Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


Peran Komite Sekolah

Pengampu Dr. Titik Haryati. M.Si.

Oleh: NIM
1. Hesti Heryani 18510108
2. Ida Kusmei 18510159
3. Moh. Sarwo Edy 18510127
4. Nurhayati 18510125
5. Tri Pamuji 18510162

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
MEI 2019

i
MAKALAH
MANAJEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
Peran Komite Sekolah

Pengampu Dr. Titik Haryati, M.Si.

Oleh: NIM
1. Hesti Heryani 18510108
2. Ida Kusmei 18510159
3. Moh. Sarwo Edy 18510127
4. Nurhayati 18510125
5. Tri Pamuji 18510162

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA (S2)
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
MEI 2019

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahNya-lah kami dapat menyelesaikan makalah Manajemen Pendidikan
Nasional mengenai Peran Komite Sekolah dalam sebuah mata kuliah Manajemen
Pendidikan Nasional.Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak, dosen, dan teman-teman sekalian. Oleh karena itu , kami selaku
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini ataupun kata
– kata yang kurang berkenan, kami mohon maaf. Selanjutnya kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
khususnya pembaca.

Pemalang,

Penulis

3
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi .......................................................................................................... iii
I. PENGANTAR ......................................................................... 5
II. RUMUSAN MASALAH ....................................................... 6
III. TUJUAN DAN MANFAAT ................................................... 6
IV. PEMBAHASAN ......................................................................
A. Pengertian Komite Sekolah ................................................ 7
B. Fungsi dan Tujuan Pembentukan Komite Sekolah .............. 9
C. Peran Komite Sekolah ........................................................ 11
D. Hubungan Sekolah dengan Komite Sekolah ....................... 14
V. PENUTUP ............................................................................ 16
A. Kesimpulan ......................................................................... 16
B. Rekomendasi .......................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

4
I. PENGANTAR

Peran serta masyarakat adalah kontribusi, sumbangan, dan keikutsertaan


masyarakat dalam menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan. Pada masa
sekarang kita tahu, bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring pendidikan
melibatkan peran serta masyarakat. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan
yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan lebih baik di masa yang akan
datang, mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat. Hal
inilah yang melahirkan kesadaran peran serta masyarakat.

Peran serta masyarakat khususnya orangtua siswa dalam penyelenggaraan


pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat selama ini pada
umumnya sebatas pada dukungan dana, sementara dukungan lain seperti
pemikiran, moral, dan barang/jasa kurang diperhatikan. Akuntabilitas sekolah
terhadap masyarakat juga lemah. Sekolah tidak merasa berkeharusan untuk
mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat,
khususnya orangtua siswa, sebagai salah satu unsur utama yang berkepentingan
dengan pendidikan (stakeholder).

Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, tentu saja perlu


dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi
penyelenggaraan pendidikan melalui manajemen peningkatan mutu berbasis
sekolah. Salah satu programnya adalah pembentukan komite sekolah. Komite
sekolah merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam peningkatan
mutu pendidikan. Salah satu tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah
meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan. Hal ini berarti peran serta
masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya
sekadar memberikan bantuan berwujud material saja, namun juga diperlukan
bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan
suatu sekolah. Untuk lebih memahami peran serta, tugas, fungsi dan pengertian
dari komite sekolah itu sendiri maka dibuatlah makalah ini.

5
II. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan mendasar yang


hendak dibahas dalam makalah ini antara lain:

a. Apa pengertian dari komite sekolah?


b. Apa saja fungsi dan tujuan dari pembentukan komite sekolah?
c. Apa peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan?
d. Bagaimana hubungan komite sekolah dengan sekolah?

III. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan makalah ini antara lain:

a. Mengetahui pengertian dari komite sekolah


b. Mengetahui fungsi dan tujuan dari pembentukan komite sekolah
c. Mengetahui peran komite sekolah dalam peningkatan mutu
pendidikan
d. Mengetahui hubungan komite sekolah dengan sekolah
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:
Manfaat dari makalah ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
menambah khasanah keilmuan mengenai fungsi dan peran komite sekolah
sehingga dapat diterapkan dalam mengelola di satuan pendidikannya.

