Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK CIPTA LAGU “RASA


SAYANGE” DARI INDONESIA OLEH MALAYSIA

(Perlindungan Hukum dan Hak Cipta lagu “rasa sayange” dari Indonesia
yang di klaim pemerintah Malaysia)

SIGIT ADI WIJAYA

1500030156

FAKULTAS SASTRA BUDAYA DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2015/2017


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang sangat beragam sukunya, mulai dari suku Ambon, suku
Batak, suku Madura, suku Jawa, suku Betawi dan suku lainnya. Dengan keberagaman suku di
Indonesia maka banyak sekali kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kebudayaan
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia menjadikan negeri Indonesia adalah negeri yang kaya
akan identitas sehingga semakin kuat ciri yang dimiliki sebagai jati diri bangsa. Namun pada
dewasa ini masyarakat Indonesia sendiri sebagai pemilik jati diri telah lupa untuk merawat
dan menjaga kebudayaaan yang dimilikinya,sehingga banyak tangan dari negara lain yang
ingin merebut kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Salah satu kebudayaan Indonesia
yang ingin direbut adalah lagu “Rasa Sayange” dari maluku. Negara tetangga kita, yaitu
Malaysia yang mengaku memiliki rumpun yang sama dengan bangsa Indonesia mencoba
untuk mengklaim lagu “rasa sayange” sebagai kebudayaan yang dimilikinya. Hal in sungguh
sangat memprihatinkan, karena ketidak pedulian masyarakat Indonesia terhadap budayanya
sendiri, membuat kebudayaan yang dimilikinya dapat direnggut dengan mudah oleh banngsa
lain. Oleh karena itu sebagai suatu bangsa yang mempunyai berbagai budaya yang banyak,
kita sebagai masyarakat Indonesia harus terus melestarikan dan menjaga budaya indonesia
tercinta.

B. Tujuan Penulisan
1. Menguraikan masalah pelanggaran kasus klaim lagu rasa sayange oleh malaysia dari aspek
HAM
2. Melestarikan budaya Indonesia agar tetap terjaga

3. Menghimbau agar tidak terjadi perbuatan yang melanggar hukum hak cipta

C. Sumber Data

Sumber data makalah ini berasal dari internet,wikipedia,okezone, dan google scholar

BAB II
PEMBAHASAN

A. KLAIM LAGU RASA SAYANGE INDONESIA OLEH MALAYSIA DITINJAU DARI


ASPEK HAM

Menurut segi historisnya Indonesia memiliki rumpun yang sama dengan


Malaysia yaitu melayu. Maka tidak heranlah jika Indonesia memiliki bahasa, agama, rumpun
yang dikatakan tidak begitu banyak perbedaan. Malaysia beranggapan juga bahwa karena
Indonesia dan Malaysia adalah rumpun yang sama, maka kebudayaan dan kebanyakan hal
yang dimiliki Indonesia juga merupakan milik Malaysia.
Jadi banyak sekali kasus klaim budaya yang dilakukan Malaysia terhadap Indonesia.
Salah satunya adalah lagu rasa sayange. Lagu rasa sayange digunakan oleh departemen
Pariwisata Malaysia untuk mempromosikan kepariwisataan Malaysia, yang dirilis sekitar
bulan Oktober 2007. Sementara Menteri Pariwisata Malaysia Adnan Tengku Mansor mengatakan
bahwa lagu Rasa Sayange merupakan lagu kepulauan Nusantara (Malay archipelago).
Untuk mempertahankan budaya yang dimilikinya, bangsa Indonesia telah
mengaturnya dalam UUD 1945 amandemen ke empat, pasal 32 yg terdiri dari 2 ayat.
a. Ayat (1) berbunyi: "Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kekebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya."
Jika ayat (1) ini dirinci, ada 3 potongan makna yang terkandung di dalamnya. Pertama,
"Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia….". Potongan kalimat kedua
berbunyi,"…di tengah peradaban dunia…", penegasan bahwa kebudayaan Indonesia adalah
bagian dari kebudayaan dan perdaban dunia. Potongan kalimat ketiga, "….dengan menjamin
kebebasan masyarakat untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya"
merupakan cerminan pemenuhan kehendak tentang perlunya kebebasan dalam
mengembangkan nilai budaya masing-masing suku bangsa.

