Anda di halaman 1dari 22

- Fisioterapi

- Pada sindroma Guillan Barre-sindrome, Landry dan variannya.


a. Kortikosteroid : ACTH, kortisol, Prednison, ( masih banyak perbedaan pendapat tentang obat ini). Pada
yang berulang/ relaps kortikosteroid banyak manfaatnya. Obat-oabat imunosupresan : Azatioprin.
b. Plasmafaresis
c. Antiviral : boleh dicoba
d. Antiinflamasi : boleh dicoba
 Standar RS
Semua RS bila dicurigai akan timbul gangguan pernapasan, segera rujuk ke RS yang lebih lengkap (memiliki
ICU).
 Penyulit
Karena penyakit : terjadi progresifitas, gangguan pernapasan
Karena tindakan : perawatan dan fisioterapi yang kurang cermat dapat memudahkan terjadinya infeksi urinary,
decubitus, kontraktur.
 Informed consent
Perlu tertulis, perlu terutama bagi yang dicurigai berat/ progresif.
 Standar tenaga
Dokter umum, bila tidak ada dokter spesialis saraf
 Lama prawatan
Rata rata 2 minggu sampai 1 bulan
 Masa pemulihan
Bergantung keadaan, ada yang cepat tapi ada pula yang tak dapat bekerja untuk selamanya.
 Luaran
- Umumnya sembuh dengan / tanpa gejala sisa
- Jenis stroke lain umumnya sembuh dengan gejala sisa dari yang ringan sampai yang berat karena biasanya
disertai penyakit lain (ginjal, jantung, hipertensi, diabetes meelitus) komplikasi jadi tumpang tindih.
 PA
Pada kasus tertentu untuk memastikan diagnosis diperlukan biopsy saraf kadang-kadang otot (jarang)
 Autopsi/ Risalah Rapat
Bila diperlukan (jarang)

159
Nama Penyakit / Diagnosis
Miastenia Gravis No ICD 358.0
 Kriteria Diagnosis
Kelelahan atau kelemahan otot-otot lurik, yang bertmabah berat bila digunakan secara berulang/ terus
menerus, dan membaik setelah istirahat atau didinginkan, serta memberi respon baik atas obat
antikolinesterase (kelemahan, ptosis/ oftalmoplegi, disfagi, disfoni dan lain lian, yang biasanya berfluktuasi/
hilang timbul). Umumnya kronis, dapat juga subakut ataupun akut.
 Diagnosis Banding
- Neuropati
- Sindroma Lambert-eaten
- Ganguan di bidang THT (disfoni, disfagi)
- Gangguan dibidang mata (ptosis, oftalmoplegi)
 Pemeriksaan penunjang
- Pemerikasaan EMG (tes yolly, tes Harvey masland, pemeriksaan EMG serabut tunggal/ single fiber EMG)
- Pemeriksaan antibody anti ACHR dan antiotot lurik di daerah (bila ada)
- Pemeriksaan imunologi
- Foto rontgen toraks PA/lat/oblik 15 derajat (untuk melihat adanya pembesaran timus)
- CT scan toraks (bila ada)
- Tes prortigmin/ tes tensilon
 Konsultasi
- Imunologi ( bila ada indikasi)
- Piulmonologi ( bila ada timoma)
- Bedah toraks ( bila ada timoma)
 Perawatan RS
- Rawat inap segera pada kasus yang berat
- Bila dicurigai akan timbul krisis miastenia, perlu dirawat secara intensif di ruang ICU
 Terapi
- Antikolineterase (AchE) : neostigmine bromide (prostigmin) 7,5 – 45 mg tiap 2-6 jam. Dan atau
piridostigmin (mestinon) 30-120 mg tiap 4-6 jam ( disesuaikan kebutuhan
- Kortikosteroid
- Imunosupresan nonsteroid
- Azatioprin atau siklofosfamid ( bila dengan ACHE tidak berhasil)
- Timektomi
- Plasmaforesis : pada mistenia grafis yang berat atau krisis miastenia
 Standar RS
Semua RS bila keadaan memungkinkan rujuk ke RS yang mempunyai perawatan lengkap (ICU)
 Penyulit
Karena penyakit : krisis miastenia, dan krisis kolinergik
Karena tindakan : jarang
 Informed consent
Perlu tertulis
 Standar tenaga
Dokter umum, bida tidak ada dokter spesialis saraf
160
 Lama perawatan
Bergantung keadaan
 Masa pemulihan
1 minggu penderita harus tetap kontorl setelah klinis sembuh
 Luaran
- Terkontrol
- Kemungkinan relaps
 PA
Bila dilakukan timektomi
 Autopsy/ Risalah rapat
jarang

