Anda di halaman 1dari 8

BAB VII

ALEL GANDA

Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel. Alel-alelnya disebut alel
ganda (multiple allele). Sedangkan peristiwa dimana sebuah gen dapat mempunyai
lebih dari satu alel disebut ; multiple allelomorphi
Contoh : pada kelinci
c+ : gen asli yang normal = bulu berwarna abu-abu
cch : bulu berwarna abu-abu muda, karena ada campuran bulu berwarna
hitam dan putih. Kelinci ini dinamakan kelinci chinchilla
ch : bulu berwarna putih, dengan warna hitam pada ujung-ujung hidung,
telinga berwarna putih, kaki dan ekor. Kelinci demikian disebut kelinci
Himalaya.
c : alel yang tidak membentuk pigmen sama sekali. Kelinci berwarna
putih, disebut kelinci albino
Dominansi alel-alel tersebut mempunyai urutan sbb.: c+ > cch > ch > c
Fenotip & Genotip untuk Alel Ganda lokus c pada kelinci
Fenotip Kemungkinan Genotip
Abu-abu (normal) c+ c+ c+ cch c+ ch c+c
Chinchilla cch cch cch ch cchc
h h h
Himalaya c c cc
Albino Cc

Contoh :
P : ♀ c+c+ x ♂ cc
(abu-abu) (albino)
F1 : c+c

94
(abu-abu)
F2 : F1 x F1 c+ c+ abu-abu (1)
c+c abu-abu (2)
cc albino (1)

Pada tumbuhan :
Pada tumbuhan tinggi sering terdapat sari alel ganda, yang seringkali
menyebabkan inkompatibilitas, yaitu kegagalan tanaman untuk fertilisasi setelah
menyerbuk sendiri atau persilangan. Peristiwa inkompatibilitas ini disebabkan alel
pada tepung sari sama dengan alel pada sel telur, sehingga tepung sari yang terdapat
pada kepala putik tidak dapat membentuk buluh tepung sari. Tepung sari demikian
dikatakan abortip. Sari alel ganda pada tanaman itu adalah : S1, S2, S3, S4 dst.
Adanya inkompatibilitas antara alel ganda yang terdapat di dalam serbuk sari
dan sel telur maka perkawinan resiprok dari tanaman ini menghasilkan keturunan
yang berlainan.

Perkawinan resiprok
P : ♀ S1S3 x ♂ S2S3
P : ♀ S2S3 x ♂ S1S3
F1 zigot S1S3 Zigot S1S2
Endosperm S1S1 S2 Endosperm S1S2S2

Zigot S2S3 zigot S1S3


Endosperm S2S3S3 endosperm S1S3 S3

Alel Ganda pada Golongan Darah Manusia


Ada beberapa macam sistem penggolongan darah pada manusia, diantaranya
adalah golongan darah sistem ABO, MNSs dan Rh
a. Golongan darah ABO
Golongan Darah Antigen dalam Zat anti dalam
Fenotip Genotip eristrosit serum /plasma
darah
O IoIo - Anti-A dan anti-B

95
A IAIA atau IAIo A Anti-B
B IBIB atau IBIo B Anti-A
AB IAIB A dan B -

Golongan darah manusia ABO ditentukan oleh alel-alel Io, IA dan IB. Alel Io
resesif terhadap IA dan IB. Alel IA dan IB bersifat kodomain, sehingga IB tidak dominan
terhadap IA dan sebaliknya IA tidak dominan terhadap IB. Interaksi antara alel Io, IA
dan IB menghasilkan 4 fenotip golongan darah, yaitu O, A, B dan AB.
Gen I menghasilkan suatu molekul protein yang disebut Isoaglutinin yang terdapat
pada permukaan sel darah merah.
Orang dengan alel IA dapat membentuk aglutinogen atau antigen yang disebut
antigen-A dalam eritrosit yang kemudian dapat bereaksi dengan antibodi atau
aglutinin atau anti-B yang terdapat di dalam serum atau plasma darah. Orang dengan
alel IB dapat membentuk antigen-B dalam eritrosit, dan zat anti-A dalam serum darah.
Orang dengan golongan darah O, mempunyai alel IoIo, tidak dapat membentuk
antigen-A maupun antigen-B, tetapi mempunyai zat anti-A dan zat anti-B. Apabila
antigen-A bertemu dengan zat anti-A, demikian juga antigen-B bertemu dengan zat
anti-B, maka darah akan menggumpal. Sehingga dalam melakukan transfusi darah,
baik donor (pemberi) maupun resipien (penerima) harus diperiksa terlebih dahulu
golongan darahnya berdasarkan sistem ABO. (lihat tabel).

