Anda di halaman 1dari 32

KELOMPOK MASYARAKAT YANG TERKAIT DENGAN PROGRAM

ORGANISASI PENDIDIKAN

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Hubungan Masyarakat
yang diampu oleh Ibu Dra. Djum Djum Noor Benty, M.Pd, dan
Ibu Rochmawati, S.Pd, M.Pd.

Oleh Kelompok 2:
Afifatul ‘Uyun NIM 190131601280
Ahmad Furqon Akhbar NIM 190131601242
Firda Fitrotul Unsa NIM 190131601224
Febriyani Emilda NIM 19002048

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN

September 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga pada kesempatan ini dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Kelompok Masyarakat yang Terkait dengan Program Organisasi
Pendidikan” tepat waktu. Dengan tanpa mengurangi rasa hormat penulis ucapkan
banyak terimakasih kepada Ibu Dra. Djum Djum Noor Benty, M.Pd. dan Ibu
Rochmawati, S.Pd, M.Pd.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas kelompok.
Dengan makalah ini mungkin dapat menambah wawasan mengenai mata kuliah
Manajemen Hubungan Masyarakat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
harapkan untuk memberikan kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata dari penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Malang, 20 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................
A. Keterkaitan Masyarakat dengan Lembaga Pendidikan...................................................
B. Kelompok-Kelompok Masyarakat dalam Berbagai Bidang...........................................
C. Perkembangan Organisasi Orang Tua Siswa..................................................................
D. Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, dan Majelis Madrasah.........................................
E. Menjalin Kerjasama Dengan Komite Sekolah................................................................
F. Jenis-Jenis Kelompok Masyarakat..................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................................
Kesimpulan.............................................................................................................................
DAFTAR RUJUKAN...............................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan memiliki beberapa substansi manajemen
pendidikan, diantaranya manajemen kurikulum, manajemen peserta didik,
manajemen sumber daya manusia, manajemen sarana dan prasarana,
manajemen keuangan, dan manajemen hubungan masyarakat. Dalam
makalah ini kelompok akan menyajikan salah satu ruang lingkup dari
manajemen hubungan masyarakat, yaitu sekolah yang terkait dengan
program organisasi sekolah. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan
yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, karena sekolah
terbentuk juga karena adanya masyarakat yang mendukung dan
menginginkan, jadi hubungan tersebut memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk ikut turut andil dalam penyelenggaraan pendidikan yang
ada di sekolah.
Sekolah memiliki program-program yang akan dilaksanakan baik
dan bersifat akademik maupun non akademik. Program-program tersebut
pastinya memiliki tujuan agar sekolah dapat terus berinovasi dan
berkembang yang pastinya akan memiliki manfaat ke masyarakat sekitar
sekolah dan orangtua dari peserta didik, maka dari itu program-program
yang disusun dan dibuat oleh sekolah harus dilaksanakan dan dikelola
dengan baik dan perlu dukungan dari masyarakat karena program tersebut
pasti juga membutuhkan bantuan dari masyarakat agar program-program
tersebut dapat berjalan dengan maksimal. Manajemen humas memiliki
peran penting dalam membuat dan menyusun program-program tersebut
yang berfungsi menghubungkan masyarakat dengan sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterkaitan masyarakat dengan lembaga pendidikan?
2. Apa saja jenis kelompok-kelompok masyarakat dalam berbagai
bidang?

1
2

3. Bagaimana perkembangan organisasi orang tua siswa?


4. Apa pengertian dari dewan pendidikan, komite sekolah, dan
majelis madrasah?
5. Bagaimana cara menjalin kerjasama dengan komite sekolah?
6. Apa saja jenis-jenis kelompok masyarakat?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan masyarakat dengan
lembaga pendidikan.
2. Untuk mengetahui jenis kelompok masyarakat dalam berbagai
bidang.
3. Untuk mengetahui perkembangan organisasi orang tua siswa
4. Untuk mengetahui pengertian dan perbedaan dari dewan
pendidikan, komite, dan majelis madrasah.
5. Untuk mengetahui cara menjalin kerjasama dengan komite
sekolah.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis kelompok masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keterkaitan Masyarakat dengan Lembaga Pendidikan


Ketika sekolah dan masyarakat bekerja sama untuk mendukung
pembelajaran yang terjadi di sebuah lembaga pendidikan, maka
keterkaitan tersebut akan mendapat dampak positif dari pihak masyarakat
maupun dari pihak lembaga pendidikan tersebut. Benty & Gunawan
(2015) menyatakan bahwa untuk memaksimalkan tujuan pendidikan yang
akan dicapai seharusnya antara sekolah, keluarga, dan masyarakat harus
bersinergi dan saling bekerja sama dalam mengembangkan potensi peserta
didik. Oleh sebab itu masyarakat, orang tua siswa, dan sekolah harus bisa
berkolaborasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kegiatan
pembelajaran di sekolah yang kualitas sekolah itu sendiri. Pernyataan
tersebut selaras dengan pendapat Ki Hajar Dewantara dalam Putra (2017)
menyatakan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama yang
dikenal dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah (pemerintah)
dan masyarakat. Oleh karena itu masyarakat, orang tua siswa, dan sekolah
harus bisa berkolaborasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
kegiatan pembelajaran di sekolah yang kualitas sekolah itu sendiri.
Menurut Harvard Family Research Project (2010) menyatakan
“partnerships can serve to strengthen, support, and even transform
individual partners, resulting in improved program quality, more efficient
use of resources, and better alignment of goals and curriculum.”. Jadi,
keterkaitan yang berupa kerjasama antara masyarakat dengan lembaga
pendidikan berfungsi untuk memperkuat, mendukung, dan bahkan bisa
memajukan lembaga tersebut yang dapat menghasilkan peningkatan
kualitas program, penggunaan sumber daya yang lebih efisien, dan
keselarasan tujuan yang lebih baik. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 8 dan
Pasal 9 menjelaskan bahwa kaitan dari masyarakat dengan program
pendidikan adalah masyarakat berhak untuk ikut berperan dalam

