Anda di halaman 1dari 168

ariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan baik

untuk rekreasi atau liburan serta persiapan lainnya yang


dilakukan agar aktivitas tersebut berjalan sesuai rencana.
Sedangkan industri pariwisata merupakan suatu industri jasa yang
menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal,
makanan, minuman dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank,
asuransi, keamanan dan lain lain. Serta menawarkan tempat istirahat,
budaya, pelarian, petualangan, pengalaman baru dan ber beda lainnya.
Jadi kegiatan bisnis pariwisata adalah segala kegiatan usaha yang
berorientasi pada keuntungan.

Buku ini berisi tentang seputar pariwisata dan kewirausahaan di Banten


dan beberapa unsur manajemen yang dilakukan oleh pengelola dan
pemasaran di Banten pada khusunya dan di Indonesia pada umumnya.

Penulis adalah Dosen Tetap Universitas Bina Bangsa Banten pada


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen, saat ini penulis
mempunyai jabatan fungsional Asisten Ahli. Penulis sedang
melanjutkan pendidikan Pascasarjana (S3) dengan Program Studi Ilmu
Manajemen.

Penerbit : CV. AA. RIZKY


Puri Citra B2 No. 34
Kel. Pipitan Kec. Walantaka
Kota Serang – Banten
Hp. 0819 06050622
Email : www.aa.rizkypress@gmail.com
PARIWISATA DAN KEWIRAUSAHAAN
BANTEN

Penulis:
Listiawati
Hafidz Hanafiah
Khaeruman

PENERBIT:
CV. AA. RIZKY
2018

i
Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
Pasal 72

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan


perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (1) atau pasal 49
ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing -masing
paling sedikit 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp.1.000.000,00 (satu juta ru piah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,


mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang
hasil pelangaran hak cipta terkait sebagai dimaksud pada ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

ii
PARIWISATA DAN KEWIRAUSAHAAN
BANTEN

Penulis :
Listiawati
Hafidz Hanafiah
Khaeruman

ISBN : 978-602-52988-1-3

Editor :
Encep Saefullah

Penyunting :
Khaerul Ikhwan

Desain Sampul dan Tata Letak:


Tim Kreasi CV. AA. Rizky

Penerbit:
CV. AA. Rizky
Jl. Raya Ciruas Petir, Komplek Puri Citra Blok B2 No. 34
Kecamatan Walantaka , Kota Serang - Banten, 42183
Hp. 081906050622
Email: aa.rizkypress@gmail.com

Cetakan Pertama, Oktober 2018

Copyright © 2018 CV. AA. Rizky


Hak cipta dilindungi undang -undang
Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk dan dengan cara
apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Isi diluar tanggungjawab Penerbit.

iii
Terbang tinggilah garudaku.
Kepakan sayapmu terus menerus,
hanya dengan itu sayapmu akan bertambah besar dan kuat.
Waktumu cukup cukup leluasa untuk mengarungi
birunya angkasa dan putihnya awan.
Semakin tinggi terbangmu, akan semakin tajam
penglihatanmu,dan semakin bijaksana melihat bumi.
Yakinlah suatu saat bulumu akan menjadi emas.

iv
PR A K AT A P EN ULI S
L is tia w a ti

Dengan sepenuh hati saya bersyukur atas nikmat yang t elah


Allah SWT berikan, sehingga saya dapat menyusun buku ini dengan
baik. Dalam buku ini saya membahas tentang Pariwisata &
Kewirausahaan Banten.
Buku ini dibuat dengan berbagai inspirasi dan investigasi serta
dikupas secara tajam, setajam golok Ciomas. Serta beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menghadapi cobaan dan
tantangan selama mengerjakan buku ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyusun buku ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
pembuatan buku ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT semata. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk
memberikan saran dan kritik yang dapat membangun penulis. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk
penyempurnaan buku selanjutnya.
Akhir kata semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca.

