Anda di halaman 1dari 7

Nama: Alif Diyo La Octo Billy

Nim: 02011281823234

Kelas: Kapita Selekta Kriminologi (Indralaya)

Kasus Pertama: Penggelapan dana oleh karyawan PT Kusuma Agung Mulya

Pada tahun 2011 indonesia digemparkan dengan adanya kasus penggelapan uang suatu perusahaan
yang dilakukan oleh karyawan PT Kusuma Agung Mulya yang bernama beni. Beni menggelapkan uang
perusahaan mencapai 774 juta rupiah, pada saat itu beni menjabat sebagai seles dalam perusahaan
tersebut. Uang yang digelapkan oleh beni digunakan untuk kepentingan pribadinya, selain digunakan
untuk kepentingan pribadinya uang tersebut juga digunakan oleh beni untuk berjudi. Karena
perbuatannya beni di dakwakan pasal 374 KUHP tentang penggelapan dalam jabatan dan diancam
hukuman 5 tahun penjara.

Faktor Penyebabnya: Faktor penyebab dari kasus diatas yaitu uang yang digelapkan oleh beni digunakan
untuk memenuhi nafsu beni untuk bermain judi, karena hal tersebut dan adanya kesempatan yang bias
dilakukan oleh beni maka beni melakukan hal tersebut hingga menggelapkan uang perusahaan sampai
774 juta rupiah

Modus/Motifnya: karena beni merupakan sales dari perusahaan tersebut sehingga seluruh uang dari
konsumen harus melewati beni terlebih dahulu, sehingga beni merasa memiliki kesempatan untuk
menggelapkan uang perusahaan tersebut.

Pada kasus ini tidak ditemukan penyelundupan hukum dikarenakan beni tetap dikenakan sanksi pidana
yaitu 5 tahun penjara.

Kasus Kedua: Penggelapan dana oleh karyawan PT Sentral Harapan Jaya

Tahun 2014 fitri karyawan dari PT Sentral HArapan Jaya divonis oleh pengadilan berupa penjara 1 tahun
setengah karena telah terbukti menggelapkan uang perusahaan sebesar 250 juta rupiah. Pada
perusahaan tersebut fitri dipercaya oleh perusahaan dalam bagian piutang dan penagihan dan telah
menggelapkan pelanggan sebanyak 88 orang. Pada awalnya pihak perusahaan melakukan audit
keuangan perusahaan, dalam audit keuangan tersebut ditemukan kejanggalan pada bagian accounting
dengan jumlah tagihan yang telah didapatkan. Setelah diperiksa ternyata fitri kedapatan menggelapkan
uang sebesar 250 juta rupiah, uang tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan pribadinya seperti tv,
lemari es, handphone dan kepentingan pribadi lainnya.

Faktor Penyebabnya: faktor penyebab pada kasus ini yaitu fitri karyawan dari PT Sentral Harapan Jaya
ditempatkan pada bagian piutang dimana langsung berhubungan langsung dengan pelanggan sehingga
fitri mampu menggelapkan uang sebesar 250 juta rupiah.
Modus/Motif: motif dari kasus ini yaitu fitri memberi tahu kepada pelanggan bahwa ketika uangnya
diberikan kepada fitri maka seluruh urusan akan cepat selesai, tetapi pada kenyataannya tidak setelah
perusahaan mengaudit keuangan kantor terdapat kejanggalan sehingga mencurigai fitri sebagai orang
yang menggelapkan uangnya.

Dalam kasus ini tidak ada tidak ada penyelundupan hukum sehingga fitri tetap diberikan sanksi pidana
berupa penjara selama 1 tahun penjara.

Kasus Ketiga : Penipuaan Jemaah umroh first travel

Siapa yang tak mengetahui mengenai kasus Penipuan yang dilakukan agen umrah First Travel telah
memakan banyak korban. Kasus yang bergulir sejak tahun 2017 silam yang telah menipu ribuan calon
Jemaah umroh. Total kasus calon jemaah umroh yang gagal diberangkatkan ke tanah suci adalah
sebanyak 63.000 orang jemaah. Adapun kerugian mencapai Rp 905,33 miliar. Guna menarik calon
jemaah First Travel, memberikan harga promo umroh sebesar Rp 14,3 juta. Akibat penipuan yang telah
dilakukan, majelis hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 20 tahun kepada Direktur Utama First
Travel Andika Surachman. Sedangkan Istri Andika, Anniesa Hasibuan, dijatuhi hukuman penjara 18
tahun. Keduanya juga diharuskan membayar denda sebesar Rp 10 miliar. Sementara Direktur Keuangan
sekaligus Komisaris First Travel Siti Nuraida Hasibuan dijatuhi hukuman penjara 15 tahun dan denda Rp
5 miliar.