3
4

perencanaan, Pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan


serta masyarakat memiliki kewajiban atau keharusan memberikan
dukungan sumber daya apapun yang bertujuan untuk penyelenggaraan
pendidikan.
Menurut Guerrero & Moreno (2017) menyatakan “the
participation of families in schools is needed to inform about the legal
interests that all can have and to avoid the transmission of prejudices,
stereotypes or discriminatory attitudes.” Oleh sebab itu maka
keikutsertaan lingkungan sekitar seperti masyarakat maupun pihak
keluarga sangat diperlukan oleh lembaga pendidikan untuk
memberitahukan tentang informasi yang dimiliki lembaga pendidikan
untuk menghindari prasangka yang buruk terhadap lembaga pendidikan
tersebut karena lembaga pendidikan seperti sekolah pasti berada atau
berlokasi di tengah-tengah lingkungan masyarakat maka dari itu lembaga
pendidikan harus mampu memerankan fungsinya secara maksimal.

B. Kelompok-Kelompok Masyarakat dalam Berbagai Bidang


Keterlibatan masyarakat dalam tanggung jawab pendidikan
merupakan keharusan. Terlibatnya masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan dilakukan agar kualitas pendidikan dapat meningkat. Rahmat
(2016) menyebutkan bahwa ada 4 kelompok masyarakat yang turut serta
dalam pengembangan pendidikan:
1. Dewan Pendidikan
Dewan pendidikan adalah badan yang mewadahi peran
serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan,
dan efisiensi pengelolaan pendidikan di kabupaten atau kota.
Dewan pendidikan berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan, dukungan
tenaga, sarana prasarana, serta pengawasan pendidikan pada
tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten atau kota.
5

2. Komite Sekolah
Komite sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan
sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah.
3. Tata Kelola dan Kepengurusan
a. Dewan pendidikan
Tanggung jawab masyarakat dalam penentuan arah
dan kebijakan penyelenggaraan pendidikan disalurkan
melalui Dewan Pendidikan. Di tiap daerah tingkat II
berkesempatan menentukan Peraturan Daerah untuk
memebntuk Dewan Pendidikan, Dewan Sekolah atau
Komite Sekolah.
b. Dewan sekolah
Keterlibatan masyarakat dalam sekolah telah
memperoleh wadah yang cukup besar, yang menempatkan
masyarakat sebagai bagian dari proses pendidikan yang
berlangsung. Efektivitas peran masyarakat dalam wadah
dewan sekolah sangat bergantung pada kreatifitas lembaga
tersebut dalam melahirkan dan menjalankan bentuk-bentuk
dukungannya terhadap program-program sekolah.
c. Kerjasama pendidikan
Pemerintah Kota memiliki wewenang untuk
mengatur dan menjalin hubungan kerjasama dengan
berbagai pihak termasuk Perguruan Tinggi dan satuan
penyelenggara pendidikan luar sekolah.
4. Hubungan Sekolah dan Orang Tua Murid
Hubungan sekolah dengan orang tua murid dapat berupa
paguyuban orang tua. Fungsinya sebagai pembantu pemelihara
sekolah, maupun komite sekolah. Sedangkan tujuan hubungan
sekolah dengan orang tua sebagai berikut: memupuk pengertian
6

dan pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan pribadi


anak; memupuk pengertian dan cara mendidik anak yang baik, agar
anak memperoleh pengalaman yang kaya dan bimbingan yang
tepat sehingga anak berkembang secara maksimal.
Sedangkan menurut Gordon dalam Maisyaroh dalam Benty
& Gunawan (2015) menyebut bahwa ada 19 kelompok masyarakat
yang terkait dengan lembaga pendidikan :
1. Organisasi orang tua siswa dan guru
Organisasi ini memang tidak populer diantara
masyarakat, namun ada beberapa sekolah yang secara
terbuka memberi wadah bahkan mewajibkan para orang tua
untuk turut serta memantau pembelajaran putra-putrinya.
Seperti salah satu sekolah madrasah yang menyediakan
buku penghubung antara wali kelas dengan orang tua.
Sedangkan program aktifnya adalah grup media sosial yang
aktif juga pertemuan rutin setiap bulan untuk
membicarakan permasalah belajar siswa ketika di rumah.
2. Orang tua secara individual
Dapat dikatakan bahwa orang pertama dan paling
utama yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan
pendidikan anak ialah orang tua. Sehingga para orang tua
diharapkan saling membantu dalam menyelesaikan
permasalahan tumbuh kembang anak agar dapat
melancarkan proses pembelajaran.
3. Keluarga orang tua
Lingkungan dimana siswa menghabiskan sebagian
besar waktunya adalah bersama keluarga. Sehingga sedikit
banyak hal ini mempengaruhi proses belajar mengajar
siswa. Faktor keluarga dapat berupa keadaan atau kondisi
ekonomi orang tua atau keluarga siswa. Kebutuhan alat-alat
pengajaran dan pembelajaran siswa diperoleh melalui
penyediaan atau kemampuan pribadi sehingga apabila
7

keluarga siswa mampu maka fasilitas yang dibutuhkan akan


mudah dipenuhi dan pembelajaran semakin lancar.
4. Asosiasi pembayar pajak
Asosiasi pembayar pajak adalah kelompok
masyarakat yang mengeluarkan pajak khusus untuk
pendidikan. Pajak ini ditujukan untuk proses pembelajaran
di dunia pendidikan. Namun di Indonesia assosiasi ini
masih belum diadakan.
5. City council (dewan perwakilan rakyat)
Adanya otonomi daerah memberikan kesempatan
bagi pemerintah daerah untuk menyusun pendidikan yang
sesuai dengan kondisi daerah. Dewan perwakilan rakyat
bertugas untuk membangun daerahnya bersama pemerintah
daerah masing-masing untuk membangun daerahnya sesuai
kebutuhan, potensi, dan kemampuan masing-masing
daerah.
6. School board (yayasan)
Yayasan yang kegiatannya di bidang pendidikan
adalah badan hukum yang mempunyai dasar kuat dan sah
untuk melakukan kegiatan di bidang pendidikan secara
langsung sehingga tidak diperlukan lagi payung hukum lain
yakni hanya mengacu pada. Menurut Undang-undang
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yayasan adalah
badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan
dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak
mempunyai anggota.
7. Organisasi bisnis komersial
Hubungan antara organisasi bisnis komersial
dengan pendidikan sangat erat sekali dan saling membantu
satu sama lain dalam mencapai kemajuan. Seperti lembaga
8

