MAKALAH
untuk memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Hubungan Masyarakat
yang diampu oleh Ibu Dra. Djum Djum Noor Benty, M.Pd dan
Ibu Rochmawati, S.Pd, M.Pd
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
kepada kami yang pada kesempatan kali ini mampu menyusun makalah dengan judul
“Pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah”. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada Ibu Dra. Djum Djum Noor Benty, M.Pd dan Ibu Rochmawati, S.Pd.,M.Pd. selaku
dosen pembina.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok. Dengan makalah ini mungkin
dapat menambah wawasan mengenai mata kuliah Manajemen Hubungan Masyarakat. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat berbagai macam kendala,
keterbatasan ilmu, dan referensi. Oleh karena itu, penulis harapkan untuk memberikan kritik
dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.......................................................3
B. Tujuan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.............................................................4
C. Peran dan Fungsi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah............................................5
D. Struktur Organisasi dan Tupoksi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah....................7
E. Keanggotaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah...................................................8
F. Urgensi Pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.................................13
G. Strategi Pemberdayaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah...............................13
H. Menjalin Kerjasama Dengan Komite Sekolah............................................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................17
Kesimpulan..............................................................................................................................17
DAFTAR RUJUKAN..............................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah berada di tengah masyarakat seperti pisau bermata dua. Mata yang
pertama adalah menjaga kelestarian nilai-nilai positif yang ada dalam masyarakat, agar
pewarisan nilai-nilai masyarakat berlangsung dengan baik. Mata kedua adalah sebagai
lembaga yang dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan
tuntutan kehidupan serta pembangunan. Kedua fungsi ini seolah-olah bertentangan,
namun sebenarnya keduanya dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Karena fungsi
yang kontroversial ini, diperlukan pemahaman antara sekolah dan masyarakat. Nilai-nilai
yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan tetap dijaga kelestariannya, dan yang tidak
sesuai harus diubah.
Pelaksanaan fungsi sekolah ini, terlebih sekolah menengah yang berada di tengah-
tengah masyarakat terpencil, menjadi tumpuan harapan masyarakat untuk kemajuan
mereka. Untuk dapat menjalankan fungsi ini, hubungan sekolah dengan masyarakat harus
selalu baik. Dengan demikian, terdapat kerjasama serta situasi saling membantu antara
sekolah dan masyarakat. Selain itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Realisasi tanggung jawab itu tidak dapat
dilaksanakan apabila hubungan sekolah dan masyarakat tidak terjalin dengan baik.
Menurut Halik, dkk (2019) keberadaan komite sekolah serta dewan pendidikan
sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Komite sekolah dan dewan
pendidikan sebagai suatu organisasi dapat menunjang pelayanan pendidikan baik berupa
bentuk finansial, pemikiran, atau energi untuk meningkatkan penyelenggaraan
pendidikan. Adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang
ditampung dalam organisasi komite sekolah tentu mampu mengoptimalkan partisipasi
orang tua dan masyarakat dalam memajukan program pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dewan pendidikan dan komite sekolah?
2. Apa tujuan dewan pendidikan dan komite sekolah?
3. Apa peran dan fungsi dewan pendidikan dan komite sekolah?
4. Bagaimana struktur organisasi dan tupoksi dewan pendidikan dan komite sekolah?
5. Bagaimana keanggotaan dewan pendidikan dan komite sekolah?
1
2
C. Tujuan
3
4
pendidikan, baik pada jalur pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, dan jalur
pendidikan luar sekolah. Nama disesuaikan dengan daerah masing-masing, seperti
Komite sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Sedangkan
menurut Imron & Sumarsono (2017) Komite Sekolah adalah lembaga mandiri yang
terdiri dari orangtua atau wali murid peserta didik, komunitas sekolah, dan tokoh
masyarakat yang peduli akan pendidikan.
Jadi Dewan pendidikan adalah organisasi masyarakat yang meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di tingkat kabupaten atau kota dan
bersifat mandiri. Sedangkan komite sekolah adalah organisasi yang mewadahi peran
masyarakat dalam meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi dalam mengelola
pendidikan yang terdiri dari orang tua atau wali murid peserta didik, komunitas sekolah,
dan tokoh masyarakat.
dan komite sekolah harus dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi masyarakat,
meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat, serta menciptakan suasana
dan kondisi yang transparan, akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan dan
pelayanan pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi Dewan Pendidikan dan komite
sekolah yaitu dalam meningkatkan mutu pendidikan memberi pertimbangan, arahan,
rekomendasi, dukungan serta pengawasan pendidikan. Dewan Pendidikan dalam tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, sedangkan Komite Sekolah pada tingkat satuan
pendidikan.
