Dispepsia 1
Dispepsia 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
banyak diderita. Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu
yang menunjukkan rasa nyeri pada bagian atas perut (Almatsier, 2004).
Dispepsia dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia
tidak nyaman atau nyeri pada epigastrium setelah makan, umumnya karena
terganggunya daya atau fungsi pencernaan dengan disertai keluhan lain seperti
suara usus yang keras (Borbarigmi) perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa,
minimal dua bulan sebelum diagnosis ditegakkan. Kriteria tersebut meliputi nyeri
yang persistem atau berulang atau perasaan tidak nyaman yang berasal dari perut
1
bagian atas (diatas umbilikus), nyeri tidak berkurang dengan defekasi atau tidak
berhubungan dengan suatu perubahan frekuensi buang air besar atau konsistensi
feses, tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan
Salah satu faktor yang berperan dalam dispepsia fungsional adalah pola
pola makan yang buruk, tergesa-gesa dan jadwal yang tidak teratur dan tindakan
remaja putri seperti memanipulasi jadwal makan sehingga terjadi waktu jeda
Australia 24,4-38,2%, dan China sebesar 23,3%. 27% remaja putri dan 16%
lebih banyak dilakukan di rumah sakit (hospital based) (Dwijayanti dkk, 2008
dan Susanti, 2011). Menurut WHO (2004), proporsi kematian yang disebabkan
oleh penyakit tidak menular sebesar 60% dan proporsi kesakitan sebesar 47%
dan diperkirakan pada tahun 2020 proporsi kematian akan meningkat menjadi
73% dan proporsi kesakitan menjadi 60% untuk Negara SEARO (South East
Asian Regional Office), pada tahun 2020 di perkirakan proporsi kematian dan
Indonesia, menurut hasil studi morbiditas pada Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) preversi penyakit tidak menular meningkat dari 15% pada tahun 1995
2
Berdasarkan data yang diperoleh pada rekam medik Rumah Sakit Umum
Daerah Abunawas kota Kendari ditemukan jumlah kejadian dispepsia pada tahun
dispepsia. Pada tahun 2014 jumlah penderita dispepsia meningkat pada periode
menderita dispepsia dibandingkan tahun 2013. Dari data diatas penulis tertarik
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
dispepsia.
kasus dispepsia.
3
d) Penulis mampu melakukan implementasi pada klien Ibu S dengan kasus
dispepsia.
dispepsia.
C. Manfaat Penulisan
2. Manfaat Praktis
dan akibat apa sajakah yang mungkin muncul sebagai dampak dari
kasus ini.
4
2) Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
D. Metode Penelitian
Keperawatan.
5
Untuk melengkapi data/informasi dalam pengkajian menggunakan
1) Observasi
keadaan klien.
2) Wawancara
3) Pemeriksaan Fisik
4) Studi Dokumentasi
laboratorium.
5) Metode diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yang terkait yaitu perawat yang bertugas
Kendari .
6) Tehnik penulisan disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu:
Tehnik Penulisan.
6
BAB II : Tinjauan teoritis yang mencakup konser dasar medik, terdiri dari;
BAB III : Tinjauan kasus yang memuat tentang pengamatan kasus yang
evaluasi.
nyata.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
tidak enak /sakit perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (Heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi
penyebabnya
2. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus
Dyspepsia merupakan nyeri atau rasa tidak enak pada abdomen bagian atas
dan dada bagian bawah sering disertai rasa perih di ulu hati (“heart-burn”), mual
saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual,
yang kadang- kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang,
(Hadi, 2009).
Dispepsia adalah suatu gejala yang ditandai dengan nyeri ulu hati, rasa
mual dan kembung. Gejala ini biasa berhubungan/ tidak ada hubungan dengan
makan.
8
B. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
membuang bagian makanan yang tidak dicerna atau merupakan sisa proses
Gambar 2.1
9
Saluran Pencernaan Terdiri Dari :
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
manusia dan hewan. Mulut biasanya terletak dikepala dan umumnya merupakan
Makanan dipotong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunya oleh gigi
belakang, menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Palatum adalah
langit-langit mulut. Palatum kertas tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah
lipatan menggantung yang dapat bergerak terdiri atas jaringan fibrus dan selaput
lendir.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis . epiglottis
akan tertutup agar makanan tidak masuk kedalam pipa udara (trakea) dan keparu-
paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang (palatum mole, langit-langit
Gambar 2.2
10
2. Tenggorokan (Faring)
lengkungan faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak
terletak bersampingan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
Tekak terdiri dari : bagian superior disebut nasofaring, pada naso faring
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah
laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh lapisan
lendir. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi,
tapi oleh gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmit yang disebut dengan
peristaltic.
11
c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus.
4. Lambung
terdapat dalam tubuh manusia. Untuk lebih jelasnnya apa itu lambung atau
anatomi lambung, disini juga akan membahas anatomi dan fisiologi lambung.
lambung, persarafan dan aliran darah pada lambung, fungsi motorik dari
Gambar 2.3
12
Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah
arcus costalis sinistra sampai regio epigastricaan umbilicalis. Sebagian besar gaster
terletak di bawah costae bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan
mempunyai dua lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura,
curvatura major dan curvatura minor; dan dua dinding yaitu paries anterior dan paries
posterior.
1) Kardia/ kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya mensekresi
mucus.