kursus, bimbingan belajar, pelatihan keterampilan, dan


sebagainya.
8. Kelompok-kelompok yayasan
Kelompok-kelompok layanan adalah organisasi
yang berdiri di bidang layanan khusus, seperti layanan
kesehatan. Seperti kerja sama antara puskesmas dan
sekolah sehingga ketika ada siswa yang membutuhkan
fasilitas kesehatan tersebut dapat langsung merujuk ke
puskesmas terkait.
9. Kelompok-kelompok khusus yang berminat dalam bidang
pendidikan
Di Indonesia sendiri banyak terdapat komunitas-
komunitas yang berisikan orang-orang yang peduli akan
pendidikan. Seperti Indonesia mengajar, akademi berbagi
dan Indonesia bercerita. Sekolah dapat menjalin kerja sama
dengan komunitas-komunitas ini untuk memperkaya variasi
pengajaran dari mereka.
10. Pimpinan-pimpinan bisnis penting
Banyak pimpinan-pimpinan bisnis yang tertarik
dalam menginvestasikan usahanya dalam bentuk
pendidikan. Hal ini dapat dimanfaatkan lembaga
pendidikan untuk mendapatkan hibah dari pimpinan-
pimpinan bisnis tersebut.
11. Dewan perdagangan
Kementerian perdagangan adalah kementerian
dalam pemerintahan Indonesia yang membidangi urusan
perdagangan. Tugasnya ialah menyelenggarakan urusan di
bidang perdagangan dalam pemerintahan untuk membantu
presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Dewan perdagangan di Indonesia contohnya Kamar
Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia) adalah
organisasi pengusaha Indonesia yang bergerak di bidang
9

perekonomian. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1987


mengenai Kamar Dagang dan Industri menetapkan bahwa
seluruh pengusaha Indonesia di bidang usaha negara, usaha
koperasi, dan usaha swasta secara bersama-sama
membentuk organisasi Kamar Dagang dan Industri sebagai
wadah dan wahana pembinaan, komunikasi, informasi,
representasi, konsultasi, fasilitasi, dan advokasi pengusaha
Indonesia. Organisasi ini juga dapat menyelenggarakan
pendidikan, latihan, dan kegiatan lain yang dapat
bermanfaat dalam rangka pembinaan dan pengembangan
kemampuan pengusaha Indonesia.
12. Organisasi veteran
Salah satu wujud nyata kerjasama antara organisasi
veteran dengan pendidikan adalah kerjasama antara legiun
veteran republik Indonesia dengan harapan dapat
meningkatkan rasa nasionalisme siswa terhadap bangsa dan
negara. Selain itu diharapkan pada diri siswa tertanam akan
kebanggaan menjadi warga negara Indonesia. Siswa akan
selalu menghargai jasa para pahlawan. Dan siswa
diharapkan sadar bahwa bangsa dan negara membutuhkan
mereka sebagai penerus dan generasi pelurus bangsa
sehingga semakin semangat dalam belajar.
13. Kelompok-kelompok pekerja
Kelompok pekerja di Indonesia saat ini ialah
Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI)
yang terdiri dari beberapa federasi. Salah satunya adalah
federasi pendidikan, pelatihan, dan pegawai negeri. Sekolah
dengan menjalin kerjasama dengan serikat pekerja
diharapkan siswa akan tumbuh jiwa kerja keras dan jiwa
kewirausahaan untuk membangun bangsa dan negara akan
lebih maju dan disegani terus oleh bangsa lain.
14. Kelompok-kelompok agama
10

Banyak sekolah yang menjalin kerjasama strategis


dengan tempat peribadatan untuk menumbuhkan rasa
agamis peserta didik. Bahkan kementerian agama sendiri
memiliki lembaga pendidikan sendiri. Ada pula sekolah di
bawah lembaga pemerintah yang bekerja sama dengan
yayasan pondok pesantren sekitar untuk menyediakan
tambahan pendidikan agama seperti mengaji dan membaca
kitab.
15. Politikus
Menurut Farikhah (2015) dalam paradigma otonomi
seperti saat ini diperlukan kemampuan sekolah (kepala
sekolah) untuk membangun kerjasama yang harmonis
dengan berbagai institusi pemerintahan mulai dari tingkat
pusat hingga tingkat kabupaten/kota/kecamatan bahkan
kelurahan. Otonomi daerah yang dikeluarkan pemerintah
bertujuan untuk memberi kesempatan bagi setiap daerah
untuk menyusun pendidikan sesuai dengan keadaan daerah
masing-masing.
16. Organisasi persaudaraan
Organisasi persaudaraan bentuk nyatanya di
Indonesia salah satunya ialah organisasi Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama. Organisasi ini beranggotakan seluruh
pelajar baik dari jenjang sekolah menengah hingga
perguruan tinggi. Biasanya kegiatan yang mereka lakukan
ialah belajar bersama murid TK hingga SD.
17. Organisasi kesejahteraan
Organisasi ini bersifat non profit dan berisikan
orang-orang yang peduli dengan sesama. Tujuan organisasi
ini adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
antusiasme, dan partisipasi.
11

18. Organisasi pemerintah


Organisasi pemerintahan negara adalah sejumlah
organisasi atau lembaga yang dibentuk dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan negara, berupa organisasi
kenegaraan dan organisasi pemerintahan. Dalam
pemerintahan terdapat tingkatan berbagai organisasi
pemerintahan yang bergerak di bidang pendidikan seperti
Kementerian pendidikan dan kebudayaan, direktorat
jenderal perguruan tinggi, dan dinas pendidikan.
Seluruhnya bergerak untuk mengembangkan pendidikan.
19. Pengelola pers, televisi, dan radio
Sekolah dapat menjalin kerja sama dengan pihak
media massa untuk menyediakan pelatihan maupun
kunjungan belajar mengenai media massa. Hal ini tentu
baik untuk mengembangkan kemampuan jurnalistik peserta
didik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa banyak organisasi yang terkait
dengan pendidikan. Bukan hanya organisasi yang didirikan oleh
pemerintah namun juga organisasi yang secara mandiri didirikan oleh
masyarakat. Seperti organisasi orang tua siswa dan guru, orang tua secara
individual, keluarga orang tua, asosiasi pembayar pajak, yayasan,
organisasi bisnis komersial, dan organisasi lainnya.