161
Nama penyakit/ diagnosis
Gangguan otot (miopati) No icd 359 ( muscular dystrophies and other myopaties)
 Kriteria diagnosis
- Segala gangguan jaringan otot, baik organik maupun fungsional, yang tidak disebabkan gangguan
susunan saraf.o tot atrofi atau pseudo hipertrofi, gerakan kurang gesit sampai lumpuh sama sekali.
- Gejala spesifik: Akan bangun/ berdiri tanpa gangguan, penderita berusaha mengangkat dan mendorong
badannya ke atas sedikit demi sedikit seolah-olah memanjat ke atas terhadap dirinya sendiri yang
disebut gower's sign.
A. Gangguan distrofi Otot
- progresif dan herediter
- jenis duchene (distofia musculorum progresif) yang ganas dan jenis distrofi dengan lokalisasi umum
dan terkait pada jenis kelamin pria (sex linked). Distofia musculorum progresif timbul berangsur-
angsur pada usia 3 sampai 5 tahun dan biasanya meninggal sebelum usia 20 tahun.
B. Gangguan miotoni
Kontraksi aktif otot tetap bertahan beberapa waktu dalam keadaan kontraksi (relaksasi terlambat) walaupun
rangsang inisial sudah berhenti. Misalnya tangan memegang sesuatu dengan erat penderita tidak bisa
melepaskan pegangannya dengan cepat karena otot otot tangannya masih tetap dalam keadaan kontraksi.
C. Golongan polymyositis
Distrofi otot yang disertai rasa nyeri lokal dan tanda radang dengan warna kemerah-merahan kulit muka
dan dada ( skin rash).
D. Golongan miopati karena gangguan endokrin dan metabolik misalnya diabetes melitus
E. Golongan Mistenia Gravis ( sudah dibahas sendiri)
 Diagnosis banding
- Nefropati
- poliomielitis
 Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan enzim serum darah: Sgot, sgpt, LDH, cpk
- Pemeriksaan gula darah, fungsi tiroid ( atas indikasi)
- Pemeriksaan emg
- Pemeriksaan rontgen tulang
- Ekg
- biopsy otot ( bila mungkin)
 Konsultasi
Penyakit dalam (bila kausanya gangguan endokrin atau metabolik)
 Perawatan RS
- Rawat inap
- Bila ada penyulit atau keadaan lemah, atau untuk menegakkan diagnosis pasti dan mencarinya
kausanya.
 Terapi
- pada yang herediter: Diutamakan pencegahan ( mariage konseling) misalnya orang tuanya ikut
Keluarga Berencana
- Suportif
- Fisioterapi

162
- Bila Kausa diketahui segera tanggulangi ( misalnya gangguan endokrin)
- Kortikosteroid bereaksi baik untuk golongan polymyositis
- Vitamin E boleh dicoba
 Standar RS
Untuk menegakkan diagnosis pasti, perlu RS yang mempunyai emg, patologi klinik dan patologi anatomi.
 Penyulit
Karena penyakit
Pada Jenis duchene ( distrofi muskular progresif ) penyakit akan memburuk secara bertahap dan biasanya
meninggal sebelum usia 20 tahun.
Karena Tindakan: Jarang
 Informed consent
Perlu ditulis
 Standar tenaga
Dokter umum,bila tidak ada dokter spesialis saraf
 Lama perawatan
setelah diagnosis pasti penyulit atau kausa sudah ditanggulangi penderita dapat berobat jalan terutama
untuk fisioterapi
 Masa pemulihan
Bergantung keadaan, penyakitnya memburuk pada tipe duchene
 Luaran
- dengan perawatan dan fisioterapi penderita merasa membaik dalam kurung sembuh parsial. Jenis lainnya
umumnya sembuh dengan gejala sisa dari yang ringan sampai berat.
- karena biasanya disertai penyakit lain (ginjal, jantung, hipertensi, diabetes melitus) komplikasi jadi
tumpang tindih
 Pa
Biopsi otot untuk diagnosis
 Autopsi atau risalah rapat
Bila perlu dalam kurung jarang

163
Nama penyakit atau diagnosis

Brakialgia dan iskialgia

Kausa

- Penyebabnya banyak, namun yang paling umum adalah satu diskus inter vertebra lis yang mengalami ruptur
atau degenerasi , dengan terjadinya ekstrusi sebagian anulus dengan herniasi nukleus pulposus, protrusi dapat
terjadi ke arah posterolateral atau ke tengah.
- pada umumnya ada trauma yang disusun oleh timbulnya nyeri radikuler.
- Herniasi atau protrupsi nukleus pulposus menyebabkan penekanan pada radiks dan menyebabkan gejala. Hal
ini biasanya terjadi di daerah lumbal, namun bisa juga terjadi di daerah servikal, jarang di daerah torakal.
- brakialgia dan iskialgia merupakan suatu gejala, bukan satu penyakit sehingga harus diupayakan untuk
mencari penyebabnya. Penyebab nyeri adalah kompleks, karena meliputi keterlibatan otot dan skelet dan
struktur yang berhubungan dengannya seperti penyakit pelvis dan abdomen, juga kelainan postural dan juga
faktor faktor psikogenik.
 Kriteria diagnosis
Brakialgia
- nyeri radikuler dari leher yang menjalar ke lengan, yang bertambah bila batuk, mengejan.
- perlu diperiksa seluruh tulang punggung terutama servertikal dengan memperhatikan ada tidaknya
kelainan postur, deformitas, nyeri tekan dan ketok serta spasme otot.
- dapat terjadi karena gangguan motorik berupa paresis bila terdapat satu kompresi radiks.
- Bila kelainan hanya berupa iritasi radiks, tak dijumpai gangguan motorik atau parasit. Gangguan
sensibilitas yang terjadi sesuai dermatom terkena.
- reflek fisiologis pada segmen yang terkenal menurun, dalam kurung contohnya reflek bisep dan
brakioradialis pada sindroma c5/6 atau refleksi trisep pada sindroma c6/7
iskialgia
- nyeri radikuler dari daerah lumbal yang menjalar ke daerah iskiadikus, terus menjalar ke tungkai
bawah, dan bergantung letak lesi, bisa ke jari-jari kaki ( contoh: Menjalar ke jempol kaki pada
sindroma s1).
- perlu diperiksa seluruh tulang punggung terutama lumbo sakral dengan memperhatikan ada tidaknya
kelainan postur, deformitas, nyeri tekan dan ketok serta spasme lotot. Dengan adanya nyeri radiasi ke
iskiadikus ataupun ke arah lumbosakral, maka biasanya lordosis lumbang akan berkurang karena spasm
involunter dari otot otot punggung. Biasanya juga dijumpai skoliosis lumbal, dengan skoliosis torakal
yang kompensator.
- pasien akan berusaha untuk meletakkan berat badannya pada sisi yang kontra lateral dan posisi badan
agak membungkuk dan agak miring ke posisi yang sakit, untuk menghindari perdagangan saraf yang
terkenal.
- pada nyeri hebat, maka penderita akan mengurangi ekstensi lutut, dan hanya meletakkan jari-jari di
lantai untuk menghindari dorsofleksi yang akan menambah nyerinya.
- tanda peregangan meningeal dapat timbul, berupa laseq pada sisi terkena ataupun cross laseq pada sisi
kontra lateral.
- modifikasi tanda laseq adalah tanda bragard yakni dengan melakukan dorsofleksi kaki, ataupun tanda
sicars dengan melakukan dorsofleksi jempol kaki, nyeri radikuler akan bertambah.

