Di Susun oleh :
1. Vedri Saptiyani 2015522070
2. Juvita Dwi Herawati 2015522075
3. Nor Hikmah 2015522130
AUB SURAKARTA
PENDAHULUAN
Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak
keuntungan bagi masyarakat. Menurut pendekatan teori akuntansi tradisional, perusahaan
harus memaksimalkan labanya agar dapat memberikan sumbangan yang maksimum kepada
masyarakat. Model-model akuntansi dan ekonomi tradisional focus pada produksi dan
distribusi barang dan jasa kepada masyarakat. Akuntansi sosial memperluas model ini dengan
memasukkan dampak-dampak dari aktivitas perusahaan terhadap masyarakat .
Seiring dengan berjalannya waktu masyarakat semakin menyadari adanya dampak-
dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya untuk
mencapai laba yang maksimal yang semakin lama semakin besar dan semakin sulit untuk
dikendalikan. Oleh karena itu masyarakatpun menuntut agar perusahaan senantiasa
memperhatikan dampak-dampak sosial yang ditimbulkannya dan berupaya mengatasinya.
Aksi protes terhadap perusahaan sering dilakukan oleh para karyawan dan buruh dalam
rangka menuntut kebijakan upah dan pemberian fasilitas dan kesejahteraan karena yang
berlaku sekarang dirasa kurang mencerminkan keadilan. Aksi yang serupa juga tidak jarang
dilakukan oleh pihak masyarakat, baik masyarakat sebagai konsumen maupun masyarakat
disekitar lingkuangan pabrik. Masyarakat sebagai konsumen seringkali melakukan protes
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan mutu produk sehubungan dengan kesehatan,
keselamatan, dan kehalalan suatu produk bagi konsumennya, sedangkan protes yang
dilakukan masyarakat disekitar pabrik adalah berkaitan dengan pencemaran lingkungan yang
disebabkan limbah pabrik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang sejarah akuntansi sosial ?
2. Apa saja permasalahan akuntansi sosial yang ada di Indonesia ?
3. Bagaimana tanggapan perusahaan mengenai akuntansi sosial ?
4. Bagaimana akuntansi untuk manfaat dan biaya sosial ?
5. Bagaimana pelaporan kinerja sosial akuntansi sosial ?
6. Bagaimana arah riset dalam akuntansi sosial ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui latar belakang sejarah akuntansi sosial.
2. Untuk mengetahui permasalahan akuntansi sosial yang ada di Indonesia.
3. Untuk mengetahui tanggapan perusahaan mengenai akuntansi sosial.
4. Untuk mengetahui akuntansi untuk manfaat dan biaya sosial.
5. Untuk mengetahui pelaporan kinerja sosial akuntansi sosial.
6. Untuk mengetahui arah riset dalam akuntansi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
Akuntansi Sosial sering juga disebut Akuntansi Lingkungan ataupun Akuntansi Sosial
Ekonomi, oleh Belkoui (2000), yang diterjemahkan Ramanathan, didefinisikan sebagai
proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur
pengukuran yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk
mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada
kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan.
Sedangkan menurut Haniffa (2002), Akuntansi sosial mengidentifikasi, menilai dan
mengukur aspek penting dari kegiatan sosial ekonomi perusahaan dan negara dalam
memelihara kualitas hidup masyarakat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkannya.
