Anda di halaman 1dari 24

PEMBERDAYAAN DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH

MAKALAH
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Hubungan Masyarakat
yang diampu oleh Ibu Dra. Djum Djum Noor Benty, M.Pd dan
Ibu Rochmawati, S.Pd, M.Pd

disusun oleh Kelompok 3:


Anggia Rohmah Wijayanti NIM 190131601241
Arinda Dyah Pramesti NIM 190131601274
Diego Loris Chapirossi NIM 190131601295
Rangga NIM 19002028

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEPTEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
kepada kami yang pada kesempatan kali ini mampu menyusun makalah dengan judul
“Pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah”. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Dra. Djum Djum Noor Benty, M.Pd dan Ibu Rochmawati, S.Pd.,M.Pd. selaku
dosen pembina.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok. Dengan makalah ini mungkin
dapat menambah wawasan mengenai mata kuliah Manajemen Hubungan Masyarakat. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat berbagai macam kendala,
keterbatasan ilmu, dan referensi. Oleh karena itu, penulis harapkan untuk memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Malang, Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.......................................................3
B. Tujuan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.............................................................4
C. Peran dan Fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah............................................5
D. Struktur Organisasi dan Tupoksi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah....................7
E. Keanggotaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah...................................................8
F. Urgensi Pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.................................13
G. Strategi Pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah...............................13
H. Menjalin Kerjasama Dengan Komite Sekolah............................................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
Kesimpulan..............................................................................................................................17
DAFTAR RUJUKAN..............................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah berada di tengah masyarakat seperti pisau bermata dua. Mata yang
pertama adalah menjaga kelestarian nilai-nilai positif yang ada dalam masyarakat, agar
pewarisan nilai-nilai masyarakat berlangsung dengan baik. Mata kedua adalah sebagai
lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan
tuntutan kehidupan serta pembangunan. Kedua fungsi ini seolah-olah bertentangan,
namun sebenarnya keduanya dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Karena fungsi
yang kontroversial ini, diperlukan pemahaman antara sekolah dan masyarakat. Nilai-nilai
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan tetap dijaga kelestariannya, dan yang tidak
sesuai harus diubah.
Pelaksanaan fungsi sekolah ini, terlebih sekolah menengah yang berada di tengah-
tengah masyarakat terpencil, menjadi tumpuan harapan masyarakat untuk kemajuan
mereka. Untuk dapat menjalankan fungsi ini, hubungan sekolah dengan masyarakat harus
selalu baik. Dengan demikian, terdapat kerjasama serta situasi saling membantu antara
sekolah dan masyarakat. Selain itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Realisasi tanggung jawab itu tidak dapat
dilaksanakan apabila hubungan sekolah dan masyarakat tidak terjalin dengan baik.
Menurut Halik, dkk (2019) keberadaan komite sekolah serta dewan pendidikan
sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Komite sekolah dan dewan
pendidikan sebagai suatu organisasi dapat menunjang pelayanan pendidikan baik berupa
bentuk finansial, pemikiran, atau energi untuk meningkatkan penyelenggaraan
pendidikan. Adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang
ditampung dalam organisasi komite sekolah tentu mampu mengoptimalkan partisipasi
orang tua dan masyarakat dalam memajukan program pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dewan pendidikan dan komite sekolah?
2. Apa tujuan dewan pendidikan dan komite sekolah?
3. Apa peran dan fungsi dewan pendidikan dan komite sekolah?
4. Bagaimana struktur organisasi dan tupoksi dewan pendidikan dan komite sekolah?
5. Bagaimana keanggotaan dewan pendidikan dan komite sekolah?

1
2

6. Bagaimana urgensi pemberdayaan dewan pendidikan dan komite sekolah?


7. Bagaimana strategi pemberdayaan dewan pendidikan dan komite sekolah?
8. Bagaimana cara menjalin kerjasama dengan komite sekolah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dewan pendidikan dan komite sekolah.


2. Untuk mengetahui tujuan dewan pendidikan dan komite sekolah.
3. Untuk mengetahui peran dan fungsi dewan pendidikan dan komite sekolah.
4. Untuk mengetahui struktur organisasi dan tupoksi dewan pendidikan dan komite
sekolah.
5. Untuk mengetahui keanggotaan dewan pendidikan dan komite sekolah.
6. Untuk mengetahui urgensi pemberdayaan dewan pendidikan dan komite sekolah.
7. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan dewan pendidikan.
8. Untuk mengetahui cara menjalin kerjasama dengan komite sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
2003 pasal 54 ayat 1 menyatakan peran serta masyarakat dalam lingkungan pendidikan
meliputi dari peran seseorang, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, serta
organisasi kemasyarakatan dalam menyelenggarakan dan mengendalikan mutu pelayanan
pendidikan masyarakat dapat berperan sebagai sumber, pelaksana bahkan pengguna hasil
pendidikan. Dewan Pendidikan serta Komite Sekolah merupakan badan yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam pendidikan.
1. Pengertian Dewan Pendidikan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010
Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 1 Ayat 41 menyatakan
dewan pendidikan merupakan lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai unsur
masyarakat yang peduli pendidikan. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dalam Benty &
Gunawan (2015) dewan pendidikan merupakan badan yang mewadahi peran
masyarakat untuk meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan
pendidikan dalam lingkup kabupaten atau kota. nama badan disesuaikan dengan
daerah masing-masing, contohnya seperti Dewan Pendidikan, Majelis Pendidikan,
atau nama lain yang disepakati bersama. Sedangkan menurut Herawati, dkk (2020)
Dewan Pendidikan yaitu organisasi masyarakat pendidikan yang memiliki komitmen
serta loyalitas dan peduli akan peningkatan kualitas pendidikan di tingkat kabupaten
atau kota.
2. Pengertian Komite Sekolah
Menurut (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah Pasal 1 Ayat 2 menjelaskan bahwa
komite sekolah yaitu lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/wali murid
peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002
tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dalam Gunawan & Benty (2017)
komite sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat
untuk meningkatkan mutu, pemerataan, efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan

3
4

pendidikan, baik pada jalur pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, dan jalur
pendidikan luar sekolah. Nama disesuaikan dengan daerah masing-masing, seperti
Komite sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Sedangkan
menurut Imron & Sumarsono (2017) Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang
terdiri dari orangtua atau wali murid peserta didik, komunitas sekolah, dan tokoh
masyarakat yang peduli akan pendidikan.
Jadi Dewan pendidikan adalah organisasi masyarakat yang meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di tingkat kabupaten atau kota dan
bersifat mandiri. Sedangkan komite sekolah adalah organisasi yang mewadahi peran
masyarakat dalam meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi dalam mengelola
pendidikan yang terdiri dari orang tua atau wali murid peserta didik, komunitas sekolah,
dan tokoh masyarakat.

B. Tujuan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


Menurut Benty & Gunawan (2015) maksud dibentuknya Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah adalah agar suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai
komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Adapun
tujuan dari Dewan Pendidikan antara lain:
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan
kebijakan dan program pendidikan
2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran aktif dari seluruh lapisan masyarakat
dalam penyelenggaraan pendidikan
3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis dalam
penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu
Adapun tujuan dari Komite Sekolah antara lain:
1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan
kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan
2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan
3. Menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehadiran dewan pendidikan dan komite sekolah
tidak hanya sebagai stempel sekolah semata namun lebih jauh dari itu, dewan pendidikan
5

dan komite sekolah harus dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi masyarakat,
meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat, serta menciptakan suasana
dan kondisi yang transparan, akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan dan
pelayanan pendidikan.

C. Peran dan Fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


1. Peran dan Fungsi Dewan Pendidikan
a. Menurut Keputusan Menteri Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah menyatakan bahwa Dewan
Pendidikan berperan sebagai: (1) pemberi pertimbangan (advisory
agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan; (2)
pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; (3)
pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan; dan (4)
mediator antara pemerintah (eksekutif, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD, legislatif) dengan masyarakat.
b. Menurut Benty & Gunawan (2015) dewan pendidikan berfungsi
sebagai: (1) mendorong agar tumbuh rasa perhatian dan komitmen
masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; (2)
bekerjasama dengan masyarakat baik perorangan maupun organisasi,
pemerintah, dan DPRD yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu; (3) menampung serta menganalisis ide,
aspirasi, tuntutan, dan kebutuhan pendidikan yang telah diajukan oleh
masyarakat; (4) memberikan masukan, pertimbangan, serta
rekomendasi kepada pemerintah daerah/ DPRD tentang kebijakan dan
program pendidikan; (5) mengajak orang tua dan masyarakat
berpartisipasi dalam pendidikan untuk mendukung peningkatan mutu
dan pemerataan pendidikan; (6) melakukan evaluasi dan pengawasan
terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran
pendidikan.
2. Peran dan Fungsi Komite Sekolah
a. Keputusan Menteri Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah menyatakan bahwa peran Komite
6

Sekolah adalah (1) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam


penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; (2)
Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
(3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan; (4) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat
di satuan pendidikan. Sedangkan peran komite sekolah menurut Benty &
Gunawan (2015) yaitu:(1) pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; (2)
pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan;
(3) pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan; dan (4) mediator antara pemerintah (eksekutif) dan
masyarakat di satuan pendidikan.
b. Menurut Benty & Gunawan (2015) fungsi komite sekolah yaitu: (1)
mendorong agar tumbuh rasa perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; (2) bekerjasama
dengan masyarakat baik perorangan maupun organisasi, pemerintah, dan
DPRD yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu; (3) menampung serta menganalisis ide, aspirasi, tuntutan, dan
kebutuhan pendidikan yang telah diajukan oleh masyarakat; (4) memberi
masukan, pertimbangan, serta rekomendasi pada satuan pendidikan
mengenai kebijakan serta program pendidikan, Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria
tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan, dan hal lain yang
berkaitan dengan pendidikan;(5) mendorong orang tua serta masyarakat
agar berpartisipasi dalam pendidikan untuk mendukung peningkatan mutu
dan pemerataan pendidikan; (6) menggalang dana masyarakat dalam
rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (7)
melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, serta keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
7

Jadi dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi Dewan Pendidikan dan komite
sekolah yaitu dalam meningkatkan mutu pendidikan memberi pertimbangan, arahan,
rekomendasi, dukungan serta pengawasan pendidikan. Dewan Pendidikan dalam tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, sedangkan Komite Sekolah pada tingkat satuan
pendidikan.