164
- tanda naffziger menimbulkan nyeri radikuler yang bertambah, bila batuk, bersin, ataupun pada
penekanan vena jugularis. Kadang-kadang menjadi justru bertambah, pada pelepasan penekanan.
Pemeriksaan ini juga dapat dilakukan dengan tes valsava. Tanda nyeri: Sewaktu disuruh membungkuk,
maka pasien akan melakukan seleksi pada lutut untuk mencegah teregangnya n. iskiadikus. Gangguan
motoris paresis dapat terjadi bila terdapat kompresi radiks. Dalam kurung contohnya: paresis
dorsofleksi dan plantarfleksi pada syndrome L5-S.
- Gangguan sensibilitas dapat terjadi pada dermatom yang terkena. Refleks fisiologis menurun pada
sindroma L2/3/4 (refleks lutut) dan pada sindroma s1 ( refleks tumit)
- harus dibedakan antara iritasi radiks dan kompresi radiks. Diagnosis kompresi radiks ditegakkan bila
ada: paresis motoris, dan gangguan miksi/ defekasi.
- tanda-tanda fibrilasi pada segmen terkena pada pemeriksaan EMG.
 Diagnosis banding
brakialgia : tumor radiks, avulsi radiks traumatis, pleksus neuritis, sindrom carpal tunnel, sindrom scalenus
, dan neuro logis rheumatologist.
Ischialgia: Tumor, fraktur, paresis pleksus, paresis N. peroneus, neuropati diabetik, gangguan vaskuler pada
a. ilika dan cabang-cabangnya dan spondilosis lumbalis, N. iskiadikus : neuritis primer, perineuritis,
neurinoma, trauma pada syaratnya atau suntikan.
 Pemeriksaan penunjang
Brakialgia
Foto rontgen servikal dengan posisi: ap/Lat/ oblik
Iskialgia
- foto rontgen lumbosakral ap/lat
- LP bergantung kasus dapat dipertimbangkan, bila diduga ada kompresi radiks yang disertai bendungan,
ataupun diduga ada tumor medula spinalis
- pemeriksaan emg untuk penentuan lokalisasi, membedakan iritasi radiks dengan kompresi radiks,
evaluasi pengobatan. Bila diduga kompresi raditks, makah setelah pemeriksaan emg dilakukan
mielografi / ct mielografi ataupun mri.
 Konsultasi
- dokter spesialis penyakit dalam, bila ada penyakit sistemik sebagai penyebab ataupun penyertaan penyakit.
- dokter spesialis psikosomatik bila tidak ditemukan kelainan lain.
- fisioterapi untuk traksi servikal maupun lumbal, masase dan ukg atau usg.
 Perawatan rs
- rawat inap pada iritasi radiks, bila ada kelainan nerologis.
- nyeri radikuler tak tertahankan dalam kurung obat tak menolong, tak dapat istirahat di rumah, diduga ada
penyebab lain yang harus di eksplorasi.
- pada kompresi radiks mutlak perlu dirawat karena tindakan operatif mutlak diperlukan.
 Terapi pada brakialgia dan iskialgia konservatif
Pada iritasi
- tirah baring, dengan posisi yang rata dengan alas keras
- pemberian bantal panas
- suntikan anestesi secara lokal
- obat relaxan otot, analgesik dan obat AINS
- selain itu dapat dilakukan traksi servikal maupun lumbal dan juga fisioterapi lain.

