Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pencucian uang ( Money Laundering) bisnis munculnya money laundering dimulai dari
negara Amerika Serikat sejak tahun 1830. Pada waktu itu banyak orang yang membeli
perusahaan dengan uang hasil kejahatan (uang panas) seperti hasil perjudian, penjualan
narkotika, minuman keras secara illegal dan hasil pelacuran. Pusat-pusat gangster besar yang
piawai masalah pencucian uang di Amerika Serikat yang terkenal dengan nama kelompok
legendaries Al Capone (Chicago). Mayer Lansky memutihkan uang kotor milik kelompok Al
Capone dengan mengembangkan pusat perjudian, serta bisnis hiburan malam di Las Vegas
(Nevada). Lalu dikembangkan lagi offshore banking di Havana (Cuba) dan Bahama. Kegiatan
pencucian uang yang dilakukan oleh kelom-pok ini menjadikan Mayer Lansky dijuluki sebagai
bapak Money Laundering Modern.

Setelah memasuki tahun 1980 an kegiatan ini semakin jadi dengan banyaknya penjualan
obat bius. Bertolak dari sini dikenal istilah narco dollar atau drug money yang merupakan uang
hasil penjualan narkotika. Perkembangan selanjutnya uang panas itu disimpan di lembaga
keuangan antaranya di bank. Penyimpanan uang panas ini dengan tujuan agar uang hasil dari
kejahatan itu menjadi legal.

Dunia internasional bersepakat melarang kejahatan yang berhubungan dengan narkotika


dan pencucian uang. Kesepakatan ini dituangkan dalam sebuah konvensi the United Nation
Convention Against Illicit Trafic in Narcotics, Drugs and Psycotropic Substances of 1988, yang
biasa disebut dengan the Vienna Convention, disebut juga U N Drug Convention 1988 yang
mewajibkan para anggotanya untuk menyatakan pidana terhadap pelaku tindakan tertentu yang
berhubungan dengan narkotika dan money laundering.

Apabila uang hasil kejahatan dipergunakan dan atau dimasukkan ke dalam dunia
peredaran uang termasuk lembaga keuangan, berarti status uang itu identik dengan uang yang
diperoleh dari kegiatan yang legal. Jika demikian berarti akan menumbuh subur-kan kejahatan
yang bermotif uang baik kejahatan konvensional maupun modern,sehingga samar perbuatan
yang legal dan illegal.
Pencucian uang tidak dilakukan seperti kejahatan tradisional lainnya walaupun bentuk
kejahatannya sama seperti penipuan atau penyuapan. Penipuan dan penyuapan ini merupakan
tindak pidana kejahatan menurut KUHP. Kejahatan berkembang seiring perkembangan IPTEK.
Kegiatan pencucian uang akan menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK. Penipuan,
penyuapan secra tradisional akan langsung dilakukan dengan tunai. Akan tetapi penyuapan dan
kegiatan penipuan dilakukan dengan kecanggihan teknologi tidak harus pada suatu tempat terten-
tu. Praktik money laundering bisa dilakukan oleh seseorang tanpa harus berpergian ke luar
negeri.
Sifat money laundering menjadi universal dan bersifat internasional yakni melin tasi
batas-batas yurisdiksi negara . Berarti Money laundering berhubungan dengan dan dicapai
dengan kemajuan teknologi melalui system cyberspace (internet), pembayaran dilakukan melalui
bank secara elektronik (cyberpayment) Sudarmadji salah seorang penasehat hukum Bank
Indonesia menyebutkan bahwa tindak pidana penyuapan, korupsi, perjudian, pemalsuan uang
merupakan pemicu money laundering. Money Laundering dapat menimbulkan ketidak percayaan
nasabah dan masyarakat kepada sistem perbankan
.
Apabila dikatakan bahwa kegiatan pencucian uang telah menembus batas negara berarti
pemahaman hukum pidana terhadap kejahatan ini tidak lagi terkait dengan azas teritorial suatu
negara saja akan tetapi lebih dari satu hukum nasional yang dilanggar. Uang hasil dari tindak
pidana ini tidak saja disimpan atau dimanfaatkan dalam suatu lembaga keuangan suatu negara
asal, akan tepi juga dapat ditransfer ke negara lain de-ngan berbagai macam cara dan
kepentingan. Ada kepentingan untuk membiayai kegiat-an teroris dan ada juga untuk proses
bisnis. Kegiatan semacam ini melibatkan lebih dari satu hukum pidana nasional.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana City Bank melakukan pencucian uang (money laundry)?
2. Bagaimana fraud triangle pencucian uang di City Bank?
3. Bagaimana pencegahan kasus pencucian uang di City Bank?
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 City Bank Melakukan Pencucian Uang