Faktor Penyebab: Faktor penyebab dari kasus ini yaitu dimana pihak first travel merasa bahwa bisa
menipu seluruh Jemaah ummroh dengan menjanjikan harga promo dengan hanya membayar 14,3 juta
rupiah saja, maka dari itu banyak orang yang tertarik untuk melakukan umroh dengan biaya yang sangat
murah tersebut.

Modus/Motif: Modus/Motif pada kasus ini dimana pihak first travel bermodus memberikan harga yang
sangat murah kepada orang yang ingin mengikuti umroh dengan harga yang sangat murah. Maka dari
itu banyak orang yang tertarik untuk engikuti umroh tersebut, namun setelah berhasil melakukan
penipuan tersebut pihak first travel menghilang tanpa ada kabar yang jelas.

Pada kasus ini tidak ada penyelundupan hukum karena pihak first travel semuanya baik pemilik maupun
pengelola mendapatkan sanksi pidana penjara yang mana hal tersebut berdasarkan delik hukum pidana

Kasus Keempat : Jaksa bebaskan ayah yang mencuri hp demi anaknya belajar daring

Jaksa membebaskan Comara Saeful (41), pelaku pencurian telepon genggam di kantor desa Kabupaten
Garut. Comara nekat mencuri ponsel demi anaknya bisa belajar daring. Comara mencuri ponsel di
kantor Desa Sakawayana, Kecamatan Malangbong, hari Selasa 7 September 2021 lalu. Dia kemudian
dilaporkan oleh sang pemilik ke Polsek Malangbong. Comara kemudian diamankan dan mengakui
perbuatannya. Comara mengaku nekat mencuri telepon genggam lantaran dia tidak memiliki biaya
untuk membelinya. Sedangkan, anaknya yang duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar membutuhkan
untuk belajar daring. Pihak kejaksaan pasang badan membebaskan dan tak melanjutkan perkara yang
disidik penyidik polisi Polsek Malangbong, Garut, didasari Peraturan Jaksa Agung Nomor 15 Tahun 2020,
tentang penghentian penuntutan berdasarkan restorasive justice.

Faktor Penyebab: faktor penyebab diatas dimana jaksa membebaskan comara (seorang ayah) yang
mencuri handphone demi anaknya sekolah daring yaitu karena ayah tersebut tidak memiliki uang untuk
membelikan anaknya handphone karena anaknya yang kelas 6 sd harus belajar menggunakan
handphone secara daring.

Modus/Motif: modusnya yaitu comara berdalih bertanya tanya di konter untuk membeli handphone,
namun tanpa di sadari oleh pihak konter tersebut comara membawa lari hanphone yang di tinggalkan
oleh pemilik konter tersebut.

Pada kasus ini tidak ada penyelundupan hukum karena pada kasus ini jaksa menyelesaikan melalui
proses pengadilan yaitu restorative juctice sehingga comara dibebaskan dari segala tuntutan.\

Kasus Kelima: Penggelapan uang oleh kabag keuangan perusahaan tekstil

Pada tanggal 22 Oktober 2020 Kasat Reskrim Polres Sleman AKP Deni Irwansyah menangkap seorang
perempuan berinisial YN (41) warga Pakualaman, Kota Yogyakarta yang nekat menggelapkan uang
perusahaan tempatnya bekerja. YN bekerja sebagai Kepala Bagian Keuangan di suatu perusahaan tekstil.
Saat itu aksi YN terungkap setelah perusahaan melakukan audit keuangan pada Februari 2020, hasilnya
sejak Januari 2018-Desember 2019 ada cek yang dicairkan di bank. Namun uang perusahaan tersebut
tidak semuanya diserahkan oleh YN ke perusahaan. YN menggelapkan uang perusahaan sebesar Rp. 8,9
miliar. Pada tanggal 26 Maret 2020 YN membuat surat kesanggupan mengembalikan uang perusahaan,
akan tetapi YN tidak menepati janji dan justru tidak ada kabar. Uang hasil penggelapan tersebut ada
yang disetor tunai ke rekening milik almarhum suaminya, dan juga digunakan untuk kepentingan pribadi
seperti membeli laptop, TV, AC, sepeda motor, dll. Selain itu juga uang tersebut dijadikannya modal
usaha cucian mobil dan jok mobil. Atas perbuatannya YN dijerat dengan Pasal 374 KUHP dengan
ancaman 5 tahun penjara