6
IV. PEMBAHASAN

A. Pengertian Komite Sekolah

Peraturan komite sekolah terbaru ditetapkan berdasarkan Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2016
tentang Komite Sekolah sebagai pengganti Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002. Pada Permendikbud Nomor 75
tahun 2016 tersebut dinyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu layanan
pendidikan, perlu dilakukan revitalisasi tugas komite sekolah berdasarkan prinsip
gotong royong.

Sejalan dengan upaya pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat,


sekolah diharapkan dapat membina jalinan kerja sama dengan orangtua dan
masyarakat. Sebagai bagian dari konsep MBS, pemberdayaan komite ini
merupakan bentuk manajemen partisipatif yang melibatkan peran serta
masyarakat, sehingga semua kebijakan dan keputusan yang diambil adalah
kebijakan dan keputusan bersama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
bersama. Pemberdayaan Komite Sekolah dapat diwujudkan diantaranya melalui
pelibatan mereka dalam penyusunan rencana dan program sekolah, RAPBS,
pelaksanaan program pendidikan, dan penyelenggaraan akuntabilitas pendidikan.
Sewaktu sekolah ingin membangun sebuah laboratorium IPA, Musola, atau
merehabilitasi ruang kelas, pihak sekolah tidak selalu harus turun tangan sendiri
baik dalam perencanaan, pendanaan, dan pelaksanaannya. Mengandalkan bantuan
pemerintahpun tidak hanya memakan waktu lama, tetapi juga mungkin tidak ada
dananya. Oleh sebab itulah koimite sekolah harus diberdayakan. Komite sekolah
bersama kepala sekolah, dewan guru, dan orang tua murid dapat melakukan
musyawarah untuk mewujudkan rencana sekolah tersebut. Dengan cara itu
diantaranya, komite sekolah dapat diberdayakan dalam menjembatani kepentingan
sekolah dan partisipasi masyarakat, khususnya orangtua siswa. Dalam konteks ini,
komunikasi antara sekolah dengan masyarakat memiliki peran yang sangat
penting. Seorang kepala sekolah dapat “menguasai” guru, staf, dan masyarakat

7
dengan kemampuannya berkomunikasi. Dengan kemampuannya itu pula, kepala
sekolah dapat mengkomunikasikan program sekolah kepada komite sekolah dan
masyarakat. Jadi, melalui komunikasi yang baik, seluruh elemen masyarakat dan
sekolah dapat dipersatukan secara harmonis guna mendukung pencapaian mutu
pendidikan yang lebih baik.

Dalam pengertiannya, komite sekolah adalah lembaga mandiri yang


beranggotakan orangtua/ wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh
masyarakat yang peduli pendidikan (Permendikbud No 75 Tahun 2016). Anggota
Komite Sekolah dipilih secara akuntabel dan demokratis melalui rapat orangtua/
wali siswa. Komite sekolah merupakan suatu badan atau lembaga nonpolitis atau
nonprofit. Komite ini dibentuk berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh
berbagai pihak yang berkepentingan dengan pendidikan pada tingkat sekolah.
Mereka bertanggungjawab membantu sekolah dalam peningkatan kualitas
pendidikan di sekolah.

Menurut Permendikbud nomor 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah


Pasal 4 disebutkan bahwa anggota komite sekolah terdiri atas unsur orangtua/ wali
dari siswa yang masih aktif pada sekolah yang bersangkutan (paling banyak 50%),
tokoh masyarakat (paling banyak 30%) dan pakar pendidikan (paling banyak
30%). Anggota Komite Sekolah berjumlah paling sedikit 5 (lima) orang dan
paling banyak 15 (lima belas) orang. Anggota Komite Sekolah tidak dapat berasal
dari unsur:pendidik dan tenaga kependidikan dari Sekolah yang bersangkutan;
penyelenggara Sekolah yang bersangkutan; pemerintah desa; forum koordinasi
pimpinan kecamatan; forum koordinasi pimpinan daerah; anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah; dan / atau pejabat pemerintah/ pemerintah daerah
yang membidangi pendidikan.