D. Struktur Organisasi dan Tupoksi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


Pengurus Dewan Pendidikan ditetapkan berdasarkan AD/ART yang sekurang-
kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara. Apabila dipandang perlu,
kepengurusan dapat dilengkapi dengan bidang-bidang tertentu sesuai kebutuhan.
Pengurus dewan pendidikan dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis. Pengurus
dewan pendidikan yang terpilih dilaporkan kepada pemerintah daerah dan dinas
pendidikan setempat untuk memperoleh kekuatan hukum, pengurus dapat dikukuhkan
dengan Surat Keputusan bupati/kota.
Menurut Hendarman (2012) dalam pembentukan struktur kepengurusan ini ada
tugas yang diemban antara lain:
1. Menetapkan seluruh kebijakan dari sekolah-sekolah dalam satu daerah
2. Menghimpun, menganalisis, dan memberikan rekomendasi kepada menteri,
gubernur, bupati/wali kota terhadap keluhan, saran, kritik, dan aspirasi masyarakat
terhadap pendidikan
3. Menyetujui atau menolak rekomendasi dari pengawas maupun kewenangan
diatasnya terkait kepegawaian dan kontrak yang berkaitan dengan sekolah
menggunakan alasan yang jelas
4. Menjadi mediator antara masyarakat dan pengawas atau pimpinan daerah.
Menurut Imron & Sumarsono (2017) susunan kepengurusan komite sekolah
terdiri atas ketua, sekretaris, dan bendahara yang dipilih dari dan oleh anggota secara
musyawarah mufakat melalui pemungutan suara. Ketua komite terpilih diutamakan
berasal dari unsur orang tua/ wali siswa yang masih aktif. Pengurus komite sekolah tidak
boleh merangkap menjadi pengurus pada komite sekolah lainnya.
Garis hubungan antara komite dan sekolah berbentuk garis koordinasi, artinya
sekolah dan komite berdiri sejajar dan pola hubungannya bersifat kemitraan. Komite dan
sekolah bersifat saling melengkapi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas layanan
pendidikan. Daya dukung dari komite akan memberikan kenyamanan dan ketenangan
8

pihak sekolah dalam mengembangkan program-program inovatif dalam upaya


peningkatan kualitas layanan pendidikan.
Menurut Septiana,dkk (2018) Struktur organisasi berkaitan dengan hubungan
yang relatif tetap diantara berbagai tugas yang ada dalam organisasi. Tugas dari pengurus
komite sekolah antara lain:
1. Pengurus komite sekolah terpilih bertanggung jawab kepada musyawarah anggota
sebagai forum tertinggi sesuai AD dan ART.
2. Pengurus komite sekolah menyusun program kerja yang disetujui melalui
musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan
peserta didik.
3. Pengurus komite sekolah harus membuat proposal yang diketahui oleh sekolah
sebelum menjalankan suatu program kerja.
Jadi dapat disimpulkan susunan kepengurusan dalam dewan pendidikan dan
komite sekolah sekurang-kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara.
Apabila dipandang perlu, kepengurusan dapat dilengkapi dengan bidang-bidang tertentu
sesuai kebutuhan. Khusus jabatan ketua dalam dewan pendidikan bukan berasal dari
unsur pemerintah daerah dan DPRD. Ketua komite sekolah terpilih diutamakan berasal
dari unsur orang tua/ wali siswa yang masih aktif. Tiap jabatan dalam kepengurusan
memiliki tugas yang harus dilakukan agar penyelenggaraan pendidikan berjalan dengan
baik.

E. Keanggotaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


Hal-hal yang harus dihadapi dalam pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah antara lain: (1) memunculkan orang-orang peduli pendidikan yang ikhlas, tanpa
pamrih, jujur, dan dapat dipercaya serta memiliki rekam jejak perbuatan, bukan janji; (2)
transformasi dari kebutuhan pemerintah menjadi kebutuhan bersama stakeholder
pendidikan setempat (pemeduli, pelaku pendidikan, dan masyarakat); dan (3) perubahan
paradigma bantuan dan proyek menjadi paradigma kemandirian menyelesaikan masalah
dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Kriteria anggota ditentukan sendiri melalui suatu
proses refleksi kepemimpinan dengan berbasis nilai-nilai luhur, yaitu jujur, ikhlas,
peduli, tanpa pamrih, dan rendah hati.
Kriteria ditentukan bersama berbasis nilai kemanusiaan, pemilihan masing-masing
utusan dimulai dari tingkat satuan unit terkecil, misalnya seperti utusan masyarakat
dipilih masyarakat setempat, utusan sekolah dipilih oleh warga sekolah, dan utusan
9