Menurut Sahid (2002), ada beberapa pengertian akuntansi lingkungan atau akuntansi
sosial, ada pengertian yang luas dan ada pula pengertian yang sempit. Dalam pengertian yang
luas dalam himpunan istilah lingkungan untuk manajemen (Handry Satriago), akuntansi
lingkungan merupakan proses akunting yang :
1. Mengenali, mencari, dan kemudian mengurangi efek-efek lingkungan negatif dari
pelaksanaan praktik laporan yang konvensional
2. Mengenali secara terpisah biaya-biaya dan penghasilan yang berhubungan dengan
lingkungan dalam sistem laporan yang konvensional
3. Mengambil langkah-langkah aktif untuk menyusun inisiatif-inisiatif untuk
memperbaiki efek-efek lingkungan yang timbul dari praktik-praktik pelaporan
konvensional
4. Merencanakan bentuk-bentuk baru sistem laporan finansial dan non finansial, sistem
informasi dan sistem pengawasan untuk lebih mendukung keputusan manajemen yang
secara lingkungan tidak berbahaya
5. Mengembangkan bentuk-bentuk baru dalam pengukuran kinerja, pelaporan, dan
penilaian untuk tujuan internal dan eksternal
6. Mengenali, menguji, mencari dan memperbaiki area-area dimana kriteria finansial
konvensional dan kriteria lingkungan bertentangan
7. Mencoba cara-cara dimana sistem berkelanjutan dapat dinilai dan digabungkan
menjadi kebiasaan yang berhubungan dengan organisasi.
Dalam pengertian sempit, sebagaimana dikemukakan dalam Natural Resource
Accounting, salah satu dokumen INTOSAI Working Group on Environtmental Auditing
menyatakan bahwa “akuntansi lingkungan sebagai kompilasi data lingkungan dalam
kerangka kerja akuntansi” (Sahid, 2002).
Jadi secara umum akuntansi sosial didefinisikan sebagai penyusunan, pengukuran, dan
analisis terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekonomi dari perilaku yang berkaitan
dengan pemerintah dan wirausahawan.
Dari definisi-definisi tersebut dapat dilihat bahwa akuntansi sosial memberikan gambaran
mengenai interaksi dari aktivitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya. Akuntansi sosial
juga memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja
sosial dari perusahaan.
Pada awal tahun 1900, para ekonom telah mencoba untuk memasukkan manfaat sosial
dan biaya sosial dalam model-model teori ekonomi mikro neo klasik. Beberapa gerakan
massa pada tahun 1960-an, terutama yang ditujukan untuk membuat pemerintah dan bisnis
lebih responsive terhadap kebutuhan masyarakat, memiliki andil dalam memfokuskan
perhatian pada biaya dan manfaat sosial.
Pada tahun 1960-an juga terdapat pertumbuhan dalam gerakan lingkungan ketika lebih
banyak orang menyadari dampak dari industrialisasi pada kualitas udara, tanah dan air.
Undang-undang di sahkan untuk melindungi sumber daya alam ini dan mengendalikan
pembuangan limbah beracun. Hukum menetapkan standar untuk emisi polusi dan
mengenakan denda kepada siapa pun yang melanggarnya. Para pelaku bisnis di minta untuk
mengendalikan emisi polusi dan bekerja sama dengan pemerintah untuk mengembangkan dan
menerapkan rencana untuk mengurangi polusi.
Konsumen menjadi lebih tegas pada tahun 1960-an,sehingga menimbulkan gerakan hak-
hak konsumen.kelompok-kelompok konsumenberusaha untuk membuat para pelaku bisnis
dan produk-produk mereka lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen.usaha-usaa
dilakukan untuk membuat produk-produk yang berbahaya atau tidak sehat diperbaiki atau
ditarik dari pasar.pesan “teliti sebelum membeli” tidak lagi di anggap sebagai praktik bisnis
normal.berbagi buku mengenai keselamatan produk dan mutu membantu mendorong undang-
undang perlindungan hak konsumen.
Akuntansi sosial berkepentingan dengan identifikasi dan pengukuran manfaat sosial dan
biaya sosial konsep yang biasanya di abaikan oleh para akuntan tradisional. Untuk
memahami perkembangan akuntansi sosial, seseorang harus mengetahui bagaimana manfaat
dan biaya sosial telah diperlakukan dimasa lalu.
Model akuntansi dasar (baik untuk tujuan keuangan dan manajerial) menggunakan teori
ekonomi mikro untuk menentukan apa yang harus dimasukkan atau dikeluarkan dari
perhitungan akuntansi.
