Kasus hoax hadiah pulsa 300 ribu dari kantor telegram 2021
Dosen Pengampu Dr. Rina Arum Prastyanti, SH.,MH
Oleh
A. Latar belakang
Hoax merupakan berita palsu yang sekarang ini sedang marak di
kalangan masyarakat. Fenomena hoax bukan lagi hal yang jarang terjadi
termasuk di Indonesia khusus-nya di media sosial. Hoax dapat membuat
masyarakat resah karena informasi yang tidak di ketahui kebenarannya. Karena
semakin berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi juga membuat
hoax dapat beredar dengan cepat di masyarakat melalui media sosial.
Salah satu contoh hoax yang beredar di masyarakat adalah hoax tentang
hadiah pulsa 300 – 500 ribu rupiah di kantor telegram. Seperti yang peneliti
temukan dari kominfo.go.id baredarnya informasi mengenai pemenang
mendapatkan hadiah pulsa berita tersebut tersebar melalui media sosial.
Faktanya, pesan berantai yang memberikan informasi pemberian hadiah dari
kantor Telegram tersebut adalah hoaks dan mengarah pada tindak kejahatan
penipuan. Setelah dilakukan penelusuran, diketahui bahwa pesan tersebut
merupakan salah satu modus penipuan pencurian data atau biasa dikenal dengan
phishing. Yang mana, sistem kerja penipuan tersebut adalah pelaku meminta
korban untuk mengirimkan 5 digit angka yang masuk melalui SMS ataupun
Telegram dengan mengiming-imingi korban akan mendapatkan voucher pulsa
sebesar 300-500 ribu rupiah tersebut secara otomatis.(kominfo,2021)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 serta Peraturan Menteri Kominfo No. 20 Tahun 2016 tentang
Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik telah mengatur
perlindungan data pribadi yang meliputi perlindungan terhadap perolehan,
pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penampilan,
pengumuman, pengiriman, penyebarluasan, dan pemusnahan data pribadi.
Mengutip data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, Lukman
mengemukakan, pada akhir 2016 terdapat sedikitnya 800 laman yang diduga
menjadi produsen virus hoax, berita palsu, dan ujaran kebencian. "Tulisan atau
berita dari situs-situs tersebut tersebar melalui Facebook, Twitter, hingga grup -
grup WA. Virus-virus itu langsung menyerang otak dan mengoyak nalar
insani," tuturnya.
Hadirnya dunia internet menjadi memudahkan manusia dalam
berkomunikasi, termasuk PR hadirnya internet sangat berpengaruh terhadap
dunia public relations media internet dimanfaatkan sebagai media komunikasi,
membangun merek atau brand, memelihara kepercayaan publik dan
memberikan informasi kepada publik. Karena perubahan digital itulah yang
juga merubah strategi bekerja sebuah public relations yang memunculkan Cyber
PR. Maka dari itu peran Cyber PR sangat penting dalam perusahaan seperti
Pertamina karena semakin maraknya hoax yang berkembang mengenai
Pertamina, mereka bertugas untuk bagaimana public relations melakukan
kegiatan public relations melalui media online. Dengan hadirnya cyber PR
merupakan fungsi public relations dalam menjalankan perannya sebagai ujung
tombak informasi dan fungsinya sebagai manajemen
mempertahankan,mengelola dan membangun citra perusahaan dan reputasi
perusahaan.
Perkembangan teknologi internet memudahkan baik masyarakat maupun
perusahaan dalam memberikan maupun menerima informasi dengan cepat dan
dapat dijangkau dengan luas. Maka dari itu konten-konten penggunaan dalam
Cyber PR jadi sangat penting untuk dianalisis dilihat dari bagaimana Cyber PR
dalam menangkal hoax di media sosial dengan menggunakan Content Counter.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Saran
Dari kesimpulan di atas, saran yang akan penulis kemukakan adalah:
a) Sanksi dalam peraturan perundang-undangan yang diberikan seharusnya
lebih diperhatikan dan diberi seadil-adilnya karena modus kejahatan
melalui media elektronik sangat mudah dilakukan dan telah terjadi
peningkatan dari tahun ke tahun maka pemberian efek jeranya harus lebih
optimal.
b) Pemerintah beserta berbagai provider penyedia layanan akses internet dan
departemen Komunikasi dan Informasi (KOMINFO) lebih intens dalam
mengamati dan memblokir akun-akun atau website penyebar informasi
palsu (hoax) yang terindikasi melakukan penyebaran informasi palsu atau
bahkan perbuatan melanggar hukum lainnya.
c) Bila pemerintah beserta Kepolisian RI serius untuk memburu penyebar
isu hoax, langkah paling pertama adalah harus diusulkan segera untuk
merevisi UU ITE yang ada. Tangkap sederet penyebar isu mulai dari
pelaku pertama hingga pelaku ke sekian yang telah punya andil
menjadikan masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu, sebagai efek dari
"menyebarkan" (membagikan lewat tombol share). Bila UU ITE tidak
direvisi, maka dari sederetan pelaku, tumbal-tumbal permasalahan
informasi menjadi korban kepentingan para konspirator tingkat tinggi
sehingga upaya pemburuan pun akan terus gagal.
H. Daftar Pustaka
Abner, Dkk, 3 Juli 2017, Penyalahgunaan Informasi/Berita Hoax di
Media Sosial dalam https://mti.binus.ac.id/2017/07/03/penyalahgunaan-
informasiberita Hoax-di-media-sosial/, Diakses pada 6 Oktober 2020
Pukul 20.12 W
Prasetyo, Teguh. 2013. Hukum Pidana. Eldmer C.G. Lewan. Pasal 14 dan
Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan
Hukum Pidana Sebagai Dasar Penuntutan Perbuatan Menyiarkan Berita
Bohong (Hoax).Lex Crimen Vol. VIII/No. 5/Mei/2019.