165
Operatif

Indikasi operasi:

- indikasi operasi sito iyalah timbulnya prolab dengan paraparesis (kompresi raditlks). Pada kompresi
radiks tindakan operatif harus dilakukan secepatnya setelah diagnosis ditegakkan, untuk mencegah
paresis dan atrofi lebih lanjut.
- gangguan miksi
- pada paresis motoris yang timbulnya akut dan relevan.
- bila sudah 6 sampai 8 minggu terapi konservatif masih terdapat keluhan dan gejala yang relevan.
- bila residif yang berkali-kali dengan gejala yang jelas.
- bila dengan pemeriksaan emg dari otot-otot segmen yang bersangkutan atau otot-otot paraspinal
atau paravertebral ditemukan adanya fibrilasi yang menunjukkan kompresi radiks
 Standar rs
Semua rs kecuali pada kasus yang memerlukan tindakanoperatif atau rs tipe a atau b yang mempunyai ahli
bedah saraf atau ortopedi.
 Penyulit
Hanya pada kasus yang telah dioperasi kadang-kadang nyari masih ada
 Informed consent
- secara lisan pada pemeriksaan emg.
- perlu tertulis pada pemeriksaan: Lp, myleo, MRI, dan pada tindakan operasi.
 Standar tenaga
- dokter umum
- dokter spesialis saraf bila keluhan tidak hilang, apalagi kalau bertambah berat, ataupun didapati
kelainan neurologis.
- dokter spesialis bedah saraf atau ortopedi untuk kasus kompresi radik yang perlu dioperasi.
 Masa pemulihan
Bergantung pada masing-masing kasus, namun umumnya pada iritasi radiks diperlukan waktu 4 sampai 6
minggu.
 Luaran
- pada iritasi radiks
Biasanya prognosis baik, bila dilakukan terapi dan fisioterapi yang baik dengan istirahat yang
cukup.
- pada hernia discus yang dioperasi.
Pada 2 per 3 kasus prognosis baik dan pada 10% hasil tak memuaskan
- trauma pada pekerjaan
Yang jelas prognosis nya seperti pada umumnya trauma pada pekerjaan dan bila preoperatif gejala
sudah ada lebih dari 1 tahun dengan perubahan yang jelas misalnya anomali lumbosakral
 PA
Hanya diperlukan pada kasus yang dioperasi
 autopsi atau risalah rapat
Sangat dianjurkan bila terjadi kematian yang hampir tak pernah terjadi

166
Nama penyakit atau diagnosis

Tetanus

 Kriteria diagnosis
- trismus rahang terkunci
- risus sardonicus retraksi sudut mulut diikuti dengan nyeri dan kaku otot
- paraspinal dan otot perut terjaadi spasme pada otot-otot agonis dan antagonis sangat hebat sampai terjadi
nyeri dan kekakuan yang sangat berat yang bisa menimbulkan fraktur.
- vertebra dorsalis terjadi spasme pada otot pernapasan yang merupakan penyebab kematian bila tidak
cepat ditolong
- gejala autonom berupa banyak keringat dan ludah, juga sekresi faring, takikardi bidan hipotensi.
- terjadi juga rabdomiolisis yang mengakibatkan mioglobinuri dan gagal ginjal.
 Diagnosis banding
- kejang karena hipokalsemia
- sindrom hyperventilasi atau reaksi histeri
- epilepsi
- peradangan daerah mulut.
 Pemeriksaan penunjang
- pemeriksaan mikroorganisme baku yang menemukan c. Tetani
- pemeriksaan toksikologi untuk menemukan tetanospasmin
 Konsultasi
- dokter spesialis anak atau perinatologi
- dokter gigi
- dokter spesialis bedah
 Perawatan RS
rawat inap segara bila perlu icu
 Terapi
- eksisi luar yang cukup lebar
- pemberian metronidazol 7,5 miligram per kilogram berat badan tiap 6 jam oral atau iv, obat ini lebih
baik daripada penisilin.
- toksin yang masih dalam sirkulasi di netral kan dengan imunisasi pasif (human imunoglobulin 5000-
10000 UI intramuskular).
- kejang diberi diazepam, 5 miligram per kilogram berat badan per hari, dapat juga dengan dantrolene
sodium 6 mg per kilogram berat badan per liter lewat ngt.
- pada kasus yang berat diberikan obat blokade neuromuskular dan ventilasi dengan tekanan yang positif
serta perhatikan keseimbangan cairan.
 Standar rs
Rs dengan fasilitas icu
 Penyulit
Gangguan menelan dan pernapasan yang memerlukan tindakan khusus icu
 Informed consent
Perlu tertulis terutama yang dicurigai berat
 Standar tenaga
167
- dokter umum
- bila dicurigai akan terjadi kesulitan pernapasan rujuk ke rs yang lebih lengkap.
 lama perawatan
Dua minggu sampai 1 bulan
 Masa pemulihan
- sampai terjadi kesulitan pernafasan
- pada fraktur vertebra istirahat baring kurang lebih 2 bulan
 Luaran
- pada anak-anak lima puluh persen meninggal
- angka kematian tinggi bila:
a. Terjadi spasme yang tidak dapat ditolong
b. Bila jarak antara terjadinya luka dan awitan terjadi tetanus pendek.
 PA
Tidak perlu
 autopsi atau risalah rapat
Bila diperlukan

