Anda di halaman 1dari 4

Kejahatan Phising Mengintai Anda

Kasus penipuan berkedok pesan melalui link yang biasa kita kenal dengan sebutan phising
sedang marak-maraknya. Para pelaku mengeruk data pribadi korban-korbannya melalui media
online. Dilansir dari situs detik.com, dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tercatat jumlah kasus
phising di Indonesia mencapai angka 34.622.

Apa itu phising?

Dilansir dari djkn.kemenkeu.go.id yang dimaksud dengan phising adalah upaya untuk
mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan. Kegiatan phising ini bisa
mengambil akses ke akun online dan data pribadi seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK),
nomor kartu kredit, Anjungan Tunai Mandiri (ATM), dan data penting lainnya. Istilah phising
sendiri adalah phishing yang diambil dari kata bahasa Inggris fishing yang berarti memancing.
Tujuan dari kegiatan phising sendiri memang untuk memancing seseorang untuk memberikan
data pribadinya tanpa disadari dan digunakan untuk tujuan kejahatan.

Untuk kegiatan phising sendiri memiliki beberapa bentuk, dan yang paling sering kita temui saat
ini adalah beberapa jenis berikut:

1. Email Phising

Bentuk phising satu ini dilakukan dengan menjadikan email menjadi media penipuan untuk
menjangkau calon korbannya. Bentuk phising satu ini adalah salah satu bentuk phising yang
paling banyak aksinya. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan, tercatat ada 164.131
kasus email phising di Indonesia pada tahun 2022. 59.210 kasus dari data tersebut berasal dari
email pribadi.

2. Spear Phising

Spear phising adalah salah satu bentuk dari email phising, dimana para pelaku penipuan tidak
mengirimkan email kepada calon korban secara acak, melainkan menargetkan calon korban
tertentu. Biasanya, teknik phising ini dilakukan setelah pelaku memiliki informasi dasar calon
korbannya, seperti nama dan alamat.

3. Web Phising

Web phising adalah bentuk phising dengan cara mengelabui korbannya dengan membuat situs
web palsu yang dominan mirip dengan website resminya.

4. Whaling
Whaling adalah bentuk phising yang memiliki ciri khas dengan menargetkan calon korban yang
dianggap besar dan memiliki posisi penting. Contohnya seperti, ketua, direktur, Chief Executive
Officer (CEO), dan pimpinan tinggi lainnya.

Istilah phising pertama kali tercatat pada 2 Januari 1996. Penyebutan istilah ini terjadi di sebuah
newsgroup usenet AOL atau American Online. AOL adalah

situs penyedia akses internet terbesar dikala itu. Hampir jutaan orang mengakses situs ini setiap
harinya, sehingga kondisi ini dapat dimanfaatkan oleh peretas untuk melakukan phising. Cara
awal yang dilakukan oleh peretas adalah dengan membuat algoritma secara acak untuk
membuat nomor kartu kredit, yang kemudian digunakan para peretas untuk membuka akun di
AOL. Dengan memanfaatkan sistem pesan online dan email AOL, dan mereka mengirimkan
pesan kepada pengguna dan bertindak seolah-olah sebagai karyawan AOL.

Kasus peretasan/penipuan phising ini sudah sangat sering terjadi dengan motif dan cerita yang
sama yaitu mengklik tautan dari pesan yang tidak dikenal. Namun, nyatanya sampai saat ini
masih banyak yang tertipu dan menjadi korban.

Terdapat beberapa alasan mengapa sampai saat ini masih banyak korban phising, seperti:

1. Banyak pengguna yang sangat mudah percaya dan ceroboh dalam melakukan sesuatu.

2. Banyak pengguna yang sangat mudah tergiur dengan penawaran berhadiah atau kupon
undian.

3. Banyaknya pengguna media sosial yang membuat keamanan akun atau kata sandi yang
lemah hingga memudahkan peretas untuk menebak kata sandi akun tersebut.

4. Sebagian besar pengguna sembarangan dalam membuka suatu tautan tanpa memastikan
aman atau tidaknya tautan tersebut.

Oleh karena banyaknya fenomena phising yang terjadi saat ini kita sebagai mahasiswa baru
yang berkompeten harus mengetahui cara agar terhindar dari phising. Berikut beberapa cara
agar terhindar dari phising:

1. Ikuti info terkini mengenai phising

Dengan mengikuti informasi terbaru mengenai phising terutama teknik/motif phising terbaru
kita dapat terhindar dari phising.

2. Perhatikan pengirim email


Sebelum mengklik tautan yang dikirim oleh sebuah akun email, terlebih dahulu melakukan
cross check siapa pengirimnya dan memastikan bahwa email tersebut tidak berdampak negatif.

3. Hati-hati dalam berbagi informasi

Kurangi memposting hal-hal personal yang mencakup kehidupan, data, dan informasi pribadi.

4. Jangan klik sembarang link

5. Gunakan software resmi

6. Meningkatkan keamanan perangkat

Pastikan kita memasang antivirus, sistem operasi terbaru, dan memakai layanan filter email.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari tragedi ini adalah lebih hati-hati dalam memakai sosial
media dan tidak mudah tergiur dengan penawaran yang belum jelas asalnya.

Tindakan yang dapat kita ambil agar korban phising menurun adalah dengan beberapa hal
sebagai berikut:

Seperti halnya yang telah dijelaskan pada paragraf-paragraf sebelumnya kita dapat mencegah
meningkatnya korban phising dengan cara berikut.

1. Selalu Update Informasi terkait Phising

Kita telah membahas mengenai jenis-jenis phising. Tetapi, tidak menutup kemungkinan jenis
kejahatan online akan terus berkembang. Baik dari media yang digunakan untuk phising
ataupun jenis serangan yang dilakukan.

Oleh karena itu, selalu ikuti berita perkembangan phising dengan baik. Salah satunya dengan
memiliki rasa ingin tahu apabila ada insiden keamanan yang terjadi seperti kebocoran data
pengguna Tokopedia atau Shopee baru-baru ini.

2. Selalu Cek Siapa Pengirim Email

Email phising masih menjadi jenis kejahatan online yang marak. Untuk itu, Anda perlu berhati-
hati ketika mendapatkan email dari pengirim yang mencurigakan.

Kita bahkan harus ekstra waspada jika email yang Anda terima terkait dengan perubahan
informasi akun, pembayaran dan hal penting lainnya.
3 . Jangan Asal Klik Link yang diterima

Meskipun Anda menjadi sasaran phising, Anda belum tentu menjadi korban. Kuncinya adalah
apakah Anda melakukan klik pada link yang disiapkan oleh pelaku phising atau tidak.

4 . Pastikan Keamanan Website yang Diakses

Jangan mengunjungi website yang tidak aman, terutama website yang akan memproses data
pribadi atau finansial.

5. Waspada Ketika Dimintai Data Pribadi

Pada dasarnya, jangan pernah memberikan data pribadi Anda ketika mengakses sebuah
website. Kecuali, website tersebut memang resmi dan data yang Anda butuhkan untuk
menjalankan proses transaksi.

Anda mungkin juga menyukai