Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Kasus hoax hadiah pulsa 300 ribu dari kantor telegram 2021
Dosen Pengampu Dr. Rina Arum Prastyanti, SH.,MH

Oleh

Rizal Dwi Saputra (200103168)

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Duta Bangsa Surakarta 2022

A. Latar belakang
Hoax merupakan berita palsu yang sekarang ini sedang marak di
kalangan masyarakat. Fenomena hoax bukan lagi hal yang jarang terjadi
termasuk di Indonesia khusus-nya di media sosial. Hoax dapat membuat
masyarakat resah karena informasi yang tidak di ketahui kebenarannya. Karena
semakin berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi juga membuat
hoax dapat beredar dengan cepat di masyarakat melalui media sosial.
Salah satu contoh hoax yang beredar di masyarakat adalah hoax tentang
hadiah pulsa 300 – 500 ribu rupiah di kantor telegram. Seperti yang peneliti
temukan dari kominfo.go.id baredarnya informasi mengenai pemenang
mendapatkan hadiah pulsa berita tersebut tersebar melalui media sosial.
Faktanya, pesan berantai yang memberikan informasi pemberian hadiah dari
kantor Telegram tersebut adalah hoaks dan mengarah pada tindak kejahatan
penipuan. Setelah dilakukan penelusuran, diketahui bahwa pesan tersebut
merupakan salah satu modus penipuan pencurian data atau biasa dikenal dengan
phishing. Yang mana, sistem kerja penipuan tersebut adalah pelaku meminta
korban untuk mengirimkan 5 digit angka yang masuk melalui SMS ataupun
Telegram dengan mengiming-imingi korban akan mendapatkan voucher pulsa
sebesar 300-500 ribu rupiah tersebut secara otomatis.(kominfo,2021)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 serta Peraturan Menteri Kominfo No. 20 Tahun 2016 tentang
Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik telah mengatur
perlindungan data pribadi yang meliputi perlindungan terhadap perolehan,
pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penampilan,
pengumuman, pengiriman, penyebarluasan, dan pemusnahan data pribadi.
Mengutip data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, Lukman
mengemukakan, pada akhir 2016 terdapat sedikitnya 800 laman yang diduga
menjadi produsen virus hoax, berita palsu, dan ujaran kebencian. "Tulisan atau
berita dari situs-situs tersebut tersebar melalui Facebook, Twitter, hingga grup -
grup WA. Virus-virus itu langsung menyerang otak dan mengoyak nalar
insani," tuturnya.
Hadirnya dunia internet menjadi memudahkan manusia dalam
berkomunikasi, termasuk PR hadirnya internet sangat berpengaruh terhadap
dunia public relations media internet dimanfaatkan sebagai media komunikasi,
membangun merek atau brand, memelihara kepercayaan publik dan
memberikan informasi kepada publik. Karena perubahan digital itulah yang
juga merubah strategi bekerja sebuah public relations yang memunculkan Cyber
PR. Maka dari itu peran Cyber PR sangat penting dalam perusahaan seperti
Pertamina karena semakin maraknya hoax yang berkembang mengenai
Pertamina, mereka bertugas untuk bagaimana public relations melakukan
kegiatan public relations melalui media online. Dengan hadirnya cyber PR
merupakan fungsi public relations dalam menjalankan perannya sebagai ujung
tombak informasi dan fungsinya sebagai manajemen
mempertahankan,mengelola dan membangun citra perusahaan dan reputasi
perusahaan.
Perkembangan teknologi internet memudahkan baik masyarakat maupun
perusahaan dalam memberikan maupun menerima informasi dengan cepat dan
dapat dijangkau dengan luas. Maka dari itu konten-konten penggunaan dalam
Cyber PR jadi sangat penting untuk dianalisis dilihat dari bagaimana Cyber PR
dalam menangkal hoax di media sosial dengan menggunakan Content Counter.
B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


1. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi ancaman berita hoax ?
2. Bagaimanakah Membedakan berita hoax dan berita asli ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui solusi mengatasi ancaman berita hoax