168
Nama penyakit atau diagnosis

Meningitis

- meningitis bacterial akut


- meningitis tuberkulosis
- meningitis spiral
 Kriteria diagnosis
- Demam,malaise, sakit kepala, muntah, sering tampak mengantuk dan kebingungan.
- bila tidak diobati, mengantuk mengembang menjadi sopor dan koma.
- gejala klinis yang khas ditemukan tanda rangsangan meningeal berupa kaku kuduk dan tanda kernig.
- ptekia dijumpai pada meningokokus walaupun dapat juga pada infeksi pneumokokus, stafilokokus, dan
beberapa infeksi virus. Kadang-kadang dijumpai kejang akibat meningkatnya atau infeksi vena lokal.
- edema pupil dijumpai pada serebritis difus dan edema otak yang umum. malaise , sakit kepala,
iritabel, perubahan tingkah laku yang berlangsung selama 2 sampai 6 minggu. Dijumpai demam ringan
dan tanda perangsang selaput otak.
- bila pada keadaan ini tak dibuat diagnosis, badan cepat berkembang yang tandai dengan bertambahnya
sakit kepala, muntah, kaku kuduk, mengantuk, dan kelumpuhan saraf otak.
- pupil edema sering terjadi. Jika tak diobati keadaan sopor bertambah dan diikuti dengan kematian,
malaise, sakit kepala, demam ringan, mengantuk dan muntah.
- pemeriksaan memperlihatkan penderita tampak sakit sedang, beberapa terdapat kaku kuduk, tetapi
tidak sejelas pada meningitis bacteria akut.
 Diagnosis banding
- infeksi jamur atau parasit ( sctococcus neofodrmans atau toxoplasma gondii) sarkoid meningitis.
- tekanan selaput yang difus oleh sel ganas, termasuk karsinoma, limfoma, leukemia, glioma, melanoma
dan medulablastoma.
- pada parameningeal abses menimbulkan reaksi limfositik pada cairan otak.
 Pemeriksaan penunjang
- pungsi lumbal (bila tidak ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial)
- ct scan atau MRI dibuat sebelum dilakukan pungsi lumbal bila dijumpai peninggian tekanan
intrakranial.
- kultur darah dan cairan otak juga pewarnaan ziehl-neelsen
- kadar glukosa darah, pemeriksaan kuantitatif cairan otak untuk jumlah sel, hitung jenis sel.
- kadar glukosa, pemeran, protein naCl, kadar laktat, kadar asam amino, dan untuk mendapatkan antigen
bakteri diperiksa counter imunoelektroforesis, radioimmunoassay atau teknik Elisa.
- c reaktif protein meningkat lebih dari 20 mg/I jadinya meningitis bakterialis.
 Konsultasi
- Dokter spesialis penyakit dalam
- Dokter spesialis paru
- Dokter spesialis Onkologi
- Dokter spesialis THT
- Dokter gigi
- Dokter spesialis radiologi
- Dokter spesialis bedah saraf
169
- Dokter ahli laboratorium klinik
- Dokter ahli mikrobiologi
- Dokter ahli parasitologi
 Perawatan RS
Rawat inap untuk semua penderita yang dicurigai menderita meningitis.
 Terapi
Pada orang dewasa
- dideteksi dahulu dengan Pewarnaan Gram atau teknik mendapatkan antigen yang cepat.
- kuman penyebabnya kebanyakan neiseria meningitis dan Streptococcus pneumoniae adalah benzil
penisilin sukar dijumpai di Indonesia.
- pilihan lain, penisilin dengan dosis 200 mg per kg berat badan intravena dibagi 3 dosis dikombinasi
dengan kloramfenikol 75 sampai 100 mg per kg berat badan per hari intravena.
- sefotaksim 50 mg per kg berat badan tiap 6 jam iv adalah obat terpilih.

Pada anak-anak
- pemberian dini deksametason mengurangi insidensi skuele tuli dan kelainan neurologi lain.
- pengobatan dan hasilnya bergantung cepatnya pengobatan.
- pengobatan segera bila dijumpai pleocytosis limfositik dan kadar glukosa cairan otak yang rendah.
- inh 20 mg per kg berat badan per hari selama 1 bulan maksimal 600 MG per hari lalu dosis
diturunkan 10 mg per kg berat badan per hari.
- rifampisin 10 mg per kg berat badan per hari maksimal 600 MG per hari.
- pirazinamid 30 mg per kg berat badan per hari Selama 2 bulan
Ketiga obat ini sekali sehari

- inh dan rifampisin diberikan 10 bulan


- pada keadaan yang berat ditambah streptomisin 20 mg per kg berat badan per hari Selama 2 minggu.
- kortikosteroid dapat diberikan walaupun masih kontroversial.
- pengobatan pada infeksi virus tak ada pengobatan yang spesifik kecuali pengobatan suportif dan
tirah baring.
 Standar RS
semua rs bila ada penyulit atau indikasi rujukan ke RS yang lebih lengkap fasilitasnya.
 Penyulit
- Meningococcal Septicaemia
- Tuli Sensorineural
- Kelumpuhan saraf kranial
- Hidrosefalus
- Epilepsii
- Higroma subdural
- Retardasi mental
- Atrofi Nervus optikus
 Informed consent
Perlu diminta pada saat akan dilakukan pungsi lumbal
 Standar tenaga
- Dokter spesialis saraf
170
- Dokter spesialis penyakit dalam
- Dokter spesialis penyakit paru
- Dokter spesialis onkologi
- Dokter spesialis THT
- Dokter gigi
- Dokter spesialis radiologi
- Dokter spesialis bedah saraf
- Dokter ahli patologi klinik
- Dokter ahli mikrobiologi
- Dokter ahli parasitologi
- Dokter umum bila tidak ada dokter spesialis tersebut
 Lama perawatan
- 1-2 bulan untuk meningitis bakterialis akut
- 2-6 untuk meningitis tuberculosis
- 1 bulan untuk meningitis viral
 Masa pemulihan
- 1-2 bulan untuk meningitis bakterialis akut
- Sesudah 6 bulan, dengan sekuele umumnya untuk meningitis tuberkulosis
- 1 bulan untuk meningitis viral
 Luaran
- Meningitis bakterial dapat cepat dan sembuh total bila cepat diobati dan kesadarannya belum terlalu
terganggu.
- Meningitis tuberkulosis sembuh lambat dan umumnya meninggalkan sequelae neurologis
- Meningitis viral ada yang sembuh total, ada yang menjadi cacat atau epilepsi.
 PA
Bila dijumpai penyulit