2) Fundus/ gastric terletak hampir di seluruh corpus, yang mana kelenjar ini
menjadi pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan
c) Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung. Sel
3) Pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenjar ini mensekresi gastrin dan
13
Gambar 2.4
kearah hati membentuk omentum minus. Lipatan peritoneum yang kelaur dari
organ satu menuju organ lain disebut ligamentum. Pada kurvatura mayor
(a) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot
esophagus.
(b) Serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk
14
(c) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan
Yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan saluran
limfe. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal, dan terdiri atas
banyak kerutan atau rugue, yang hilang bila organ itu mengembang karena
berisi makanan.
dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe Semua sel-sel
saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari kelenjar
b. Fisiologi Lambung
Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi pencernaan &
1) Fungsi motorik
a) Fungsi reservoir
15
otot polos yang diperantarai oleh saraf vagus dan dirangsang oleh
gastrin.
b) Fungsi mencampur
mengelilingi lambung.
hormonal
diangkut.
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak diantara lambung dan
usus besar. Dinding usus kaya akan pembulu darah yang mengangkut zat-zat
16
yang diserap dihati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
(sebelah luar).
Gambar 2.5
Usus halus
1. Usus dua belas jari (Duodenum) Adalah bagian dari usus halus yang terletak
2. Usus kosong (Jejenum) Adalah bagian kedua dari usus halus, diantara usus
17
6. Usus Besar (Kolon)
Adalah bagian usus antara usus buntu dan rectum. Fungsi utama organ ini
b. Kolon transversum
Gambar 2.6
Usus besar
Rectum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah
kolon sigmoid) dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
18
8. Pangkreas
Adalah organ pada system pencernaan yang memiliki dua fungsi utama
akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Hormon yang dihasil oleh
pangkreas adalah :
Gambar 2.7
Pankreas
19
9. Hati
pencernaan.
Gambar 2.8
Hati
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, yang
kemudian bergabung dengan sebuah saluran yang berasal dari kandung empedu
20
pangkreatikus bergabung dengan saluran empedu umum dan masuk kedalam
hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan
kolesterol.
empedu.
(alir balik, refluks) asam dari lambung, iritasi lambung (gastritis), ulkus gastrikum
kelainan gerakan usus, kecemasan atau depresi, perubahan pola makan dan
21
pengaruh obat- obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yg lama,
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-
zat seperti nikotin dan alcohol serta adanya kondisi kejiwaan stress, pemasukan
22
duodenum tidak langsung berhubungan dengan gejala pada pasien dengan
dispepsia fungsional.
penyebab utamanya.
23
5. Gangguan fase kontraktilitas saluran cerna
kecil pasien.
6. Hipersensitivitas lambung
24
9. Aksis otak – saluran cerna
informasi dari reseptor sistem syaraf saluran cerna ke otak via jalur vagus
dan spinal. Di dalam otak, informasi yang masuk diproses dan dimodifikasi
tersebut via jalur parasimpatik dan simpatik yang akan memodulasi fungsi
6. Perut kembung
25
8. Reguritasi (keluar cairan lambung secara tiba-tiba)
a. Laboratorium
b. Radiologi
ganda.
26
d. USG (Ultrasonografi)
apa lagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap
1. Mal nutrisi
2. Dehidrasi
H. Penatalaksanaan
berbaring
27
f. Obat kolinegrik menolong pada sejumlah penderita dengan esofagitis
peptic
2. Penatalaksanaan farmakologis
28
I. Pathway
29
J. Pengkajian
perut, rasa perih di ulu hati, mulai kadang-kadang muntah, nafsu makan
berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut,
Mungkin juga akan ditemukan rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas
yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas didada daerah
informasi.
30
L. Interfensi Keperawatan (Sudoyono, Aru, W, 2006)
Intervensi Keperawatan :
penyembuhan.
31
Rasional : Menghilangkan rasa nyeri dan menurunkan aktivitas
peristaltik.
diharapkan individu.
Intervensi Keperawatan :
yang diharapkan.
c. Timbang BB klien.
nutrisi/keefektifan terapi.
e. Catat status nutrisi pasien: turgor kulit, timbang berat badan, integritas
32
Rasional : Berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan
kemajuan penyembuhan.
penurunan kecemasan.
Intervensi Keperawatan :
perhatian.
33
Rasional : Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stress
penyembuhan/perbaikan.
Intervensi Keperawatan :
b. Awasi jumlah dan tipe masukan cairan, ukur haluaran urine dengan
akurat.
laksatif/diuretik.
34
Rasional : Membantu klien menerima perasaan bahwa akibat muntah
lanjut.
cairan elektrolit.
informasi.
Intervensi Keperawatan :
tentang penyakit.
35
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi hubungan masukan makanan dan
gaster.
nyeri.
36
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
Tanggal 28 Januari 2014 Pukul 13.15 WITA, di dapatkan data identitas pasien,
Pasien bernama Ibu.S yang tinggal di Kemaraya Kota Kendari. Usia 63 tahun,
jenis kelamin perempuan, bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan tingkat
pendidikan terakhir SD. klien masuk Rumah Sakit Umum Abunawas kota
Selama di rumah sakit penanggung jawab dari Ibu.S yaitu Tn.A yang merupakan
keluhan utama, klien mengatakan nyeri biasanya dirasakan pada waktu : siang
dan malam, adapun lamanya keluhan : ± ½ jam, disertai demam dan klien
mengatakan mual muntah 1 x yang dirasakan sejak satu hari yang lalu. Nyeri
timbul pada saat tidur, nyeri terasa seperti tertusuk, skala nyeri 6, klien tampak
terlihat lemah, ekspresi wajah meringis. Upaya yang telah dilakukan yaitu
melakukan pengurutan (masase) dan menekan daerah nyeri. Berat badan sebelum
37
Adapun Riwayat kesehatan masa lalu,klien mengatakan pernah
mengalami penyakit hipertensi dan asam urat dan sudah pernah dirawat di rumah
sakit sebelumnya. Klien mengatakan tidak suka makan ikan asin karena dokter
darah tingginya.