Citibank yang merupakan bank terkemuka di Jakarta diduga melakukan kejahatan pidana
perbankan. Selain money laundering, yang bersangkutan juga diduga menggelapkan uang
nasabah bank tempatnya bekerja. Kasus pembobolan dana nasbah Citibank senilai Rp40 miliar
oleh Inong Malinda alias Melinda Dee yang menjabat Relationship Manager Citigold di bank
tersebut merupakan salah satu kasus hukum paling banyak menyita perhatian masyarakat di
tahun 2011. Selain nilai kejahatannya yang cukup fantastis, kasus ini merembet ke masalah
privat karena gaya hidup mewah Melinda bersama suaminya Andhika Gumilang.

Lihat saja koleksi mobil mewahnya seperti Hummer, Mercedes Benz dan Ferrari yang
harganya di atas Rp1 miliar. Latar belakang Andhika yang pernah menjadi artis juga turut
menarik perhatian seluruh media infotainment. Dan yang tak kalah menghebohkan adalah
operasi pembesaran payudara yang dilakukan Melinda dibahas media dengan meminta
tanggapan dokter bedah plastik hingga nyaris menenggelamkan substansi kasusnya. Payudaranya
juga menjadi bahan olok-olok di berbagai jejaring sosial.

Pembobolan simpanan nasabah kakap oleh Melinda selama kurang lebih tiga tahun
berakhir 23 Maret 2011 setelah delapan penyidik dari Direktorat Ekonomi dan Khusus Badan
Reserse Kriminal Markas Besar Polri menangkap Melinda di apartemennya di kawasan SCBD,
Jakarta Selatan. Tim dari Mabes Polri bergerak setelah mendapat laporan pihak Citibank pada
bulan Januari.

Dalam keterangan saksi di pengadilan terlihat modus yang digunakan Melinda, yakni
dengan menyalahgunakan kepercayaan para nasabah kakap terhadap dirinya. Oleh Melinda,
nasabah-nasabah kaya dan sibuk itu disodori blanko kosong untuk ditandatangani agar
memudahkan transaksi. Namun ternyata Melinda mencuri uang tersebut sedikit-demi sedikit
tanpa disadari pemilik rekening melalui persekongkolan jahat dengan bawahannya, Dwi
Herawati, Novianty Iriane dan Betharia Panjaitan selaku Head Teller Citibank.

Jaksa Penuntut Umum mendakwa Melinda melakukan penggelapan dan pencucian uang
dalam kurun waktu 22 Januari 2007 hingga 7 Februari 2011 melalui 117 transaksi, dimana 64
transaksi di antaranya dalam bentuk pecahan rupiah senilai Rp27,36 miliar dan 53 transaksi
senilai 2,08 juta dolar AS.
Cara Kerja Operasinya

Guna meraih kepercayaan nasabah, wanita 47 tahun tersebut terlebih dahulu


memperlakukan mereka secara istimewa, misalnya dengan melayani di ruang khusus di kantor
Citibank. Perlakuan ini tidak hanya diberikannya dalam waktu singkat, tetapi hingga puluhan
tahun sampai nasabah sangat percaya.

Dari sini, Melinda secara cermat menelisik pola transaksi nasabah yang bersangkutan,
kemudian mengajukan blanko kosong untuk ditanda tangani. Blanko inilah yang dia gunakanan
untuk menarik dana dengan memerintahkan Dwi mentransfer uang ke beberapa perusahaan
miliknya. Melinda juga menggunakan surat kuasa dari nasabah, sehingga nasabah seolah-olah
datang ke bank untuk melakukan transaksi.

Untuk mengaburkan bukti kejahatan, Melinda membuat perusahaan pribadinya yang dialiri
dana nasabah Citibank atas nama orang lain. Pada akhirnya, duit inilah yang digunakannya,
antara lain untuk menyicil angsuran mobil super mewah seperti Ferrari. Tengok saja kesaksian
Rohly Pateni, salah satu nasabah yang menjadi korban Melinda. Dia mengaku sangat percaya
kepada Melinda karena sudah 18 tahun menjadi nasabah Citibank dan ditangani Melinda. Dia
jarang mengecek rekeningnya karena sibuk bekerja.