C. Perkembangan Organisasi Orang Tua Siswa


Sebaik apapun pelajaran yang diperoleh siswa jika tidak
ditindaklanjuti di lingkungan keluarga maka hasil pembelajaran yang
diperoleh siswa tersebut tetap tidak akan optimal. Sehingga apabila
partisipasi orang tua siswa diwadahi dengan baik maka sekolah dapat
meningkatkan mutu sekolah serta meningkatkan proses belajar mengajar
di sekolah. Sumarsono (2019) menyatakan bahwa sekolah dan orang tua
memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau
pendidikan secara efektif dan efisien.
12

Benty & Gunawan (2015) menyebutkan bahwa organisasi orang


tua siswa di Indonesia telah mengalami empat pengembangan:
1. Perkumpulan Orang tua Murid dan Guru-guru
Murray, dkk (2019) menyebutkan bahwa Parent
Teacher Association adalah organisasi yang dipimpin oleh
orang tua, organisasi yang mencoba membuat struktur
berkomunikasi orang tua secara kolektif dengan pemimpin
sekolah dan jalan bagi orang tua untuk berkontribusi waktu,
uang, dan energi ke sekolah anak-anak mereka. Dengan
demikian, akan tercipta kolaborasi strategis untuk
mengetahui hubungan antara keluarga dan sekolah dan
implikasinya terhadap pendidikan ketidaksamaan.
Organisasi ini memiliki landasan hukum Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1950 pasal 28 ayat 1 yang menyatakan
bahwa hubungan antara sekolah dan orang-orang tua murid
dipelihara sebaik-baiknya.
2. Perkumpulan Orang Tua Murid
Organisasi ini adalah kelanjutan dari organisasi
sebelumnya hanya saja berganti nama. Pergantian nama ini
disebabkan isu yang beredar di masyarakat yang
menyatakan bahwa guru-guru menyalahgunakan keuangan
organisasi ini.
3. Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah
Pada tanggal 20 November 1974 nama POM
(Perkumpulan Orangtua Murid) berganti dengan nama BP3.
Perubahan nama ini terjadi karena citra POM dinilai lebih
menitikberatkan pada pengumpulan uang pungutan. Tujuan
BP3 adalah memelihara dan meningkatkan hubungan erat
dan serasi kerjasama dan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat, dan pemerintah untuk
menyempurnakan kegiatan pendidikan.
13

4. Komite Sekolah
Seiring dengan semakin berkembangnya pendidikan
di Indonesia menjadikan wadah keterlibatan masyarakat
akan pendidikan turut berkembang hingga pada tahun 2002
wadah BP3 bertambah peran dan fungsinya sekaligus
personilnya yang tidak hanya di sekitar sekolah. Beriringan
dengan perkembangan ini nama BP3 kemudian berganti
menjadi komite sekolah. Jika BP3 merupakan badan yang
terpusat, namun komite sekolah berdiri pada tiap sekolah
sehingga sekolah dapat dengan mandiri berkembang.
Jadi perkembangan perkumpulan orang tua murid dan guru hingga
menjadi komite sekolah telah melalui banyak pertimbangan dan
permasalahan. Berawal dari kesadaran pemerintah bahwa pendidikan
bukanlah tanggung jawabnya seorang dan kesadaran masyarakat bahwa
mereka turut bertanggung jawab akan pendidikan hingga dibangunnya
wadah yang menyediakan tempat bagi masyarakat untuk turut
mengembangkan pendidikan. Dan perubahan nama, tugas dan fungsi yang
turut menyempurnakan perkembangan organisasi ini.

D. Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, dan Majelis Madrasah


Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 54 ayat 1 menyatakan peran serta masyarakat dalam
pendidikan meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga,
organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan. Kemudian
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 56 ayat 1 menyatakan masyarakat berperan dalam
peningkatan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan
komite sekolah / madrasah.
Benty & Gunawan (2015) menyatakan bahwa maksud dari
dibentuknya Dewan dan Komite sekolah adalah agar ada suatu organisasi
masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli
14

terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Keberadaan dewan dan komite


sekolah difokuskan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Menjadi
anggota dewan pendidikan dan komite sekolah memiliki kriteria tersendiri.
Kriteria anggota ditentukan sendiri melalui suatu proses refleksi
kepemimpinan dengan berbasis nilai-nilai luhur, yakni jujur, ikhlas,
peduli, tanpa pamrih, dan rendah hati.
1. Dewan Pendidikan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
menyatakan bahwa Dewan Pendidikan adalah badan yang
mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan
mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di
kabupaten / kota. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 192
ayat 8 menyatakan masa jabatan Dewan Pendidikan adalah 5
(lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan. Dewan pendidikan bersifat mandiri, tidak mempunyai
hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintah daerah. Hal ini
dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 56 ayat 2 yang menyatakan
Dewan Pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan
dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan dengan
memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,sarana
dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan
hierarkis.
Benty & Gunawan (2015) menyatakan tujuan dewan
pendidikan, yaitu: (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan
prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan dan program
pendidikan; (2) meningkatkan tanggung jawab dan peran serta aktif
dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan; dan (3) menciptakan suasana dan kondisi transparan,
15

akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan


pendidikan yang bermutu. Benty & Gunawan (2015) juga
menyatakan bahwa peran dari dewan pendidikan adalah sebagai
berikut: (1) pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan; (2) pendukung
(supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; (3) pengontrol
(controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan; dan (4) mediator antara
pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan rakyat Daerah
(DPRD, legislatif) dengan masyarakat.
Fungsi dewan pendidikan juga diungkapkan oleh Benty &
Gunawan (2015) yaitu: (1) mendorong tumbuhnya perhatian dan
komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu; (2) melakukan kerja sama dengan masyarakat
(perorangan/organisasi), pemerintah, dan DPRD berkenan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; (3) menampung dan
menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan
pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; (4) memberikan
masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada pemerintah
daerah/DPRD mengenai kebijakan dan program pendidikan;
kriteria tenaga daerah dalam bidang pendidikan; kriteria tenaga
kependidikan; dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan; (5)
mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam
pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan
pendidikan; dan (6) melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap
kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan.
2. Komite Sekolah
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
menyatakan bahwa komite sekolah adalah badan mandiri yang
mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan
16

mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan


pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan
sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Kemudian menurut
Pardjono (2014) juga menjelaskan bahwa komite sekolah sebagai
badan penghubung meningkatkan keterlibatan orang tua, wali dan
masyarakat dalam pendidikan, termasuk masyarakat dan
perusahaan mitra sekolah atau Dunia Usaha dan Dunia Industri
(DUDI). Dari kedua uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
komite sekolah merupakan lembaga mandiri yang digunakan
sebagai wadah maupun penghubung dari keterlibatan masyarakat
dalam meningkatkan kualitas, mutu, arahan, serta dukungan
terhadap pendidikan di tingkat sekolah. Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan pasal 197 ayat 2 menyatakan masa jabatan pengurus
Komite Sekolah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali
untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Komite sekolah bersifat mandiri, tidak mempunyai
hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan. Hal ini
dipertegas dalam undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 56 ayat 3 yang menyatakan
komite sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan
berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan
pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana,
serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Tujuan dari komite sekolah dikemukakan dalam Benty &
Gunawan (2015) yaitu: (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi
dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional
dan program pendidikan di satuan pendidikan; (2) meningkatkan
tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; dan (3)
menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang
17

bermutu di satuan pendidikan. Benty & Gunawan (2015) juga


menyatakan peran dari komite sekolah adalah sebagai berikut,
yaitu: (1) pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan
pendidikan; (2) pendukung (supporting agency), baik yang
berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (3) pengontrol
(controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan;
dan (4) mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat
di satuan pendidikan.
Selain memiliki tujuan dan peran, komite sekolah juga
memiliki fungsi yang dikemukakan oleh Benty & Gunawan
(2015), yaitu: (1) mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen
masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu;
(2) melakukan kerjasama dengan masyarakat
(perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah
berkenan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; (3)
menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; (4)
memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
satuan pendidikan mengenai kebijakan dan program pendidikan,
dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan; (5) mendorong
orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna
mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; (6)
menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; dan (7)
melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Keanggotaan komite sekolah dikemukakan oleh Benty &
Gunawan (2015) yang mana terdiri atas: (1) unsur masyarakat
dapat berasal dari orang tua/wali peserta didik, tokoh masyarakat,
18

tokoh pendidikan, dunia usaha/industri, organisasi profesi tenaga


pendidikan, wakil alumni, dan wakil peserta didik; dan (2) unsur
dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggaraan pendidikan, Badan
Pertimbangan Desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota komite
sekolah (maksimal 3 orang). Anggota Komite sekolah sekurang-
kurangnya berjumlah 9 (sembilan) orang dan jumlahnya gasal.
Kepengurusan komite sekolah sekurang-kurangnya terdiri atas
ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Komite sekolah wajib
memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART).
3. Majelis Madrasah
Pengaturan Dewan Sekolah di lingkungan Kementerian
Agama diatur tersendiri dengan nama Majelis Madrasah.
Pengaturannya tertuang dalam Keputusan Dirjen Binbaga Islam
No. 1E 101/2001 tentang Majelis Madrasah. Majelis Madrasah
sebagai wadah pelaksanaan otonomi pendidikan harus segera
dibentuk untuk dapat memulai melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sebagai lembaga musyawarah pada madrasah. Maisyaroh
dalam Benty & Gunawan (2015) menyatakan sebagai lembaga
tertinggi dari masyarakat madrasah, majelis madrasah berfungsi
sebagai penentu kebijakan umum madrasah dan merupakan
lembaga pengendali dan pengontrol penyelenggaraan pendidikan di
madrasah baik dari segi akademik, maupun segi administrasi
kependidikannya. Majelis madrasah pada dasarnya sama dengan
komite sekolah.
Pembahasan majelis madrasah lebih lanjut diungkapkan
oleh Maisyaroh dalam Benty & Gunawan (2015) bahwa majelis
madrasah adalah lembaga permusyawaratan madrasah yang terdiri
dari wakil para guru, wakil orang tua siswa, tokoh pendidikan, dan
tokoh masyarakat, yang bertanggung jawab menetapkan kebijakan
madrasah, mengawasi pelaksanaan pendidikan di madrasah yang
dilaksanakan oleh Kepala Madrasah. Anggota majelis madrasah
19