dari 4 bersaudara dan suami klien merupakan anak ke 2 dari 5 bersaudara. Klien
dan suaminya memiliki 3 orang anak laki- laki, kedua orang tua klien sudah
meninggal begitupula kakek dan nenek klien meninggal karena sudah lanjut usia,
Dari hasil observasi dan pemeriksaan fisik pada tanggal 28 Januari 2014
menit, P : 24 x/ menit. Keadaan klien tampak lemah. Berat badan selama sakit
55 kg.
simetris kiri dan kanan, tidak ada sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung,
dan tidak ada nyeri tekan pada hidung. Sedangkan pada trachea tidak ada nyeri
tekan, kemudian pada dada bentuk dada simetris kiri dan kanan, ada nyeri,
palpasi dada vocal premitus terdengar sama disemua lapang paru kiri dan kanan.
tekan, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran jantung, suara jantung normal,
38
pusing, sakit kepala, Capilary Refill Time (CRT) kurang dari 3 detik. Pada
(composmentis), kepala dan wajah simetris, tidak ada gerakan abnormal wajah,
ekspresi wajah meringis. Mata: sclera putih, conjungtiva merah muda, pupil
isokor kiri dan kanan, bola mata simetris, kelopak mata dapat membuka dan
menutup. Posisi telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen dan tidak
dan tidak ada kakuk kuduk. Klien mengatakan pendengarannya baik kiri dan
kanan, penciumannya normal, masih dapat merasakan manis, asin dan pahit.
Klien mengatakan penglihatannya kabur kiri dan kanan, klien masih dapat
merasakan rasa panas, dingin dan tekan. Status mental : waktu, tempat dan orang
terotientasi.
produksi urine sebanyak 200 ml, berwarna kuning, bau pesing dengan frekuensi
palpasi teraba nyeri tekan kuadran kanan atas dengan skala nyeri 6, nyeri yang
kanan atas. Auskultasi peristaltic usus 3x/ menit, tidak ada masalah pada rektum,
klien mengatakan belum BAB 1 hari sejak masuk Rumah sakit sampai sekarang,
pada ekstermitas kiri dan kanan masing-masing lima, ekstermitas kiri kanan atas
39
masing-masing lima, ekstermitas bawah kiri dan kanan masing-masing lima.
Ekstermitas atas tidak di temukan nyeri, dan terlihat terpasang infus RL+ Neuro
sanbe 1 ampul 28 tpm pada ekstermitas kanan atas. Warna kulit pucat, akral
hangat, turgor baik, kebersihan kulit badan dan kapala/ rambut dalam keadaan
bersih. sistem reproduksi pada saat pengkajian tidak dilakukan. Menopause pada
usia 40 tahun. Selama di rumah sakit klien makan 3x/ hari dengan porsi makan
tidak dihabiskan. Jenis menu yaitu: Bubur, sayur, nasi, telur dan ikan. Makanan
yang disukai yaitu nasi sedangkan makanan pantangan klien adalah makanan
gelas/ hari, jenis air minum yaitu air mineral, yang disukai teh, minuman yang
Selama di rumah sakit personal hygiene, klien mandi 1x/ hari, sikat gigi
1x/hari, ganti pakaian 1x/ hari, keramas 2x/ minggu dan memotong kuku
1x/minggu. Aktivitas dan istirahat di rumah sakit, klien hanya berbaring ditempat
tidur. klien mengeluh tidak bisa tidur karena nyeri ulu hati dan kondisi kamar
dimana sebelumnya klien tidur siang dari jam 12.00 s/d 15.00, dan tidur malam
jam 21.00 s/d 04.30 dan selama klien di rawat di rumah sakit klien tidur siang
dari jam 12.00 s/d 13.00 dan tidur malam jam 10.00 s/d 03.00.
aktif. klien mau berkomunikasi dengan perawat, hubungan klien dengan keluarga
baik, persepsi klien terhadap penyakitnya yaitu klien cemas, takut dan gelisah
40
terhadap penyakitnya dan harapannya ingin cepat sembuh. Spritual,klien selalu
Terapi yang di dapatkan saat ini yaitu : infuse RL + Neuro sanbe 1 ampul
28/tpm, injeksi ranitidin 1 amp/8 jam/IV, Ultilox sirup 3x1 sendok, Qo-En 10
1x1 dan Sanmol tablet 500 mg 3x1. Pemeriksaan penunjang tidak di lakukan
pada klien.
