A. Sejarah
1
Pertunjukan wayang kulit mulai diadaptasi dengan muatan-
muatan lokal yang dipelopori oleh Datuk Toya, penyesuaian itu terus
berlangsung sampai abad ke-XVI, perlahan-lahan wayang kulit itu
berubah, dan sesuai dengan citra rasa dan estetika masyarakat
Banjar.
2
C. Musik Pengiring
Musik pengiring yang digunakan untuk pertunjukkan wayang
kulit Banjar adalah musik gamelan Banjar atau dikenal dengan
istilah karawitan. Dan jenis nadanya adalah selndro. Selanjutnya,
tokoh dalam wayang kulit Banjar, kadang-kadang ada yang sama
dengan nama tokoh wayang Jawa.
3
D. Cerita atau Lakon
Cerita atau lakon dalam pertunjukan seni teater wayang kulit
Banjar dikenal dengan lakon “carang” atau bukan cerita pakam
(pakem) tapi sumber cerita nya dari Kitab Kuno Ramayana dan
Mahabharata, dalam perlakonan selalu membawa misi perilaku
karakter yang baik dan yang jahat dalam aksi laku simbolik. Teknis
penyajian dengan lakon carangan adalah penyajian wayang kulit
Banjar yang berfungsi sebagai tontonan. Dalam pertunjukan wayang
kulit Banjar, bahasa yang digunakan adalah bahasa Banjar
4
dapat menampung penonton, yang menyaksikannya dengan
berdiri , duduk ataupun lesehan sesuai keinginannya. Pertunjukan
wayang kulit Banjar biasanya di atas panggung, lengkap dengan
layar dan alat penerangan "blencong" , merupakan lampu dengan
sumbu api dengan bahan bakarnya dari minyak kelapa. Pada saat
wayang kulit dimainkan oleh dalang, blencong tersebut dipasang di
belakang layar, sehingga jatuhnya bayangan dari wayang kulit tepat
pada layar . Di sisi kiri dan kanan dalang dipasang barisan wayang
kulit, sementara pada penabuh gamelan duduk di belakang dalang
sambil memainkan alat musiknya masing-masing.
5
G. Tokoh - Tokoh yang Melestarikan Sampai
Sekarang
Berikut adalah tokoh - tokoh yang masih melestariakan
Wayang Kulit Banjar (Purwa) :
Makalah :
http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_kulit_Banjar