Anda di halaman 1dari 2

Komplotan SMS Mama Minta Pulsa Akhirnya Ditangkap Polisi

Sabtu, 07 November 2015 Jam: 13:10:14 WIB

KLIKBALIKPAPAN - Banyak orang pasti pernah mengalami dapat pesan singkat di ponsel dari
nomor asing yang mengaku papa, mama, adik ataupun kerabat lainnya dan ujung-ujungnya minta
dikirimi pulsa. Modus penipuan semacam ini mulanya tak disadari korbannya, tapi lama
kelamaan menjadi rahasia umum dan meresahkan masyarakat.

Polda Metro Jaya akhirnya berhasil menghentikan tindak tanduk pelaku. Aparat Subdit
Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Polda Metro Jaya pun meringkus pemimpin salah satu
kelompok penipu SMS dengan modus 'Mama Minta Pulsa' tersebut di Kota Malili, Sulawesi
Selatan, Selasa (3/11/2015).

"Ya, kami telah menangkap seseorang yang diduga bos dari kelompok penipu SMS di Malili,
Sulawesi. Tersangka atas nama Effendi alias Lekkeng alias Kenz," ujar Kasubdit Jatanras AKBP
Herry Heryawan kepada Detik.com

Penangkapan Effendi berawal dari pengejaran polisi setelah meringkus 13 anak buahnya di
Cianjur dan Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Keterangan para tersangka tersebut
mengarah pada diri pria yang dikenal sebagai orang kaya di lingkungannya.

"Ini pengembangan dari penangkapan di Cianjur dan Bandung," kata Herry.


Raup Untung Rp5 Milliar per tahun

Effendi, bos tipu-tipu SMS 'Mama Minta Pulsa' mengungkapkan setelah 2 tahun beraksi dirinya
berhasil meraup omset hingga Rp 5 Milliar per tahun atau berkisar antara Rp 3 juta sampai Rp 7
juta per hari.

"Tapi kan kadang sehari tidak dapat. Itu pun dibagi-bagi sama anak buah saya, saya punya anak
buah 5 orang," ujar pria asal Wajo, Sulawesi Selatan ini.

Dari penghasilan yang diperoleh, keuntungan dibagi 75 persen untuk tersangka dan 5 persen
untuk anak buahnya. Dia juga membagi keuntungan 7 persen bagi pembuat rekening palsu.

"Rekening saya beli dari orang di Jakarta Selatan," imbuhnya.

Rumah Effendi, Bos SMS penipuan Mama Minta Pulsa di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan. Foto Detik.com

Effendi mendapat keuntungan lebih banyak karena sebagai pemodal. Ia membiayai operasional
hingga peralatan untuk melakukan kejahatan seperti laptop, puluhan modem, sejumlah port
modem, kartu SIM Card hingga menyewa rumah sebagai base camp.

"Sewa rumah di Lembang, Bandung itu baru 2 bulan. Kalau peralatannya saya beli nyicil-nyicil.
Kalau ditotal sekitar Rp 30 jutaanlah buat laptop dan lain-lain itu," tuturnya.

Anda mungkin juga menyukai