Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Preeklampsia
a. Pengertian
Preeklampsia merupakan suatu sindroma spesifik pada

kehamilan yang ditandai dengan trias gejala klinis berupa peningkatan

tekanan darah, edema pada ekstremitas bawah dan proteinuria. Edema

tungkai tidak dipakai sebagai kriteria hipertensi dalam kehamilan,

kecuali edema anasarka. Preeklampsia dapat disebut sebagai hipertensi

yang diinduksi oleh kehamilan atau penyakit hipertensi akut pada

kehamilan. Preeklampsia tidak semata-mata terjadi pada wanita muda

pada kehamilan pertama. Preeklampsia ini paling sering terjadi selama

trimester terakhir kehamilan.


Preeklampsia adalah sindroma spesifik dalam kehamilan yang

menyebabkan penurunan perfusi darah pada organ-organ akibat adanya

vasospasme dan menurunya aktivitas sel endotel (Setyorini, 2007).

Preeklampsia biasanya terjadi pada kehamilan trimester ketiga atau

pada kehamilan ≥ 20 minggu. Gejala ini dapat timbul selama 20

minggu bila terjadi penyakit trofoblastik (Wiknjosastro, 2007).

b. Penyebab Preeklampsia
Penyebab preeklampsia belum diketahui dengan pasti. Banyak

teori yang coba dikemukakan para ahli untuk menerangkan

penyebabnya, namun belum ada jawaban yang memuaskan. Teori yang


sekarang dipakai adalah teori iskemik plasenta. Plasenta adalah organ

fetomaternal yang merupakan ciri khas mamalia sejati pada saat

kehamilan, yang menghubungkan ibu dan anakanya, mengadakan

sektresi endokrin dan pertukaran selektif zat yang dapat larut serta

dibawa darah melalui posisi rahim dan bagian trofoblas yang

mengandung pembuluh darah. Plasenta merupakan organ khusus untuk

pertukaran zat antara darah ibu dan darah janin (Wiknjosastro, 2007).
Plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang 16

minggu dengan ruang amnion yang telah mengisi seluruh kavum uteri.

Disisi ibu, tampak daerah-daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang

diliputi selaput tipis desidua basalis. Disisi janin, tampak sejumlah

arteri dan vena besar (pembuluh korion) menuju tali pusat. Korion

diliputi oleh amnion (Wiknjosastro, 2007, hlm.86).


Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari arteri

spiralis yang terletak di desidua basalis. Pada sistolik darah

disemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke

dalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari

kotiledon-kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili

koriales dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke vena-

vena desidua (Saifuddin, 2009, hlm.211).


Darah ibu yang mengalir diseluruh plasenta diperkirakan naik

dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap

menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interviller tanpa vilii

koriales mempunyai volume lebih kurang 150-250 ml (Wiknjosastro,

2007).
Pada preeklampsia, proses implantasi plasenta tidak berjalan

sebagaimana semestinya oleh karena disebabkan dua hal yaitu tidak

semua arteri spiralis mengalami invasi oleh sel-sel trofoblas dan pada

arteri spiralis yang mengalami invasi, terjadi tahap pertama invasi sel

trofoblas secara normal tetapi invasi tahap kedua tidak berlangsung

sehingga sebagian arteri spiralis yang berada dalam myometrium tetap

mempunyai dinding muskulo-elastik yang reaktif, yang berarti masih

terdapat resistensi vaskuler. Disamping itu juga terjadi arterosis akut

pada arteri spiralis yang dapat menyebabkan lumen arteri bertambah

kecil atau bahkan mengalami obliterasi. Pada wanita normal diameter

spiralis 500 μ, pada penderita preeklampsia 200 μ (Saifuddin, 2009,

hlm.233).
c. Klasifikasi Preeklampsia
Pembagian preeklampsia sendiri dibagi dalam golongan ringan

dan berat, berikut adalah penggolongannya (Rachman, 2008).