pemeduli dapat dipilih oleh warga maupun sekolah, tanpa pencalonan, tanpa kampanye,
tanpa rekayasa, pemilihan tertutup (secret hallot) yaitu menuliskan pilihan masing-
masing, dan sebelum proses pelaksanaan pemilihan, dilakukan dahulu harus mengetahui
kepemimpinan moralnya. Sehingga anggota Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
merupakan orang yang tidak mencari penghidupan di organisasi, tetapi justru menghidupi
pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 192 ayat 8 menyatakan masa jabatan
pengurus Dewan Pendidikan adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan. Dewan Pendidikan berkedudukan di kabupaten/kota. Dewan
Pendidikan bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga
pemerintahan daerah. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 56 ayat 2 yang menyatakan Dewan pendidikan
sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 192 ayat 6 Anggota dewan
pendidikan terdiri atas tokoh yang berasal dari: a. pakar pendidikan; b. penyelenggara
pendidikan; c. pengusaha; d. organisasi profesi; e. pendidikan berbasis kekhasan agama
atau sosial-budaya; dan f. pendidikan bertaraf internasional; g. pendidikan berbasis
keunggulan lokal; dan/atau h. organisasi sosial kemasyarakatan.. Jumlah anggota Dewan
Pendidikan maksimal 15 orang. Kepengurusan Dewan Pendidikan terdiri atas ketua,
sekretaris, bendahara, dan anggota. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota, dan ketua
bukan dari unsur pemerintah daerah dan DPRD. Dewan Pendidikan wajib memiliki
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Anggaran Dasar
sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat: (1) nama dan tempat kedudukan;
(2) dasar, tujuan dan kegiatan; (3) keanggotaan dan kepengurusan; (4) hak dan kewajiban
anggota dan pengurus; (5) keuangan; (6) mekanisme kerja dan rapat-rapat; dan (7)
perubahan AD dan ART dan pembubaran organisasi. Pembentukan Dewan Pendidikan
menganut prinsip-prinsip yaitu: (1) transparan, akuntabel, dan demokratis; dan (2)
merupakan mitra pemerintah kabupaten/kota. Tata hubungan antara dewan pendidikan
10

dengan pemerintah daerah, DPRD, dinas pendidikan serta komite-komite sekolah bersifat
koordinatif.
Mekanisme pembentukan Dewan Pendidikan adalah Pembentukan Panitia
Persiapan, dalam hal ini Bupati/Walikota dan/ atau masyarakat membentuk panitia
persiapan. Panitia persiapan berjumlah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang yang terdiri
atas kalangan praktisi pendidikan (seperti guru, kepala sekolah, penyelenggara
pendidikan) dan pemerhati pendidikan (LSM peduli pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh
agama, dunia usaha dan industri). Panitia persiapan bertugas mempersiapkan
Pembentukan Dewan Pendidikan dengan langkah-langkah: (1) mengadakan forum
sosialisasi kepada masyarakat (termasuk Majelis Pendidikan Kejuruan Daerah, Komite
Kabupaten, Komite Pendidikan Sekolah) tentang dewan pendidikan menurut Keputusan
Menteri Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah;
(2) menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota berdasarkan usulan dari
masyarakat; (3) menyeleksi calon anggota berdasarkan usulan dari masyarakat; (4)
mengumumkan nama-nama calon anggota kepada masyarakat; (5) menyusun nama-nama
anggota terpilih; (6) memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota Dewan Pendidikan;
dan (7) menyampaikan nama pengurus dan anggota kepada Bupati/Walikota.
Selanjutnya Panitia Persiapan dinyatakan bubar setelah Bupati/ Walikota
menetapkan Dewan Pendidikan. Penetapan pembentukan Dewan Pendidikan Dewan
Pendidikan ditetapkan untuk pertama kali dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota, dan
selanjutnya diatur dalam AD dan ART. Pembentukan Dewan Pendidikan dapat diatur
melalui Peraturan Daerah yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan di
kabupaten/kota. Pembentukan Dewan Pendidikan dapat difasilitasi oleh Sekretariat Tim
Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah alamat Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah dalam Gunawan & Benty (2017) menyatakan bahwa
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan luar sekolah. Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah
masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite
Pendidikan Luar Sekolah, Dewan sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite
11