dipilih dan diangkat oleh dewan guru dan para orang tua siswa
serta bertanggung jawab kepada dewan guru dan orang tua siswa
dari madrasah tersebut. Komposisi anggota majelis madrasah
terdiri dari 50% wakil dewan guru dan 50% wakil orang tua siswa.
Jumlah pakar pendidikan dan tokoh masyarakat merupakan bagian
dari jumlah wakil orang tua siswa. Persyaratan dari anggota majelis
madrasah menurut Benty & Gunawan (2015), yaitu: (1) wakil
dewan guru persyaratannya ditentukan oleh dewan guru yang
bersangkutan; (2) wakil orang tua siswa harus memiliki
persyaratan yakni Warga Negara Indonesia, wali siswa, pakar
pendidikan dan/atau tokoh masyarakat, beragama islam, sehat
jasmani dan rohani, memiliki komitmen terhadap penyelenggaraan
madrasah. Tata cara pemilihan wakil dewan guru dan
pelaksanaannya diatur sendiri oleh dewan guru yang bersangkutan.
Tata cara pemilihan wakil orang tua siswa pelaksanaannya diatur
oleh musyawarah orang tua siswa.
Tugas dari majelis madrasah dikemukakan oleh Maisyaroh
dalam Benty & Gunawan (2015), yaitu: (1) bersama kepala
madrasah menetapkan Rencana Anggaran dan Belanja Tahunan
Madrasah; (2) bersama kepala madrasah menetapkan kurikulum
madrasah; (3) bersama kepala madrasah menetapkan Rencana
Pembelajaran Madrasah; (4) memilih dan merekomendasikan calon
kepala madrasah; (5) membantu pelaksanaan seleksi dan
menetapkan calon guru madrasah; (6) membantu melakukan
supervisi dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran; dan (7)
memberikan saran kepada kepala madrasah tentang segala sesuatu
yang ada hubungannya dengan penyelenggaraan madrasah.
Keanggotaan majelis madrasah secara otomatis berakhir
pada akhir masa pembelajaran pada tahun ketiga dari periode kerja
majelis madrasah. Benty & Gunawan (2015) menyatakan bahwa
anggota majelis madrasah dinyatakan berhenti apabila:
(1)meninggal dunia; (2) pensiun atau mutasi bagi wakil majelis
20

guru; (3) mengundurkan diri dari keanggotaan majelis madrasah;


(4) pindah tempat tinggal yang tidak mungkin lagi aktif sebagai
anggota majelis madrasah; dan (5) tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana ditetapkan bagi wakil masyarakat.

E. Menjalin Kerjasama Dengan Komite Sekolah


Komite sekolah merupakan wadah bagi masyarakat untuk
menyalurkan aspirasi masyarakat kepada sekolah. Sehingga komite
sekolah dapat dijadikan sebagai hal untuk mendapatkan dukungan dari
orang tua atau wali murid dan masyarakat selain itu juga dapat dijadikan
sebagai pemberdaya orang tua dan masyarakat dalam membantu sekolah
dalam mengembangkan dan menjalankan program sekolah sehingga
sekolah dapat berkembang dengan baik dan mencapai tujuan pendidikan
yang telah direncanakan. Dijelaskan dalam Imron & Sumarsono (2017)
bahwa komite sekolah merupakan organisasi independen yang tidak terikat
dengan organisasi lain. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 75 Tahun 2016, disebutkan bahwa komite sekolah
merupakan lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/wali peserta
didik, komunita sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
Dalam Benty & Gunawan (2015) penjelasan dari kerjasama komite
sekolah dalam memperoleh dukungan orang tua dan masyarakat juga
jalinan kerjasama komite sekolah untuk melakukan perubahan adalah
sebagai berikut.
1. Menjalin Kerjasama Komite Sekolah untuk Memperoleh
Dukungan Orang Tua dan Masyarakat
Keikutsertaan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan
merupakan sarana bagi orang tua dan masyarakat dalam
memberikan saran, kritik yang membangun, gagasan, dalam
pelaksanaan pendidikan. Benty & Gunawan (2015) menyatakan
bahwa partisipasi masyarakat dan orang tua dikelompokkan secara
kualitatif dan kuantitatif. Partisipasi kuantitatif menunjukkan pada
frekuensi keterlibatan masyarakat dalam implementasi setiap
21

kebijakan, sedangkan partisipasi kualitatif menunjuk kepada


tingkat dan derajat keterlibatannya.
Sekolah dan masyarakat sebagai partner dalam berbagai
aktivitas berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan, diantaranya:
(1) sekolah dan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam
menjalankan pendidikan guna pembinaan bagi peserta didik; (2)
sekolah dan tenaga kependidikan mengerti pentingnya kerjasama
dengan masyarakat, bukan hanya untuk melakukan pembaruan atau
pengembangan saja, tetapi juga dalam mencari alternatif
pemecahan pada suatu masalah; (3) sekolah dengan masyarakat
juga turut andil dalam memberikan bantuan pada pendidikan di
sekolah, dan juga untuk mengembangkan berbagai potensi secara
optimal sesuai dengan harapan peserta didik; (4) memberikan
kesempatan kepada peserta didik dalam mengembangakn gagasan,
ide, dan berbagai aktivitas yang menunjang belajar; (5) memahami
apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh sekolah dalam
mengembangkan potensi anaknya; dan (6) menyediakan sarana
belajar yang memadai, sesuai dengan kemampuan orang tua dan
kebutuhan sekolah.
2. Menjalin Kerjasama Komite Sekolah untuk Melakukan Perubahan
Perubahan akan terus terjadi dalam hidup. Begitupun
dengan sekolah yang akan mengalami perubahan dan
perkembangan. Perubahan di sekolah selalu melibatkan banyak
pihak, antara lain, tenaga kependidikan, orang tua, masyarakat, dan
peserta didik. Benty & Gunawan (2015) menjelaskan bahwa tugas
kepala sekolah adalah menganeng kepala sekolah agar semua pihak
termotivasi dan berperan aktif dalam perubahan tersebut. Proses
perubahan tersebut dapat terjadi secara sederhana dan secara
rasional dan rinci. Kepala sekolah sebagai agen perubahan
diharapkan untuk mengimplementasikan empat fungsi inovasi,
yakni sebagai catalyst, solution giver, process helper, dan
22

resources linker. Keempat fungsi tersebut saling melengkapi dan


berkaitan.