Susunan kepengurusan komite sekolah paling tidak terdiri atas: ketua,


sekretaris, dan bendahara yang dipilih dari dan oleh anggota secara musyawarah
mufakat dan / atau melalui pemungutan suara. Komite sekolah berkedudukan di
satuan pendidikan. Bagi sekolah yang memiliki siswa kurang dari 200 orang dapat

8
membentuk Komite Sekolah gabungan dengan sekolah lain yang sejenis dengan
difasilitasi oleh dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya.

Masa jabatan keanggotaan Komite Sekolah paling lama 3 (tiga) tahun dan
dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. Keanggotaan Komite
Sekolah berakhir apabila: mengundurkan diri; meninggal dunia; tidak dapat
melaksanakan tugas karena berhalangan tetap; atau dijatuhi pidana karena
melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yangtelah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

Komite sekolah yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah harus menyusun
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD dan ART). Anggaran Dasar dan
anggaran rumah tangga sekurang-kurangnya memuat: nama dan tempat
kedudukan; dasar, tujuan, dan kegiatan; keanggotaan dan kepengurusan; hak dan
kewajiban anngota dan pengurus; keuangan; mekanisme kerja dan rapat-rapat;
perubahan AD dan ART dan pembubaran organisasi.

Komite Sekolah melaksanakan fungsi dan tugas melalui koordinasi dan


konsultasi dengan dewan pendidikan provinsi/ dewan pendidikan kabupaten/ kota,
dinas pendidikan provinsi / kabupaten / kota, dan pemangku kepentingan lainnya.
Komite Sekolah dalam melaksanakan fungsi dan tugas berkoordinasi dengan
Sekolah yang bersangkutan.

b. Fungsi dan Tujuan Pembentukan Komite Sekolah

1. Fungsi Komite Sekolah

Komite Sekolah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan


pendidikan. Komite sekolah menjalankan fungsinya secara gotong royong,
demokratis, mandiri, profesional dan akuntabel. Dalam melaksanakan fungsi
peningkatan mutu pelayanan pendidikan, Komite Sekolah bertugas untuk:

a. Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan


pendidikan terkait:

9
1) Kebijakan dan program Sekolah;
2) Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/ Rencana Kerja
dan Anggaran Sekolah (RAPBS/ RKAS);
3) Kriteria kinerja sekolah;
4) Kriteria fasilitas pendidikan di sekolah; dan
5) Kriteria kerjasama sekolah dengan pihak lain.
b. Menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat
baik perorangan/ organisasi/ dunia usaha/ dunia industri maupun
pemangku kepentingan lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif;
c. Mengawasi pelayanan pendidikan di sekolah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
d. Menindaklanjuti keluhan, saran, kritik, dan aspirasi dari peserta didik,
orangtua/ wali, dan masyarakat serta hasil pengamatan Komite Sekolah
atas Kinerja Sekolah.

2. Tujuan pembentukan Komite Sekolah adalah:


a. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan
pendidikan.
b. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
c. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan demokratis
dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan.
Dalam era otonomi daerah ini, dimana sekolah memiliki otonomisasi dan
ruang gerak yang lebih besar dalam penyelenggaraan pendidikan. Melalui
paradigma Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Sekolah diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk mengurus dan mengatur pelaksanaan pendidikan masing-
masing sekolah.

10
Dengan kondisi seperti itu, komite sekolah akan dapat melaksanakan peran
dan fungsinya sebagai penunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang
sejalan dengan kondisi dan permasalahan lingkungan masing-masing sekolah.
Komite sekolah dapat melaksanakan fungsinya sebagai partner dari kepala
sekolah dalam mengadakan sumber-sumber daya pendidikan dalam rangka
melaksanakan pengelolaan pendidikan yang dapat mewujudkan fasilitas bagi guru
dan siswa untuk belajar sehingga pembelajaran menjadi semakin efektif.
Adanya sinergi antara komite sekolah dengan sekolah melahirkan
tanggung jawab bersama antara sekolah dan masyarakat sebagai mitra kerja dalam
membangun pendidikan. Dari sini masyarakat akan dapat menyalurkan berbagai
ide dan partisipasinya dalam memajukan pendidikan di daerahnya.