2. Data Fokus
Nama Pasien : Ibu. S Nama Mahasiswa : Andi Irman
No. RM : 058634 Nim : 11. 004
Ruang Rawat : Lavender
Tabel 3.1 Data focus pada Ibu. S dengan Dispepsia
DATA SUBYEKTIF DATA OBJEKTIF
41
sakit kepala Sanbe 1 ampul 28 tpm pada
8. Klien menyatakan takut tentang ekstermitas kanan atas
penyakitnya 11. Klien nampak gelisah
9. Klien menyatakan menyatakan 12. Tampak kondisi kamar kurang
susah tidur akibat kondisi mendukung seperti ruangan yang
lingkungan yang kurang sempit.
mendukung 13. Warna kulit pucat
10. Klien menyatakan kurang nafsu 14. Porsi makan tidak dihabiskan`
makan 15. Peristaltik 3/ menit
11. Klien menyatakan BAB 1 Kali/
hari
3. Perumusan Masalah
Nama Pasien : Ibu S Nama Mahasiswa : Andi irman
No. RM : 058634 Nim : 11. 004
Ruang Rawat : Lavender
Table 3.2 Perumusan Masalah pada Ibu.S dengan Dispepsia
No Masalah Kemungkinan Penyebab Data
1 Nyeri Stress fisik, DS:
- klien menyatakan
Pola makan yang kurang sehat nyeri uluhati sejak
satu hari yang lalu
Penggunaan obat- - klien menyatakan
obatan/jamu,gol aspirin,alcohol mual muntah
1x/hari
Penghancurkan epitel sawar - Klien menyatakan
nyeri di rasakan
42
Defusi asam kemukosa lambung siang dan malam
- Klien menyatakan
Kerusakan Integritas mukosa nyeri timbul pada
lambung saat tidur
- Klien menyatakan
Pelepasan mediator kimia > sel nyeri di rasakan
rady (histamine, seperti tertusuk-
bradikin,serotonin) tusuk
DO:
Medulla spinalis, Cortex - Ku lemah
serebri - klien nampak
meringis
Nyeri - Skala nyeri 6
- Nyeri tekan
epigastrium
kuadran kanan atas
- TTV:
TD: 130/80 MmhG
S : 38,50C
N : 88 X/m
P : 24 X/m
43
- TTV:
Peningkatan suhu tubuh S : 38,50C
3 Resiko nutrisi Peningkatan HCL lambung DS:
kurang dari - klien menyatakan
kebutuhan Erosi mukosa lambung mual muntah
tubuh 1x/hari
Penurunan tonus otot dan DO:
peristaltic lambung - tampak muntah
- penurunan berat
Refluks isi abdominal lambung badan
- BB Sebelum sakit
Mual, muntah, Anoreksia (60 kg)
BB Setelah sakit
Resiko nutrisi kurang dari (55 kg)
kebutuhan tubuh - Porsi makan tidak
dihabiskan, ½ porsi
44
penyakitnya
Kecemasan - Klien mengatakan
stress memikirkan
anaknya yang
poligami
DO:
- Klien cemas
- Klien nampak
gelisah
- TTV:
TD: 130/80
mmHg
S : 38,50C
N : 88 X/m
P : 24 X/m
- Akral hangat
45
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Table 3.3 Rencana Tindakan Keperawatan pada Ibu.S dengan Dispepsia
46
nyeri di medis dalam pemberian mempermudah kerjasama
rasakan siang obat. dengan intervensi terapi lain.
dan malam
- Klien
menyatakan
nyeri timbul
pada saat tidur
- Klien
menyatakan
nyeri di
rasakan seperti
tertusuk-tusuk
DO:
- Ku, Lemah
- klien Nampak
meringis
- Skala nyeri 6
- Nyeri tekan
epigastrium
kuadran kanan
atas
- TTV:
47
- TD: 130/80
mmHg
S : 38,50C
N : 88 x/m
P : 24 x/m
2 Peningkatan suhu Setelah di lakukan a. Observasi TTV a. untuk mengetahui peningkatan
tubuh b/d tindakan keperawatan suhu tubuh dan menentukan
pelepasan selama 3x24 jam di intervensi selanjutnya
mediator Kimia harapkan suhu tubuh b. memberikan kompres air b. untuk membantu menurunkan
(Histamin< kembali normal hangat suhu tubuh yang meningkat
Bradikinin, dengan criteria hasil : c. anjurkan kepada keluarga c. .untuk mencegah terjadinya
Serotinin): -suhu tubuh 36,50C klien untuk memberikan dehidrasi
Ditandai dengan minum air hangat
DS : d. kaloborasi dengan tim d. untuk membantu menetralisir
- klien medis dalam pemberian peningkatan suhu tubuh
menyatakan obat antipiretik
Demam sejak
satu hari yang
lalu
DO :
- ku lemah
- klien tampak
48
berkeringat
- TTV :
- S: 38,50C
3 Resiko nutrisi Setelah dilakukan a. Pantau dan a. Untuk mengidentifikasi
kurang dari tindakan keperawatan dokumentasikan haluaran indikasi/ perkembangan dari
kebutuhan tubuh selama 3 x 24 jam tiap jam secara adekuat, hasil yang diharapkan.
b/d mual muntah diharapkan pasien timbang BB
Ditandai dengan: tetap mengoptimalkan b. Berikan makanan sedikit b. Meminimalkan anoreksia dan
DS: status nutrisi Dengan tapi sering mengurangi irigasi gaster.
- klien kriteria hasil: c. Catat status nutrisi : turgor c. Berguna mendefinisikan derajat
menyatakan - Menunjukkan kulit, timbang BB, masalah dan intervensi yang
mual muntah nafsu makan integritas mukosa mulut, tepat. Berguna dalam
1x/hari yang adekuat kemampuan menelan, pengawasan keefektifan obat,
DO: - Porsi makan riwayat mual/ muntah. kemajuan penyembuhan.
- tampak mual, dihabiskan d. Monitoring intake dan d. Mengukur keefektifan nutrisi
muntah - Nafsu meningkat output secara periodik dan cairan
- penurunan - BB stabil e. Catat adanya anoreksia, e. Dapat menentukan jenis diet dan
berat badan mual/ muntah dan mengidentifikasi pemecahan
- BB Sebelum tetapkan jika ada masalah untuk meningkatkan
sakit (60 kg) hubungan dengan intake nutrisi.