Faktor Penyebab: Faktor penyebab pada kasus diatas diaman tersangka YN telah melakukan
penggelapan uang perusahaan sebesar 8,9 miliar, hal itu disebabkan karena YN bernafsu untuk
memenuhi kebutuhan pribadinya seperti membeli laptop, tv, ac, sepeda, serta membuka usaha
pencucian mobil dan jok mobil.

Modus/Motif: Modus dari kasus diatas yaitu karena YN merupakan Kepala bagian dari suatu
perusahaan tekstil sehingga YN bias mencairkan uang menggunakan cek yang dicairkan pada bulan
januari 2018-Desember 2019, kemudian YN membuat kepada perusahaan surat mampu mengembalikan
uang tersebut namun tersangka YN malah tidak ada kabar dan kabur.

Pada kasus ini tidak ada penyelundupan huku, Karena atas perbuatannya YN dikenakan Pasal 374 KUHP
dengan ancaman 5 tahun penjara.
Kasus Keenam: Penggelapan uang oleh pegawai PT. Bamboo Ocean Service Agency

Tanggal 8 Maret 2021 Virgiawan Listanto selaku karyawan PT. Bamboo Ocean Service Agency didakwa
oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara berupa hukuman penjara dua tahun. Telah terbukti bahwa
Virgiawan telah menggelapkan uang perusaan senilai Rp. 473 juta rupiah. Pada awalnya terjadi tanggal
27 Juli 2020 Virgiawan yang menjabat sebagai akunting dan memiliki tugas tanggung jawab untuk
mengambil uang di Bank CIMB Niaga untuk mencairkan cek sebesar nilai USD 32,500 di Money Changer,
uang tersebut digunakan untuk pembayaran gaji seluruh karyawan di PT. Bamboo Ocean Service
Agency. Usai mencairkan dan menukarkan uang tersebut, Virgiawan tidak bisa dihubungi oleh atasannya
(Tony). Karena ulah Virgiawan tersebut, membuat Tony marah dan melaporkan Virgiawan ke Polres
Pelabuhan Tanjung Priok. Virgiawan sempat menjadi DPO selama lima bulan dan berhasil ditangkap
pada tanggal 3 November 2020. Atas perbuatannya tersebut telah merugikan PT. Bamboo Ocean Service
Agency sebesar Rp. 473 juta rupiah. Virgiawan terbukti melanggar Pasal 374 KUHP dan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Faktor Penyebab: Faktor penyebab pada kasus ini dimana terdakwa virgiawan menggelapkan uang
sebesar 473 juta rupiah, hal itu dilakukan virgiawan karena virgiawn tergiur atas uang yang dicairkannya
di money changer, sehingga terdakwa virgiawan pergi kabur membawa uang tersebut.

Modus/Motif: modus dari penggelapan uang tersebut ketika virgiawan disuruh oleh atasannya untuk
mencairkan uang sebesar 32,500 USD atau sebanyak 473 juta rupiah untuk pembayaran gaji seluruh
pegawai di Bank CIMB Niaga, dari saat virgiawan mencairkan uang tersebut terdakwa virgiawan tidak
bias dihubungi oleh managernya sehingga managernya melaporkan virgiawan ke kantor polisi.

Pada kasus diatas tidak ada penyelundupan hukum atas perbuatannya virgiawan dikenakan pasal 374
KUHP dan UU No 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Kasus Ketujuh: Mencuri 5 buah permen coklat nenek waliyah dihukum 3 bulan penjara