Dengan menetapkan undang-undang dibidang ini, pemerintah memaksa individu dan para
pelaku bisnis untuk menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan sosial. Walaupun
pelaksanaan undang-undang ini cenderung lemah, fakta bahwa undang-undang tersebut ada
dan mengenakan sanksi mendorong kepatuhan. Secara bertahap, undang-undang tersebut
telah membawa dampak positif. Terdapat banyak perusahaan yang peka akan lingkungan.
Hal ini tampak dari munculnya akun-akun yang terkait dengan kegiatan sosial pada laporan-
laporan keuangannya.
Jika dilihat dari kondisi Indonesia pada saat ini, krisis yang berkepanjangan telah
menempatkan bangsa ini pada krisis multi dimensi yang mencakup hampir seluruh aspek
kehidupan. Jika dilihat secara lebih seksama dari sudut pandang aspek ekonomi, sendi-sendi
perekonomian (investasi, produksi, dan distribusi) lumpuh sehingga menimbulkan
kebangkrutan dunia usaha, meningkatnya jumlah pengangguran, menurunnya pendapatan
perkapita dan daya beli masyarakat, dan pada akhirnya bermuara pada meningkatnya angka
jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan.
Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia mengakibatkan timbulnya berbagai hal
yang tidak pasti, sehingga indikator-indikator ekonomi seperti tingkat suku bunga, laju
inflasi, fluktuasi nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan, dan sebagainya sangat
rentan terhadap masalah-masalah sosial. Hal ini membuktikan bahwa aspek sosial dan aspek
politik dapat mengundang dua sentiment pasar yang bermuara pada instabilitas ekonomi.
Kondisi seperti ini tentunya berdampak sangat buruk bagi peta bisnis dan iklim investasi di
indonesia, terutama untuk mendapatkan kepercayaan investor asing untuk menanamkan
modalnya di indonesia. Upaya – upaya pemerintah untuk meyakinkan dunia internasional dan
stablitas sosial, politik, dan keamanan belum menunjukkan tanda- tanda yan berarti karena
tidak di dukung oleh data dan fakta yang sebenarnya. Bahkan, para investor asing berencana
untuk melakukan realokasi bisnis dan investasinya ke negara-negara Asia tenggara lainnya
seperti Vietnam, thailand, dan kamboja yang di anggap lebih kondusi untuk investasi.
C. Tanggapan Perusahaan
Sejak tahu 1960-an, banyak perusahaan lain yang sebelumnya terkenal akan kepekaannya
terhadap kebutuhan sosial menjadi lebih responsif lagi secara sosial. Manajemen mungkin
talah menyadari bahwa perusahaan mereka merupakan bagian dari komunitas, bahwa agar
perusahaan dapat bertahan hidup, komunitas arus menjadi tempat yang sehat untuk hidup dan
bekerja serta bahwa orang-orang membutuhkan jaminan keuangan untuk membeli barang-
barang yang di hasilkan oleh perusahaan.
Di pihak lain, banyak perusahaan dan asosiasi industry berperang mengikisnya melalui
ketidak patuhan, dalam kasus ini,manajemen mungkin merasa bahwa beberapa dari peraturan
tersebut ,seperti undang-undang perlindungan lingkungan, akan memiliki dampak ekonom
negatif terhadap perusahaan mereka karena biaya untuk mematuhi undang-undang tersebut
tidak sesuai dengan manfaatnya.
Dasar bagi kebanyakan teori akuntansi sosial datang dari analisis yang dilakukan oleh
A.C. Pigou terhadap biaya dan manfaat sosial. A.C. Pigou adalah seorang ekonom neo klasik
yang memperkenalkan pemikiran mengenai biaya dan manfaat sosial kedalam ekonomi
mikro pada tahun 1920. Titik pentingnya adalah bahwa optimalitas Pareto (titik dalam
ekonomi kesejahteraan dimana adalah mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan seseorang
tanpa mengurangi kesejahteraan dari orang lain) tidak dapat dicapai selama produk sosial
neto dan produk pribadi neto tidak merata.