BB Setelah medikasi.
sakit (55 kg) f. Anjurkan klien makan f. Untuk membantu meningkatkan
49
- Porsi makan makanan dalam keadaan nafsu makan klien
tidak hangat
dihabiskan ½ g. Kaloborasi dengan tim g. Untuk meningkatkan nafsu
porsi dokter dalam pemberian makan nafsu makan
obat
4 gangguan pola Setelah dilakukan a. kaji penyebab gangguan a. a.untuk mengetahui gangguan
istrahat dan tidur tindakan keperawatan tidur tidur
b/d kondisi selama 3x24 jam di b. ciptakan lingkungan b. b.lingkungan yang nyaman
lingkungan yang harapkan klien dapat yang nyaman dapat membantu pasien
kurang efektif tidur dengan beristirahat dengan baik dan
di tandai dengan: baik/nyaman dengan tenang seperti membatasi
DS: criteria hasil pengunjung (2 orang)
- Klien -pola tidur 8 jam c. atur jadwal istrahat/tidur c. untuk meningkatkan energy
menyatakan dalam tubuh klien dengan pola
susah tidur tidur dan istirahat yang cukup
DO: d. berikan HE kepada d. agar keluarga pasien mengerti
- Ku lemah pasien dan keluarga tentang pentingnya pola istrahat
- Tampak tentang pentingnya tidur
kondisi kamar istrahat tidur pasien
kurang
mendukung
- klien tampak
50
gelisah
5 Kecemasan Setelah dilakukan a. kaji tingkat kecemasan a. mengetahui sejauh mana tingkat
berhubungan tindakan selama 3x24 kecemasan oleh klien sehingga
dengan perubahan jam di harapkan memudahkan dalam tindakan
status kesehatan pasien selanjutnya
di tandai dengan mendomenstrasikan b. berikan dorongan dan b. klien merasa ada yang
DS : koping yang positif berikan waktu untuk memperhatikan sehingga klien
- klien dan mengungkapkan mengungkapkan pikiran merasa aman dalam segala hal
mengatakan penurunan kecemasan dan dengarkan keluhanya tindakan yang di berikan
takut terhadap dengan kriteria hasil:
penyakitnya -klien menyatakan c. berikan dorongan c. bahwa segala tindakan yang
- Klien memahami tentang spiritual diberikan untuk proses
mengatakan penyakitnya penyembuhan penyakitnya
stress masih ada yang berkuasa
memikirkan menyembuhkan yaitu tuhan
anaknya yang yang maha esa
poligami d. Berikan HE (penyuluhan) d. agar pasien daan keluarga dapat
DO : kepada klien dan memahami penyebab dari
- klien cemas keluarganya tentang penyakitnya
- klien tampak proses penyakit yang di
gelisah alami
- TTV:
51
TD: 130/80
mmHg
S : 38,50C
N : 88 X/m
P : 24 X/m
- Akral hangat
52
13.32 4. Menganjurkan klien untuk
menghindari makanan yang
dapat meningkatkan kerja
asam lambung seperti
makanan pedas
(Lombok),makanan bergas
seperti kol dll, yang boleh
makanan Lunak (bubur)
5. Mendiskusikan dan
13.35 mengajarkan tehnik relaksasi
Hasil : klien melakukan
tehnik relaksasi dengan cara
menarik nafas dalam dari
hidung kemudian
dihembuskan melalui mulut
secara perlahan- lahan jika
nyeri terasa.
6. Kaloborasi dengan tim
14.00 medis dalam pemberian
obat
Hasil: injeksi Ranitidin 1
amp/ 8 jam
53
DX II Selasa 1. Mengobservasi TTV Rabu S: klien mengatakan
28/01/201 Hasil: 29/01/2014 badanya masih panas
13.18 S : 37,90C 08.05 O: ku lemah
2. Memberikan kompres air -TTV=
hangat dengan S 37,60C
13.40 menggunakan waslap pada A: masalah belum teratasi
daerah dahi P: intervensi di pertahankan
Hasil: klien merasa nyaman dan dilanjutkan (1,4)
13.40 3. Menganjurkan kepada
keluarga klien untuk
memberikan minum air
hangat
Hasil:
Klien diberi minum air
hangat sebanyak 1 gelas
15.00 4. Kaloborasi dengan tim
medis dalam pemberian
obat
Hasil: memberi obat
Sanmol tablet 500 Mg 3x1
54
4 tiap jam secara adekuat, 08.10 -klien mengatakan
15.05 timbang BB klien masih kurang nafsu
Hasil : intake cairan tiap jam maka
2- 3 gelas /hari dan BB klien O: ku lemah
55 kg -porsi makan tidak di
15.10 2. Memberikan makanan sedikit habiskan
tapi sering -klien tampak mual
Hasil : klien makan bubur + A: masalah belum teratasi
lauk pauk setiap 3 jam P: intervensi dipertahankan
15.15 3. Mencatat status nutrisi : dan di lanjutkan (1,4,5,7)
turgor kulit, integritas
mukosa mulut, kemampuan
menelan, riwayat mual/
muntah
Hasil : turgor kulit baik
mukosa mulut lembab,
kemampuan menelan baik
15.22 4. Monitor intake yang adekuat
Hasil:
Porsi makan belum
dihabiskan
15.24 5. Mencatat adanya anoreksia,
55
mual muntah dan
menetapkan jika ada
hubungan dengan medikasi
Hasil : anoreksia , mual dan
muntah
15.26 6. Menganjurkan klien makan