Taman Kanak- kanak, atau nama lain yang disepakati. Komite Sekolah berkedudukan di
satuan pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 197 ayat 2 menyatakan masa jabatan
pengurus Komite Sekolah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu)
kali masa jabatan. Komite Sekolah dapat terdiri dari satu satuan pendidikan, atau
beberapa satuan pendidikan dalam jenjang yang sama, atau beberapa satuan pendidikan
yang berbeda jenjang tetapi berada pada lokasi yang berdekatan, atau satuan-satuan
pendidikan yang dikelola oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan
lainnya. Komite sekolah bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan
lembaga pemerintahan. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 56 ayat 3 yang menyatakan komite
sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana
dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah Pasal 4 menyatakan anggota Komite Sekolah terdiri
atas unsur: a). orang tua/wali dari siswa yang masih aktif pada Sekolah yang
bersangkutan paling banyak 50% (lima puluh persen); b). tokoh masyarakat paling
banyak 30% (tiga puluh persen), antara lain: 1) memiliki pekerjaan dan perilaku hidup
yang dapat menjadi panutan bagi masyarakat setempat; dan/atau 2) anggota/pengurus
organisasi atau kelompok masyarakat peduli pendidikan, tidak termasuk
anggota/pengurus organisasi profesi pendidik dan pengurus partai politik. c. pakar
pendidikan paling banyak 30% (tiga puluh persen), antara lain: 1) pensiunan tenaga
pendidik; dan/atau 2) orang yang memiliki pengalaman di bidang pendidikan. d.
Persentase sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c menjadi batas
maksimal sampai dengan jumlah anggota memenuhi 100% (seratus persen) yang
disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. (2) Anggota Komite Sekolah
berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 15 (lima belas) orang. (3)
Anggota Komite Sekolah tidak dapat berasal dari unsur: a. pendidik dan tenaga
kependidikan dari Sekolah yang bersangkutan; b. penyelenggara Sekolah yang
bersangkutan; c. pemerintah desa; d. forum koordinasi pimpinan kecamatan; e. forum
koordinasi pimpinan daerah; f. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan/atau g.
pejabat pemerintah/pemerintah daerah yang membidangi pendidikan.
12

Mekanisme Pembentukan adalah Pembentukan Panitia Persiapan, dalam hal ini


masyarakat dan/atau kepala satuan pendidikan membentuk panitia persiapan. Panitia
persiapan berjumlah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang yang terdiri atas kalangan
praktisi pendidikan (seperti guru, kepala satuan pendidikan, penyelenggara pendidikan),
pemerhati pendidikan (LSM peduli pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dunia
usaha dan industri), dan orangtua peserta didik.
Panitia persiapan bertugas mempersiapkan pembentukan Komite Sekolah dengan
langkah-langkah: (1) mengadakan forum sosialisasi kepada masyarakat (termasuk
pengurus/anggota Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan/BP3, Majelis Sekolah, dan
Komite Sekolah yang sudah ada) tentang Komite Sekolah menurut Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah; (2) menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota berdasarkan usulan
dari masyarakat; (3) menyeleksi calon anggota berdasarkan usulan dari masyarakat: (4)
mengumumkan nama-nama calon anggota kepada masyarakat; (5) menyusun nama-nama
anggota terpilih; (6) memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota Komite Sekolah; dan
(7) menyampaikan nama pengurus dan anggota kepada kepala satuan pendidikan.
Panitia Persiapan dinyatakan bubar setelah Komite Sekolah terbentuk. Penetapan
pembentukan Komite Sekolah Komite Sekolah ditetapkan untuk pertama kali dengan
Surat Keputusan kepala satuan pendidikan, dan selanjutnya diatur dalam AD dan ART.
Tata hubungan antara Komite Sekolah dengan satuan pendidikan, Dewan Pendidikan, dan
institusi lain yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pendidikan dengan Komite-
Komite Sekolah pada satuan pendidikan lain bersifat koordinatif. Dalam Pembentukan
Komite Sekolah, kepala satuan pendidikan dapat berkonsultasi dengan Pemerintah
Kabupaten/Kota. Pembentukan Komite Sekolah dapat diatur melalui Peraturan Daerah
yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan di kabupaten/kota. Pembentukan Komite
Sekolah dapat difasilitasi oleh Sekretariat Tim Pengembangan Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa anggota Dewan Pendidikan maksimal 15 orang
yang terdiri atas: pakar pendidikan, penyelenggara pendidikan, pengusaha, organisasi
profesi, pendidikan berbasis kekhasan agama atau sosial-budaya, pendidikan bertaraf
internasional,. pendidikan berbasis keunggulan lokal, organisasi sosial kemasyarakatan.
Sedangkan anggota Komite Sekolah terdiri atas unsur: orang tua/wali dari siswa yang
masih aktif pada sekolah, tokoh masyarakat, pakar pendidikan (pensiunan tenaga
13

pendidik, orang yang memiliki pengalaman di bidang pendidikan). Anggota Komite


Sekolah berjumlah paling sedikit 5 orang dan paling banyak 15 orang.

F. Urgensi Pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


Maksud dibentuknya Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah adalah agar ada
suatu organisasi masyarakat sekolah yang mempunyai loyalitas serta peduli terhadap
peningkatan kualitas pendidikan. Dewan pendidikan dan Komite Sekolah dibentuk dan
dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai
kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai dengan potensi masyarakat
setempat, sehingga pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah merupakan
pengembang kekayaan filosofis masyarakat secara kolektif. Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah mengembangkan konsep berorientasi pada: (1) pengguna (client model),
(2) berbagi kewenangan (power sharing and advocacy model), dan (3) kemitraan
(partnership model). Keberadaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah difokuskan
pada peningkatan mutu pendidikan.
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah juga dibentuk agar ada suatu organisasi
masyarakat sekolah yang mempunyai komitmen. Selain komitmen, Dewan Pendidikan
dan Komite Sekolah juga dibentuk untuk peduli terhadap peningkatan kualitas
pendidikan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dibentuk
agar suatu organisasi masyarakat sekolah mempunyai komitmen, loyalitas serta peduli
terhadap peningkatan kualitas pendidikan. hal ini dikarenakan Dewan pendidikan dan
Komite Sekolah dibentuk dan dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya,
demografis, ekologis, nilai kesepakatan, serta kepercayaan yang dibangun sesuai dengan
potensi masyarakat setempat.