Gol. Darah
Resipien O A B AB
Gol. (anti A & B) (anti B) (Anti A) (-)
Darah Donor
O (tidak ada antigen) V V V V
A (Antigen-A) X V X V
B (Antigen-B) X X V V

96
AB (Antigen A & B) X X X V
Keterangan : V = Tidak terjadi penggumpalan X = Terjadi penggumpalan
b. Golongan darah MN dan Golongan darah MNSs
Golongan darah MN dikemukakan oleh K. Landsteiner dan Levine pada tahun 1927,
setelah mereka menemukan antigen baru yang disebut antigen-M dan antigen-N di
dalam sel darah.
Golongan Darah Antigen dalam Reaksi dengan antiserum
Fenotip Genotip eritrosit Anti-M Anti-N
M LMLM M X V
N LNLN N V X
MN LMLN M dan N X X
Keterangan : V = Tidak terjadi penggumpalan eritrosit X = Terjadi penggumpalan
eritrosit
Dalam sistem golongan darah MN, plasma darah atau serum seseorang tidak
mengandung zat anti-M maupun zat anti-N. sehingga golongan darah ini tidak
penting dalam transfuse, karena tidak menyebabkan terjadinya penggumpalan darah.
Penggolongan darah MN dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :
a. Eritrosit seseorang yang mengandung antigen-M ke dalam tubuh kelinci.
b. Darah kelinci akan membentuk zat anti-M
c. Apabila antiserum kelinci yang mengandung zat anti ini disuntikkan dan
digunakan untuk menguji darah seseorang dengan antigen-M, akan terjadi
penggumpalan darah.
d. Berarti orang tersebut mempunyai golongan darah M. kalau tidak terjadi
penggumpalan darah berarti mempunyai golongan darah N. (lihat tabel di
atas). Demikian seterusnya, sehingga diperoleh golongan darah M, N dan
MN.
Selain golongan darah MN diketahui juga golongan darah MNSs, yang
dikemukakan oleh R. R. Race dan R. Sanger pada tahun 1947. menurut kedua peneliti

97
ini, selain gen M dan N terdapat gen lainnya yang menentukan fenotip M dan N (lihat
tabel di bawah).
Sistem MN Sistem MNSs
(Menurut Landsteiner) (Menurut Race – Sanger)
M N
Gen : L L Gen : LMS LMs LNS LNs
Fenotip Genotip Fenotip Genotip
M M
M L L MS, Ms LMSLMS, LMSLMs atau LMsLMs
N N
N L L NS, Ns LNSLNS, LNSLNs, atau LNsLNs
MN LMLN MNS, MNs LMSLNS, LMSLNs, LMsLNS, atau LMsLNs
Keterangan : Alel S dominan terhadap s, LM dan LN merupakan alel kodominan
c. Golongan Darah Sistem Rh
Golongan darah ini dikemukakan setelah ditemukannya faktor Rhesus (faktor
Rh), suatu antigen baru dalam eritrosit dalam penelitian-penelitian darah orang
dengan menggunakan kera Rhesus di India. K. Landsteiner dan A. S. Wiener (1940)
mempunyai zat anti yang menyebabkan sel darah kera Rhesus menggumpal.
Antiserum kelinci yang terbentuk setelah disuntikkan sel darah merah kera tadi,
kemudian digunakan untuk menguji darah manusia (lihat tabel di bawah)
Fenotip Genotip Ada/tidak antigen Test dengan antiserum yang
dalam eritrosit mengandung anti-Rh
Rh + RR atau Rr Ada Eritrosit menggumpal
Rh - Rr Tidak ada Eritrosit tidak menggumpal
Keterangan : Alel R dominan terhadap alel r
Dari penelitian selanjutnya, Wiener mengemukakan bahwa golongan darah
Rh ditentukan oleh suatu alel ganda yang terdiri atas 8 alel. Sedangkan R. R. Race
dan R. A. Fisher, mengatakan bahwa golongan darah Rh ditentukan oleh 3 pasang
gen, yaitu C, D dan E yang bersifat dominan terhadap pasangan alelnya, c, d dan e.
Orang termasuk golongan darah Rh + apabila mempunyai gen D. jika tidak ada gen
D, maka fenotipnya adalah Rh – (lihat tabel di bawah).
Race &
Landsteiner Wiener Fenotip dari genotip pada
Fisher
populasi orang kulit putih
Gen Gen Gen Tipe
R CDE RZ RhZ Jarang