pemeduli dapat dipilih oleh warga maupun sekolah, tanpa pencalonan, tanpa kampanye,
tanpa rekayasa, pemilihan tertutup (secret hallot) yaitu menuliskan pilihan masing-
masing, dan sebelum proses pelaksanaan pemilihan, dilakukan dahulu harus mengetahui
kepemimpinan moralnya. Sehingga anggota Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
merupakan orang yang tidak mencari penghidupan di organisasi, tetapi justru menghidupi
pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 192 ayat 8 menyatakan masa jabatan
pengurus Dewan Pendidikan adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan. Dewan Pendidikan berkedudukan di kabupaten/kota. Dewan
Pendidikan bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga
pemerintahan daerah. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 56 ayat 2 yang menyatakan Dewan pendidikan
sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan
pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan
prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 192 ayat 6 Anggota dewan
pendidikan terdiri atas tokoh yang berasal dari: a. pakar pendidikan; b. penyelenggara
pendidikan; c. pengusaha; d. organisasi profesi; e. pendidikan berbasis kekhasan agama
atau sosial-budaya; dan f. pendidikan bertaraf internasional; g. pendidikan berbasis
keunggulan lokal; dan/atau h. organisasi sosial kemasyarakatan.. Jumlah anggota Dewan
Pendidikan maksimal 15 orang. Kepengurusan Dewan Pendidikan terdiri atas ketua,
sekretaris, bendahara, dan anggota. Pengurus dipilih dari dan oleh anggota, dan ketua
bukan dari unsur pemerintah daerah dan DPRD. Dewan Pendidikan wajib memiliki
Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART). Anggaran Dasar
sebagaimana dimaksud sekurang-kurangnya memuat: (1) nama dan tempat kedudukan;
(2) dasar, tujuan dan kegiatan; (3) keanggotaan dan kepengurusan; (4) hak dan kewajiban
anggota dan pengurus; (5) keuangan; (6) mekanisme kerja dan rapat-rapat; dan (7)
perubahan AD dan ART dan pembubaran organisasi. Pembentukan Dewan Pendidikan
menganut prinsip-prinsip yaitu: (1) transparan, akuntabel, dan demokratis; dan (2)
merupakan mitra pemerintah kabupaten/kota. Tata hubungan antara dewan pendidikan
10
dengan pemerintah daerah, DPRD, dinas pendidikan serta komite-komite sekolah bersifat
koordinatif.
Mekanisme pembentukan Dewan Pendidikan adalah Pembentukan Panitia
Persiapan, dalam hal ini Bupati/Walikota dan/ atau masyarakat membentuk panitia
persiapan. Panitia persiapan berjumlah sekurang-kurangnya 5 (lima) orang yang terdiri
atas kalangan praktisi pendidikan (seperti guru, kepala sekolah, penyelenggara
pendidikan) dan pemerhati pendidikan (LSM peduli pendidikan, tokoh masyarakat, tokoh
agama, dunia usaha dan industri). Panitia persiapan bertugas mempersiapkan
Pembentukan Dewan Pendidikan dengan langkah-langkah: (1) mengadakan forum
sosialisasi kepada masyarakat (termasuk Majelis Pendidikan Kejuruan Daerah, Komite
Kabupaten, Komite Pendidikan Sekolah) tentang dewan pendidikan menurut Keputusan
Menteri Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah;
(2) menyusun kriteria dan mengidentifikasi calon anggota berdasarkan usulan dari
masyarakat; (3) menyeleksi calon anggota berdasarkan usulan dari masyarakat; (4)
mengumumkan nama-nama calon anggota kepada masyarakat; (5) menyusun nama-nama
anggota terpilih; (6) memfasilitasi pemilihan pengurus dan anggota Dewan Pendidikan;
dan (7) menyampaikan nama pengurus dan anggota kepada Bupati/Walikota.