Berdasarkan kesaksian mantan Citigold Executive Head di Citibank Landmark, Reniwati


Hamid, Melinda mengalirkan dana nasabah ke empat perusahaan miliknya yaitu, PT Sarwahita
Global Manajemen, PT Porta Axell Amitee, PT Qadeera Agilo Resources, dan PT Axcomm
Infoteco Centro. Reniwati sendiri menjabat sebagai Direktur Utma di empat perusahaan yang
didirikannya bersama Melinda, Roy Sanggilawang, dan Gesang Timora tersebut.

Dari keempat perusahaan ini, Melinda kembali menarik uang untuk kepentingan pribadinya,
Andhika maupun adiknya, Visca Lovitasari serta suami Visca, Ismail bin Janim. Andhika
menampung uang curian itu dengan membuka banyak rekening dengan identitas berbeda karena
menggunakan KTP palsu. Dia juga diseret ke muka pengadilan dengan tuduhan melakukan
tindak pidana pencucian uang dengan menerima dan menampung uang yang diduga hasil tindak
pidana istri sirinya.
Andhika didakwa melanggar Pasal 6 ayat (1) huruf a, b, d, f UU Tindak Pidana Pencucian
Uang juncto Pasal 65 ayat (1) KUHP, dan Pasal 5 ayat (1) UU Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 65 ayat (1) KUHP, dan Pasal 263 Ayat (2) KUHP
dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.

Adapun Visca ditetapkan diadili setelah menampung dana dari Melinda senilai lebih dari
Rp8miliar, dalam kurun waktu 24 Januari 2007 sampai tanggal 19 Oktober 2010. Tahap pertama
Melinda menyetor sebesar Rp2.063.723.000. Lalu, Malinda mengirim lagi Rp.5.429.199.000 dan
selanjutnya Rp66juta, dan terakhir Rp401.480.000. Jaksa mengatakan, dari tiap transaksi itu,
Visca mendapat imbalan sebesar Rp5 juta. Sedangkan suaminya, Ismail yang juga diadili
didakwa menampung uang dari Melinda sekira Rp20,4 miliar sejak bulan Januari 2010 hingga
Oktober 2010 dalam 51 kali transaksi.

Sementara itu, jaksa menjerat Melinda dengan pasal berlapis, yaitu pasal dalam Undang-
Undang Pebankan dan pasal Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang. Pertama, dia
dijerat Pasal 49 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan juncto Pasal 55 ayat 1 dan pasal 65
KUHP.

Kedua, Pasal 3 ayat 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 65 KUHP.
Ketiga, Pasal 3 Undang-Undang No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Pasal 65 ayat 1 KUHP. Ancamannya adalah 15 tahun
penjara.

Fakta lain yang cukup menarik adalah keterlibatan Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan
Nasional (Lemhannas) Marsekal Madya TNI Rio Mendung Thalieb. Dia menjadi Komisaris
Utama PT Sarwahita Group Managemen, namun mengaku tak melakukan bisnis dalam
perusahaan tersebut. Tidak jelas apakah pengakuan ini benar atau tidak karena tidak pernah ada
pemeriksaan terhadap yang bersangkutan.

Yang juga tak terungkap dari kasus tersebut adalah identitas dan latar belakang nasabah
yang ditangani Melinda yang kabarnya mencapai puluhan orang. Sebab, yang melapor ke polisi
cuma tiga orang. Semula, banyak pihak berharap seluruh nasabahnya melapor sehingga di sisi
lain juga bisa ditelisik apakah ada di antaranya pejabat negara sekaligus mencari tahu darimana
sumber uang itu.
Selain menjerat Melinda, Andhika, Visca, dan Ismail, polisi juga menyeret rekan kerja
Melinda yakni Reniwati Hamid, RJ selaku Cash Official Manajer atau atasan teller, dan SW
selaku Cash Supervisor Manager. Mereka menyusul Dwi Herawati binti Harno Wijoyo,
Novianty Iriane binti Emon, dan Betharia Panjaitan yang lebih dahulu ditetapkan sebagai
tersangka dan tengah menjalani persidangan dengan tuduhan turut membantu perbuatan Melinda.