Pengadilan Negeri (PN) Pekalongan menjatuhkan vonis 3 bulan penjara dan di potong masa tahanan
kepada nenek yang benama Waliyah (57). Waliyah diseret ke meja hijau karena kedapatan mencuri 5
buah permen coklat di sebuah pusat perbelanjaan di Pekalongan. Wanita yang hidup sebatang kara ini
mengaku nekat mencuri karena tidak mempunyai uang. Sebenarnya vonis yang di jatuhkan oleh Jaksa
Penuntut Umum lebih berat jika dibandingkan Vonis Majelis Hakim, karena Jaksa Penuntut Umum
memvonis 4 bulan penjara, tetapi ada beberapa hal yang membuat hukuman nenek Waliyah menjadi
Ringan, yaitu terdakwa belum pernah dihukum dan bersikap sopan dalam persidangan. Dalam kasus ini
nenek waliyah telah melanggar pasal 362 KUHP tentang tindak pidana pencurian. Hakim menilai wanita
tua itu terbukti bersalah mencuri 5 buah permen coklat. Dan Vonis yang telah dijatuhkan kepada nenek
tua ini dibacakan oleh ketua majelis hakim, Wiwin Arodawati, dalam persidangan di PN Pekalongan,
Rabu (27/10/2010). Selesai sidang Nenek Waliyah telah bebas dikarenakan masa hukumannya telah
habis dipotong masa tahanan
Faktor Penyebab: Faktor penyebab yang dilakukan nenek waliyah yaitu karena nenek waliyah tidak
memiliki ung untuk membeli makan sehingga nenek waliyah nekat mencuri permen di suatu toko karena
ingin makan.

Modus/Motif: Modus dari pencurian tersebut yaitu nenek waliyah pergi masuk kedalam toko tersebut
lalu nenek waliyah langsung pergi mengambil 5 buah permen coklat tersebut, namun perbuatan yang
dilakukan nenek tersebut ketahuan oleh penjaga toko tersebut sehingga nenek waliyah dipergoki karena
mengambil 5 permen coklat tersebut.

Pada kasus diatas tidak ada penyelundupan hukum karena nenek waliyah di tuntut Pasal 362 KUHP yang
mana tuntutan jaksa penuntut umum yaitu 4 bulan penjara namun dalam putusannya hakim memvonis
3 bulan penjara.

Kasus Kedelapan: Kasus Penggelapan Pajak oleh PT Dutasari Citralaras

Dalam kurun waktu 2010-2011, PT Dutasari Citalaras telah melakukan serangkaian perbuatan
sedemikian rupa terkait laporan pajak. Belakangan, hal itu tercium oleh Ditjen Pajak sehingga Machfud
Suroso harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di pengadilan. Pada 7 Januari 2021, PN Jaksel
menjatuhkan pidana penjara selama 1 tahun kepada Machfud Suroso karena bersalah melakukan tindak
pidana perpajakan. Selain itu, PN Jaksel juga menjatuhkan pidana denda kepada Machfud sebesar dua
kali kewajiban pajak yang belum dibayar yaitu Rp 20,5 miliar. Atas putusan itu, jaksa mengajukan
banding. Sehingga Hukuman Machfud diperberat. Menyatakan Terdakwa tersebut di atas, terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana perpajakan secara berlanjut.
Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 6
(enam) bulan. Majelis juga menjatuhkan pidana denda sejumlah 2 x Rp.10.254.308.910,00 (sepuluh
miliar dua ratus lima puluh empat juta tiga ratus delapan ribu sembilan ratus sepuluh rupiah rupiah)
yaitu sebesar Rp. 20.508.617.820,00 (dua puluh miliar lima ratus delapan juta enam ratus tujuh belas
ribu delapan ratus dua puluh rupiah). Jika Terdakwa tidak membayar denda tersebut paling lama waktu
1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka harta
benda milik Terdakwa dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk membayar denda, dalam hal terdakwa
tidak mempunyai harta yang mencukupi untuk membayar denda, maka terdakwa dijatuhi hukuman
kurungan pengganti denda atau subsidair selama 6 (enam) bulan

Faktor Penyebab: Faktor penyebab yang dilakuakn Machfud Suroso karena diyakinkan bersalah atas
penggelapan uang pajak sebesar 10 miliar yang kemudian jaksa meminta banding sehingga pidana
penjara yang didapatkan ayitu 1 tahun 6 bulan dan denda 20,5 miliar.

Modus/Motif: modus dan motif pada kasus diatas bahwa Machfud Suroso hanya dijelaskan
mengelapkan uang sebesar 10 miliar rupiah dan menjatuhkan pidana selama 1 tahun namun jaksa
meminta banding sehingga denda yang harus dibayar adalah 20,5 miliar dan penjara pidana sebesar 1
tahun 6 bulan
Pada kasus diatas tidak ada penyelundupan hukum karena pidana denda diatas merupakan pidana
denda yang harus dibayarkan karena melakukan tindak pidana berupa penggelapan dan tetap harus
menjalankan pidana penjara selama 1 tahun 6 bulan.