1) Preeklampsia ringan
Dikatakan preeklampsia ringan apabila:
a) Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan

darah diastolik 90-110 mmHg


b) Proteinuria ≥ 300 mg/24 jam jumlah urin atau dipstick ≥ +1
c) Edema lokal pada tungkai tidak dimasukkan dalam kriteria

diagnosis kecuali edema anasarka


d) Tidak disertai gangguan fungsi organ
2) Preeklampsia berat
Dikatakan preeklampsia berat bila terdapat salah satu atau lebih

gejala dan tanda di bawah ini:


a) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg atau tekanan darah

diastolik ≥ 110 mmHg


b) Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada

pemeriksaan kuantitatif
c) Oliguria (urine ≤ 400 ml/24 jam)
d) Kenaikan kreatinin serum
e) Keluhan serebral dan gangguan penglihatan: perubahan

kesadaran, nyeri kepala, scotomata dan pandangan kabur


f) Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerah

epigastrium, dapat disebabkan teregangnya kapsul glisone.

Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptur hepar. Nyeri

epigastrium sering disertai dengan kenaikan kadar serum

hepatik transaminase (indikasi untuk melakukan terminasi

kehamilan)
g) Gangguan fungsi hati dengan hiperbilirubinemia dapat

menunjukkan beratnya penyakit


h) Edema paru, sianosis
i) Gangguan perkembangan intrauterine
j) Microangiopathic hemolytic anemia
k) Trombositopenia < 100.000 sel/mm3
Trombositopenia adalah tanda memburuknya preeklampsia dan

disebabkan oleh aktifitas dan agregasi platelet akibat

vasospasme yang merangsang hemolysis mikroangiopatik.


l) Sindrom haemolysis elevated liver enzymes and low platelet

(HELLP).
Tabel 2.1 Klasifikasi Ringan dan Berat Preeklampsia

Kelainan Ringan Berat


Tekanan darah diastolic < 100 mmHg ≥ 110 mmHg
Proteinuria <+1 Persisten + 2
Nyeri kepala - +
Gangguan visus - +
Nyeri epigastrium - +
Oliguria - +
Kejang (eklampsia) - +
Serum kreatinin - Meningkat
Trombositopenia - +
Kenaikan kadar enzim hepar Minimal Nyata
Intrauterine Growth - Jelas
Retardation (IUGR)
Edema paru - +
Sumber: Manuaba (2008)

d. Faktor yang mempengaruhi terjadinya Preeklampsia


Faktor risiko preeklampsia meliputi kondisi medis yang berpotensi

menyebabkan kelainan mikrovaskular, seperti diabetes mellitus,

hipertensi kronis dan kelainan vaskuler serta jaringan ikat, sindrom

antibody fosfolipid dan nefropati. Faktor risiko lain yang berhubungan

dengan kelainan atau dapat spesifik terhadap ibu atau ayah dari janin

(Cunningham, 2006).
1) Faktor individu
a) Usia ibu
Usia adalah rentang kehidupan yang diukur dengan

tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 tahun

sampai 40 tahun, dewasa Madya adalah 41 sampai 60 tahun,

dewasa lanjut > 60 tahun, umur adalah lamanya hidup dalam

tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Masa kehamilan

reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga

periode, yakni kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun

reproduksi sehat (20-35 tahun), dan kurun reproduksi tua (36-

45 tahun) (Marmi, 2009).


b) Paritas Ibu
Paritas adalah keadaan wanita sehubungan dengan

kelahiran anak yang bisa hidup (Dorlan, 2007). Menurut

Depkes RI (2005) paritas adalah jumlah kehamilan yang


menghasilkan janin yang mampu hidup di luar Rahim (28

minggu) dengan beberapa istilah sebagai berikut:


1) Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah

melahirkan bayi viable


2) Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi viable

satu kali
3) Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan

bayi viable sebanyak 2-3 kali


4) Grade multipara adalah seorang wanita yang melahirkan

bayi viable lebih dari atau sama dengan empat kali.


Preeklampsia lebih sering terjadi pada primigravida

dibandingkan multigravida. Pada kehamilan berikutnya dapat

terjadi preeklampsia lebih ringan (Winkjosastro, 2007).


c) Pendidikan Ibu
1) Pengertian

Pendidikan merupakan sarana yang menumbuh-

kembangkan potensi kemanusiaan untuk bermasyarakat dan

menjadi manusia yang sempurna. Manusia memiliki ciri-

ciri yang secara prinsip membedakan manusia dari hewan,

meskipun antara manusia dan hewan memiliki banyak

kemiripan biologis (Suryosubroto, 2010).

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,


kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata

laku seseorang atau kelompok orang di usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

pelatihan, proses, cara, pembuatan, mendidik (Kamus Besar

Bahasa Indonesia, 2008).

Pendidikan seseorang dianggap sebagai modal untuk

memahami informasi yang diperoleh. Semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi

perilakunya (Wawan dan Dewi, 2011).

Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas peneliti

dapat menyimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha

sadar yang melalui sebuah proses untuk merubah perilaku

seseorang atau kelompok melalui proses pembelajaran.

2) Jenis Pendidikan
Tirtarahardjo dan Sulo (2005) menjelaskan beberapa jenis

pendidikan antara lain:

(a) Pendidikan Sekolah


Jenis pendidikan sekolah adalah yang

diselenggarakan oleh lembaga pendidikan persekolahan

serta melaksanakan program pembinaan kepribadian,

keimanan program pembinaan akademis dan program

pembinaan keterampilan yang disusun dalam silabus


yang rinci dan mengandung rumus dan tujuan

(institusional, kurikuler dan instruksional) susunan,

hubungan dan tingkat kesulitan materi isi pendidikan,

kegiatan serta proses belajar atau didik dan proses

mengajar guru dengan sistem evaluasinya untuk

kepentingan perumusan penyajian penyusunan materi

atau isi pendidikan) dan daftar buku wajib atau buku

rujukan (referensi).
(b) Pendidikan Luar Sekolah
Segala pendidikan yang dilakukan di

masyarakat, khususnya pembinaan kepribadian,

keterampilan dan apresiasi dalam bidang tertentu yang

dilakukan secara sektoral dalam potongan-potongan

program ujian.

(c) Pendidikan Luar Biasa


Jenis pendidikan khusus, baik melalui

lembaga sekolah maupun bukan, untuk orang-orang

yang cacat jasmani.


3) Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah sautu tahap dalam

pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan

tingkat perkembangan peserta didik serta keluasan dan

kedalaman bahan pengajaran (UU RI No. 2 Tahun 1989 Bab

I, Pasal 1 ayat 5). Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan

secara berjenjang yang terdiri atas jenjang pendidikan dasar,


pendidikan menengah dan pendidikan tinggi seperti

dijelaskan berikut ini (Tirtarahardjo dan Sulo, 2005).


(a) Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk

memberikan bekal dasar yang diperlukan untuk hidup

dalam masyarakat berupa pengembangan sikap,

pengetahuan dan keterampilan dasar. Di samping itu

juga berfungsi mempersiapkan peserta didik yang

memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan

menengah. Oleh karena itu pendidikan dasar

menyediakan kesempatan bagi seluruh warga Negara

untuk memperoleh pendidikan yang bersifat dasar, dan

tiap-tiap warga Negara diwajibkan menempuh

pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Jenjang

pendidikan yang termasuk dalam pendidikan adalah

adalah sekolah dasar (SD) dan Sekolah Menengah

Pertama (SMP).
(b) Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah yang lamanya tiga tahun

sesudah pendidikan dasar, diselenggarakan di SLTA

(sekolah lanjutan tingkat atas) atau satuan pendidikan

yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan

ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan

pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas


mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti

pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.


Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan

menengah umum, pendidikan menengah kejuruan, dan

pendidikan menengah luar biasa, pendidikan menengah

kedinasan dan pendidikan menengah keagamaan.


(c) Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan

pendidikan menengah, yang diselenggarakan untuk

menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat

yang memiliki kemampuan akademik dan/ atau

professional yang dapat menerapkan, mengembangkan

atau menciptakan ilmu pengetahuan, tekhnologi atau

kesenian.
4) Pekerjaan
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh

manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang

dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya.

Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya,

dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya

akan membawa kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan

daripada keadaan sebelumnya (Anoraga, 2006).


Pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan. Jadi

pekerjaan itu memerlukan pemikiran yang khusus, yang

dilaksanakan tidak hanya karena pelaksanaan kegiatan itu

sendiri menyenangkan, melainkan karena mau dengan


sungguh-sungguh mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri

sendiri atau sebagai benda, karya, tenaga dan sebagainya atau

sebagai pelayanan terhadap masyarakat, termasuk diri sendiri.

Kegiatan itu dapat berupa pemakaian tenaga jasmani maupun

rohani (Anoraga, 2006).


Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi

kerja otot dan peredaran darah. Begitu juga bila terjadi pada ibu

hamil, dimana peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi

perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan

berdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin

bertambah dalam rangka memenuhi kebutuhan selama proses

kehamilan. Oleh karena itu pekerjaan tetap dilakukan, asalkan

tidak terlalu berat dan melelahkan. Semuanya untuk kelancaran

peredaran darah dalam tubuh sehingga mempunyai harapan

akan terhindar dari preeklampsia (Wawan dan Dewi, 2011).