2. Untuk membedakan berita hoax dan berita asli

D. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberi


kontribusi yang positif kepada mahasiswa ilmu komunikasi dalam
penelitian mengenai identifikasi peran cyber PR dalam menangkal
isu hoax di media sosial menggunakan konsep cyber PR.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
bagi pengguna telegram agar dapat menganalisis masalah terutama
hoax dan dapat memberikan informasi yang lebih transparan
sehingga segala info yang diterima masyarakat merupakan
informasi dari sumber yang terpercaya
E. Tinjauan Pustaka
Aksi penipuan via telepon seluler dengan iming-iming hadiah pulsa
dan uang tunai dari provider kartu kembali marak, bahkan sudah menelan
korban. ”Kawan saya sudah kena ratusan ribu pulsanya tersedot,” kata
Lina, warga Subulussalam kepada Serambinews.com, Senin (16/4/2021).
Informasi yang dihimpun Serambinews.com, awalnya para penipu
menghubungi nomor calon korbannya dan menanyakan keluhan
pemakaian internet dan keluhan lainnya.
Setelah itu, pelaku menyampaikan bahwa nomor handphone calon
korbannya tersebut terpilih sebagai penerima hadiah undian dari provider
kartu atau internet, sehingga berhak mendapat uang tunai dan pulsa gratis.
Untuk meyakinkan calon korbannya, pelaku menanyakan apakah
ada pesan singkat (SMS) yang masuk berisikan password lima digit, yang
sengaja ia kirimkan.
Setelah itu, korban akan dipandu melakukan sejumlah langkah,
sampai memasukkan lima digit yang dikirim oleh pelaku, hingga login ke
salah satu server.
Alhamdulillah, wasyukurilah, nomor Bapak terpilih sebagai
pemenang undian dari kartu (*****) sehingga berhak mendapat pulasa
senilai Rp 500 ribu dan uang tunai Rp 6 juta,” demikian antara lain
percakapan sang penipu meyakinkan korbannya.
Dikatakan, setelah korban mengirimkan kode lima digit yang
dikirim pelaku sesuai arahannya, pulsa di handphone korban langsung
tersedot.
Para penipu menyasar pengguna handphone yang memiliki saldo
pulsa. ”Teman saya itu kan ada jual pulsa juga jadi pas waktu kejadian
yang angkat panggilan telepon istrinya, semua langkah diikutinya.
Suaminya kaget saldo pulsanya ada Rp 300 ribu lebih hilang," terang
Lina.
Hal senada dikatakan Riana. Menurut Riana, banyak warga
terkecoh dengan iming-iming hadiah pulsa dan uang tunai
mengatasnamakan undian telegram atau provider sehingga tertipu. ”Ada
yang mengisi pulsa setelah dipandu dan tiba-tiba langsung ludes,” ujar
Riana.(*)
Contoh hoax hadiah pulsa yang di dapatkan dari telegram

F. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Akhir-akhir ini dunia maya banyak dimunculkan informasi dan berita
palsu atau lebih dikenal dengan istilah “hoax” oleh sejumlah oknum yang
tidak bertanggungjawab.
Jika tidak ada kehati-hatian, netizen pun dengan mudah termakan tipuan
hoax tersebut bahkan ikut menyebarkan informasi palsu itu, tentunya
akan sangat merugikan bagi pihak korban fitnah. Lalu bagaimana caranya
agar tak terhasut?
Seperti yang terlansir pada halaman kompas.com, Minggu (8/1/2016),
Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho
menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam
mengidentifikasi mana berita hoax dan mana berita asli. Berikut
penjelasannya:
1. Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif,
misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun
bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar
menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.
Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif,
sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online
resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan
demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh
kesimpulan yang lebih berimbang.
2. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link,
cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang
belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan
domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di
Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita.
Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi
tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang
berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
3. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari
institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya
apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber,
pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat
berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan
kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari
penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.
4. Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang
bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video.
Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk
memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin
pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom
pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-
gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
5. Ikut serta grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax,
misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage &
Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup
Sekoci.
Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu
informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang
sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi
sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan
tenaga banyak orang.
Ini Cara melaporkan berita atau informasi hoax
Apabila menjumpai informasi hoax, lalu bagaimana cara untuk mencegah
agar tidak tersebar. Pengguna internet bisa melaporkan hoax tersebut
melalui sarana yang tersedia di masing-masing media.
Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan
kategorikan informasi hoax sebagai
hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai.
Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus
status tersebut.
Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs
dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter
memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif,
demikian juga dengan Instagram.
Kemudian, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten
negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan
melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id.
Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman
data.turnbackhoax.id untuk menampung aduan hoax dari netizen.
TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi referensi
berita hoax.
cara membedakan berita hoax dengan berita yang benar
1. Nama dan situs media nggak jelas
Sebelum konsumsi berita, lo patut nih perhatikan nama dan situs
media yang menyebarkan beritanya itu. Kalau nama dan situs media
nggak jelas, contohnya berdomain blog biasa atau nama media
terkesan provokatif. Ada baiknya lo mengonsumsi berita dari media-
media yang memang sudah terpercaya
2. Judul umumnya provokatif
Pertama kali baca berita pasti dari judulnya
Nah, kalau memang judulnya sudah terkesan provokatif itu bisa jadi
salah satu ciri berita hoaks. Contohnya nih, di judul sudah menuding
ke salah satu pihak, menggunakan kata-kata kasar atau umpatan
negative
3. Cek dan ricek dari Berbagai Sumber
Jangan mudah percaya dari satu sumber berita. Pastikan dulu
kejelasan isi berita tersebut dari beberapa sumber lain.
4. Cek foto dan video
Nggak cuma dari tulisannya aja sob yang perlu lo cek hoax atau
nggak. Foto dan video pun harus lo cek keasliannya. Jangan-jangan
foto dan video itu sebenarnya bukan terkait kejadian sesuai berita, tapi
ambil dari peristiwa lama atau beda konteks
5. Nama penulis
Berita yang benar itu harusnya ada nama penulis yang tercantum. Hal
itu karena si penulis lah yang bertanggung jawab penuh soal isi
beritanya. Kalau nggak ada patut diragukan nih, soalnya nggak ada
pihak yang jadi penanggung jawab dari berita tersebut.