Selanjutnya Panitia Persiapan dinyatakan bubar setelah Bupati/ Walikota
menetapkan Dewan Pendidikan. Penetapan pembentukan Dewan Pendidikan Dewan
Pendidikan ditetapkan untuk pertama kali dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota, dan
selanjutnya diatur dalam AD dan ART. Pembentukan Dewan Pendidikan dapat diatur
melalui Peraturan Daerah yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan di
kabupaten/kota. Pembentukan Dewan Pendidikan dapat difasilitasi oleh Sekretariat Tim
Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah alamat Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah dalam Gunawan & Benty (2017) menyatakan bahwa
Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam
rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan luar sekolah. Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah
masing-masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite
Pendidikan Luar Sekolah, Dewan sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite
11
Taman Kanak- kanak, atau nama lain yang disepakati. Komite Sekolah berkedudukan di
satuan pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 197 ayat 2 menyatakan masa jabatan
pengurus Komite Sekolah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu)
kali masa jabatan. Komite Sekolah dapat terdiri dari satu satuan pendidikan, atau
beberapa satuan pendidikan dalam jenjang yang sama, atau beberapa satuan pendidikan
yang berbeda jenjang tetapi berada pada lokasi yang berdekatan, atau satuan-satuan
pendidikan yang dikelola oleh suatu penyelenggara pendidikan, atau karena pertimbangan
lainnya. Komite sekolah bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan
lembaga pemerintahan. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 56 ayat 3 yang menyatakan komite
sekolah/madrasah sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana
dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2016 Tentang Komite Sekolah Pasal 4 menyatakan anggota Komite Sekolah terdiri
atas unsur: a). orang tua/wali dari siswa yang masih aktif pada Sekolah yang
bersangkutan paling banyak 50% (lima puluh persen); b). tokoh masyarakat paling
banyak 30% (tiga puluh persen), antara lain: 1) memiliki pekerjaan dan perilaku hidup
yang dapat menjadi panutan bagi masyarakat setempat; dan/atau 2) anggota/pengurus
organisasi atau kelompok masyarakat peduli pendidikan, tidak termasuk
anggota/pengurus organisasi profesi pendidik dan pengurus partai politik. c. pakar
pendidikan paling banyak 30% (tiga puluh persen), antara lain: 1) pensiunan tenaga
pendidik; dan/atau 2) orang yang memiliki pengalaman di bidang pendidikan. d.
Persentase sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c menjadi batas
maksimal sampai dengan jumlah anggota memenuhi 100% (seratus persen) yang
disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. (2) Anggota Komite Sekolah
berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 15 (lima belas) orang. (3)
Anggota Komite Sekolah tidak dapat berasal dari unsur: a. pendidik dan tenaga
kependidikan dari Sekolah yang bersangkutan; b. penyelenggara Sekolah yang
bersangkutan; c. pemerintah desa; d. forum koordinasi pimpinan kecamatan; e. forum
koordinasi pimpinan daerah; f. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; dan/atau g.
pejabat pemerintah/pemerintah daerah yang membidangi pendidikan.
12
partisipasi masyarakat dan orang tua dikelompokkan secara kualitatif dan kuantitatif.
Partisipasi kuantitatif menunjukkan pada frekuensi keterlibatan masyarakat dalam
implementasi setiap kebijakan, sedangkan partisipasi kualitatif menunjuk kepada
tingkat dan derajat keterlibatannya.
Sekolah dan masyarakat merupakan partner dalam berbagai aktivitas yang
berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan, seperti: (1) sekolah dan masyarakat adalah
satu keutuhan dalam menjalankan pendidikan guna pembinaan bagi peserta didik; (2)
sekolah dan tenaga kependidikan mengerti pentingnya kerjasama dengan masyarakat,
bukan hanya untuk melakukan pembaharuan atau pengembangan saja, melainkan juga
dalam mencari alternatif pemecahan pada suatu masalah; (3) sekolah dan masyarakat
juga turut andil dalam memberikan bantuan pada pendidikan yang ada di sekolah, dan
juga untuk mengembangkan berbagai potensi secara optimal sesuai dengan harapan
peserta didik; (4) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangakn gagasan, ide, dan berbagai aktivitas yang dapat menunjang belajar;
(5) memahami apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh sekolah dalam
mengembangkan potensi anaknya; dan (6) menyediakan sarana belajar yang
memadai, di sesuaikan dengan kemampuan orang tua dan kebutuhan sekolah.
2. Menjalin Kerjasama Komite Sekolah untuk Melakukan Perubahan
Perubahan akan terus terjadi sesuai dengan perkembangan zaman. Begitupun
dengan sekolah yang akan mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan di
sekolah akan melibatkan banyak pihak, antara lain, tenaga kependidikan, orang tua,
masyarakat, dan peserta didik. Menurut Benty & Gunawan (2015) tugas kepala
sekolah adalah menggandeng komite sekolah agar semua pihak termotivasi dan
berperan aktif dalam perubahan tersebut. Proses perubahan tersebut dapat terjadi
secara sederhana dan secara rasional dan rinci. Kepala sekolah sebagai agen
perubahan diharapkan dapat mengimplementasikan ke empat fungsi inovasi, yaitu
sebagai catalyst, solution giver, process helper, dan resources linker. Keempat fungsi
tersebut saling melengkapi dan berkaitan.