F. Jenis-Jenis Kelompok Masyarakat


Pengertian masyarakat menurut Gunawan & Benty (2017) adalah
sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu
kebudayaan yang mereka anggap sama. Masyarakat yang dimaksud pada
konteks ini terkait dengan penyelenggaraan bidang pendidikan.
Masyarakat tersebut tentunya berasal dari berbagai jenis kelompok
masyarakat yang berbeda, baik dari segi bidang pekerjaan, sosial, budaya,
kepercayaan, atau paham politiknya.
Maisyaroh dalam Gunawan & Benty (2017) mengelompokkan
masyarakat ke dalam tiga kelompok, yaitu: (1) masyarakat orang tua siswa
(orang tua memiliki anak yang sedang sekolah); (2) masyarakat yang
terorganisasi; dan (3) masyarakat secara luas. Sementara itu kelompok-
kelompok masyarakat yang banyak tertarik terhadap lembaga pendidikan
menurut Leslie dalam Gunawan & Benty (2017) adalah: (1) kelompok
kewarganegaraan (civics); (2) kelompok budaya (cultural); (3) kelompok
ekonomi (economics); (4) kelompok persahabatan (fraternal); (5)
kelompok pemerintah (government); (6) kelompok patriotik (patriotics);
(7) kelompok politik (political); (8) kelompok ketuhanan (religius); (9)
kelompok ahli (profesional); (10) kelompok kesejahteraan (welfare); dan
(11) kelompok kepemudaan (youth).
Pengertian jenis-jenis kelompok masyarakat di atas dikemukakan
oleh Gunawan & Benty (2017) yang mana pengertian dari kelompok
kewarganegaraan (civics) merupakan kelompok yang memikirkan
kepentingan umum. Program dari kelompok ini berkaitan dengan
pendidikan masyarakat, kesejahteraan sosial, atau menghadapi anak yang
nakal (delinquency). Kelompok ini juga memiliki tujuan untuk ikut serta
dalam perbaikan kondisi sosial masyarakat. Contoh kelompok
kewarganegaraan adalah rukun warga. Kelompok budaya (cultural)
merupakan kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang
23

kebudayaan, misalnya seni musik, seni tari, seni drama, dan lain-lain.
Tujuan sekolah diadakannya kerja sama dengan kelompok budaya untuk
meningkatkan bakat dari siswa dalam bidang kebudayaan yang nantinya
juga akan bermanfaat dan hasilnya untuk masyarakat. Kelompok ekonomi
(economics) adalah kelompok masyarakat yang bergerak dalam bidang
usaha keuntungan. Kelompok ekonomi adalah kelompok yang cenderung
untuk mengembangkan usaha, mencari keuntungan, dan melindungi
terhadap sesuatu yang akan merugikannya. Hal ini dilakukan untuk
membantu sekolah dalam biaya agar jika ada anak yang kurang mampu
dalam membayar biaya sekolah, dengan adanya program kerjasama antara
sekolah dengan kelompok ini akan adanya beasiswa yang diperoleh oleh
siswa yang kurang mampu. Kelompok persahabatan (fraternal) merupakan
kelompok yang bergerak untuk memngembangkan rasa persahabatan dan
mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bersifat rekreatif, seperti
organisasi untuk yatim piatu, dan lain-lain. Dengan adanya hal tersebut
siswa diharapkan dapat juga merasakan apa yang dirasakan oleh anak lain
yang kurang seberuntung dirinya. Kelompok pemerintah (government)
adalah kelompok yang bertugas melayani kepentingan masyarakat sebagai
warga negara. Tujuan dari layanan yang diselenggarakan oleh kelompok
pemerintah adalah untuk kesejahteraan masyarakat secara adil dan rata.
Kelompok patriotik (patriotics) bergerak dalam bidang pembinaan
kewarganegaraan yang menekankan pada pengajaran tentang sistem
pemerintahan, undang-undang, hak dan kewajiban warga negara, dan
patriotisme (cinta tanah air). Tujuannya adalah untuk membangkitkan rasa
kebangsaan dan rasa cinta tanah air. Kelompok politik (political) bergerak
dalam bidang politik. Kelompok ketuhanan (religious) merupakan
kelompok yang bergerak dalam bidang keagamaan, dengan tujuan
meningkatkan akhlak, moral, perilaku, dan karakter manusia. Kelompok
Ahli (professional) bergerak dalam bidang sesuai dengan profesi-profesi
yang ada di masyarakat, seperti dokter, hukum, farmasi, dan arsitektur.
Sekolah juga bisa menjalin hubungan kerjasama dengan kelompok ahli.
Kelompok kesejahteraan (welfare) merupakan kelompok yang fokus pada
24

usaha kesejahteraan warga masyarakat secara luas, misalnya pada bidang


kesehatan, pendidikan, dan kehidupan keluarga. Bertujuan untuk
meringankan beban kehidupan warga dan memperbaiki sosial masyarakat.
Terakhir adalah kelompok kepemudaan (youth) bergerak dalam bidang
pemuda dan memiliki program misalnya agama, kesehatan, olahraga, dan
kesenian. Tujuannya adalah sebagai pembinaan generasi muda agar
menjadi warga yang sesuai dengan pandangan hidup negara, sehingga
dapat menjadi penerus bangsa yang baik.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Sekolah tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya orang tua dan masyarakat
sekitar. Dalam manajemen hubungan masyarakat, sekolah diharapkan dapat
bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat dengan baik. Guna dari kerja sama
ini adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan sekolah dalam menjalankan
program-program pendidikan. Sekolah juga bekerja sama dengan kelompok-
kelompok dalam berbagai bidang. Pada kelompok berbagai bidang tersebut
terdapat kelompok organisasi orang tua siswa dan guru, orang tua secara
individual, keluarga orang tua, asosiasi pembayar pajak, city council (dewan
perwakilan rakyat), school board (yayasan), organisasi bisnis komersial,
kelompok-kelompok yayasan, kelompok-kelompok khusus yang berminat dalam
bidang pendidikan, pimpinan-pimpinan bisnis penting, dewan perdagangan,
organisasi veteran, kelompok-kelompok pekerja, kelompok-kelompok agama,
politikus, organisasi persaudaraan, organisasi kesejahteraan, organisasi
pemerintah, pengelola pers, televisi, dan radio. Namun organisasi orang tua telah
berkembang menjadi empat yaitu: perkumpulan orang tua murid dan guru-guru
perkumpulan orang tua murid, badan pembantu penyelenggaraan pendidikan
sekolah, komite sekolah. Dalam sekolah juga terdapat dewan pendidikan, komite
sekolah, dan majelis madrasah yang memiliki tujuan dan anggotanya masing-
masing. Organisasi-organisasi diatas memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
membantu sekolah dengan memberikan dukungan berupa saran, kritik yang
membangun, bahkan pendanaan agar sekolah tetap bisa menjalankan program
sekolah sehingga sekolah mampu untuk berkembang. Maka dari itu adanya
hubungan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat benar-benar diperlukan.