b. Ayat (2) berbunyi, "Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya nasional", ini berarti bahwa masalah bahasa (daerah) sudah dengan sendirinya
merupakan salah satu kekayaan (bagian) dari kebudayaan bangsa.
Jaminan seperti yang tertuang dalam kedua ayat tersebut sudah semestinya menjadi
kekuatan dan semangat bagi anak bangsa untuk tetap mau mempelajari,
menghayati, mengamalkan, dan mempertahankan seni budaya bangsa, khususnya pemerintah
secara institusional selaku pengambil kebijakan.
Faktanya, Indonesia hingga saat ini tidak memiliki data lengkap mengenai
identitas budaya yang tersebar di setiap daerah. Perlindungan hak cipta terhadap seni budaya
juga sangat lemah, sedangkan publikasi multimedia secara internasional mengenai produk
seni budaya masih sangat minim. Dan yang paling parah Indonesia juga menghadapi
persoalan buruknya birokrasi pendataan hak cipta. Meskipun permohonan pendaftaran hak
cipta mengenai seni budaya sudah disampaikan, belum tentu permohonan tersebut segera
diproses dan dipublikasikan. Sejak 2002 sampai Juni 2009, misalnya, sudah ada 24.603
permohonan pendaftaran hak cipta bidang seni yang disampaikan ke Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkum dan HAM).
Namun, hingga saat ini, permohonan yang disetujui belum dipublikasikan. Hal ini juga terkait
dengan belum adanya dasar hukum formal.
Hak Cipta batik tradisional yang ada dipegang oleh negara (Pasal 10 ayat 2 UUHC
Tahun 2002). Hal ini berarti bahwa negara menjadi waki lbagi seluruh masyarakat Indonesia
dalam menguasai kekayaan tradisional yang ada. Perwakilan oleh negara dimaksudkan untuk
menghindari sengketa penguasaan atau pemilikan yang mungkin timbul di antara individu
atau kelompok masyarakat tertentu. Selain itu penguasaan oleh negara menjadi penting
khususnya apabila terjadi pelanggaran Hak Cipta atas batik tradisional Indonesia yang
dilakukan oleh warga negara asing dari negara lain karena akan menyangkut sistem
penyelesaian sengketanya.
Pasal 10 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa
Negara Indonesia memegang Hak Cipta atas karyakarya anonim, di mana karya tersebut
merupakan bagian dari warisan budaya komunal maupun bersama. Perlindungan pengetahuan
tradisional dan ekspresi kebudayaan biasanya dikaitkan dengan sistem perlindungan hak atas
kekayaan intelektual
Pembentukan perundang-undangan di bidang HKI merupakan bentuk perlindungan
agar masyarakat memperoleh kemanfaatan itu. Dengan kata lain, rezim HKI merupakan
sebuah bentuk kompensasi dan dorongan bagi orang untuk mencipta. Demikian pula halnya
jika inisiatif itu muncul dengan gagasan penggunaan rezim HKI, maka rezim HKI itu harus
dapat menjamin bahwa para pelaku seni dapat :
1. menikmati kebebasan berekspresi
2. dapat menikmati suatu kondisi di mana mereka dapat menciptakan kreasi-kreasi baru dalam
tradisi yang bersangkutan
3. mewariskan kemampuan kreatifnya itu dari generasi ke generasi.

Karya cipta seni batik sebagai ciptaan yang dilindungi, maka pemegang Hak Cipta seni batik
memperoleh perlindungan selama hidupnya dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh)
tahun setelah meninggal dunia (Pasal 29 ayat 1 UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta).
Selama jangka waktu perlindungan tersebut, pemegang Hak Cipta seni batik memiliki hak
eksklusif untuk melarang pihak lain mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya atau
memeberi izin kepada orang lain untuk melakukan pengumuman dan perbanyakan ciptaan
yang dipunyai tanpa mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Pasal 1 ayat 1 UUHC 2002). Jangka waktu perlindungan tersebut
diberikan bagi seni batik yang bukan tradisional, sedangkan bagi seni batik tradisional,
misalnya motif “Parang Rusak” tidak memiliki jangka waktu perlindungan.