171
Nama penyakit atau diagnosis

Ensefalitis viral

 Kriteria diagnosis
- Skin rash, faringitis, limfadenitis, neuritis, karditis, ikterus, organomegali, diare dan orkitis.
- Prodromal berlangsung 1-4 hari berupa demam, menggigil, sakit kepala, malaise, sakit tenggorok,
konjungtivitis, nyeri pada ekstremitas dan abdomen.
- bila berkembang jadi meningitis, dijumpai kaku Kuduk, fotophobia, nyeri pada pergerakan bola mata,
kesadaran menurun.
- Adanya ensefalitis ditandai oleh ataxia, tremor, gangguan mental, gangguan bicara, kelumpuhan
ekstremitas, kijang tekanan intrakranial, kesadaran yang makin menurun sampai koma dan dapat berakhir
dengan kematian, jarang dijumpai ptosis dan paresis bola mata
- Bila gejala perangsangan selaput otak disertai disfungsi otak disebut meningoencephalitis
 Diagnosis banding
- Infeksi bakteri
- Infeksi mikobakteri
- Infeksi jamur
- Infeksi protozoa
 Pemeriksaan penunjang
- pungsi lumbal tidak ada tanda peninggian tekanan intrakranial dievaluasi:
a. Umumnya kurang dari 1000/ul, limfo monositik
b. Dijumpai eritrosit pada Herpes Simplex ensefalitis
c. Protein Normal atau sedikit meninggi (80-200mg/dl)
d. Glukosa biasanya normal
e. Pewarnaan Gram dan kultur untuk bakteri: Jamur dan BTA
Bila memungkinkan isolasi virus, titer antibodi untuk mencari diagnosis etiologi
- Pemeriksaan darah
a. Leukosit normal atau Leukopeni atau leukositosis ringan
b. Amilase serum sering meningkat pada parotitis
c. Fungsi hati yang abnormal dijumpai pada hepatitis virus dan mono nukleus infeksiosa
- Pemeriksaan eeg
a. Umumnya di jumpai perlambatan umum
b. Adanya kompleks slow wave yang periodik ke daerah lobus temporalis sesisi atau dua sisi mencurigakan
suatu infeksi Herpes Simplex virus. Pada aids ensefalitis juga hanya dijumpai perlambatan
- Pemeriksaan CT Scan dan MRI
Pemeriksaan ini sebenarnya penting tetapi mahal. Berguna untuk deteksi dini hsv ensefalitis
- Biopsi jaringan otak
Spesimen untuk isolasi virus, pemeriksaan histopatologis, pemeriksaan dengan mikroskop elektron,
immunofluorescence. Biopsi otak berguna untuk diagnosis hsv ensefalitis.
- Pemeriksaan antibodi antigen spesifik untuk hsv dan HIV
 Konsultasi
- Dokter Spesialis saraf
- Dokter ahli virologi
172
- Dokter ahli patologi klinik
- Dokter ahli patologi anatomi
- Dokter spesialis radiologi
- Dokter spesialis bedah saraf
- Dokter spesialis anestesi
- Fisioterapis
 Perawatan RS
Rawat inap segera untuk semua penderita yang dicurigai menderita ensefalitis
 Terapi
- Bersifat suportif
- Bila dicurigai penyebabnya hsv diberikan asiklovir 30 mg/kgbb/hari intravena, dibagi 3 dosis selama 10
hari
 Standar RS
- Untuk perawatan suportif semua RS
- Bila ada penyulit atau indikasi rujuk ke RS yang lebih lengkap
 Penyulit
- Infeksi saluran nafas dan saluran kemih
- Kejang yang terus-menerus pada fasilitas Icu untuk narkose umum
 Informed consent
Perlu tertulis bila diperlukan fungsi lumbal, biopsi otak
 Standar tenaga
- Dokter umum Untuk terapi suportif
- Dokter spesialis saraf, dokter spesialis anestesi, bila kejang-kejang menuju ke arah status konvulsivus
 Lama perawatan
- 1 bulan tidak terjadi sequelae neurologis atau penyulit lain. Sekuele neurologis perlu dilatih ahli fisioterapi
- Pengobatan seumur hidup bila terjadi epilepsi
 Masa pemulihan
1-3 bulan, sebagian meninggalkan cacat tetap
 Luaran
Ensefalitis virus tak ada obatnya, asiklovir dapat dicoba diberikan pada HSv ensefalitis dengan mortalitas
19- 28%
 PA
Bila dilakukan biopsi otak
 Autopsi/ risalah rapat
Dengan persetujuan keluarga, untuk visum et repertum.

