
penilaian.
8
pula dalam perjalanan program, tentunya perlu kontrol dan upaya-upaya untuk
memperbaiki. Hal itu merupakan contoh peran serta masyarakat dalam mengevaluasi.
1. Fasilitas yang bersifat fisik seperti tempat dan perlengkapan belajar di kelas, alat-
alat pengajaran, buku-buku pelajaran, dan perlengkapan berbagai praktikan,
perlengkapan keterampilan, dan lain-lain.
2. Fasilitas yang bersifat non fisik seperti waktu, kesempatan biaya dan berbagai
aturan serta kebijaksanaan pimpinan sekolah. Menurut Slameto dan Kriswandani,
bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok/bentuk, seperti berikut ini:
9
E. Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
Hal penting yang harus melibatkan masyarakat dalam pendidikan adalah pada
penyelenggaraan pendidikan. Yang dimaksud dengan penyelenggaraan pendidikan
antara lain adalah penerimaan siswa baru, pengadaan guru, pengadaan sarana dan
prasarana, dan pengawasan. Dengan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan, masyarakat dapat mengontrol penyelenggaraan tersebut. Hal itu di satu
sisi bermanfaat untuk mendorong kesungguhan penyelenggara pendidikan agar
senantiasa profesional dan berkulitas, sementara di sisi yang lain, keterlibatan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan akan makin menebalkan rasa
memiliki masyarakat terhadap lembaga pendidikan. Dengan hal ini loyalitas mereka
dalam mendukung keberlangsungan pendidikan diharapkan akan semakin kuat.
Dengan dukungan penuh dari masyarakat, pendidikan akan dapat berjalan dengan
efesian dan bahkan cenderung dapat menunjang kemudahan inovasi dan
pengembangannya.
Dalam pendidikan, evaluasi juga merupakan hal yang sangat urgen. Dari
evaluasi ini, diharapkan dapat tergambar seluruh aktifitas yang dilakukan sekolah
dalam rangka menjalankan program-programnya. Lewat pelaksanaan evaluasi akan
diketahui apa saja kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang ada. Selanjutnya
dicarikan tindak lanjut berupa penanggulangan dan perbaikan terhadap kekurangan-
kekurangannya dan pengembangan terhadap kelebihan-kelebihannya. Keterlibatan
masyarakat dalam evaluasi menjadi hal penting karena merekalah pada dasarnya
objek yang membutuhkan keberadaan pendidikan. Atas dasar kebutuhan dan
semangat untuk meningkatkan taraf hidup merekalah pendidikan diselenggarakan.
Maka menjadi sangat naif jika dalam evaluasi pendidikan masyarakat tidak dilibatkan.
Dengan keterlibatan mereka dalam evaluasi, akan menjadi jelas apa yang
kurang dalam penyelenggaraan pendidikan dan apa yang perlu ditingkatkan. Tidak
hanya dalam perspektif pengelola pendidikan namun juga dalam perspektif
masyarakat sebagai ”costumer”. Menurut Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak
dan Sekolah Dasar dalam Menurut Slameto dan Kriswandani, ada bermacam-macam
tingkatan peran serta masyarakat dalam pendidikan yang dapat diklasifikasikan
10
menjadi 7 tingkatan, dimulai dari tingkat terendah ke tingkat yang lebih tinggi.
Tingkatan tersebut terinci sebagai berikut:
1. Peran serta dengan menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. Jenis peran serta
masyarakat ini adalah jenis yang paling umum. Masyarakat hanya memanfaatkan jasa
sekolah dengan memasukkan anak ke sekolah.
2. Peran serta dengan memberikan kontribusi dana, bahan, dan tenaga. Pada peran serta
masyarakat jenis ini, masyarakat berpartisipasi dalam perawatan dan pembangunan
fisik sekolah dengan menyumbangkan dana, barang, dan/atau tenaga.