Serang, Oktober 2018


Penulis,

Listiawati

v
PR A K AT A P EN ULI S
H a fid z H a n a fia h

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas


segala rahmat dan hidayah -Nya yang telah memberikan kekuatan
dan kemampuan kepada kami. Buku ini merupakan proses
membaca, mengamati, dan menganalisis serta mensintesis sehingga
menghasilkan suatu karya ilmiah. Tujuan buku ini untuk
memberikan sumbangsih sebagai akademisi khususnya ilmu bidang
manajemen, pemasaran, serta UMKM khususnya di wilayah Banten.
Sehingga dapat bermanfaat sebagai referensi di masa yang akan
datang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terim a kasih
kepada :
1. Kedua Orang Tua saya Bapak Sumantri dan Ibu Tjutju Komariah
yang telah membimbing dan mengarahkan di waktu kecil, tanpa
doa dan dukukungan mereka usaha yang penulis lakukan saat ini
belum tentu bisa terlaksana.
2. Rekan seperjuangan Bapak Kha eruman, ST., MM. serta Ibu
Listiawati, ST., MM. yang telah memberikan sharing session serta
diskusi agar buku ini bisa terselesaikan.
3. Istri tercinta Veni Citrawati yang telah memberikan dukungan
baik moril maupun materil dan Adeeva sebagai penyemangat
agar tetap terus bisa menulis.
4. Rekan-rekan grup Jafung Universitas Bina Bangsa semoga tetap
solid.
Penulis sebagai manusia biasa akan luput dari segala
kekurangan dan kesalahan Sehingga diharapkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun. Akhirnya penulis berh arap buku ini
bermanfaat, semoga Allah SWT memberi rahmat dan hidayah serta
ridho-Nya bagi kita semua.

Serang, Oktober 2018


Penulis,

Hafidz Hanafiah

vi
PR A K AT A P EN ULI S
K h a e ru m a n

Seraya memanjatkan puji dan syukur kekhadirat Allah SWT.


atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga buku ini dapat
diselesaikan. Hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan dan
kemudahan dalam segala urusan. Allahumma salli ‘ala Muhammad,
Shalawat dan salam penulis panjatkan kepada junjungan baginda
Nabi besar kita Nabi Muh ammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
kaum muslimin muslimat yang mengikuti jejak tingkah lakunya
sampai akhir zaman. Beliau telah memberikan arahan dan petunjuk
pada jalan yang benar dalam berfikir dan berbuat dalam mengisi
kehidupan ini.
Buku ini berisi tentang seputar pariwisata dan kewirausahaan
di Banten dan beberapa unsur manajemen yang dilakukan oleh
pengelola dan pemasaran di Banten pada khusunya dan di Indonesia
pada umumnya.
Sudah pasti buku ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat berterima kasih apabila para pembaca memberi kritik
dan saran atas materi dan cakupan materi buku ini. Dengan kritik
dan saran yang disampaikan, penulis berharap di masa yang akan
datang buku ini dapat menjadi lebih lengkap dan sempurna.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih
kepada :
1. Allah SWT, yang memberikan Rahmat dan KaruniaNya sehingga
penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan buku ini.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan do’a
kepada penulis sehingga buku ini dap at selesai.
3. Istri dan anakku tercinta yang selalu menjadi penyemangat dalam
berkarya dan berinovasi.
Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak -
pihak yang tidak dapat disebut satu per satu yang telah membantu
dari persiapan hingga buku ini d apat dipergunakan.

Serang, Oktober 2018


Penulis,

Khaeruman

vii
D AFT AR I SI

PRAKATA PENULIS ............................................................................. v


DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi

BAB 1
PENDAHULUAN ................................................................................... 1

BAB 2
KONSEP PARIWISATA ....................................................................... 5
A. Sejarah Pariwisata ............................................................................. 5
B. Kondisi Pariwisata Internasio nal.................................................... 10
C. Sejarah Pariwisata Di Indonesia ..................................................... 13
D. Perkembangan Pariwisata Di Provinsi Banten ............................. 16

BAB 3
DEFINISI DAN TREN PARIWISATA .............................................. 19
A. Pengertian Pariwisata ....................................................................... 19
B. Jenis-jenis Pariwisata ........................................................................ 20
C. Pariwisata Ditinjau Dari Aspek Antologi, Aspek Epistimologi,
dan Aspek Aksiologi......................................................................... 22
D. Tren Pariwisata .................................................................................. 26
E. Tahapan-Tahapan Pembangunan Pariwisata Pusaka ................. 29
F. Hal-hal yang Harus Diantisipasi sebagai Dampak Kegiatan
Pariwisata Pusaka ............................................................................. 30

