Anda di halaman 1dari 5

A.

DEFINISI

Kanker adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya dan
menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker terjadi karena proliferasi sel yang tidak
terkontrol yang kemudian berubah menjadi sel-sel kanker (Ariani, 2015).
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2017 ini
diprediksikan hampir 9 juta orang meninggal diseluruh dunia dan akan terus meningkat hingga 13 juta
orang per tahun di 2030. Prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 100 penduduk atau sekitar
347.000 orang (Kemenkes, 2017).
Kanker kolorektal adalah suatu tumor malignan yang terdiri dari jaringan epitel dari kolon atau rektum
(Dessen, 2011 ; Suratun & Lusianah, 2010).
Kanker kolon suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang muncul dari jaringan
ephitel dari kolon (Haryono, 2010).
Kanker kolorektal merupakan suatu tumor malignant yang muncul pada jaringan ephitelial dari
colon/rectum. Umumnya tumor kolorektal adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip
adenoma (Wijaya dan Putri, 2013).

B.FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Adapun beberapa faktor yang menpengaruhi kejadian kanker kolorektal menurut (Soebachman, 2011)
yaitu :
1. Usia

Risiko terkena kanker kolon meningkat dengan bertambahnya usia. Kebanyakan kasus terjadi pada orang
yang berusia 60 - 70 tahun. Jarang sekali ada penderita kanker kolon yang usianya dibawah 50. Kalaupun
ada, bisa dipastikan dalam sejarah keluarganya ada yang terkena kanker kolon juga.

2. Polip

Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Jika polip ini langsung dihilangkan pada
saat ditemukan, tindakan penghilangan tersebut akan bisa mengurangi risiko terjadinya kanker kolon di
kemudian hari.

3. Riwayat kanker

Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker kolon ( bahkan pernah dirawat untuk kanker
kolon ) berisiko tinggi terkena kanker kolon lagi dikemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker
ovarium ( indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara juga memiliki risiko yang lebih besar untuk
terkena kanker kolon.

4. Faktor keturunan / genetika

Sejarah adanya kanker kolon dalam keluarga, khususnya pada keluarga dekat. Orang yang keluarganya
punya riwayat penyakit FAP ( Familial Adenomatous Polyposis ) atau polip adenomatosa familial memiliki
risiko 100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila FPA-nya tidak diobati. Penyakit lain
dalam keluarga adalah HNPCC ( Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer ), yakni penyakit kanker
kolorektal nonpolip yang menurun dalam keluarga, atau sindrom Lynch.

5. Penyakit kolitis ( radang kolon ) ulseratif yang tidak diobati.

6. Kebiasaan merokok.

Perokok memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolon dibandingkan dengan yang bukan
perokok.

7. Kebiasan makan

Pernah diteliti bahwa kebiasaan makan banyak daging merah ( dan sebaliknya sedikit makan buah,
sayuran serta ikan ) turut meningkatkan risiko terjadinya kanker kolon. Mengapa? Sebab daging merah
( sapi dan kambing ) banyak mengandung zat besi. Jika sering mengonsumsi daging merah berarti akan
kelebihan zat besi.

8. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna, apalagi jika pewarnanya adalah
pewarna nonmakanan.

9. Terlalu banyak mengonsumsi makanan makanan yang mengandung bahan pengawet.

10. Kurangnya aktivitas fisik, Orang yang beraktivitas lebih banyak memiliki risiko lebih rendah untuk
terkena kanker kolon.

11. Berat badan yang berlebihan ( obesitas ).

12. Infeksi virus tertentu seperti HPV (Human Papiloma Virus) turut andil dalam terjadinya kanker kolon.

13. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu. Misalnya logam berat, toksin,

dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik.

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik. Keluhan utama pasien pasien
dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor. Tumor yang berada pada
kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga lanjut sekali sedikit
kecenderungan menyebabkan obstruksi karena lumen usus lebih besar dari feses masih encer. Gejala
klinis sering brupa rasa penuh, nyeri abdomen, perdarahan dan symptomatik anemia (menyebabkan
kelemahan, pusing dan penurunan berat badan). Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung
mengakibatkan perubahan pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks, perdarahan,
mengecilnya ukuran feses, dan komplikasi karena lesi kolon kiri yang cenderung melingkar
mengakibatkan obstruksi. Tumor pada rektum atau sigmoid bersifat lebih infiltratif pada waktu diagnosis
dari leksi proksimal, maka prognosisnya lebih jelek (Kumar dkk, 2010).

