Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 7

Rapon Yuniar Suhardi (21919023)


Rica Rahayu (21919024)

Pertanyaan dan Jawaban:


A. Eka Apriyani Kasim ( kelompok 9 selaku kelompok pembahas)
1. Apakah kasus serupa yakni penipuan dgn melakukan pencurian identitas secara
online pernah terjadi di Indonesia ?
Jawaban :
Pernah, yaitu :
a. Modus 1: Pemalsuan akun palsu media sosial
Kasus ini dimuat dalam berita di situs news.detik.com pada Jumat, 28
September 2018. Modus yang dilakukan adalah memalsukan akun media
sosial atas nama Martha Catur Wurihandini, istri dari Pradi Supriatna yang
saat ini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Depok.
Pelaku penipuan mengkloning akun Facebook milik Martha lalu menghubungi
orang-orangn yang dikenalnya untuk meminta diisikan pulsa. Mengetahui
bahwa namanya dicatut untuk melakukan penipuan demi keuntungan pihak
lain, Pradi mengambil langkah awal yaitu dengan menginfokan kepada teman-
teman di media sosial bahwa ada akun palsu yang mengatasnamakan Martha.
Informasi tentang penipuan ini diperoleh dari salah satu rekan Martha yang
menjadi salah satu korbannya. Rekan tersebut mengaku dihubungi oleh pelaku
yang mengaku sebagai Martha dan meminta dikirimi pulsa. Ini adalah salah
satu pesan berisi penipuan yang mengatasnamakan Martha.
“Assalamualaikum wr wb, bisa tolong saya sebentar kalau tidak merepotkan?
Bisa tolong isikan pulsa ke nomor simpati saya sebentar, soalnya pulsa saya
sedang kosong, sudah diisi lewat M-banking lagi eror, ada yang perlu
dihubungin, nanti uang saya ganti.”
b. Modus 2: Mencatut foto dan melakukan penipuan via WhatsApp
Kasus yang kedua adalah penipuan via Whatsapp yang dimuat di situs berita
Detik pada Kamis, 14 September 2017. Korban penipuan adalah pria bernama
Imam Bahauddin yang foto profilnya dipasang oleh akun lain oleh pelaku.
Pelaku kemudian menghubungi teman-teman korban untuk melancarkan
aksinya.
Salah satu teman korban yang dihubungi adalah adik korban sendiri. Pelaku
menghubungi adik korban via telepon lalu meminta sejumlah uang dengan
dalih bahwa sopir korban sedang sakit dan memerlukan perawatan. Pelaku
yang mengaku sebagai korban mengatakan bahwa ia telah kehabisan uang.
Sayangnya, adik korban tertipu dan mengirimkan sejumlah uang sebanyak 2
kali karena foto profil WhatsApp yang sangat meyakinkan. Korban yang
mengetahui hal ini kemudian langsung melapor ke Polda Metro Jaya untuk
ditindak lebih lanjut.
c. Modus 3: Penipuan dengan cara membajak email nasabah bank
Kasus ketiga dimuat di situs berita Kompas pada 9 Maret 2018. Modus yang
dilakukan adalah membajak email milik salah satu nasabah bank DBS
Singapura. Jumlah yang yang berhasil diperoleh para pelaku dari modus
penipuan ini mencapai USD 1.8 juta. Para pelaku membajak email milik salah
satu nasabah lalu mengirimkan perintah pencairan dana pada pihak bank.
Uang sejumlah itu ditransfer ke 3 negara yaitu Indonesia, China, dan Hong
Kong. Menurut pihak kepolisian, komplotan penipu ini bernama kelompok
Nigeria karena para pelakunya berasal dari negara tersebut. Kasus ini
kemudian diusut oleh aparat setempat dengan membuat laporan kepada pihak
kepolisian dengan melibatkan para petugas yang ada di negara-negara tujuan
pengiriman dana.
d. Modus 4: Pembobolan internet banking
Kasus berikutnya masih tergolong baru, dimuat di situs berita Detik pada 1
Juli 2020. Kasus ini terjadi di Kepulauan Riau, yaitu penipuan dengan modus
pembobolan internet banking korban. Modus yang dijalankan adalah
mengakses kartu SIM korban secara ilegal untuk bisa membobol internet
banking miliknya.
Uang yang ada di rekening korban kemudian ditransfer ke beberapa rekening
pelaku melalui internet banking. Jumlah kerugian yang diderita oleh korban
mencapai lebih dari Rp 415 juta. Pelaku mengaku mendapatkan data korban
secara acak
e. Modus 5: Pemalsuan KTP untuk membobol kartu kredit
Kasus kelima dimuat di situs berita Detik pada 8 Juni 2020. Pembobolan kartu
kredit di wilayah Jakarta Pusat ini dilakukan oleh seorang perempuan.
Korbannya adalah nasabah Bank Mega yang menggunakan kartu kredit.
Akibat ulah pelaku, kerugian yang harus ditanggung mencapai miliaran
rupiah.
Modus yang dilakukan oleh pelaku adalah memalsukan KTP milik korban lalu
mengajukan kredit pada pihak bank. Kasus ini terbongkat ketika Bank Mega
menerima laporan dari salah satu korban yang menemukan adanya transaksi
kredit hingga mencapai Rp 1 miliar. Pelaku tidak bekerja sendirian, melainkan
bersama seorang rekan yang memberikan identitas palsu kepada pelaku.
f. Modus 6: Pencurian kartu SIM
Seorang wartawan terkenal mengaku telah menjadi korban penipuan setelah
kartu SIM-nya diganti oleh orang tidak dikenal ketika ia sedang bepergian ke
luar negeri. Berita ini dimuat di situs Kompas pada 20 Januari 2020. Kartu
SIM tersebut kemudian digunakan oleh penipu untuk mengakses rekening
milik korban dan mengirimkan uang yang ada di dalamnya pada 100 rekening
berbeda.