Kasus ini masih akan berlanjut di tahun 2012 karena semua terdakwa masih menjalani
persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Belum satu pun dari mereka yang dijatuhi
vonis oleh hakim. Proses persidangan bisa saja berlanjut hingga beberapa tahun ke depan jika
persidangan berlanjut ke tingkat Mahkamah Agung.

Salah satu perusahaan yang menerima aliran dana itu yakni PT Sarwahita Global
Management. Pejabat Citibank yang diduga turut terlibat mendirikan PT Sarwahita Global
Management (SGM) bersama Malinda Dee telah diberhentikan sementara waktu oleh pihak
Citibank. Pejabat tersebut adalah Reniwaty Hamid. Sementara itu, dua orang lainnya yang juga
diduga turut mendirikan PT Sarwahita Global Management yakni Gesang Situmorang dan
Dennis Roy Sangkilawang sudah tidak lagi menjadi pejabat Citibank. Gesang telah pensiun
sementara Dennis telah mengundurkan diri. Polri menetapkan status saksi pada Reniwati Hamid
dalam kasus pencucian uang dengan tersangka Malinda Dee.

Polri mengaku masih fokus kepada Malinda dan belum membidik direksi PT Sarwahita
lainnya. Malinda dilaporkan oleh Citibank karena adanya pengaduan atau keluhan tiga nasabah
bank tersebut yang kehilangan uang, sehingga total kerugian sementara yang dialami tiga
nasabah sebesar Rp16,6 miliar. Wanita yang lahir di Pangkal Pinang pada 5 Juli 1965, sudah 20
tahun bekerja di bank milik Amerika Serikat dan telah tiga tahun melakukan aksi kejahatan
perbankan tersebut. Citibank mengakui terbongkarnya dugaan kejahatan pembobolan dana
nasabah oleh Malinda Dee bukan temuan audit internal perusahaan tapi laporan nasabah.
Direktur Kepatuhan Citibank Yesica Effendi menceritakan kronologi terbongkarnya kasus ini
bermula pada 9 februari 2001 di mana seorang nasabah menanyakan kepada Malinda Dee
tentang berkurangnya dana pada rekening oleh transaksi yang tidak dikenal.

Kepala Divisi Hubungan Masyaraka (Kadiv Humas) Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam
mengatakan modus yang dilakukan Malinda dengan sengaja telah melakukan pengaburan
transaksi dan pencatatan tidak benar terhadap beberapa “slip transfer”. Seorang “teller” Citibank
yang berinisial D telah ditetapkan sebagai tersangka dan dua kepala “teller” Citibank Landmark
yang berinisial W dan N sudah dimintai keterangan, sementara pihak-pihak yang diduga terlibat
kasus ini juga terus dikejar. Sedangkan saksi-saksi yang telah diperiksa hingga kemarin ada 25
orang. Anton merinci saksi-saksi itu. tiga orang nasabah Citibank yang melaporkan aksi Malinda
ke bank, 18 karyawan Citibank, dan sisanya berasal dari PT Sarwahita Global Management.
Malinda mengatakan, Citibank telah menampung dana pencucian uang nasabah Malinda
selama10 tahun. Dan selama itu pula para atasan Malinda di Citibank cabang Landmark sangat
mengetahui apa yang dilakukan Malinda terhadap uang nasabahnya. Pasalnya Malinda menjadi
perpanjangan tangan nasabah untuk mencuci uang tabungan tersebut. Malinda akan menawarkan
jasa lain dengan memindahkan rekening nasabah ke bisnis lain seperti asuransi dan produk
Citibank lainnya. Dari pencucian uang nasabah ke bisnis lain, nasabah akan mendapatkan
keuntungan. Kartu identitas (KTP) lebih dari satu jadi sarana Malinda Dee melancarkan aksi
penggelapan dana nasabah dan pencucian uang yang dipraktikkan di delapan bank dan dua
perusahaan asuransi. Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus
Husein mengatakan, pihaknya menemukan 28 transaksi mencurigakan dengan rekening atas
nama Malinda Dee, tersangka penggelapan uang Citibank dan pencucian uang.Yunus Husein
sebelumnya membenarkan ada eks pejabat yang ‘dikerjai’ Malinda. Namun, sang eks pejabat
yang kini telah pensiun itu tidak melapor ke polisi. Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Timur
Pradopo memilih merahasiakan identitas sang eks pejabat itu.