Jadi dapat disimpulkan komite sekolah merupakan wadah bagi masyarakat
sebagai tempat menyalurkan aspirasi masyarakat kepada sekolah. Dengan komite sekolah
diharapkan masyarakat dapat menyampaikan aspirasinya untuk melakukan perubahan
pendidikan kearah yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dewan pendidikan adalah organisasi masyarakat yang meningkatkan mutu,
pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di tingkat kabupaten atau kota dan bersifat
mandiri. Sedangkan komite sekolah adalah organisasi yang mewadahi peran masyarakat
dalam meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi dalam mengelola pendidikan yang
terdiri dari orang tua atau wali murid peserta didik, komunitas sekolah, dan tokoh
masyarakat.
Kehadiran dewan pendidikan dan komite sekolah tidak hanya sebagai stempel sekolah
semata namun lebih jauh dari itu, dewan pendidikan dan komite sekolah harus dapat
mewadahi dan menyalurkan aspirasi masyarakat, meningkatkan tanggung jawab dan peran
serta masyarakat, serta menciptakan suasana dan kondisi yang transparan, akuntabel dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan.
Peran dan fungsi Dewan Pendidikan dan komite sekolah yaitu dalam meningkatkan
mutu pendidikan memberi pertimbangan, arahan, rekomendasi, dukungan serta pengawasan
pendidikan. Dewan Pendidikan dalam tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota,
sedangkan Komite Sekolah pada tingkat satuan pendidikan.
Susunan kepengurusan dalam dewan pendidikan dan komite sekolah sekurang-
kurangnya terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara. Apabila dipandang perlu,
kepengurusan dapat dilengkapi dengan bidang-bidang tertentu sesuai kebutuhan. Khusus
jabatan ketua dalam dewan pendidikan bukan berasal dari unsur pemerintah daerah dan
DPRD. Ketua komite sekolah terpilih diutamakan berasal dari unsur orang tua/ wali siswa
yang masih aktif. Tiap jabatan dalam kepengurusan memiliki tugas yang harus dilakukan
agar penyelenggaraan pendidikan berjalan dengan baik.
Keanggotaan Dewan Pendidikan berjumlah 17 orang yang terdiri dari unsur
masyarakat (Lembaga Swadaya Masyarakat bidang pendidikan, tokoh masyarakat), tokoh
pendidikan, yayasan penyelenggara pendidikan, dunia usaha/industri/asosiasi profesi,
organisasi profesi tenaga pendidikan, dan komite sekolah, serta unsur birokrasi/legislatif
dapat dilibatkan sebagai anggota Dewan Pendidikan (maksimal 4 sampai 5 orang).
Sedangkan keanggotaan Komite Sekolah berjumlah 9 orang yang terdiri atas unsur
masyarakat (orang tua/wali peserta didik; tokoh masyarakat), tokoh pendidikan, dunia
usaha/industri, organisasi profesi tenaga pendidikan, wakil alumni, wakil peserta didik, unsur
17
18
Benty, D. D. N., & Gunawan, I. 2015. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Gunawan, I., & Benty, D. D. N. 2017. Manajemen Pendidikan Suatu Pengantar Praktik.
Bandung: Alfabeta.
Halik, A., Das, W. H., Aswad, M., Rady, S., Dangnga, M. S., & Nasir, M. 2019.
Empowerment of School Committee in Improving Education Service Quality at Public
Primary School in Parepare City. Universal Journal of Educational Research, 7(9).
(http://www.hrpub.org/journals/article_info.php?aid=8263, diakses pada 7 September
2020)
Herawati, E. S. B., Suryadi, Warlizasusi, J., & Aliyyah, R. R. 2020. Kinerja Dewan
Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jurnal Studi Manajemen Pendidikan,
4(1). (Online). (http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/JSMPI/article/view/1435, diakses
18 September 2020)
Imron, A., & Sumarsono, R. B. 2017. Manajemen Hubungan dan Partisipasi Masyarakat di
Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang.
Keputusan Menteri Nasional Nomor 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan Komite
Sekolah. 2002. (Online).
(http://simpuh.kemenag.go.id/regulasi/kepmendiknas_044_02.pdf, diakses pada 12
September 2020)
Septiana, D. N., Bafadal, I., & Kusumaningrum, D. E. 2018. Pelibatan Komite Sekolah dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Administrasi Dan Manajemen Pendidikan, 1(3).
(Online). (http://journal2.um.ac.id/index.php/jamp/article/view/3618, diakses 8
September 2020)
19
Umar, M. 2016. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan. Jurnal
Edukasi, 2(1). ((Online).
(https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/cobaBK/article/view/688/548, diakses 10
September 2020)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003.
(Online). (http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf, diakses 15 September
2020)
20
21