25
DAFTAR RUJUKAN

Benty, D. D. N., & Gunawan, I. (2015). MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH


DAN MASYARAKAT . Universitas Negeri Malang.

Farikhah, S. (2015). Lembaga pendidikan 2015 . Aswaja Pressindo.(Online),


(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://erepositor
y.perpus.iainsalatiga.ac.id/1596/1/manajemen%2520lembaga
%2520pendidikan
%2520book2.pdf&ved=2ahUKEwiQwPbq9_HrAhVRJHIKHd_vCPEQFjAB
egQIBBAB&usg=AOvVaw3sxwb8e5ZPzmUK2RLU8QhX, diakses 20
September 2020)

Gunawan, I., & Benty, D. D. N. (2017). Manajemen Pendidikan Suatu Pengantar


Praktik. ALFABETA,

Imron, A., & Sumarsono, R. B. (2017). Manajemen Hubungan dan Partisipasi


Masyarakat di Sekolah . Universitas Negeri Malang.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993.


(1993).(Online),(https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://itjen.kemenag.go.id/sirandang/files/
download/
292a45f1aa83f51cf63577bdbc8962cf111&ved=2ahUKEwjssO7P5fbrAhUr4
XMBHdJmBNoQFjALegQIARAB&usg=AOvVaw0SO7aU_F99am17Y-
3GjFJJ, diakses 19 September 2020)

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 044/U/2002.


(Online), (https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/
kepmendiknas_044_02.pdf&ved=2ahUKEwiG5-
iP3vbrAhXk4nMBHaqCBjAQFjACegQIAhAB&usg=AOvVaw0w-H4BhC-
c0jXxZ-0Xl6bJ, diakses 20 September 2020).

Mulyono, W. D., & Pardjono, P. (2014). Peran komite sekolah dalam


penyelenggaraan pendidikan SMK di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Jurnal Pendidikan Vokasi.(Online),(https://doi.org/10.21831/jpv.v4i3.2562,
diakses 20 September 2020)

Murray, B., Domina, T., Renzulli, L., & Boylan, R. (2019). Civil society goes to
school: Parent-teacher associations and the equality of educational
opportunity.(online). (https://doi.org/10.7758/RSF.2019.5.3.03, diakses 20
September 2020)

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


75.Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah. (2016). (online),
(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://luk.staff.
ugm.ac.id/atur/bsnp/
Permendikbud752016KomiteSekolah.pdf&ved=2ahUKEwic9tLx3vbrAhUij

26
OYKHW_qDWUQFjACegQIARAB&usg=AOvVaw1HWedQz2y4 Syl-
tE_oDX0c, diakses 20 September 2020)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang


Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. (2010).
(online),(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
luk.staff.ugm.ac.id/atur/
PP172010Lengkap.pdf&ved=2ahUKEwjLw6XN3vbrAhWF8XMBHTqOBu
sQFjACegQIARAB&usg=AOvVaw3idSy8qetRmTZGwMsVmxdU, diakses
20 September 2020)

Project, H. F. R. (2010). Partnerships for Learning : Promising Practices in


Integrating School and Out-of-School Time Program Supports. Learning,
March.(Online),
(https://archive.globalfrp.org/publicationsresources/browseourpublications/
partnerships-for-learning-promising-practices-in-integrating-school-and-out-
of-school-time-program-supports, diakses 20 September 2020)

Putra, E. (2017). Analisis Manajemen Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat di


Madrasah Tsanawiyah Hasanuddin Bandar Lampung.(Online),
(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository
.radenintan.ac.id/1046/1/
Skripsi_PUTRA.pdf&ved=2ahUKEwio2Ou66PHrAhUTVysKHchdCk0QFj
AEegQIAhAB&usg=AOvVaw3SjXEGZ7Mpx8mkMiTRsEVV, diakses 20
September 2020)

Rahmat, A. (2016). Manajemen Humas Sekolah. In Manajemen Humas Sekolah.


(Online), (https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.ung.ac.id/get/kms/9343/
Manajemen-&ved=2ahUKEwiCyM7Q-
tjrAhVDJHIKHVHBAY4QFjADegQIBxAB&usg=AOvVaw1xUAVyiUSMl
GZ4x2rb-hw4, diakses 20 September 2020)

Suárez-Guerrero, C., & Muñoz Moreno, J. L. (2017). Networking and


Cooperation as School Improvement Elements. Journal of Educational
Psychology - Propositos y Representaciones, 5(1), 377–402.(Online),
(https://eric.ed.gov/?
q=community+cooperation+with+schools&id=EJ1206066, diakses 20
September 2020)

Sumarsono, R. B. (2019). Upaya Mewujudkan Mutu Pendidikan Melalui


Partisipasi Orangtua Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan, 24(2), 63.(Online),
(https://doi.org/10.17977/um048v24i2p63-74, diakses 20 September 2020)

Undang-Undang 1950 No.4 - Undang Undang Tentang Dasar Dasar


Pendidikandan Pengadjaran Disekolah. (1950).(Online),
(http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/uu_04_50.pdf, diakses 20 September

27
2020)

Undang-Undang Republik Indonesia (U Nomor 16 Tahun 2001 (16/2001)


Tentang Yayasan. (2001). (Online), (https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/
UU162001Yayasan.pdf&ved=2ahUKEwjav__OhPDrAhWMdn0KHb1fA0M
QFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw32JH-DZ9ASLtvzHcrIc802, diakses 20
September 2020)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1987 Tentang Kamar


Dagang dan Industri Dengan. (1987).(Online),
(https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/46815/uu-no-1-tahun-1987,
diakses 20 September 2020)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional.(Online),
(http://lppks.kemdikbud.go.id/uploads/pengumuman/uu_no_20_tahun_2003.
pdf, diakses 20 September 2020)

28
27

Anda mungkin juga menyukai