Berdasarkan keterangan Polri, ada 3 nasabah Malinda yang menjadi korban. Mereka
sudah menjalani pemeriksaan. Polri juga pernah menyampaikan total uang yang dikuras, untuk
sementara mencapai Rp 17 miliar. Polri juga sudah menyita 4 mobil mewah dan rekening milik
Malinda senilai Rp 11 miliar. Malinda dijerat pasal pencucian uang dan penggelapan. Mobil
mewah masing-masing mobil, Ferrari merah seri F430 Scuderria, Mercedez Benz warna putih
dengan seri E350 dua pintu dan Ferrari merah bernopol B 125 Dee seri California dan telah
dititipkan di Rumah Penitipan Barang Sitaan (Rupbasan). Mobil disita dari apartemen Pacific
Place dan di Capital Residence, mungkin ada satu mobil yang dikejar yakni Alphard. Selain itu,
diduga Malinda juga memiliki tiga unit apartemen salah satunya di SCBD. Baik mobil mewah
dan apartemen milik Malinda dibeli secara kredit.

Analisis kasus

Terkait permasalahan pembobolan dana nasabah yang dilakukan oleh Melinda Dee atau
dikenal juga dengan sebutan Inong Malinda pada bank Citibank disebabkan karena kurangnya
pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan bank itu sendiri baik oleh Direktur, Komisaris
maupun pimpinan yang lain. Kenapa demikian, karena Melinda Dee menjabat sebagai
Relationship Manager Citigold di bank tersebut, sehingga dia dengan dapat mudahnya
melakukan yang demikian dengan memanfaatkan kekuasaan jabatannya. Sebab dia melakukan
hal tersebut tidak sendiri, namun dibantu atau bersengkokol dengan bawahannya yaitu selaku
teller yang melakukan transaksi ke perusahaan miliknya.
Jadi, dari analisis saya terhadap kasus Melinda Dee ini adalah terkait risiko bank dalam
internal atau yang tergolong kedalam Risiko Kepatuhan, sebab Melinda Dee tidak mematuhi
peraturan-peraturan yang sudah digariskan dalam SOP (System Operasional Prosedur). Oleh
karena itu, diharapakan kepada pimpinan bank supaya lebih eksrta ketat lagi dalam memantau
dan mengawasi karyawan-karyawan bank agar tidak terjadinya risiko internal atau
penyelewengan kekuasaan yang diberikan.

2.2 Analisis Triangle Fraud

Teori fraud triangle merupakan suatu gagasan yang meneliti tentang penyebab terjadinya
kecurangan. Gagasan ini pertama kali diciptakan oleh Donald R. Cressey (1953) diperkenalkan
dalam literatur profesional pada SAS No. 99, yang dinamakan fraud triangle atau segitiga
kecurangan.

Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud, yaitu :
Pressure
Pressure (tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk melakukan fraud.
Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-
lain termasuk hal keuangan dan non keuangan. Menurut SAS No. 99, terdapat empat jenis
kondisi yang umum terjadi pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan. Yaitu financial
stability, external pressure, personal financial need, dan financial targets.

Pressure pada kasus ini, analisis saya kemungkinan ada pada gaya hidup mewah di
karenakan keinginan untuk memiliki barang mewah, contoh nya aja mobil pelaku yang sangat
mahal dan banyak dan kemungkinan karena suami pelaku juga artis yang membuat hidup dia
bias berfoya foya layaknya kalangan artis.
Oppurtunity
Opportunity (kesempatan), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk
memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Biasanya terjadi karena pengendalian internal
perusahaan yang lemah, kurangnya pengawasan dan penyalahgunaan wewenang. Diantara
elemen fraud diamond yang lain, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan
diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan upaya deteksi dini terhadap fraud.

Dalam kasus ini opportunity pelaku dikarenakan dia senior account officer (AO) di
dalam city bank kemungkinan karena dia merasa tidak cukup uang, dia melakukan kejahatan ini
dan mengambil kesempatan di karenakan jabatan nya yang merupakan senior account officer
(AO) dia dengan mudah melakukan money laundry tersebut.

Rationalization
Rationalization (rasionalisasi) yaitu adanya sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai
etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan, atau orang-
orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka
merasionalisasi tindakan fraud. Rasionalisasi atau sikap (attitude) yang paling banyak digunakan
adalah hanya meminjam (borrowing) aset yang dicuri dan alasan bahwa tindakannya untuk
membahagiakan orang-orang yang dicintainya.