G. Strategi Pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah


Menurut Umar (2016) Sekolah dan masyarakat merupakan dua lingkungan yang
tidak dapat dipisahkan. Sekolah adalah tempat belajar dan masyarakat adalah tempat
dimana output dari pembelajaran dapat diimplementasikan. Masyarakat diharapkan agar
dapat ikut andil berpartisipasi dan bekerjasama dalam mengembangkan proses pendidikan
di sekolah. Untuk itu, perlu strategi atau manajemen untuk melibatkan masyarakat dalam
kegiatan pendidikan di sekolah-sekolah. Adapun strategi yang dapat dilaksanakan oleh
guru dalam hal membangun kerja sama antara sekolah dengan masyarakat antara lain:
14

1. Memperkenalkan sekolah kepada masyarakat.


Sekolah merupakan sebuah lembaga yang mendidik dan membina anak
didik. Akan tetapi, banyak masyarakat yang belum memahaminya. Maka
diperlukanlah usaha untuk memperkenalkan sekolah kepada masyarakat. Untuk
mengikutsertakan warga masyarakat dalam pembangunan dan perkembangan
sekolah. Maka sepatutnya manajer sekolah bisa menyampaikan hakikat sekolah
kepada masyarakat melalui tokoh-tokoh masyarakat. Mengundang tokoh-tokoh
masyarakat untuk bertukar pikiran dalam membangun sekolah dan masyarakat.
Dengan itu akan menarik perhatian masyarakat betapa pentingnya pendidikan.
2. Memberikan dampak positif kepada masyarakat setempat.
Untuk menjalin kerja sama antara sekolah dengan masyarakat. Sekolah
harus memberikan dampak positif terhadap masyarakat setempat maupun
masyarakat luas. Sekolah tidak boleh mengisolasi diri dari masyarakat. Sekolah
harus menerima aspirasi-aspirasi yang datang dari masyarakat. Karena masyarakat
menginginkan sekolah didirikan di daerahnya untuk memberikan dampak positif
terhadap masyarakatnya. Dengan wujud mengeluarkan output yang bermutu dari
anak daerahnya. Dengan demikian, masyarakat akan mendukung kinerja-kinerja
masyarakat dengan menyeluruh.
3. Melakukan pendekatan situasional dengan masyarakat.
Para manajer sekolah haruslah bisa memposisikan diri dengan perubahan-
perubahan yang ada. para manajer sekolah harus bisa mengikuti perkembangan
dan membaca problema-problema yang terjadi di kalangan masyarakat. Problema-
problema yang terjadi ini harus bisa dimanfaatkan oleh manajer sekolah untuk
mendekatkan diri dengan masyarakat. Hubungan kerja sama sekolah dengan
masyarakat akan terwujud dengan pendekatan situasional dalam rangka
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada.
4. Memperhatikan hal-hal dalam hubungan kerja sama dengan masyarakat.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan pihak sekolah dan masyarakat
dalam menjalin hubungan yang harmonis.
a. Pihak sekolah
1) Memperbesar dorongan mawas diri
2) Memperbesar usaha meningkatkan potensi belajar
3) Konsep masyarakat tentang guru menjadi besar
4) Mendapatkan reaksi dari kelompok masyarakat.
15

5) Mendapatkan dukungan moral dari masyarakat


6) Memudahkan meminta bantuan dan material dari masyarakat
b. Pihak masyarakat
1) Untuk mengetahui hal persekolahan
2) Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tentang pendidikan lebih mudah
diwujudkan.
3) Menyalurkan kebutuhan untuk berpartisipasi dalam pendidikan
4) Melakukan usul atau saran-saran terhadap pendidikan.
Dari uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa sekolah mutlak memerlukan
adanya hubungan dengan masyarakat yaitu sebagai usaha untuk mempertahankan
hidupnya dan juga untuk melayani masyarakat dengan baik. Hubungan sekolah dan
masyarakat akan semakin baik apabila kedua belah pihak menjaga hakikatnya sebagai
simbiosis mutualisme yaitu saling membutuhkan satu sama lainnya.