G. Kesimpulan Dan Saran


Kesimpulan
Peristiwa penyebaran berita hoax yang sedang marak terjadi di Indonesia
menyebabkan keresahan di masyarakat. Hal ini dapat di sikapi oleh para
pengguna media sosial agar menjadi netter yang cerdas dan lebih selektif
serta berhati-hati akan segala berita atau pun informasi yang tersebar.
Diharapkan pula untuk tidak langsung percaya dari berita atau informasi
yang diterima. Pemerintah diharapkan lebih cepat lagi merespon hoax
yang beredar dimasyarakat sehingga dapat meminimalisasi kegaduhan
atau keresahan yang terjadi dimasyrakat dan Pemerintah harus lebih giat
lagi mensosialisasikan UU ITE agar masyarakat lebih paham lagi cara
menggunakan media sosial dan internet dengan cerdas dan bijaksana,
diharapkan internet digunakan untuk kebaikan hidup dan membaikkan
kehidupan. Dan masih diperlukan penelitian yang lebih lanjut mengenai
penelitian ini.

Pola-pola kejahatan penyebaran informasi bohong dapat didesain


sedemikian rupa karena rumusan UU ITE yang masih lemah. Penyebar
informasi palsu (hoax) seakan-akan menjadi tumbal dalam perbuatan
penyebaran hoax, setelah pelaku pertama memproduksi informasi,
pelaku- pelaku berikutnya dengan sengaja atau tidak sengaja
menyebarluaskan sehingga orang-orang yang tidak tahu menjadi tahu.
Walaupun pelaku ke dua dan pelaku selanjutnya juga mempunyai
kesalahan, yakni menyebarkan hoax, namun seringkali penyebar pertama
saja lah yang menjadi tumbal. Dan inilah prosedur penyebaran isu yang
sangat mujarab di era teknologi ini.

Saran
Dari kesimpulan di atas, saran yang akan penulis kemukakan adalah:
a) Sanksi dalam peraturan perundang-undangan yang diberikan seharusnya
lebih diperhatikan dan diberi seadil-adilnya karena modus kejahatan
melalui media elektronik sangat mudah dilakukan dan telah terjadi
peningkatan dari tahun ke tahun maka pemberian efek jeranya harus lebih
optimal.
b) Pemerintah beserta berbagai provider penyedia layanan akses internet dan
departemen Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) lebih intens dalam
mengamati dan memblokir akun-akun atau website penyebar informasi
palsu (hoax) yang terindikasi melakukan penyebaran informasi palsu atau
bahkan perbuatan melanggar hukum lainnya.
c) Bila pemerintah beserta Kepolisian RI serius untuk memburu penyebar
isu hoax, langkah paling pertama adalah harus diusulkan segera untuk
merevisi UU ITE yang ada. Tangkap sederet penyebar isu mulai dari
pelaku pertama hingga pelaku ke sekian yang telah punya andil
menjadikan masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu, sebagai efek dari
"menyebarkan" (membagikan lewat tombol share). Bila UU ITE tidak
direvisi, maka dari sederetan pelaku, tumbal-tumbal permasalahan
informasi menjadi korban kepentingan para konspirator tingkat tinggi
sehingga upaya pemburuan pun akan terus gagal.
H. Daftar Pustaka
Abner, Dkk, 3 Juli 2017, Penyalahgunaan Informasi/Berita Hoax di
Media Sosial dalam https://mti.binus.ac.id/2017/07/03/penyalahgunaan-
informasiberita Hoax-di-media-sosial/, Diakses pada 6 Oktober 2020
Pukul 20.12 W

Anonim. Pakar Hukum Pidana Sebut Dakwaan Ratna Sarumpaet


Berpotensi Kabur. Dalam
Http://Www.Tribunnews.Com/Nasional/2019/03/03/PakarHukum-
Pidana-Sebut-DakwaanRatna-Sarumpaet-Berpotensi-Kabur.Diakses
Terakhir Tanggal 24 Januari 2021 Pukul 05.16 WIB.

Prasetyo, Teguh. 2013. Hukum Pidana. Eldmer C.G. Lewan. Pasal 14 dan
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan
Hukum Pidana Sebagai Dasar Penuntutan Perbuatan Menyiarkan Berita
Bohong (Hoax).Lex Crimen Vol. VIII/No. 5/Mei/2019.

Anda mungkin juga menyukai