Dalam kasus ini rationalizationnya dikarenakan kebutuhan mewah yang ingin dia capai
dan untuk membahagiakan orang terdekat atau yang di cintainnya seperti suaminya andhika yang
merupakan artis sehingga dia membenar kan aksis nya tersebut dan melakukannya tanpa
bersalah.

2.3 Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya kasus penipuan dengan modus pencucian uang ini
sebenarnya sama dengan pencegahan aksi penipuan jual-beli online pada umumnya.
Kewaspadaan merupakan hal yang paling penting dalam setiap transaksi jual beli online.
Kejelasan data diri pembeli dan penjual mutlak dimiliki masing-masing pihak sebelum
melakukan transaksi. Oleh karena itu, pembeli hendaknya dengan pro-aktif meminta data diri
penjual sedetail mungkin sebelum transaksi dilakukan. Catat data diri penjual tersebut lalu cari
dan telusuri melalui mesin telusur, jika terdapat track record yang buruk dan belum atau tidak
terselesaikan, batalkan transaksi dengan pelaku tersebut. Jangan juga langsung percaya pada
reputasi keaktifan atau anggota yang terverifikasi, tidak ada jaminan bahwa reputasi tersebut
bukanlah penipuan karena ID yang reputasinya bagus di forum atau member yang terverifikasi
bisa dibeli secara ilegal dengan harga murah sekarang ini.

Penggunaan Rekening Bersama (rekber) dan juga transaksi langsung atau COD (Cash on
Delivery) adalah cara ampuh untuk mencegah terjadinya praktik penipuan pencucian uang.
Dengan menggunakan jasa rekening bersama, dana hanya bisa diteruskan ke penjual ketika
pembeli menerima barang, dan penjual juga tetap bisa memantau barangnya hingga terkirim ke
pembeli. Pihak rekening bersama juga mampu memantau jalannya transaksi. Selain itu, pihak
Rekening Bersama juga biasanya memberikan konfirmasi di lapak penjual atau melalui sms
kepada penjual dimana jika terjadi penipuan modus ini penjual asli tidak akan mendapatkannya.

Penipuan modus seperti ini sangat perlu untuk diwaspadai. Jika sangat menginginkan
barang dan menemukan penjual di internet, jangan terburu-buru dan gegabah untuk langsung
memutuskan membeli dan melakukan transaksi. Cari tahu dahulu dengan siapa akan bertransaksi
dan gunakan cara transaksi yang aman seperti menggunakan rekening bersama atau bertemu
langsung dengan penjual. Ini yang sangat disayangkan, banyak kasus penipuan terjadi karena
kurang waspada dan keteledoran korban sendiri. Hal ini juga diperparah dengan respon atau
investigasi pihak berwajib yang masih cukup rendah untuk mengatasi kasus Cyber Crime seperti
ini.

DeputiGubernur BI Budi Rochadi. Menurutdia, jika dalam kurun waktu itu bank sentral
menemukan pelanggaran yang lebih berat, sanksi lebih besar akan diberikan kepada Citibank.
Hukuman ini berlaku mulai 6 Mei 2011. Sanksi diberikan oleh regulator terkait dua kasus yang
membelit Citibank, yaitu pembobolan oleh Malinda Dee dan tewasnya nasabah kartu kredit di
tangan jasa penagih utang.

Kasus City Bank juga merupakan tindak pidana perbankan berupa pencucuian uang
karena dalam kasus tersebut tampak adanya tindakan mentransfer, membelanjakan,
menyembunyikan uang hasil tindak pidana perbankankan. Pencucian uang (money laundering)
didefinisikan sebagai suatu perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan,
membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,
menukarkan, atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga
merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal
usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.
Sanksi pidana yang dapat dijatuhkan pada Citybank sesuai dengan undang-undang
tindak pidana pencucian uang.
Dalam pasal 3 Ayat (1), Setiap orang yang dengan sengaja:
a. menempatkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana ke dalam Penyedia Jasa Keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama
pihak lain;
b. mentransfer Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana dari suatu Penyedia Jasa Keuangan ke Penyedia Jasa Keuangan yang lain,
baik atas nama sendiri maupun atas nama pihak lain;
c. membayarkan atau membelanjakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik perbuatan itu atas namanya sendiri
maupun atas nama pihak lain;
d. menghibahkan atau menyumbangkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun atas nama
pihak lain;
e. menitipkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana, baik atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain;
f. membawa ke luar negeri Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana; atau
g. menukarkan atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
pidana dengan mata uang atau surat berharga lainnya, dengan maksud
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana karena tindak pidana pencucian
uang dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).