173
Nama penyakit diagnosis

Penyakit parkinson

 Kriteria diagnosis
Tremor merupakan gejala yang timbul akibat letupan ritmis terhadap traktus piramidalis. disebut juga
resting tremor dengan frekuensi 4-5 Hz atau Pill rolling Tremor. Dalam keadaan stres tremor akan
bertambah.
 Pemeriksaan fisik
Dalam pemeriksaan dapat ditemukan Trias Parkinson yaitu roda bergigi, bradikinesia, dan rigiditas
- Bradikinesia
Menurunnya kemampuan untuk melakukan gerakan wajah disertai bertambahnya waktu yang
diperlukan untuk memulai atau mengubah gerakan akibatnya keseluruhan gerakan penderita
memberi kesan lambat. Dalam pemeriksaan dapat ditemukan penderita berjalan dengan langkah
kecil kecil seperti diseret (marche apaetit pas) tanpa melenggang, saliva tidak ditelan, muka topeng
yang miskin mimik, frekuensi mata berkedip menurun dan tulisan berubah menjadi kecil-kecil.
- Rigiditas
a. Tonus otot meninggi karena meningkatnya aktivitas motor neuro gamma terutama pada otot
fleksor. Ini mengakibatkan sikap penderita seperti membongkok dengan kaki tertekuk
(stooping)
b. disamping gejala di atas dapat ditemukan hiperhidrosis, hipotensi postural, gangguan miksi,
demensia, depresi pernafasan yang dangkal dan tidak beraturan serta cara berbicara yang
monoton.
 Diagnosis banding
- Sindroma Parkinson sekunder
- Ensefalitis letargika van economo. 20 tahun setelah kejadian infeksi virus pada otak timbul gejala
Parkinson
- Keadaan iatrogenesis pemberian obat terutama golongan fenotiazin, haloperidol dan lithium
- Akibat keracunan Co atau mn
- Penyakit saraf lain penyakit serebrovaskular parkinsonisme arteriosklerosis
- Akibat keadaan lain seperti trauma atau tumor otak
 Pemeriksaan penunjang
- Pada CT Scan atau MRI, dapat ditemukan tanda degenerasi pada substansia nigra
- Dapat dilakukan analisis cara berjalan terutama footprint
 Konsultasi
- Dokter spesialis penyakit dalam
- Dokter spesialis penyakit jiwa
- Dokter ahli farmakologi klinis bila diperlukan
 Perawatan RS
Rawat inap hanya dianjurkan pada kasus yang berat dengan tujuan untuk mengetahui medikamentosa yang
cocok dan dosis yang adekuat.
 Terapi
Farmakologis

174
- Bersifat simtomatis untuk memperbaiki keseimbangan neurotransmitter asetilkolin dan dopamin
berupa: Obat antikolinergik, obat levodopa, agonis dopamin berupa bromokriptin.
- Tujuan terapi medikamentosa untuk mengurangi efek kelebihan asetilkolin dengan pemberian obat
antikolinergik berupa triheksifenidil hCL.
- Menambah dopamin, diberikan obat levodopa bersama anti karboksilase agar levodopa tidak cepat
terurai sebelum melewati sawar darah
Contoh obat: Levodopa + benserazide = madopar
Levodopa+ carbitopa = sinemet
- Dapat juga diberikan obat alternatif serupa agonis dopamin, bromokriptin
- Prinsip pengobatan dengan medikamentosa diatas harus dimulai dengan dosis rendah dan secara
perlahan dinaikkan untuk mencari dosis optimal karena besarnya dosis optimal sangat individual dan
efek samping pengobatan dapat sangat mengganggu penderita.

Non farmakologis

- Fisioterapi
- Tujuan fisioterapi agar penderita dapat selalu aktif terutama dalam kehidupan sehari-hari.
 Standar RS
Semua RS yang mempunyai dokter spesialis saraf
 Penyulit
Efek samping yang berupa
- Fluktuasi khasiat atau onoff phenomenon
- Hipotensi postural
- Nausea
- Dyskinesia
- Depresi mental
 Informed consent
Pada kasus operatif yang belum pernah dikerjakan di Indonesia
 Standar tenaga
- Dokter umum, pada penderita dengan keluhan yang sudah teratasi dengan pengobatan yang adekuat
- Dokter spesialis saraf, bila kemudian timbul efek samping yang merupakan pemberian obat jangka
panjang
 Lama perawatan
- Berobat jalan, kecuali untuk penyesuaian obat penderita dengan efek samping pengobatan yang berat atau
depresi mental berat
- Lama perawatan bergantung pada berat atau sulitnya kasus tersebut
 Masa pemulihan
- Penderita selamanya bergantung pada medikamentosa
- Hal ini selayaknya menjadi bahan pertimbangan dalam memilih jenis obat karena penderita akan sangat
terbebani dengan harga obat
 Luaran
Dengan terapi yang adekuat penderita dapat bebas gejala untuk waktu yang lama akan tetapi dosis adekuat
untuk kurun waktu tertentu mungkin tidak adekuat lagi untuk waktu selanjutnya sehingga dosis harus
dinaikkan
175
 PA
Bila dilakukan timektomi
 Autopsi atau risalah rapat
-