C. Peran Komite Sekolah


Secara kontekstual, peran Komite Sekolah sebagai:
1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan
kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
Supaya masukan tersebut sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan,
diperlukan informasi-informasi yang didasarkan pada kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
1. Mengadakan pendataan kondisi social ekonomi masyarakat dan
sumberdaya pendidikan di masyarakat sekitar sekolah.
2. Menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan,
pertimbangan dan rekomendasi kepada sekolah.
3. Menyampaikan masukan, pertimbangan atau rekomendasi secara tertulis
kepada sekolah.
4. Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk meningkatkan mutu
pembelajaran.
5. Memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk menyelenggaraan
pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM).

11
6. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam
penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan
pendidikan di sekolah.
7. Memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah dalam
penyusunan RAPBS.
2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran,
maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan,
minimal dalam mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat
terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, dalam bentuk
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Mengadakan pertemuan secara berkala dengan stakeholders dilingkungan
sekolah.
2. Mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha /industry untuk
mendukung penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu.
3. Memotivasi masyarakat kalangan menengah ke atas untuk meningkatkan
komitmennya bagi upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah.
4. Mendorong orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pendidikan, seperti :
a. Mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha /industry dalam
penyediaan saran/prasarana serta biaya pendidikan untuk masyarakat
tidak mampu.
b. Ikut memotivasi masyarakat untuk melaksanakan kebijakan
pendidikan sekolah.
3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Minimal
melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan dari satuan pendidikan. Dalam
bentuk kegiaan-kegiatan sebagai berikut :
1. Meminta penjelasan sekolah tentang hasil belajar siswa di
sekolahanya.

12
2. Mencari penyebab ketidakberhasilan belajar siswa, dan memperkuat
berbagai hal yang menjadi kaberhasilan belajar siswa.
4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan
pendidikan.

Depdiknas dalam bukunya Partisipasi Masyarakat, menguraikan tujuh peranan


Komite Sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah, yakni:
a. Membantu meningkatkan kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar-
mengajar di sekolah baik sarana, prasarana maupun teknis pendidikan.
b. Melakukan pembinaan sikap dan perilaku siswa. Membantu usaha pemantapan
sekolah dalam mewujudkan pembinaan dan pengembangan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan demokrasi sejak dini (kehidupan
berbangsa dan bernegara, pendidikan pendahuluan bela negara,
kewarganegaraan, berorganisasi, dan kepemimpinan), keterampilan dan
kewirausahaan, kesegaran jasmani dan berolah raga, daya kreasi dan cipta,
serta apresiasi seni dan budaya.
c. Mencari sumber pendanaan untuk membantu siswa yang tidak mampu.
d. Melakukan penilaian sekolah untuk pengembangan pelaksanaan kurikulum,
baik intra maupun ekstrakurikuler dan pelaksanaan manajemen sekolah,
kepala/wakil kepala sekolah, guru, siswa, dan karyawan.
e. Memberikan penghargaan atas keberhasilan manajemen sekolah.
f. Melakukan pembahasan tentang usulan Rancangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Sekolah (RAPBS).
g. Meminta sekolah agar mengadakan pertemuan untuk kepentingan tertentu
(Depdiknas, 2001:17).

