Anda di halaman 1dari 2

Waspada “Penipuan Berkedok Asmara”

Penipuan merupakan suatu kebohongan yang sengaja dibuat oleh pelaku untuk
menguntungkan dirinya, dan cenderung merugikan baik secara moril ataupun materil
bagi pihak korban. Merujuk pada Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP), penipuan merupakan kondisi yang dilakukan oleh siapa pun dengan maksud
untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan
memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, atau pun rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,
atau supaya memberi hutang atau menghapuskan piutang, diancam karena penipuan
dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Dalam menjalankan aksi penipuan, para
pelaku menggunakan beberapa modus untuk dapat mengelabuhi korbanya. Secara umum
modus tersebut dapat digolongkan menjadi dua yakni penipuan secara langsung, dimana
antara pelaku dan korban mengalami kontak fisik, kedua penipuan secara tidak langsung
(online) dimana penipuan ini menggunakan perangkat tertentu sebagai fasilitas
contohnya, nomor telephone ataupun media sosial dan tidak terjadi kontak fisik dalam
menjalankan aksi penipuan. Berdasarkan hasil Riset Nasional bertajuk Penipuan Digital
di Indonesia: Modus, Medium, dan Rekomendasi menyebutkan bahwa 50,8% dari
seluruh responden yang tersebar di seluruh Indonesia pernah menjadi korban penipuan
online.
Berdasarkan hasil riset tersebut, terdapat beberapa modus penipuan yang
dijalankan oleh para pelaku yakni penipuan berkedok hadiah, pinjaman digital illegal,
pengiriman tautan yang berisi malware atau virus, penipuan berkedok krisis keluarga,
penipuan berkedok investasi sampai modus penipuan yang berkedok asmara atau
romansa. Modus penipuan berkedok asmara/romansa merupakan modus yang saat ini
masih terdengar asing bagi masyarakat, karena masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui bahwa terdapat modus penipuan sejenis ini. Penipuan berkedok asmara atau
biasa disebut dengan love scamming atau romance scam merupakan modus penipuan
baru, dimana pelaku pada awalnya menggunakan trik tertentu untuk dapat membangun
kepercayaan dengan korbanya, kemudian kepercayaan tersebut nantinya akan
dimanfaatkan untuk memperdaya korban. Modus penipuan love scamming ini, biasanya
dilakukan di platform media sosial seperti Instagram dan facebook. Pelaku pada mulanya
akan membangun jati diri sebagai seorang yang berpenampilan menarik, memiliki
pekerjaan yang mapan dan menampilkan kehidupan yang mewah untuk menarik
perhatian para korbanya. Kemudian para pelaku ini akan meminta pertemanan kepada
korban dan akan dilanjutkan dengan komunikasi yang cukup intens untuk membangun
rasa kepercayaan antara pelaku dengan korban. Rasa percaya inilah yang nantinya akan
dimanfaatkan pelaku untuk menipu korban, misalnya meminta untuk korban
mengirimkan sejumlah uang karena pelaku sedang mengalami krisis keuangan ataupun
ada juga yang dengan sengaja memanfaatkan privasi dengan tujuan untuk memerasnya.
Kasus love scamming ini pernah terjadi pada seorang WNI berinisial PC dengan kerugian
mencapai Rp 2,4 miliar. Kasus bermula pada saat pelaku berinteraksi dengan korban
melalui media sosial, komunikasi tersebut berjalan intensif sehingga terjalin suatu
hubungan asmara antara korban dan pelaku. Pelaku mengaku sebagai tantara perempuan
Amerika Serikat yang menolak untuk ditugaskan ke Suriah dan memilih untuk
mengundurkan diri dengan membayar 2 juta dollar AS, dengan bujukan dan rayuan
pelaku, korban PC kemudian mengirimkan sejumlah uang tersebut kepada pelaku. Kasus
ini ditangani oleh pada saat itu ditangani oleh Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus)
Polda Metro Jaya.
 Secara Hukum
 Langkah Antisipasi

Anda mungkin juga menyukai