176
Standar pelayanan
penunjang

Anestesiologi

177
Pendahuluan

- Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang pelayanannya meliputi berbagai usaha dalam hal-hal,
pemberian anastesiA dan analgesia serta menjaga keselamatan pasien yang mengalami pembedahan atau
tindakan medis lainnya: Bantuan resusitasi pasien gawat, pengelola unit perawatan atau terapi intensif,
memberi pelayanan terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri membandel serta ikut aktif mengelola
kedokteran gawat darurat. Kemajuan ilmu kedokteran dan pelayanan kesehatan khususnya bidang
pembedahan dan gawat darurat tidak terlepas dari peranan dan dukungan anestesiologi.
- Pemerintah untuk meningkatkan pelayanan spesialistik sudah Selayaknya pula akan meningkatkan
pelayanan bidang anestesiologi. Pelayanan anestesiologi sangat berkaitan dengan pemberian obat dan
tindakan yang dapat mempengaruhi faal organ vital dan kehidupan manusia. Oleh karena itu pelayanan
anestesiologi perlu dikelola dan dilaksanakan oleh tenaga yang berkualifikasi dilengkapi dengan sarana
yang memadai serta organisasi yang baik.

Yang yang akan dibahas di sini meliputi:

1. Ruang lingkup pelayanan anestesiologi


2. Klasifikasi pelayanan anestesiologi
3. Prosedur pelayanan anestesiologi
4. Standar pemantauan dasar intraoperative
5. Macam tindakan anestesi atau analgesik
6. ICU atau perawatan dan terapi intensif
7. Klasifikasi pelayanan ICU
8. Prosedur pelayanan perawatan dan terapi intensif/ iCU
9. Jenis kelainan tindakan yang banyak dilakukan di iCU

Ruang lingkup

Wawasan anastesiologi meliputi:

- Penatalaksanaan yang bertujuan agar pasien tidak merasa nyeri dan mengurangi stres emosi ketika
dilakukan pembedahan dan prosedur medis tertentu
- Bantuan terhadap fungsi kehidupan akibat pengaruh obat anestesi dan manipulasi bedah
- Bentuk penatalaksanaan klinis pasien tidak sadar
- Penatalaksanaan problem menghilangkan nyeri
- Penatalaksanaan problem resusitasi jantung, paru dan otak
- Penatalaksanaan metode spesifik terapi inhalasi
- Penatalaksanaan klinis pada pasien kegawatan atau ancaman kegawatan pada fungsi respirasi sirkulasi
berbagai cairan, elektrolit dan metabolisme

Kegiatan pelayanan anestesiologi mencakup antara lain:

- Pelayanan anestesi di kamar bedah dan ruang diagnosis


- Nyalakan ruang perawatan terapi intensif iCU
- Melakukan bantuan resusitasi kasus gawat
- MemberiKan pelayanan terapi inhalasi
- Menanggulangi nyeri membandel
178
Klasifikasi pelayanan

1. Pelayanan anestesiologi primer


2. Pelayanan anastesiologi sekunder
3. Pelayanan anestesiologi tersier

I. Pelayanan anestesiologi primer

Pelayanan anestesiologi yang cukup dilaksanakan oleh seorang dokter umum, tidak perlu oleh seorang dokter
spesialis anestesiologi

Termasuk dalam klasifikasi ini adalah:

- Puskesmas
- Puskesmas dengan Tempat perawatan
- Rumah Sakit Umum kelas D

II. Pelayanan anestesiologi sekunder


Pelayanan dilaksanakan oleh paling sedikit seorang dokter spesialis anestesi. Tempat pelayanan atau rumah
sakit tidak berfungsi sebagai Rumah Sakit pendidikan. Dalam klasifikasi ini adalah:
- Poliklinik bersama dokter spesialis atau klinik spesialis
- Rumah Sakit Umum kelas C
- Rumah Sakit Umum kelas B1
- Rumah sakit khusus, misalnya RS bedah, rS bersalin, RS THT- bedah
III. Pelayanan anestesiologi tersier

Pelayanan anestesi telah dilakukan oleh sekelompok spesialis anestesi di unit yang merupakan unit pendidikan dan
penelitian. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah:

- Rumah Sakit Umum kelas B2


- Rumah Sakit Umum kelas A

Keterangan

- Tenaga dalam pelayanan anestesiologi terdiri atas dokter spesialis anestesiologi( span), dokter spesialis
anestesiologi konsultan (spank), dokter umum, paramedis, dan tenaga lain
- Spank adalah dokter spesialis anestesiologi yang telah mendalami salah satu cabang ilmu anestesiologi
- kualifikasi dan uraian tugas tenaga tersebut adalah sebagai berikut
a. Kualifikasi
1. Tenaga medis
2. Tenaga paramedis

1. Tenaga medis
- Sp.An, yaitu dokter yang telah menyelesaikan pendidikan program di study spesialis anastesi di pusat
pendidikan yang diakui atau span lulusan luar negeri yang telah menjalani adaptasi di pusat pendidikan
anastesiologi

179
- SpAnk, yaitu dokter spesialis anestesiologi konsulen ya itu yang telah mendalami salah satu cabang
ilmu anestesiologi
2. Tenaga paramedis
- Perawat terlatih bidang anestesiologi, yaitu perawat yang telah menyelesaikan program D3
anestesiologi, atau yang sederajat
- Perawat berpengalaman bidang anestesiologi, yaitu perawat yang telah sekurang-kurangnya telah
mendapat pendidikan dan latihan selama 6 bulan di rumah sakit pendidikan, atau perawat yang telah
membantu pelayanan anastesi di rumah sakit minimal 1 tahun.

180

Anda mungkin juga menyukai