5) Sosial ekonomi
Status sosial mempunyai risiko yang sama menderita

preeklampsia, tetapi kelompok masyarakat yang miskin

biasanya tidak mampu untuk membiayai perawatan kesehatan

sebagaimana mestinya. Bahkan orang miskin tidak percaya dan

tidak mau menggunakan fasilitas pelayanan medis walaupun

tersedia. Mereka itulah yang mempunyai risiko mengalami

preeklampsia. Pasien yang miskin dengan pemeriksaan

antenatal yang kurang atau tidak sama sekali merupakan faktor

predisposisi terjadinya preeklampsia / eklampsia.


2) Faktor predisposisi Preeklampsia
a) Kehamilan kembar
Pada kehamilan ganda akan terjadi keregangan otot uterus yang

berlebihan sehingga menyebabkan iskema uteri (Winkjosastro,

2007, hlm.282).
b) Riwayat preeklampsia
Ibu hamil yang mempunyai riwayat preeklampsia atau

eklampsia pada kehamilan sebelumnya beresiko terulang

kembali pada kehamilan berikutnya (Winkjosastro, 2007).


c) Hipertensi kronis
Hipertensi kronis yaitu penyakit hipertensi yang menetap

dengan penyebab apapun yang sudah diderita sebelum

kehamilan atau timbul sebelum minggu ke 20. Pada wanita

dengan beberapa riwayat hipertensi kronis, hipertensi dapat

memburuk pada kehamilan seperti itu dapat disertai dengan

proteinuria adanya odema pathogenesis (Winkjosastro, 2007).


d) Diabetes mellitus
Pada ibu hamil dengan diabetes mellitus kemungkinan

meningkatkannya bayi lahir besar cukup tinggi sehingga akan

menyebabkan keregangan otot uterus yang berlebihan

(Winkjosastro, 2007).
e) Usia kehamilan
Usia kehamilan atau usia gestasi (gestational age) adalah

ukuran lama waktu seorang janin berada dalam Rahim (Dorlan,

2007). Kejadian preeklampsia semakin meningkat pada usia

kehamilan lebih dari 28 minggu, karena pada usia kehamilan

lebih dari 28 minggu kadar fibrinogen meningkat dan lebih


meningkat lagi pada ibu yang terkena preeklampsia (Manuaba,

2010).
f) Status gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan

makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses

digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan

pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal

dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk.,

2012).
g) Obesitas
Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi

dalam darah juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh

karena jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari

berat badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula

jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin

berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga dapat

menyumbangkan terjadinya preeklampsia (Winkjosastro,

2007).
e. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin.

Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita

preeklampsia. Biasanya komplikasi yang tersebut di bahwa ini dapat

terjadi pada preeklampsia berat (Wiknjosastro, 2007).


1) Solusio plasenta
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi

akut dan lebih sering terjadi pada preeklampsia.


2) Hipofibrinogen
Hipofibrinogen biasanya ditemui pada preeklampsia berat,

sehingga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kadar

fibrinogen secara berkala.


3) Hemolisis
Penderita preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala

klinis hemolysis, yaitu ikterus.


4) Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal

penderita preeklampsia.
5) Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung sampai

seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang terjadi pada retina, hal

ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.


6) Edema paru
Edema paru ialah kondisi penumpukan cairan pada sistem

respirasi. Edema paru dalam kehamilan dapat disebabkan oleh

kardiogenik (kelainan jantung) atau non kardiogenik. Paru

menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena

bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang

ditemukan abses paru.


7) Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada preeklampsia merupakan akibat dari

vasospasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk

eklampsia, tetapi juga ditemukan pada penyakit lain.


8) Sindrom HELLP
Sindrom HELPP merupakan kumpulan gejala klinis berupa

gangguan fungsi hati, hepatoseluler (peningkatan enzim hati),

gejala subjektif (cemat lelah, mual, muntah, nyeri epigastrium),

hemolysis akibat kerusakan membran eritrosit oleh radikal bebas


asam lemak jenuh dan tak jenuh. Trombositopenia (< 150.000/cc),

agregasi (adhesi trombisit di dinding vaskuler), kerusakan

tromboksan (vasokonstriktor kuat), lisosom (Manuaba, 2008).


9) Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus, yaitu pembengkakan

sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur

lainnya. Kelainan ini yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal

ginjal.
10) Komplikasi lain
Lidah tergigit, trauma dan fraktur akibat kejang-kejang pneumonia

aspirasi dan disseminated intravascular coagulation (DIC).


f. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan

penyulit preeklampsia adalah (Cunningham, 2006):


1) Mencegah terjadinya preeklampsia berat
2) Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan

janinnya
3) Melahirkan janin hidup
4) Pemulihan sempurna bagi kesehatan ibu
Penanganan preeklampsia terdiri atas pengobatan dan

penanganan obstetrik, penanganan obstetrik ditujukan untuk

melahirkan bayi pada saat optimal yaitu sebelum janin mati dalam

kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus

(Saifuddin, 2008).
2. Eklampsia
Penanganan eklampsia pada dasarnya sama dengan preeklampsia berat,

jika terjadi kejang maka penanganannya (Nugroho, 2010) meliputi:


a. Selalu ingat ABC ( Airway, Breathing, Circulation)
b. Beri obat anti kejang seperti preeklampsia berat
c. Beri oksigenasi 4-6 liter/ menit
d. Pasang katheter menetap
e. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
f. Baringkan pasien ke sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi
g. Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu.
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Preeklampsia
a. Hubungan usia ibu bersalin dengan kejadian preeklampsia
Preeklampsia akan meningkat pada wanita yang terlalu muda

dan tua saat hamil. Wanita hamil umur < 20 tahun dan > 35 tahun lebih

sering terjadi preeklampsia (Prawirohardjo, 2008, hlm.288).


b. Hubungan paritas dengan kejadian preeklampsia
Faktor paritas mempunyai risiko untuk terjadi preeklampsia

sebesar 4,751 kali dibandingkan wanita hamil yang kedua atau ketiga

(multigravida). Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai

banyak risiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan

kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. The New

England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan pertama

risiko terjadinya preeklampsia 3,9%, kehamilan kedua 1,7% dan

kehamilan ketiga 1,8%.


c. Hubungan usia kehamilan dengan kejadian preeklampsia
Manuaba (2010) menjelaskan bahwa kejadian preeklampsia

semakin meningkat pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu, karena

pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu kadar fibrinogen meningkat

dan lebih meningkat lagi pada ibu yang terkena preeklampsia.


d. Hubungan pekerjaan dengan kejadian preeklampsia
Aktivitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot

dan peredaran darah, begitu juga bila terjadi pada ibu hamil dimana

akan mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini

akan berdampak pada kerja jantung yang semakin bertambah untuk

memenuhi kebutuhan selama proses kehamilan. Ibu hamil masih tetap

diperbolehkan untuk bekerja asalkan pekerjaan tersebut tidak

melelahkan dan tidak terlalu berat (Wulandari dan Rifnawati, 2010).


B. Kerangka Teori

Karakteristik individu
1. Usia ibu
2. Paritas
3. Pekerjaan
4. Pendidikan
5. Sosial ekonomi

Penanganan preeklampsia:
1. PE Ringan: istirahat kendalikan
Keterangan: tekanan darah
Variabel
2. yang Kejadian
diteliti
PE Berat: preeklampsia
pemberian MgSo4 turunkan
Variabel yang
tensi tidak
rawatditeliti
inap

Bagan 2.2 Kerangka teori penelitian


Sumber: Winkjosastro (2007); Prawirohardjo, (2008)

C. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen


Karakteristik ibu
Bagan 2.3 Kerangka konsep penelitian
Kejadian preeklampsia
hamil
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesutu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang

hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Variabel

dalam penelitian ini adalah:


a. Variabel bebas (Variabel Independen)
Variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependen (Sugiyono, 2011, hlm.39). Variabel bebas

dalam penelitian ini meliputi karakteristik ibu hamil.


b. Variabel terikat (Variabel Dependen)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011, hlm.39). Variabel

terikat dalam
Penanganan
penelitianPreeklamsia
ini adalah kejadian
Penanganan
preeklampsia.
Preeklamsia

3.
1. PE Ringan :istirahat kendalikan5. PE Ringan :istirahat kendalikan
tekanan darah tekanan darah
4.
2. PE Berat :pemberian MgSo4 6. PE Berat :pemberian MgSo4
turunkan tensi rawat inap turunkan tensi rawat inap

Anda mungkin juga menyukai