makanan dalam keadaan
hangat
Hasil:
Klien diberi makan (lunak
seperti, ubur) dalam keadaan
hangat
15.30 7. Berkaloborasi dengan tim
medis dalam pemberian obat
Hasil: Qo-En 10. 1x1
DX IV Selasa 1. Mengkaji penyebab Rabu S: -klien mengatakan masih
28/01/201 gangguan tidur 29/01/2014 susah tidur pada malam
4 Hasil: 08.15 hari
16.00 Pola tidur klien belum O: - ku lemah
teratur karena nyeri ulu hati - klien tampak gelisah
di ruangan kamar yang A : masalah belum teratasi
kurang mendukung (seperti P: intervensi dipertahankan
56
ruangan yang sempit dan dan dilanjutkan (1,2)
panas)
16.05 2. Menciptakan lingkungan
yang nyaman
Hasil:
Klien dan keluarga mau
melakukan saran yang
diberikan (klien
menggunakan kipas angin
untuk membuat ruangan
nyaman agar tidak terasa
panas)
16.10 3. Mengatur jadwal istrahat
tidur
Hasil:
Jam tidur siang= 12.00-
15.00 wita
Jam tidur malam= 21.30-
16.15 4. Memberikan HE kepada
pasien dan keluarga tentang
pentingnya istrahat/ tidur
bagi pasien (agar pasien
57
merasa segar pada bangun)
Hasil: Klien dan keluarga
mengerti apa yang
disarankan oleh perawat
05.00 wita
DX. V Selasa/28- 1. Mengkaji tingkat Rabu/29- S: klien menyatakan masih
01-2014 kecemasan (mengevaluasi 01-2014 takut dengan keadaanya
16.20 dan melihat ekspresi wajah 08.20 O: nampak gelisah
klien) A: masalah belum teratasi
Hasil: P: intervensi di pertahankan
Klien masih cemas dan dan di lanjutkan (1,2,3)
bertanya tentang
penyakitnya
16.22 2. Memberikan dorongan dan
berikan waktu untuk
mengungkapkan pikiran
dan dengarkan keluhanya
Hasil:
Klien mengeluh nyeri ulu
hati
16.30 3. Memberikan dorongan
spiritual ( menganjurkan
58
untuk beribadah dan berdoa)
Hasil: Klien selalu beribadah
dan berdoa untuk
kesembuhannya
16.35 4. Member HE (penyuluhan)
kepada klien dan keluarganya
tentang proses penyakit yang
di alami
Hasil: Klien dan keluarga
mengerti tentang apa yang
telah disampaikan ole
perawat atau penyuluh
59
CATATAN PERKEMBANGAN
Table 3.5 Catatan Perkembangan
DX. Hari,Tgl & Hari, Tgl Evaluasi Paraf
Implementasi Paraf
Keperawatan Jam & Jam SOAP CI
DX.I Rabu 1. Mengkaji tingkat nyeri Rabu S: klien menyatakan masih
29/01/2014 Hasil : skala nyeri 5 29/01/2014 nyeri uluhati
11.00 2. Mengobservasi TTV 18.00 O:-KU lemah
Hasil : TD : 110/90 - Nampak meringis
11.05 mMhG, S : 37,50C, N - Skala nyeri 5
: 72 X/m, P : 20 x/m A: masalah belum teratasi
11.12 3. Berkolaborasi dengan P: intervensi dipertahankan
tim medis dalam dan dilanjutkan (1,2,3)
pemberian obat
Hasil : Ultilox syirup
3x1
DX.II Rabu 1. Mengobservasi tanda- Rabu S: klien menyatakan
29/01/2014 tanda vital 29/01/2014 badanya sudah tidak
11.05 Hasil: 18.10 panas lagi
TTV= TD :110/90 O: suhu badan 37,50C
mmHg, S : 37,50C, N : A: masalah teratasi
72 X/m, P : 20 x/m P: intervensi dihentikan
60
12.00 2. Berkolaborasi dalam
pemberian obat anti
piretik
Hasil :
Sanmol tablet 500 mg
3x1
DX.III Rabu 1. Memantau dan Rabu S: - klien mengatakan
29/01/2014 mendokumentasikan 29/01/204 sudah tidak mual
11.10 intake tiap jam secara 18.15 -klien menyatakan sudah
adekuat, timbang BB ada nafsu makan
klien O : porsi makan di habiskan
Hasil : BB klien 55 kg A : masalah teratasi
11.15 2. Memonitor intake yang P : intervensi di hentikan
adekuat
Hasil:
Porsi makan dihabiskan
11.20 3. Mencatat adanya
anoreksia, mual/
muntah dan
menetapkan jika ada
hubungannya dengan
medikasi
61
Hasil :
Anoreksia (-) Mual (-)
11.30 4. Berkaloborasi dengan
tim medis dalam
pemberian obat
Hasil: QO-EN 10 1x1
DX.IV RABU/29/0 1. Mengkaji gangguan RABU/29/0 S: klien menyatakan masih
1/2014 pola tidur 1/2014 susah tidur
12.05 Hasil: 18.20 O : klien tampak gelisah
Pola tidur klien belum A : masalah belum teratasi
teratur karena nyeri P : intervensi di
uluhati, dan kondisi pertahankan dan
ruangan yang kurang dilanjutkan
memadai
12.10 2. Menciptakan
lingkungan yang
nyaman
Hasil:Klien dan
keluarga mau dan
mengerti
DX.V Rabu 1. Mengkaji tingkat Rabu S : klien mengatakan sudah
29/01/2014 kecemasan 29/01/2014 tidak cemas lagi
62
12.20 Hasil: 18.26 terhadap penyakitnya
Klien sudah tidak O : klien Nampak rileks
cemas A : masalah teratasi
12.25 2. Memberikan dorongan P : intervensi di hentikan
dan memberikan waktu
untuk mengungkapkan
perasaanya
Hasil:
Klien mengatakan
sudah tidak cemas lagi
karna telah mengetahui