g. Modus 7: Pembobolan rekening melalui struk transaksi


Kasus ini terjadi di Sumatera Selatan pada 12 September 2019. Modus yang
dilakukan adalah melakukan penarikan uang di rekening korban menggunakan
identitas palsu, Identitas ini berhasil dibuat oleh para pelaku dengan
mengambil struk penarikan yang ada di ATM. Pelaku memalsukan KTP dan
buku tabungan milik korban.
h. Modus 8: Pembobolan rekening melalui data pemilih di situs KPU
Kasus terakhir dimuat di situs Merdeka pada 23 Juli 2020. Pelaku mencuri
identitas korban melalui data pemilih yang ada di situs KPU. Mereka
kemudian membuat KTP palsu sesuai dengan identitas korban lalu mencairkan
sejumlah dana yang ada di rekening korban.

Sumber : https://www.simulasikredit.com/contoh-contoh-kasus-pencurian-
identitas/
2. Menurut kelompok anda, bagaimana cara pencegahan yg dapat dilakukan pihak

bank agar kasus serupa tidak kembali terjadi!


- Untuk cek bisa dilakukan :
o Verifikasi Individu yakni proses yang dilakukan sebelum
pelanggan/pengunjung menggunakan sebuah layanan. Dengan
verifikasi individu dapat memastikan bahwa orang tersebut sesuai
dengan informasi identitas yang diberikannya. Verifikasi individu ini
bisa dilakukan dengan identitas digital yakni bentuk digital dari
identitas fisik yang dapat membuka kesempatan individu untuk
mengakses dan memperoleh layanan online. Dengan identitas digital
dapat mengindari penyalahgunaan data.
o Penerbitan buku cek dengan starndar pengamanan yaitu dengan
mengaplikasikan encoding MICR (pengkodean karakter) yang dapat
dibaca oleh mesin pembaca MICR.
o Penyandian cek dengan teknologi tumbukan (impact) yang akan
menjamin tinta magnetic dari tinta menyerap ke dalam serat kertas
sehingga membuat pelaku krimial tidak dapat mengubah informasi
pada bagian MICR
o Perngarsipan cek secara digital. Solusi ini memindai gambar cek dan
membaca MICR untuk diarsipkan ke basis data yang aman. Jika terjadi
perselisihan angka, cek digital dapat diambil kembali dengan mudah
tanpa perlu menunggu cek fisik diterima dari gudang
penyimpanan.Untuk keamanan ekstra, solusi ini juga mampu
memindai fitur UV pada cek, sehingga memungkinkan staf Anda untuk
memverifikasi fitur pengaman.
o Dengan mengamati sejumlah cek yang dikembalikan, staf dapat
menduga cek yang memiliki warna sedikit berbeda merupakan cek
palsu. Selanjutnya, setelah melalui inspeksi lebih menyeluruh, staf
dapat mengetahui bahwa material cek palsu tampak sedikit rusak
(seperti ada noda atau perbedaan warna) akibat proses penghapusan
dan pengubahan informasi yang dipaksakan.
Sumber :
https://www.murni.co.id/id/solusi/sistem-pemrosesan-cek/solusi-
pendeteksi-cek-palsu

- Untuk pembukaan kartu kredit :


o Saat pembukaan kartu kredit tidak hanya dengan syarat ktp namun
harus melampirkan slip gaji.
o Saat pengisian kartu kredit, pemohon harus mengisi referensi orang
yang mana nantinya orang tersebut akan dikonfirmasi tentang
hubungannya dengan si pemohon kartu kredit
o Pihak bank melakukan konfirmasi ke perusahaan/tempat dia bekerja
apakah benar orang yang meminta apliaksi kartu kredit tersebut
bekerja diperusahaan tersebut.

B. Nadya Nikita ( kelompok 9 selaku kelompok pembahas)


1. Metode investigasi seperti apa yg cocok untuk menghentikan kejahatan

tersebut, mengingat kejahatan itu dilakukan secara kelompok dan berkaitan


dengan cyber crime?
Jawaban :
Metode investigasi yang bisa dilakukan :
Tahapan pertama adalah penyelidikan. Fokus utama tahapan ini adalah untuk
mengumpulkan informasi yang dilanjutkan dengan pegumpulan bukti
berdasarkan tujuan penyelidikan. Tujuan penyelidikan dapat diketahui dengan
menjawab 5W plus 1H. Informasi yang didapatkan tidak cukup jika tidak
disertakan bukti fisik. Bukti fisik yang memenuhi ketentuan hukum untuk jadi
bukti adalah keberadaan sidik jari, dokumen yang digunakan untuk transaksi,
atau bukti file di storage.
- Membandingkan detail kejadian yang ada dengan bukti yang ditemukan, misal
pada kasus di atas dilakukan pencocokan antara bukti fisik dengan yang ada di
komputer pelaku.
- Untuk pencegahan sendiri dapat dilakukan dengan berbagai hal seperti
sentralisasi data (KTP elektronik), otentikasi, atau verifikasi berjenjang.
Sumber: https://bplfoundation.or.id/2017/06/15/investigasi-pemalsuan-
dokumen/

Anda mungkin juga menyukai