H. Menjalin Kerjasama Dengan Komite Sekolah

Komite sekolah merupakan wadah bagi masyarakat sebagai tempat menyalurkan


aspirasi masyarakat kepada sekolah. Sehingga komite sekolah dapat dijadikan sekolah
sebagai penghubung untuk mendapat dukungan dari orang tua peserta didik dan
masyarakat, serta dapat dijadikan pemberdaya orang tua dan masyarakat dalam
mengembangkan dan perubahan sekolah supaya terus lebih baik dan dapat mencapai
tujuan pendidikan yang telah direncanakan.
Dijelaskan dalam Imron & Sumarsono (2017) komite sekolah adalah organisasi
independen yang tidak terikat dengan organisasi lain. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2016 Tentang Komite
Sekolah dijelaskan bahwa komite sekolah adalah lembaga mandiri yang anggotanya
terdiri dari: orangtua/ wali peserta didik, komunitas sekolah, dan tokoh masyarakat yang
peduli pendidikan. Menurut Benty & Gunawan 2015) penjelasan dari memperoleh
dukungan dari orang tua peserta didik dan masyarakat, serta dapat dijadikan pemberdaya
orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan dan perubahan sekolah sebagai berikut:
1. Menjalin Kerjasama untuk Memperoleh Dukungan Orangtua dan Masyarakat
Keikutsertaan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan merupakan sarana
bagi orang tua dan masyarakat dalam memberikan saran, kritik yang membangun,
gagasan, dalam pelaksanaan pendidikan.Benty & Gunawan (2015) menyatakan bahwa
16

partisipasi masyarakat dan orang tua dikelompokkan secara kualitatif dan kuantitatif.
Partisipasi kuantitatif menunjukkan pada frekuensi keterlibatan masyarakat dalam
implementasi setiap kebijakan, sedangkan partisipasi kualitatif menunjuk kepada
tingkat dan derajat keterlibatannya.
Sekolah dan masyarakat merupakan partner dalam berbagai aktivitas yang
berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan, seperti: (1) sekolah dan masyarakat adalah
satu keutuhan dalam menjalankan pendidikan guna pembinaan bagi peserta didik; (2)
sekolah dan tenaga kependidikan mengerti pentingnya kerjasama dengan masyarakat,
bukan hanya untuk melakukan pembaharuan atau pengembangan saja, melainkan juga
dalam mencari alternatif pemecahan pada suatu masalah; (3) sekolah dan masyarakat
juga turut andil dalam memberikan bantuan pada pendidikan yang ada di sekolah, dan
juga untuk mengembangkan berbagai potensi secara optimal sesuai dengan harapan
peserta didik; (4) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangakn gagasan, ide, dan berbagai aktivitas yang dapat menunjang belajar;
(5) memahami apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh sekolah dalam
mengembangkan potensi anaknya; dan (6) menyediakan sarana belajar yang
memadai, di sesuaikan dengan kemampuan orang tua dan kebutuhan sekolah.
2. Menjalin Kerjasama Komite Sekolah untuk Melakukan Perubahan
Perubahan akan terus terjadi sesuai dengan perkembangan zaman. Begitupun
dengan sekolah yang akan mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan di
sekolah akan melibatkan banyak pihak, antara lain, tenaga kependidikan, orang tua,
masyarakat, dan peserta didik. Menurut Benty & Gunawan (2015) tugas kepala
sekolah adalah menggandeng komite sekolah agar semua pihak termotivasi dan
berperan aktif dalam perubahan tersebut. Proses perubahan tersebut dapat terjadi
secara sederhana dan secara rasional dan rinci. Kepala sekolah sebagai agen
perubahan diharapkan dapat mengimplementasikan ke empat fungsi inovasi, yaitu
sebagai catalyst, solution giver, process helper, dan resources linker. Keempat fungsi
tersebut saling melengkapi dan berkaitan.
Jadi dapat disimpulkan komite sekolah merupakan wadah bagi masyarakat
sebagai tempat menyalurkan aspirasi masyarakat kepada sekolah. Dengan komite sekolah
diharapkan masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya untuk melakukan perubahan
pendidikan kearah yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dewan pendidikan adalah organisasi masyarakat yang meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di tingkat kabupaten atau kota dan bersifat
mandiri. Sedangkan komite sekolah adalah organisasi yang mewadahi peran masyarakat
dalam meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi dalam mengelola pendidikan yang
terdiri dari orang tua atau wali murid peserta didik, komunitas sekolah, dan tokoh
masyarakat.
Kehadiran dewan pendidikan dan komite sekolah tidak hanya sebagai stempel sekolah
semata namun lebih jauh dari itu, dewan pendidikan dan komite sekolah harus dapat
mewadahi dan menyalurkan aspirasi masyarakat, meningkatkan tanggung jawab dan peran
serta masyarakat, serta menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan.
Peran dan fungsi Dewan Pendidikan dan komite sekolah yaitu dalam meningkatkan
mutu pendidikan memberi pertimbangan, arahan, rekomendasi, dukungan serta pengawasan
pendidikan. Dewan Pendidikan dalam tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota,
sedangkan Komite Sekolah pada tingkat satuan pendidikan.
Susunan kepengurusan dalam dewan pendidikan dan komite sekolah sekurang-
kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara. Apabila dipandang perlu,
kepengurusan dapat dilengkapi dengan bidang-bidang tertentu sesuai kebutuhan. Khusus
jabatan ketua dalam dewan pendidikan bukan berasal dari unsur pemerintah daerah dan
DPRD. Ketua komite sekolah terpilih diutamakan berasal dari unsur orang tua/ wali siswa
yang masih aktif. Tiap jabatan dalam kepengurusan memiliki tugas yang harus dilakukan
agar penyelenggaraan pendidikan berjalan dengan baik.
Keanggotaan Dewan Pendidikan berjumlah 17 orang yang terdiri dari unsur
masyarakat (Lembaga Swadaya Masyarakat bidang pendidikan, tokoh masyarakat), tokoh
pendidikan, yayasan penyelenggara pendidikan, dunia usaha/industri/asosiasi profesi,
organisasi profesi tenaga pendidikan, dan komite sekolah, serta unsur birokrasi/legislatif
dapat dilibatkan sebagai anggota Dewan Pendidikan (maksimal 4 sampai 5 orang).
Sedangkan keanggotaan Komite Sekolah berjumlah 9 orang yang terdiri atas unsur
masyarakat (orang tua/wali peserta didik; tokoh masyarakat), tokoh pendidikan, dunia
usaha/industri, organisasi profesi tenaga pendidikan, wakil alumni, wakil peserta didik, unsur