Pasal 6 Ayat (1), Setiap orang yang menerima atau menguasai:


a. penempatan;
b. pentransferan;
c. pembayaran;
d. hibah;
e. sumbangan;
f. penitipan; atau
g. penukaran,
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah). Undang-undang N0.25 Tahun 2003 tentang tindak
pidana pencucian uang.
Bank Indonesia adalah bank sentral yang memiliki tugas dan tanggung jawab
sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sesuai UU tersebut,
Bank Indonesia memiliki tugas dan tanggung jawab utama menjaga dan memelihara stabilitas
nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia memiliki kewenangan menetapkan
kebijakan moneter, memelihara dan mengatur system pembayaran dan mengatur serta
mengawasi bank. Dalam melaksanakan fungsi pengaturan dan pengawasan bank, sesuai UU No.
7 tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU No.10 tahun 1998 Bank Indonesia memiliki
kewenangan memberikan izin, mengatur, mengawasi dan memberikan sanksi terhadap bank
(Bank Umum dan BPR) dalam hal ini bank century bisa ditutup,selain itu sanksi tindak pidana
pencucian uang berupa pidana penjara paling singkat 5(lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) dan paling
banyak Rp. 15.000.000.000,00(lima belas milyar rupiah).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Pencucian uang ( Money Laundering) bisnis munculnya money laundering


dimulai dari negara Amerika Serikat sejak tahun 1830. Pada waktu itu banyak orang yang
membeli perusahaan dengan uang hasil kejahatan (uang panas) seperti hasil perjudian,
penjualan narkotika, minuman keras secara illegal dan hasil pelacuran. Pusat-pusat
gangster besar yang piawai masalah pencucian uang di Amerika Serikat yang terkenal
dengan nama kelompok legendaries Al Capone (Chicago). Mayer Lansky memutihkan
uang kotor milik kelompok Al Capone dengan mengembangkan pusat perjudian, serta
bisnis hiburan malam di Las Vegas (Nevada). Lalu dikembangkan lagi offshore banking
di Havana (Cuba) dan Bahama. Kegiatan pencucian uang yang dilakukan oleh kelom-pok
ini menjadikan Mayer Lansky dijuluki sebagai bapak Money Laundering Modern.

Citibank yang merupakan bank terkemuka di Jakarta diduga melakukan kejahatan


pidana perbankan. Selain money laundering, yang bersangkutan juga diduga
menggelapkan uang nasabah bank tempatnya bekerja. Kasus pembobolan dana nasbah
Citibank senilai Rp40 miliar oleh Inong Malinda alias Melinda Dee yang menjabat
Relationship Manager Citigold di bank tersebut merupakan salah satu kasus hukum
paling banyak menyita perhatian masyarakat di tahun 2011. Selain nilai kejahatannya
yang cukup fantastis, kasus ini merembet ke masalah privat karena gaya hidup mewah
Melinda bersama suaminya Andhika Gumilang.

3.2 Saran

Yang bisa saya sarankan dari isi kasus citybank ini yaitu pengendalian system internal
citybank masih belum maksimal sehingga dengan mudah dimanfaatkan orang dalam
untung melakukan money laundry, jika perlu tidak hanya di ubah tetapi di evaluasi lagi
kinerja system dan pengamanan pada citybank sehingga kesalahan pada kasus yang lalu
tidak terulang lagi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-fraud-triangle/14386/2
http://gubuktatang.blogspot.com/2016/11/kasus-pembobolan-dana-nasabah-ditibank.html
https://uiita.wordpress.com/2014/06/20/kasus-pembobolan-dana-nasabah-citibank-melinda-dee/
https://ari55aputra.wordpress.com/2014/03/05/analisis-kasus-melinda-dee-di-bank-citibank/
https://ipankint.com/internet/bisnis-online/modus-penipuan-pencucian-uang-money-laundering-
dalam-jual-beli-online/
UAS AUDIT FORENSIK

Pak Sigit Handoyo

OLEH:

Nama : M. Syafiq Azhari

NIM : 15312279

Kelas : C

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2018

Anda mungkin juga menyukai