B. TINDAKAN UNTUK MELESTARIKAN BUDAYA INDONESIA AGAR TETAP


TERAJAGA

Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk melestarikan budaya Indonesia.
Contohnya pelestarian budaya juga dapat dilakukan dengan cara lebih menyaring atau
memfilter budaya luar yang masuk ke wilayah indonesia dengan banyak membaca. Mungkin
dengan membaca buku-buku tentang kebudayaan. Atau dengan cara berjalan-jalan melihat
alam indonesia di sekitar kita.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah mengapresiasikan batik sebagai warisan budaya
dengan peringatan hari besaar nasiona contohnya. Hari Batik Nasional adalah hari perayaan
nasional Indonesia untuk memperingati ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan
untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of
Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Pada tanggal ini, beragam lapisan
masyarakat dari pejabat pemerintah dan pegawai BUMN hingga pelajar disarankan untuk
mengenakan batik (lihat wikipedia.org, 2013).
Kita juga dapat melestarikan kebudayaan Indonesia dengan cara mengkombinasikan
kebudayaan bangsa dengan modernisasi. Contohnya alternatif mengenalkan budaya
Indonesia yang terjadi di sebuah mall di Tanggerang, Banten. Mereka mengadakan sebuah
lomba membuat komik dengan mengkombinasikan tokoh komik manga dengan kebudayaan
Indonesia.
Sebagai generasi muda sebenarnya banyak hal yang dapat kita lakukan untuk turut
serta dalam melestarikan budaya Indonesia. Hal yang terpenting untuk berpartisipasi dalam
melestarikan kebudayaan adalah menumbuhkan rasa nasionalisme pada diri kita terlebih
dahulu. Dengan tumbuhnya sikap nasionalisme yang tinggi, secara otomatis sikap kita dalam
menghargai kebudayaan akan berbeda. Kita akan lebih baik dalam mengapresiasi beragam
kebudayaan-kebudayaan yang ada di negara kita sendiri.
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Indonesia memiliki rumpun yang sama dengan Malaysia yaitu melayu. Maka tidak
heranlah jika Indonesia memiliki bahasa, agama, rumpun yang dikatakan tidak begitu banyak
perbedaan. Jadi banyak sekali kasus klaim budaya yang dilakukan Malaysia terhadap
Indonesia. Salah satunya adalah batik.
1. Dilihat dari asspek HAM:
Pasal 10 Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa
Negara Indonesia memegang Hak Cipta atas karyakarya anonim, di mana karya tersebut
merupakan bagian dari warisan budaya. Perlindungan pengetahuan tradisional dan ekspresi
kebudayaan biasanya dikaitkan dengan sistem perlindungan hak atas kekayaan intelektual,
menjamin bahwa para pelaku seni dapat :
- menikmati kebebasan berekspresi
- dapat menikmati suatu kondisi di mana mereka dapat menciptakan kreasi-kreasi baru dalam
tradisi yang bersangkutan
- mewariskan kemampuan kreatifnya itu dari generasi ke generasi.
Untuk mempertahankan budaya yang dimilikinya, bangsa Indonesia telah mengaturnya
dalam UUD 1945 amandemen ke empat, pasal 32 yg terdiri dari 2 ayat.

Kebebasan mengekspos pada era ini kita sebagai masyarakat Indonesia harus pintar-
pintar mencari dan melihat informasi yang melenceng atau tidak, maka dari itu kita harus
melestarikan dan menjaga agar kejadian klaim lagu rasa sayange oleh malaysia tidak terulang
lagi walaupun akhirnya malaysia mengakui bahwa lagu rasa sayange milik indonesia.

B. SARAN

Indonesia dan Malaysia merupakan negara yang satu rumpun melayu. Namun, pada
kenyataannya masih terdapat konflik antara Indonesia dan Malaysia. Untuk itu, hubungan
Indonesia dengan Malaysia perlu ditigkatakan dalam berbagai hal agar semua hal yang
melenceng bisa transparan dan tidak terulang.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/18858/1/Rindia_Fanny_Kusumaningtyas.pdf
Suryono, Hassan. 2007.Pendidikan Kewarganegaraan Di Perguruan Tinggi.Surakarta: TIM MKU
Winarno.2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah Di Perguruan
Tinggi. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumber lain : okezone & wikipedia

Anda mungkin juga menyukai