Menurut Japaries (2013) Kanker usus besar dibagi menajadi dua stadium yaitu :

1. Stadium dini

a. Tanda iritasi usus dan perubahan kebiasaan defekasi : sering buang air besar, diare atau obstipasi,
kadang kala obstipasi dan diare silih berganti, tenesmus, anus turun tegang, sering terdapat nyeri samar
abdomen. Pasien lansia bereaksi tumpul dan lamban, tidak peka nyeri, kadang kala setelah terjadi
perforasi tumor, peritonitis baru merasakan nyeri dan berobat.

b. Hematokezia : tumor luka ulserasi berdarah, kadang kala merah segar atau merah gelap, biasanya
tidak banyak, intermitan. Jika posisi tumor agak tinggi, darah dan feses becampur menjadikan feses mirip
selai. Kadang kala keluar lendir berdarah.

c. Ileus : ileus merupakan tanda lanjut kanker kolon. Ileus kolon sisi kiri sering ditemukan . kanker kolon
tipe ulseratif atau hiperplstik menginvasi kesekitar dinding usus membuat lumen usus menyempit hingga
ileus, sering berupa ileus mekanik nontotal kronis, mula-mula timbul perut kembung, rasa tak enak perut
intermiten, borborigmi, obstipasi atau feses menjadi kecil (seperti pensil atau tahi kambing) bahkan tak
dapat buang angin atau feses. Sedangkan ileus akut umumnya disebabkan karsinoma kolon tipe
infiltratif. Tidak jarang terjadi intususepsi dan ileus karena tumor pada pasien lansia, maka pada lansia
dengan intususepsi harus memikirkan kemungkinan karsinoma kolon. Pada ileus akut maupun kronik,
gejala muntah tidak menonjol, bila terdapat muntah, mungkin usus kecil (khususnya proksimal) sudah
terinvasi

tumor.

d. Massa abdominal. Ketika tumor tumbuh hingga batas tertentu didaerah abdomen dapat diraba
adanya massa, sering ditemukan pada koon belahan kanan. Pasien lansia umumnya mengurus,dinding
abdomen relatif longgar, massa mudah diraba. Pada awalnya massa bersifat mobil, setelah menginvasi
sekitar menjadi infeksi.

e. Anemia, pengurusan, demam, astenia dan gejala toksik sistemik lain. Karena pertumbuhan tumor
menghabiskan nutrisi tubuh, perdarahan kronis jangka panjang menyebabkan anemia; infeksi sekunder
tumor menyebabkan demam dan gejala toksik.

2. Stadium lanjut Selain gejala lokal tersebut diatas, dokter harus memperhatikan tumo adalah penyakit
sistemik, pada fase akhir progresi kanker usus besar timbul grjala stadium lanjut yang sesuai. Misal,
invasi luas tumor
dalam kavum pelvis menimbulkan nyeri daerah lumbosakra, iskialgia dan neuralgia obturatoria; ke
anterior menginvasi mukosa vagina dan vesika urinaria menimbulkan perdarhan pervaginam atau
hematuria, bila parah dapat timbul fistel rektovaginal, fistel rektovesikel; obstruksi ureter bilateral
menimbulkan anuria, uremia; tekanan pada retra menimbulkan retensi urin; asites, hambatan saluran
limfatik atau tekanan pada vena iliaka menimbulkan udem tungkai, skrotal, labial; perforasi
menimbulkan peritonitis akut, abses abdomen; metastasis ke paru menimbulkan batuk, nafas memburu,
hemoptisis; metastasis ke otak menyebabkan koma; metastasis tulang menimbulkan nyeri tulang,
pincang dll. Akhirnya dapat timbul kakeksia, kegagalan sistemk (Japaries, 2013).

D. KLASIFIKASI

Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI, 2001 : 209) :

A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.

B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.

B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.

C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai empat
buah.

C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.

D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas & tidak
dapat dioperasi lagi.

Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening
regional, M = jarak metastese).

T : Tumor primer

T0 : Tidak ada tumor

T1 : Invasi hingga mukosa atau sub mukosa

T2 : Invasi ke dinding otot

T3 : Tumor menembus dinding otot

N : Kelenjar limfa

N0 : tidak ada metastase

N1 : Metastasis ke kelenjar regional unilateral


N2 :Metastasis ke kelenjar regional bilateral

N3 : Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional

M : Metastasis jauh

M0 : Tidak ada metastasis jauh

M1 : Ada metastasis jauh

Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Tipe menonjol

Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe ini. Tumor tampak
nodular, polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor besar, permukaan mudah mengalami
perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah,
prognosis agak baik.

2. Tipe ulseratif

Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya biasanya
mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe ulseratif paling sering di jumpai,
menempati lebih dari separuh kanker besar. Karakteristiknya adalah pada massa terdapat tukak yang
agak dalam, bentuk luar mirip kawah gunung berapi, tepinya menonjol dank eras, dasarnya tidak rata,
nekrosis, derajad keganasan tinggi, metastasis limfogen lebih awal.

3. Tipe infiltrative

Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus setempat menebal,
tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan. Tumor seringkali mengenai
sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia abnormal jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut,
membentuk konstriksi anular, dipermukaan serosa setempat sering tampak cincin konstriksi akibat traksi
jaringan ikat. Oleh karena itu mudah terjadi ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini sering
ditemukan pada kolon sigmoid dan bagian atas rectum, derajad keganasan tinggi, metastasis lebih awal

Anda mungkin juga menyukai