tentang penyakitnya
12.30 3. Memberikan dorongan
spiritual
Hasil:Klien rajin
beribadah dan berdoa
untuk kesembuhanya
DX.I Kamis 1. Mengkaji tingkat nyeri Kamis S : klien menyatakan
30/01/2014 Hasil : skala nyeri (4) 30/01/2014 nyerinya sudah mulai
08.00 2. Mengobservasi TTV 18.00 berkurang
08.05 Hasil : O : skala nyeri (4)
TD : 160/80 mmHg A : masalah belum teratasi
63
S : 36,70C P : intervensi dipertahankan
N : 90 X/m dan dilanjutkan
P : 24 x/m
10.00 3. Memberi istirahat
dengan posisi semi
fouler
a. Hasil : klien merasa
nyaman dengan posisi
semi fouler dan dapat
beristirahat dengan
baik
4. Berkolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian obat
12.00 5. Hasil : Ultilox syirup
3x1
DX.IV Kamis 1. Mengkaji penyebab Kamis S : klien mengatakan masih
30/01/2014 gangguan tidur 30/01/2014 susah tidur
08.20 Hasil: 18.10 O : klien tampak gelisah
Pola tidur klien belum A : masalah belum teratasi
teratur karena nyeri ulu P : intervensi dipertahankan
hati di ruangan kamar dan dilanjutkan
64
yang kurang memadai
08.25 2. Menciptakan lingkungan
yang nyaman
Hasil : klien dan
keluarga mau dan
mengerti
DX.I Jumat 1. Mengkaji tingkat nyeri Jumat S: klien menyatakan
31/01/2014 Hasil : skala nyeri (2) 31/01/2014 nyerinya berkurang
08.00 2. Mengobservasi TTV 18.00 O: Ku sedang
Hasil : -Skala nyeri (2)
08.05 TD : 140/100 mmHg, S A : masalah teratasi
: 36,50C, N: 80 X/m, P : P : intervensi dihentikan
24 x/m
12.00 3. Berkolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian obat
Hasil : Ultilox syirup
3x1
DX.IV Jumat 1. Mengkaji gangguan pola Jumat S: Klien menyatakan sudah
31/01/2014 tidur 31/01/2014 tenang dan tidak ada
09.00 Hasil: 18.10 gangguan
Pola tidur klien teratur O: - KU membaik
65
dan klien tidur dengan - Nampak tenang
tenang A: Masalah teratasi
09.10 2. Menciptakan lingkungan P: Iintervensi dihentikan
yang nyaman pasien pulang
Hasil: klien tidur
denagan tenang dan
nyaman
66
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
dengan Diagnosa Medis Dispepsia, maka Pada bab ini penulis akan membahas
1. Pengkajian
mendapatkan informasi baik dari klien, keluarga, anggota tim perawat kesehatan,
catatan kesehatan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan berupa : data dasar
keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
67
a) Gejala :
klien mengatakan nyeri ulu hati, faktor pencetus : sering terlambat makan
nyeri datang pada saat tidur, sifat : nyeri seperti tertusuk, skala nyeri 6, waktu :
(kuadran kanan atas). Ibu S mengatakan nyeri dirasakan disertai dengan demam
sejak satu hari yang lalu, sakit kepala pusing mual muntah, kurang nafsu
b) Tanda :
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dimana pada kasus Ibu. S
mengatakan ia tidak tahu secara pasti penyebab timbulnya nyerinya karena klien
mengatakan selalu terlambat makan dan tidak mengatur pola makan dengan baik.
Sedangkan pada teori penyebab dari dispepsia antara lain menelan udara (aerofagi),
regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung, iIritasi lambung (gastritis), ulkus
kelainan gerakan usus, kecemasan atau depresi, perubahan pola makan dan pengaruh
Selain itu ada kesenjangan pada pemeriksaan penunjang dimana pada teori
68
2. Diagnosa Keperawatan
aktual atau resiko klien terhadap masalah kesehatan, yang perawat mempunyai
informasi.
Bradikinin, Serotinin)
69
Terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dimana pada kasus Ibu. S
terdapat diagnosa yang tidak ditemukan dalam teori yaitu : Peningkatan suhu
pada saat penulis melakukan pengkajian ditemukan klien nampak panas dengan
ditandai suhu tubuh 38,5oc. Untuk mengatasi peningkatan suhu tubuh klien
diberikan Sanmol tablet 500 mg 3x1 dan gangguan pola tidur berhubungan
dengan kondisi lingkungan yang kurang efektif karena pada saat pengkajian klien
seperti keadaan ruangan yang panas, sempit, kurang nyaman bagi klien. Oleh
3. Perencanaan Keperawatan
Dalam teori intervensi dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil
dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan dengan
nyeri dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam nyeri berkurang/ hilang atau teradaptasi dengan kriteria hasil
70
Intervensi yang dilakukan meliputi observasi, perencanaan keperawatan, edukasi,
kolaborasi.