Suatu analisis yang serupa dapat dibuat dalam hal biaya. Bagi Pigou, biaya sosial terdiri
atas seluruh biaya untuk menghasilkan suatu produk, tanpa mempedulikan siapa yang
membayarnya. Biaya yang di bayarkan oleh produsen disebut sebagai biaya pribadi. Selisih
antara biaya sosial dan biaya pribadi (disebut sebagai “biaya sosial yang tidak
dikompensasikan”) dan disebabkan oleh banyak faktor.
Menurut Pigou, optimalitas Pareto hanya dapat dicapai jika manfaat sosial marginal sama
dengan biaya sosial marginal. Perbedaan antara Pigou dengan model ekonomi tradisional-
dimana pendapatan marginal setara dengan biaya marginal berasal dari perbedaan antara
manfaat sosial dan pribadi dengan biaya sosial dan pribadi.
Dengan demikian, ketika akuntan mengukur manfaat pribadi (pendapatan) dan biaya
pribadi (beban) serta mengabaikan yang lainnya, mereka bersikap konsisten dengan teori
ekonomi tradisional. Gerakan kearah akuntansi sosial, sebagian besar terdiri dari usaha-usaha
untuk memasukkan biaya sosial dan biaya sosial yang tidak terbagi kedalam model akuntansi.
1. Teori Akuntansi Sosial
Berdasarkan analisis Pigou dan gagasan mengenai suatu “kontrak sosial”,
K.V.Ramanathan (1976) mengembangkan suatu kerangka kerja teoritis untuk akuntansi atas
biaya dan manfaat sosial.
Terdapat dua masalah utama dengan pendekatan Ramanathan. Pertama, untuk
menentukan kontribusi neto kepada masyarakat, beberapa jenis sistem nilai harus ditentukan.
Bagaimana entitas tersebut menentukan apa yang merupakan kontribusi atau apa yang
merupakan kerugian bagi masyarakat?. Beberapa kerugian seperti polusi secara universal
dibenci dan memasukkannya dalam suatu laporan akuntansi dan dibenarkan dengan relatif
mudah. Masalah utama kedua berkaitan dengan pengukuran. Adalah teramat sulit untuk
menguantifikasi jumlah pos yang akan dimasukkan dalam laporan kontribusi neto kepada
masyarakat.
2. Pengukuran
Salah satu alasan utama dari lambatnya kemajuan akuntansi sosial adalah kesulitan
dalam mengukur kontribusi dan kerugian. Proses tersebut terdiri atas tiga langkah, yaitu :
1) Menentukan apa yang menyusun biaya dan manfaat sosial.
2) Mencoba untuk menguantifikasi seluruh pos yang relevan.
3) Menempatkan nilai moneter pada jumlah akhir.
1) Waktu
Beberapa peristiwa yang menghasilkan biya sosial membutuhkan waktu beberapa tahun
untuk menimbulkan suatu akibat.Di dalam kasus paparna asbes pada tingkat debu yang tetap,
seorang pekerja harus bekerja sekitar 8 tahun untuk terkena asbestosis (penyakit yng
menimbulkan cacat dan kadang kala bersifat fatal) lebih lanjut lagi dibutuhkan waktu
bertahun-tahun dari paparan pertama sampai orang-orang benar-benar terpengaruh oleh
kerugian tersebut.Hal ini berlaku ketika membahas mengenai dampak dari pulusi, salah
alokasi sumber daya,penyakit akibat pekerjaan, dan berbagai peristiwa lainnya.periode waktu
antara paparan awal dengan peristiwa yang menimbulkan kerugian serta manifestasi dari
dampak yang buruk disebut dengan periode “persiapan”.Dalam hal pengukuran, penting
untuk menentukan lamanya waktu tersebut.Dampak jangka panjang sebaiknyadiberikan
bobot yang berbeda dengan bobot jangka pendek.