17
18

dewan guru, yayasan/lembaga penyelenggara pendidikan, Badan Pertimbangan Desa dapat


pula dilibatkan sebagai anggota Komite Sekolah (maksimal 3 orang).
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dibentuk agar suatu organisasi masyarakat
sekolah mempunyai komitmen, loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas
pendidikan. hal ini dikarenakan Dewan pendidikan dan Komite Sekolah dibentuk dan
dikembangkan secara khas dan berakar dari budaya, demografis, ekologis, nilai kesepakatan,
serta kepercayaan yang dibangun sesuai dengan potensi masyarakat setempat.
Sekolah mutlak memerlukan adanya hubungan dengan masyarakat yaitu sebagai
usaha untuk mempertahankan hidupnya dan juga untuk melayani masyarakat dengan baik.
Hubungan sekolah dan masyarakat akan semakin baik apabila kedua belah pihak menjaga
hakikatnya sebagai simbiosis mutualisme yaitu saling membutuhkan satu sama lainnya.
Sekolah punya strategi untuk menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat antara
lain: memperkenalkan sekolah kepada masyarakat dan memberikan dampak positif kepada
masyarakat di sana juga perlu melakukan pendekatan situasional dengan Masyarakat serta
memperhatikan hal hal dalam menjaga hubungan tersebut.
Komite sekolah merupakan wadah bagi masyarakat sebagai tempat menyalurkan
aspirasi masyarakat kepada sekolah. Dengan komite sekolah diharapkan masyarakat dapat
menyampaikan aspirasinya untuk melakukan perubahan pendidikan kearah yang lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN

Benty, D. D. N., & Gunawan, I. 2015. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat.
Malang: Universitas Negeri Malang.

Gunawan, I., & Benty, D. D. N. 2017. Manajemen Pendidikan Suatu Pengantar Praktik.
Bandung: Alfabeta.

Halik, A., Das, W. H., Aswad, M., Rady, S., Dangnga, M. S., & Nasir, M. 2019.
Empowerment of School Committee in Improving Education Service Quality at Public
Primary School in Parepare City. Universal Journal of Educational Research, 7(9).
(http://www.hrpub.org/journals/article_info.php?aid=8263, diakses pada 7 September
2020)

Hendarman. 2012. Peran Dewan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan


Pendidikan. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 18(1). (Online).
(https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/67, diakses 15
September 2020)

Herawati, E. S. B., Suryadi, Warlizasusi, J., & Aliyyah, R. R. 2020. Kinerja Dewan
Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Studi Manajemen Pendidikan,
4(1). (Online). (http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JSMPI/article/view/1435, diakses
18 September 2020)

Imron, A., & Sumarsono, R. B. 2017. Manajemen Hubungan dan Partisipasi Masyarakat di
Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang.

Keputusan Menteri Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah. 2002. (Online).
(http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/kepmendiknas_044_02.pdf, diakses pada 12
September 2020)

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 75 Tentang


Komite Sekolah. 2016. (Online). (https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud75-
2016KomiteSekolah.pdf, diakses 4 Oktober 2020)

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tentang Pengelolaan dan


Penyelenggaraan Pendidikan. 2010. (Online).
(https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/5025/pp-no-17-tahun-2010, diakses 4 Oktober
2020)

Septiana, D. N., Bafadal, I., & Kusumaningrum, D. E. 2018. Pelibatan Komite Sekolah dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Administrasi Dan Manajemen Pendidikan, 1(3).
(Online). (http://journal2.um.ac.id/index.php/jamp/article/view/3618, diakses 8
September 2020)

19
Umar, M. 2016. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan. Jurnal
Edukasi, 2(1). ((Online).
(https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/688/548, diakses 10
September 2020)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.
(Online). (http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf, diakses 15 September
2020)

20
21

Anda mungkin juga menyukai