3. Peran serta secara pasif. Artinya, menyetujui dan menerima apa yang diputuskan oleh
pihak sekolah (komite sekolah), misalnya komite sekolah memutuskan agar orangtua
membayar iuran bagi anaknya yang bersekolah dan orangtua menerima keputusan
tersebut dengan mematuhinya.
11
mulai dari paling tinggi tanggung jawab sekolah (sehingga rendah tanggung jawab
orang tua) sampai yang setara tanggung jawab kedua belah pihak. Dengan
demikian ada tiga model partisipasi orang tua yaitu: Protective atau Separate
Responsibililies, School to Home Transmision atau Sequential Responsibilities,
dan Curriculum Enrichment, serta Partnership atau School Responsibilities (Elliot
dalam Pruitt 2003: 21-27; Swap dalam Christenson, 2002: 15-17; dalam Slameto
dan Kriswandani). Model Protective atau Separate Responsibilities
mengasumsikan bahwa keluarga dan sekolah masing-masing memiliki tanggung
jawab anak yang saling terpisah satu dengan yang lain, maka dari itu akan menjadi
paling efektif dan efisien jika keluarga maupun sekolah menangani tujuan, target
dan kegiatannya masing-masing secara saling lepas.
Mengingat salah satu kunci sukses manajemen dalam menggalang partisipasi
orang tua adalah menjalin hubungan harmonis, maka sekolah perlu
memprogramkan beberapa hal (Mulyasa 2000: 167-170; dalam Slameto dan
Kriswandani) sebagai berikut:
1) Melibatkan orang tua secara profesional dalam mengembangkan peren-canaan,
pelaksanaan dan program sekolah.
2) Menjalin komunikasi secara intensif.
3) Mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dengan
orang tua dalam pembinaan pribadi siswa.
4) Melibatkan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan sekolah yang
bersifat sosial kemasyarakatan.
5) Melibatkan orang tua dalam mengambil berbagai keputusan, agar mereka
merasa bertang-gung jawab untuk melaksanakannya.
6) Mendorong guru untuk mendayagunakan orang tua sebagai sumber belajar dan
menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
2. Partisipasi Orang Tua dalam Perencanaan Pengembangan Sekolah
Partisipasi orang tua dalam perencanaan pengembangan sekolah dapat
ditempuh dengan banyak cara seperti orang tua dapat datang ke sekolah
tanpa/dengan undangan sekolah yang mengundang, dan sekelompok orang tua
mengadakan pertemuan di luar sekolah untuk bersama-sama menampung berbagai
permasalahan yang dihadapi dan dari jumlah permasalahan tersebut dipilih
sejumlah permasalahan paling penting yang akan dipecahkan, serta dalam
12
memecahkan masalah, harus memperhitungkan pula kemungkinan tersedianya
sumber dana dana, tenaga, sarana, dan lain-lain, serta kesempatan untuk mengatasi
masalah tersebut sehingga setelah orang tua membahas dan memberikan masukan
untuk peningkatan mutu sekolah, hasil dari pertemuan tersebut kemudian
diserahkan kepada sekolah.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fungsi-fungsi pokok sekolah ialah untuk mengabdi selaku lembaga
masyarakat untuk melestarikan dan memindahkan nilai-nilai kultural kepada generasi-
generasi penerus; untuk mengembangkan di kalangan anak-anak dan para remaja
pemahaman tentang penghargaan akan tata-tertib sosialnya; dan untuk
mempersiapkan program hubungan sekolah dengan masyarakat tidak mudah.
Perencanaan dengan tanpa persiapan yang mantap akan mengakibatkan pelaksanaan
tidak terarah, yang akan menghabiskan tenaga, biaya dan waktu, karena itu untuk
mempersiapkan program sebaiknya berdasarkan hasil survey.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Dr., Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta, Pt Rineka Cipta : 1999)
Syaiful Sagala, M.Pd, Dr., Konsep dan Makna Pendidikan,(Bandung, Alfabeta : 2007)
Sudjana, Nana., Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Remaja Rosdakarya :
2006)
Ibrahim, R., Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung, Sinar Baru :
2000)
15