2) Dampak
Orang-orang dapat dipengaruhi secara fisik,ekonomi,psikologis dan sosial oleh berbagai
kerugian.Untuk mengukur biaya sosial tersebut perlu untuk mengidentifikasikan kerugian-
kerugian tersebut dan menguantifikasinya.
Untuk meneruskan contoh asbes ,para pekerja pabrik asbes dapat terkena satu dari tiga
penyakit yang menimbulkan cacat dan bahkan sering bersifat fatal.Dalam suatu studi , 50
persen dari seluruh pekerja pabrik asbes terkena salah satu dari penyakit penyakit
tersebut.Oleh karena itu kerugiannya adalah dampak dari biaya terkena penyakit yang terkait
dengan asbes dikurangi dengan kompensasi apapun diperoleh pekerja dari perusahaan. Biaya
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai kerugian ekonomi,fisik.psikologis,atau sosial.
a. Biaya ekonomi
Biaya-biaya ini meliputi tahihan pengobatan dan rumah sakit yang tidak dikompensasi,
hilangnya produktivitas, dan hilangnya pendapatan yang diderita oleh pekerja.
b. Kerugian fisik
Para pekerja yang terkena penyakit yang berkaitan dengan asbes akan menderita nafas
yang pendek dan kemungkinan kematian prematur.
c. Kerugian psikologis
Para pekerja dapat merasa tidak cukup dan menjadi sedih karena kehilangan peran sebagai
penghasil pendapatandalam keluarga, tidak mampu melakukan aktivitas-aktivitas fisik, dan
mengetahiu bahwa kematian dapat terjadi segera.
d. Kerugian sosial
Dalam keluarga pekerja, perubahan peran dapat terjadi sebagai akibat dari penyakit
tersebut.Keluarga tersebut dapat menjadi begitu trauma, sehingga dapat terjadi
perpecahan.Berbagai konsekuensi sosial negative lainnya juga mungkin.Nilai sekarng dari
seluruh dampak ini bagaimanapun juga harus dihitung.
Audit sosial
Audit sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan dari
program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang regular.Ada beberapa
cara untuk melakukan hal tersebut.Salah satu strategi yang berhasil dimulai dengan
mengembangkan inventaris dari aktivitas yang memiliki dampak sosial.Meskipun
menghasilkan inventaris semacam itu kedengarannya sederhana, dalam realitas hal tersebut
dapat menjadi cukup sulit.Salah satu taktik yang disarankan adalah meminta manajer
perusahaan untuk membuat daftar aktivitas dengan konsekuensi sosial.setelah daftar tersebut
dihasilkan,auditor sosial kemudian mencoba untuk menilai dan mengukur dampak-
dampaknya.
Audit sosial bermanfaat bagi perusahaan dengan membuat para manajer menyadari
konsekuensi sosial dari beberapa tindakan mereka. Hal ini dapat dicapai bahkan jika
dampaknya tidak dapat dikuantifikasi. Selain itu, audit semacam itu dapat menyebabkan
manajer mencoba untuk memperbaiki kinerja mereka dalam bidang-sosial dengan cara
mengembangkan rencana kinerja sosial dan ukuran kinerja yang didasarkan pada rencana itu.
Laporan-laporan sosial
David Linowes telah mengembangkan laporan operasi sosio-ekonomi untuk digunakan
sebagai dasar untuk melaporkan informasi akuntansi sosial. Linowes membagi laporannya
kedalam tiga kategori
Pada setiap kategori, Ia membuat daftar mengenai konstribusi sukarela perusahaan dan
kemudian mengurangkannya dengan kerugian yang disebabkan oleh aktivitas perushaan itu.
Dalam laporan Linowes,seluruh kontribusi dan kerugian harus dihitung secara moneter,
sesuatu yang telah terbukti sulit untuk dilakukan.pendekatan Linowes tidak dipakai oleh
perusahaan manapun.