selama 3 x 24 jam karena nyeri tidak dapat diatasi dalam waktu singkat dan perlu
lain kaji tingkat nyeri, observasi TTV tiap 24 jam, beri istirahat dengan posisi
meningkatkan kerja asam lambung, diskusikan dan ajarkan tehnik relaksasi dan
Menurut Muttaqin (2005) atur posisi semi fowler dapat mengurangi nyeri
posisi yang nyaman (posisi semi fowler) dengan rasional agar pasien rileks dan
kebutuhan menurut Maslow yaitu mulai dari kebutuhan paling mendasar yaitu
kebutuhan fisologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, dihargai,
serta aktualisasi diri. Faktor pendukung terdapat kerjasama yang baik dalam
71
4. Pelaksanaan Keperawatan
dalam teori. Namun penulis tidak dapat melaksanakan semua rencana yang ada
dalam teori tapi dapat melaksanakan semua rencana sesuai dengan diagnosa
keperawatan pada Ibu.S dengan kasus dipepsia diruang Lavender Rumah Sakit
yang dilakukan perawat ruangan, penulis melihat dan membaca dibuku laporan
tindakan yang ditulis oleh perawat yang sedang dinas. Tindakan keperawatan
dilakukan sesuai waktu yang telah di tetapkan yaitu 3 x 24 jam, secara umum
semua rencana tindakan yang telah disusun dapat dilaksanakan penulis, seperti
ampul 28 tetes/menit dan melakukan kerjasama dengan tim medis lain dalam
pemberian obat-obatan.
72
Faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah klien
cukup koopertif dan kerjasama yang baik antar penulis dengan perawat ruangan,
tindakan sesuai dengan teori. Solusi yang penulis lakukan untuk mengatasi
masalah ini adalah penulis tetap menggunakan alat-alat medis yang tersedia
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada Ibu.S dilakukan dengan metode SOAP pada evaluasi hari
Pada hari rabu maslah keperawatan yang teratasi padakasus Ibu.S adalah
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah/ anoreksia dan
73
lingkungan yang kurang efektif dan diagnosa nyeri berhubungan dengan
peradangan epigastrium dapat teratasi pada hari jumat, 31/01/2014 dengan skala
74
BAB V
A. Kesimpulan
28-31 Januari 2014 maka berdasarkan studi kasus tersebut penulis menyimpulkan
sebagai berikut
1. Hasil pengkajian pada tanggal 28-januari 2014 di dapatkan data pada klien
Ibu S dengan kasus dyspepsia yaitu: klien mengatakan nyeri ulu hati, faktor
pencetus : sering terlambat makan nyeri datang pada saat tidur, sifat : nyeri
seperti tertusuk, skala nyeri 6, waktu : siang dan malam, lamanya keluhan : ±
nyeri dirasakan dan disertai dengan demam sejak satu hari yang lalu, sakit
kepala pusing, mual muntah, kurang nafsu makan dan cemas dengan kondisi
2. Pada kasus Ibu. S terdapat 2 diagnosa yang tidak ditemukan dalam teori
Bradikin, Serotinin) ditandai dengan suhu tubuh 38,5oc, dan gangguan pola
dengan klien mengatakan susah tidur akibat kondisi lingkungan yang kurang
bagi klien.
75
terjadi melalui nursing observasi, nursing treatment, nursing HE dan nursing
5. Tahap Evaluasi pada Ibu.S dilakukan dengan metode SOAP pada perawatan
hari ke empat masalah keperawatan yang terjadi telah teratasi pada kasus
A. Saran
rumah sakit.
76
3. Bagi institusi pendidikan
77
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C, Guyton (2007) Buku ajar fisiologi kedokteran: Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Arif, Mansjoer (2001) Kapita selekta kedokteran. Edisi ke 3 jilid 2, Media
Aesculapius, FKUI, Jakarta.
Almatsier (2004) Perinsip Dasar Ilmu Gizi, Cetakan ke 4, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Brunner & Suddart (2002) Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 jakarta, EGC
Inayah lin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan ganguan sistem
pencernaan, edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.
Dwijayanti dkk (2008) Asupan Natrium Dan Kalium Berhubungan dengan Prekuensi
Kekambuhan Sindrom Dispepsia Fungsional. Jurnal Gizi klinik Indonesia.
Doengoes, E. Marilyn (2000) Rencana Asuhan keperawatan edisi 3 Jakarta: EGC
Haryono, Rudi (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta.
Hadi, S (2009) Gastrointerologi. Bandung, P. P. Jakarta
Muttaqin, Arif (2011) Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Dr. Taufan (2011) Asuhan keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit
Dalam. Nuha Medika; Yogyakarta
Potter & Perry (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep Proses dan
praktif. Jakarta: EGC
Saputra, dr. Lyndon (2009) Kapita Selekta Kedokteran Klinik. Ciputat- Tanggerang
Sydoyono, Aru W. 2006.Buku ajar Ilmu penyakit dalam.Jakarta: FKUI
Warpadji, Sarwono, dkk (1996) Ilmu Penyakit Dalam, edisi 4, Jakarata, FKUI.
Wilkinson, M Judith (2007) Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi
NIC & Kriteria hasil NOC, Jakarta: EGC
WHO (2004) Scalling up Prevention and Control of Non-Communicable Disiases.
The SEANET-NCD Meeting, 22-26 Oktober 2007, Phuket, Thailand.
Http://WWW. Searo. Who. Int/
78