BAB 4
PENGEMBANGAN BISNIS PARIWISATA .................................... 37
A. Perencanaan dan Pengembangan Destinasi Wisata .................... 37
B. Strategi Pengembangan Bisnis Tempat Wisata ............................. 40
C. Pengembangan Ecotourism ............................................................... 45
D. Isu dan Trend Pengembangan Pariwisata ..................................... 47

viii
BAB 5
PEMASARAN PARIWISATA ............................................................. 53
A. Bauran Pemasaran Pariwisata ......................................................... 53
B. Pengembangan Produk Pariwisata ................................................. 57
C. Kualitas Produk, Kepuasan Wisatawan dan Keputusan
Berkunjung Kembali ke Destinasi Wisata ...................................... 58
D. Digital Marketing Pariwisata sebagai WOM serta Referensi
Pariwisata ........................................................................................... 61

BAB 6
PARIWISATA BANTEN ....................................................................... 65
A. Produk Ikonik .................................................................................... 65
B. Studi Kasus Produk Ikonik Pariwisata Kota Serang Provinsi
Banten.................................................................................................. 66

BAB 7
PARIWISATA DAN KEWIRAUSAHAAN ....................................... 97
A. Bisnis Tour dan Travel Agen ........................................................... 99
B. Biro Perjalanan Wisata atau Travel Agen ...................................... 113
C. Agen Perjalanan dan Pemasaran Paket Wisata ............................. 115
D. Estimasi Biaya Agen Perjalanan dan Pariwisata .......................... 117

BAB 8
PERAN PEMERINTAH, PELAKU USAHA, PENGUNJUNG
PARIWISATA DAN KEWIRAUSAHAAN ....................................... 125
A. Peran Pemerintah dalam Memajukan Pariwisata dan
Kewirausahaan. ................................................................................. 125
B. Peran Pelaku Usaha Pariwisata, Agent Tour dan Travel dalam
Memajukan Pariwisata dan Kewirausahaan ................................. 127
C. Pariwisata Sebagai Upaya Mengasah Jiwa Wirausaha ................ 131
D. Pembelajaran Kewirausahaan Pariwisata dan Kewirausahaan . 139
E. Pesan dan Kesan dalam Memajukan Pariwisata dan
Kewirausahaan .................................................................................. 141

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 143


GLOSARIUM .......................................................................................... 147
RIWAYAT PENULIS ............................................................................ 151

ix
D AFT AR T AB E L

Tabel 5.1 Bauran Pemasaran dalam Pemasaran Pariwisata ............ 54


Tabel 8.1 Kompetensi Individu Wirausahawan Pariwisata ............ 134
Tabel 8.2 Pendidikan Umum dan Pendidikan Kewirausahaan ..... 137

x
D AFT AR G AM B AR

Gambar 3.1 Pariwisata dalam Tiga Pilar ........................................... 26