Selain Linowes, Ralph Estes mengembangkan suatu model yang menggunakan perspektif
pigou mengenai manfaat dan biaya sosial.Ia menghitung manfaat sosial sebagai seluruh
konstribusi kepada masyarakat yang berasal dari operasi perusahaan (misalnya,lapangan kerja
yang disediakan, sumbangan , pajak, perbaikan lingkungan).Biaya sosial meliputiseluruh
biaya operasi perusahaan (bahan baku yang dibeli,utang, kerusakan lingkungan, luka-luka
dan penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan).Biaya sosial dikurangkan dari manfaat sosial
untuk memperoleh manfaat atau biaya neto.Estes mempertimbangkan modelnya sebagai
suatu laporan konseptual yang dapat digunakan secara internal oleh manajemen dalam
menilai menilai manfaat neto perusahaan bagi masyarakat.
1. Laporan kerja
2. Gaji dan perubahan sosial
3. Kesehatan dan jaminan kerja
4. Kondisi kerja lainnya
5. Pelatihan
6. Hubungan industri
7. Pengaturan sosial lainnya yang berbentuk relevan
Bentuk pelaporan model Eropa yang telah digunakan oleh sejumlah perusahaan adalah
bentuk yang dikembangkan serta digunkan oleh Deutsche Shell (perusahaan minyak shell di
jerman).Serupa dengan laporan dari perusahaan-perusahaan di Perancis , laporan Deutsche
Shell menekankan pada hubungan perusahaan dengan karyawannya.Akan tetapi, laporan
tersebut juga memberikan informasi mengenai sejumlah bidang lainnya yang berurusan
dengan tanggung jawabsosial perusahaan.
F. Arah Riset
Riset dalam akuntasi sosial telah cukup ekstensif dan berfokus pada berbagai subjek yang
berkisar dari pengembangan kerangka kerja teoritis sampai menyurvei pengguna potensial
dari data akuntansi sosial. Akan tetapi ,riset akademis saat ini terutama berkaitan dengan
kegunaan dari data akuntansi sosial bagi investor.
Studi mengenai kegunaan informasi sosial bagi investor dapat dibagi menjadi dua bidang
utama yaitu :
Riset masih perlu untuk dilakukan dalam bidang-bidang yang telah dibahas dan dalam
aspek-aspek lainnya dari akuntansi sosial seperti menentukan pengguna potensial dari
informasi akuntansi sosial (selain investor).Suatu kerangka teoritis yang melanjutkan karya
Ramanathan (1976) harus dikembangkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Walaupun dimensi-dimensi akuntansi sosial masih banyak menyimpan berbagai
permasalahan, namun hal tersebut bukan merupakan alas an utama untuk tidak meneruskan
pencarian-pencarian penting untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut.
Aspek keprilakuan terutama oleh pihak investor, akan sangat menentukan perkembangan
akuntansi sosial dimasa akan datang. Terlepas dari itu semua ,akuntansi sosial telah menjadi
salah satu cabang akuntansi yang mencoba menguraikan dampak dari berdirinya suatu entitas
bisnis. Baik bagi lingkungan internalnya maupun eksternalnya.
Selain itu, banyak pihak yang meyakini bahwaaspek-aspek keuangan belum
mencukupi untuk digunakan sebagai landasan bagi keputusan bisnis. Banyak bukti yang
mengungkapkan fenomena tersebut. hal ini ditunjukkan oleh banyaknya perusahaan yang
secara keuangan layak untuk dimiliki investor, tetapi belum dilirik oleh mereka. Pihak
investor masih menunggu aspek-aspek lainnya yang melindungi entitas tersebut. Pengalaman
menunjukkan bahwa aspek seperti politik, budaya, dan kondisi ekonomi makro sangat
berperan dalam mendukung entitas bisnis.
B. SARAN