Kasus Kesembilan: Penadahan

Kasus yang pertama terjadi di daerah Jawa Timur pada tanggal 7 Oktober 2021 yaitu seorang pemilik
konter dengan inisial AND dihadirkan oleh Polsek Sukorambi sebagai tersangka kedua dalam kasus
pencurian raturan tablet milik SMKN 5 Jember. Polisi telah menetapkan Bagus Bayu Harahap, pegawai
honorer SMKN 5 Jember sebagai tersangka pencurian tablet android merek Advan tipe 8001 yang
merupakan bantuan dari Kemendikbud RI tahun 2019. Sebanyak 378 unit tablet dari total 849 tablet,
dicuri Bayu. Dari jumlah tersebut, 80- 90 unit, dijual ke konter milik AND. Pencurian dan penjualan tablet
oleh Bayu dilakukan secara bertahap sejak Mei 2021. Menurut penuturan Kapolsek Sukorambi, saat
menjual tablet itu, tersangka BBH mengaku kepada pemilik konter, bahwa barang yang dijual itu milik
sebuah toko yang sudah hampir bangkrut. Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,tersangka
AND dikenakan pasal 480 KUHP tentang penadahan barang curian. Ancaman hukumannya 4 tahun
penjara.

Faktor Penyebab: Faktor penyebab pada kasus diatas dimana pendahan tersebut dapat terjadi karena
bayu seorang honorer dari SMKN 5 Jember mencuri sebanyak 80-90 unit kemudian bayu menjual kepa
konter AND sehingga konter tersebut terjerat kasus penadahan.

Modus/Motif: modus dari kasus tersebut adalah benny melakukan penjualan tersebut kepada pihak
konter dengan menawarkan bahwa tablet tersebut dijual karena milik konter yang sudah mau bangkrut,
sehingga pihak konte AND menerima tawaran tersebut.

Pada kasus diatas konter AND dikenakan ancaman pidana pnejara 4 tahun dan tidak ada penyelundupan
hukum di dalamnya.

Kasus Kesepuluh: Pengerusakan dan Penghancuran Barang

Sebanyak lima orang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus perusakan mobil Franky di Jalan Hayam
Wuruk, Mangga Besar, Jakarta Barat. Polisi menyebut, warga yang main hakim sendiri dapat dijerat
pasal 170 KUHP. Lima orang yang jadi tersangka karena merusak mobil Franky yang berusaha kabur
setelah menabrak warga dan pemotor pada hari Kamis (30/8). Oleh sebab itu, masyarakat diminta hanya
mengamankan terduga pelaku jika menemukan kejadian serupa. Lima orang yang ditetapkan sebagai
tersangka berinisial SS, WT, AA, SD, dan FA. Sementara itu, dua orang lagi masih dikejar pihak kepolisian.
Lima pengeroyok ini tidak ditahan. Mereka hanya diwajibkan wajib lapor. Pada peristiwa ini, Franky yang
mengemudikan mobil Grand Livina dengan pelat B1965-UIQ, masuk ke busway. Karena panik diamuk
warga, Franky menabrak separator busway. Di dalam mobil ditemukan barang bukti alat isap sabu.
Franky juga dinyatakan positif mengkonsumsi narkoba setelah polisi melakukan tes urine kepadanya.
Franky akan menjalani proses rehabilitasi narkotika, tidak menjadi tersangka.
Faktor Penyebab: faktor penyebab pada kasus diatas didasari karena franky sang pemilik mobil
menabrak warga dan premotor dan kemudian franky berusaha melarikan diri namun hal tersebut
diketahui oleh warga sehingga mobil franky dihancurkan oleh warga dan dari hal itu telah ditetapkan 5
orang tersangka.

Modus/Motif: motif kasus diatas yaitu didasarkan karena warga marah karena franky ingin melarikan
diri sehabis menabrak seorang warga dan premotor tersebut sehingga memancing kemarahan warga

Pada kasus diatas tidak ada penyelundupan hukum karena 5 orang tersangka tersebut hanya dikenakan
wajib lapor dan franky yang menabrak orang dan premotor tersebut harus menjalani rehabilitasi karena
di dalam mobilnya ditemukan alat hisap shabu-shabu dan ketika di tes urin franky dinyatak positif oleh
polisi.

Anda mungkin juga menyukai