Mengacu pada peranan Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu


pendidikan, sudah barang tentu memerlukan dana. Penggalangan dana dan sumber
daya pendidikan lainnya yang dilakukan komite sekolah berbentuk bantuan dan /
atau sumbangan, bukan pungutan. Hasil penggalangan dana dapat digunakan
antara lain:

13
a. Menutupi kekurangan biaya satuan pendidikan;
b. Pembiayaan program / kegiatan terkait peningkatan mutu sekolah yang
tidak dianggarkan;
c. Pengembangan sarana prasarana; dan
d. Pembiayaan kegiatan operasional Komite Sekolah dilakukan secara wajar
dan harus dipertanggungjawabkan secara transparan.
Komite Sekolah wajib menyampaikan laporan kepada orangtua/ wali
peserta didik, masyarakat, dan kepala sekolah melalui pertemuan berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) semester. Laporan tersebut terdiri atas laporan
kegiatan komite sekolah dan laporan hasil perolehan penggalangan dana dan
sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat.
Pada dasarnya pemberdayaan komite sekolah dalam konteks MBS adalah
melalui koordinasi dan komunikasi. Koordinasi yang dilakukan kepala sekolah
dengan para guru dan masyarakat dapat dilakukan secara vertikal, horizontal,
fungsional, dan diagonal. Koordinasi dilakukan secara terus menerus sebagai
upaya konsolidasi untuk memperkuat kelembagaan dalam mencapai tujuan.
Contoh, mengadakan pertemuan informal antara para pejabat, serta mengadakan
rapat, baik secara reguler maupun insidental.

D. Hubungan Sekolah dengan Komite Sekolah

Sekolah bukanlah suatu lembaga yang terpisah dari masyarakat. Sekolah


merupakan lembaga yang bekerja dalam konteks sosial. Sekolah mengambil
siswanya dari masyarakat setempat, sehingga keberadaannya tergantung dari
dukungan sosial dan finansial masyarakat. Oleh karena itu, hubungan sekolah dan
masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam keseluruhan kerangka
penyelenggaraan pendidikan.
Adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang
diwadahi dalam organisasi Komite Sekolah, sudah barang tentu mampu
mengoptimalkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam memajukan program
pendidikan, dalam bentuk:

14
a. Orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas pendidikan,
memberikan bantuan dana serta pemikiran atau saran yang diperlukan
sekolah.
b. Orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi yang
dimiliki anaknya, dan
c. Orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi anak (Depdiknas,
2001:19).

Berkenaan dengan peningkatan hubungan sekolah dengan masyarakat,


subtansi pembinaannya harus diarahkan kepada meningkatkan kemampuan
seluruh personil sekolah dalam:

a) Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua tentang pertumbuhan


pribadi anak.
b) Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak yang baik,
dengan harapan mereka mampu memberikan bimbingan yang tepat bagi
anak-anaknya dalam mengikuti pelajaran.
c) Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang program
pendidikan yang sedang dikembangkan di sekolah.
d) Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang hambatan-
hambatan yang dihadapi sekolah.
e) Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta
memajukan sekolah.
f) Mengikutsertakan orang tua dan tokoh masyarakat dalam merencanakan
dan mengawasi program sekolah (Depdiknas, 2001:20).

15
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai


berikut:

a. Komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/ wali


peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli
pendidikan (Permendikbud No 75 Tahun 2016.
b. Komite Sekolah berfungsi dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan.
c. Peran komite sekolah antara lain:
1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan
3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.
4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan
pendidikan.
d. Adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang
diwadahi dalam organisasi Komite Sekolah, sudah barang tentu mampu
mengoptimalkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam memajukan
program pendidikan

16
B. Rekomendasi

Upaya Komite Sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu


mendapat dukungan dari seluruh komponen pendidikan, baik guru, Kepala
Sekolah, siswa, orang tua/wali murid, masyarakat, dan institusi pendidikan. Oleh
karena itu perlu kerjasama dan koordinasi yang erat di antara komponen
pendidikan tersebut sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan yang
dilaksanakan dapat efektif dan efisien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah


(Buku 1). Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. 2001. Partisipasi Masyarakat. Jakarta: Depdikbud.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 75 tentang Komite


Sekolah.

4dimensionalthings.blogspot.com diakses pada 19 Mei 2019 Pukul 20.57 WIB

18

Anda mungkin juga menyukai