98
CDe R1 Rh1 41%
cDE R2 Rh2 14%
cDe R0 Rh0 3%
CdE ry rhy Sangat jarang
Cde r’ rh’ 1%
R
cdE r” rh” 1%
cde r rh 39%

Dalam serum darah manusia biasanya tidak terdapat zat anti-Rh. Zat anti-Rh dapat
terbentuk melalui :
a) Transfusi darah
Seseorang yang mempunyai Rh-, apabila menerima darah donor Rh+, yang
mengandung antigen-Rh, maka serum darah orang tersebut akan membentuk anti-Rh.
Apabila transfusi serupa dilakukan berulang kali, maka zat anti-Rh yang terbentuk
akan bertambah banyak. Sehingga orang dengan Rh- harus menerima donor darah
dari orang yang Rh- juga, supaya tidak terjadi penggumpalan eritrosit.
b) Perkawinan
Orang perempuan dengan Rh- (rr), kawin dengan laki-laki Rh+ (RR), apabila
hamil, janin yang masih di dalam kandungan akan mempunyai darah dengan Rh+ (R
r). darah janin masuk ke tubuh ibu melalui plasenta membawa eritrosit yang
mengandung antigen –Rh. Serum darah ibu dirangsang untuk membentuk zat anti-Rh.
Darah ibu yang masuk kembali ke tubuh janin mengandung zat anti-Rh. Sehingga sel
darah merah janin rusak (hemolisa), yang menyebabkan anemia. Biasanya bayi
pertama yang dilahirkan dari pasangan ini masih bisa diselamatkan. Tetapi pada
kehamilan-kehamilan berikutnya zat anti-Rh yang terbentuk pada serum dan plasma
ibu makin banyak, sehingga berbahaya bagi janin, karena dapat menyebabkan
kematian dalam kandungan. Keadaan seperti ini disebut Eritroblastosis fetalis
d. Gen Ganda

99
Pewarisan suatu sifat seringkali tidak hanya dapat dibedakan menjadi dua sifat
saja, seperti panjang dan pendek, warna dan tidak berwarna dan sebagainya. Tetapi
seringkali ada variasi diantara dua sifat tersebut, yang disebabkan oleh gen-gen
ganda.
Adanya variasi yang diturunkan ini diamati oleh J. Kolreuter pada tanaman
tembakau pada tahun 1760, sebelum ada percobaan-percobaan yang dilakukan oleh
Mendel. Dalam percobaan persilangan antara dua tanaman dengan satu sifat beda,
Kolreuter mendapatkan hasil F1 yang intermedier, dan pada F2 diperoleh keturunan
yang mempunyai sifat bervariasi antara kedua induknya.
Gen ganda adalah suatu seri gen yang menentukan pewarisan secara
kuantitatif. Beberapa sifat pada manusia, hewan maupun tumbuhan seringkali
ditentukan oleh adanya gen ganda. Misalnya , tinggi badan manusia, pigmentasi kulit,
panjang tongkol jagung dan sebagainya.
Contoh : Persilangan antara tanaman gandum dengan biji merah (RRCC)
dengan biji putih (rrcc) menghasilkan keturunan F1 RrCc yang warna bijinya
seragam, yaitu medium. Persilangan antara F1 menurunkan tanaman-tanaman F2
dengan warna biji dengan perbandingan 1 merah : 4 kelam : 6 medium : 4 muda : 1
putih.

P : ♀ RRCC x ♂ rrcc
(biji merah) (putih)
F1 : RrCc
F2 : F1 x F1 (1) RRCC merah
(2) RRCc kelam
9R-C- (2) RrCC kelam
(4) RrCc medium
(1) RRcc medium
3r-cc (2) Rrcc muda
(1) rrCC medium

100
3 rrC- (2) rrCc muda
1 rrcc (1) rrcc putih
Tinggi badan pada manusia, ditentukan oleh 4 pasang gen yang dibedakan
oleh adanya gen-gen dasar (yang menentukan tinggi dasar dari orang), dinyatakan
dengan simbol a, b, c, d dan gen-gen ganda (memberikan tambahan pada tinggi
dasar), dinyatakan dengan simbol T (tinggi) dan t (tidak ada tambahan tinggi).
Apabila tinggi normal orang Indonesia 150 cm, dan setiap alel T memberikan
tambahan tinggi 6 cm, alel t memberikan tambahan tinggi pada tinggi dasar manusia.
Orang laki-laki dengan genotip aT aT bT bT ct ct dt dt mempunyai tinggi 150 cm + (4 x
6 cm) = 174 cm. Orang perempuan dengan genotip a T at bt bt ct ct dt dt, mempunyai
ukuran tinggi 150 cm + (1 x 6 cm) = 156 cm.
Bila kedua orang tersebut menikah akan menghasilkan keturunan dengan tinggi yang
berbeda.

P : ♀ aT at bt bt ct ct dt dt x ♂ aT aT bT bT ct ct dt dt
(156 cm) (174 cm)

♂ aT bT ct dt

aT bT ct dt aT aT bT bt ct ct dt dt =168 cm
at bt ct dt aT at bT bt ct ct dt dt = 162 cm

101

Anda mungkin juga menyukai