Anda di halaman 1dari 3

KEKERINGAN

Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan (slow-
onset disaster), berlangsung lama sampai musim hujan tiba, berdampak sangat luas, dan bersifat
lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan
fenomena alam yang tidak dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu
dipahami. Variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad.
Dengan melakukan penelusuran data cuaca dalam waktu yang panjang, akan dapat dijumpai
variasi cuaca yang beragam, misalnya: bulan basah-bulan kering, tahun basah-tahun kering, dan
dekade basah-dekade kering.

Kekeringan menyangkut neraca air antara inflow dan outflow atau antara presipitasi dan
evapotranspirasi. Kekeringan tidak hanya dilihat sebagai fenomena fisik cuaca saja, tetapi
hendaknya juga dilihat sebagai fenomena alam yang terkait erat dengan tingkat kebutuhan
masyarakat terhadap air. Bertambahnya jumlah penduduk telah mengakibatkan terjadinya
tekanan penggunaan lahan dan air serta menurunnya daya dukung lingkungan. Akibatnya
kekeringan semakin sering terjadi dan semakin meluas. Kekeringan dapat menimbulkan dampak
yang amat luas, kompleks, dan juga rentang waktu yang panjang setelah berakhirnya kekeringan.
Dampak yang luas dan berlangsung lama tersebut disebabkan karena air merupakan kebutuhan
pokok dan vital bagi seluruh makhluk hidup, yang tidak tergantikan oleh sumber daya lainnya.

Datangnya bencana kekeringan belum dapat diperkirakan secara teliti, namun secara
umum berdasarkan statistik terlihat adanya fenomena terjadinya kekeringan setiap empat atau
lima tahun sekali. Bencana kekeringan dapat disebabkan oleh curah hujan yang jauh di bawah
normal pada areal yang airnya telah dimanfaatkan secara maksimal atau pada musim kemarau
panjang. Dari segi sosial, dampak yang ditimbulkan oleh bencana kekeringan berbeda dengan
dampak bencana banjir, tanah longsor, tsunami, ataupun gempa bumi. Pada keempat jenis
bencana tersebut, secara sosial dengan cepat dapat menghimpun bantuan dari berbagai pihak,
baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Berbeda halnya, bencana kekeringan malahan dapat
menimbulkan perpecahan dan konflik, baik konflik antar pengguna air dan antar pemerintah.
Penyebab Kekeringan Akibat Ulah Manusia:

1. Kebutuhan air lebih besar daripada pasokan yang direncanakan akibat ketidak taatan
penguna terhadap pola tanam atau pola penggunaan air.
2. Kerusakan kawasan tangkapan air dan sumber-sumber air akibat perbuatan manusia.

Dampak terjadinya kekeringan antara lain :


1. Produksi tanaman turun/rendah/puso bahkan menyebabkan tanaman mati sehingga
merugikan petani.
2. Karena produksi rendah secara riil mengalami kerugian material maupun finansial yang besar
dan bila terjadi secara luas, akan mengancam ketahanan pangan nasional.
3. Menyebabkan terganggunya hidrologis lingkungan yang berakibat terjadinya kekurangan air
pada musim kemarau.

Kekeringan saat ini telah membawa dampak yang lebih parah dan ancaman bencana
ekologis. Dampak kekeringan bisa kita periksa dari aspek ekologi, ekonomi dan sosial, medis,
dan konflik dalam kehidupan masyarakat. Dampak tersebut akan saling berpengaruh dan
berkaitan satu sama lainnya.
Secara ekologi, kekeringan telah berakibat pada kuantitas air di sumber-sumber air
semakin berkurang seperti mata air, sungai, situ, embung-embung, waduk hingga berkurangnya
ketersediaan air bawah tanah. Kekeringannya juga bisa mengancam terjadinya kebakaran hutan,
seperti yang dialami oleh hutan-hutan di Gunung Papandayan dan Ciremai Kuningan.
Kekeringan juga menunjukan fenomena ketidakseimbangan siklus hidrologi. Mengeringnya
sumber-sumber air, membawa dampak pada lahan-lahan pertanian dan perikanan. Menurut
HKTI, kekeringan di Jawa Barat akan mengancam sekitar 650.000 ha lahan pertanian sawah.
Selain itu, ketersediaan air bersih untuk rumah tangga pun semakin berkurang.
Secara ekonomi, kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan pertanian sawah dan ladang
berpangaruh pada menurunnya produksi hasil tani terjadinya puso dan gagal panen sehingga
berpengaruh pada berkurangnya pendapatan para petani dan buruh tani. Bagi lahan-lahan
pertanian di Jawa Barat, dampak kekeringan ini sudah di alami masyarakat dan kaum tani
perdesaan.
Kelangkaan air akibat kekeringan juga akan berdampak pada potensi konflik sosial di
masyarakat. Masyarakat akan melakukan tindakan-tindakann sendiri karena air merupakan
kebutuhan dasar manusia. Di beberapa daerah di Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Cirebon,
Bandung dan daerah lainnya, kita bisa menyaksikan bagaimana masyarakat yang haus air
melakukan tindakan-tindakan untuk mendapatkan air. Kondisi ini, sungguh ironi dengan semakin
merebaknya usaha jual beli air yang dilakukan perusahaan negara, swasta dan pribadi baik yang
memanfaatkan air permukaan dan air bawah tanah.
Ancaman kekeringan juga akan berpangaruh pada kesehatan (medis). Sengatan panas
karena kenaikan suhu udara, dehidrasi karena kekuarangan asupan oksigen dari air dan udara
bersih merupakan ancaman yang serius. Bahkan, kelaparan dan kekurangan gizi pada wilayah-
wilayah tertentu bisa terjadi karena karakter alam tanah yang semula memang kering.

Anda mungkin juga menyukai