Gambar 4.1 Bauran Pemasaran ........................................................... 43
Gambar 4.2 Ansoff Matrix ................................................................... 44
Gambar 4.3. Skema Ecotourism ........................................................... 46
Gambar 6.1 Pariwisata sekitaran Kota Serang sebagai Ibu kota
Provinsi Banten ................................................................ 68
Gambar 6.2 Pencak Silat....................................................................... 71
Gambar 6.3 Debus Banten ................................................................... 71
Gambar 6.4 Salah Satu Atraksi Debus Banten .................................. 73
Gambar 6.5 Kesenian Rudat ................................................................ 73
Gambar 6.6 Mesjid Agung Banten di Kawasan Banten Lama ....... 75
Gambar 6.7 Keraton Kaibon ................................................................ 78
Gambar 6.8 Benteng Spellwijk ............................................................ 78
Gambar 6.9 Vihara Avalokitesvara .................................................... 79
Gambar 6.10 Cagar Alam Pulau Dua ................................................... 80
Gambar 6.11 Darmaga Pulau Dua ........................................................ 81
Gambar 6.12 Penghuni Pulau Dua ....................................................... 82
Gambar 6.13 Sate Bandeng Khas Serang Banten ................................ 82
Gambar 6.14 Rabeg Makanan Khas Serang ........................................ 86
Gambar 6.15 Salah Satu Rumah Makan yang Menyediakan Nasi
Rabeg ................................................................................. 86
Gambar 6.16 Nasi Samin yang sudah jarang ditemukan sebagai
“teman” Rabeg ................................................................. 87
Gambar 6.17 Bontot Khas Serang ......................................................... 87
Gambar 6.18 Golok Ciomas Khas Banten ............................................ 88
Gambar 6.19 Ragam Hias Khas Banten Rekontruksi Arkeologi
Nasional ............................................................................ 90
Gambar 7.1 Seorang pramuwisata sedang melakukan
pemanduan....................................................................... 103
Gambar 8.1 Nilai-nilai Bersama dalam Pendidikan
Kewirausahaan ................................................................ 140

xi
BAB 1 Pendahuluan

PEN D AH UL UA N

Industri Pariwisata lahir karena adanya perbedaan, keunikan,


dari banyaknya etnik lokal, dari segi bentang alam, flora, fauna
maupun yang berupa kebudayaan sebagai hasil cipta, karsa, rasa dan
budi manusia. Tanpa adanya perbedaan itu, tak akan ada
kepariwisataan, tidak ada orang yang melakukan perjalanan ingin
menikmati keunikan yang tidak ada didaerah asal wisatawan
(berwisata). Dengan mempertahankan keunikan alam dan budaya,
berarti menjaga kelestarian lingkungan hidup serta meningkat kan
kualitas hidup, tanpa merusak sumber kehidupan manusia yaitu
alam dan budayanya.
Tak dapat disangkal bahwa masyarakat yang sudah
menyadari bahwa peranan alam dan budaya serta adat istiadat
(saling mengasihi dan menghormati) dapat menjadikan pariwisata
menjadi alat pencipta ketenteraman dalam kehidupannya, mereka
memiliki watak yang mampu menerima perubahan tanpa
meninggalkan keaslian/keunikan yang dianutnya. Dengan falsafah
itulah mereka menjadi masyarakat yang tidak mudah digoncang
untuk melakukan hal-hal yang diluar nilai-nilai yang dianutnya.
Dengan berlandaskan prinsip keunikan dan kelokalan,
kepariwisataan Indonesia didasari oleh falsafah hidup bangsa
Indonesia sendiri khususnya di Provinsi Banten, yaitu konsep
prikehidupan yang berkeseimbangan. Se imbangnya hubungan
manusia dengan Tuhan, seimbangnya hubungan manusia dengan
sesamanya, seimbangnya hubungan manusia dengan lingkungan
alam.
Konsep ini mengajarkan kepada kita untuk menjunjung nilai -
nilai luhur agama serta mampu mengaktualisasikannya, meng hargai
nilai-nilai kemanusiaan, toleran, kesetaraan, kebersamaan,
persaudaraan, memelihara lingkungan alam. Pelestarian budaya dan
alam bukan berarti akan menjadikan daerah tersebut sebagai
museum hidup, tetapi justru akan menjadikan masyarakat akan tetap
memiliki nilai-nilai yang luhur yang diwujudkannya dalam praktek
kehidupan sehari-hari, yang akan sangat besar sumbangannya tidak

1
BAB 1 Pendahuluan

hanya di tingkat nasional, tetapi juga bagi umat manusia di dunia.


Kesadaran untuk menyeimbangkan kebutuhan materi dan rokhani ,
seimbangnya pemanfaatan sumber daya dan pelestarian. Kita
diajarkan untuk tidak menjadi rakus.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa tidak hanya
bergantung pada pertumbuhan ekonomi atau kestabilan politik,
tetapi sebagian besar terletak pada kemampua n dan kemauan serta
semangat sumber daya manusia sebagai aset utama dan terbesar
dalam mengembangkan potensi bangsa. Semua sadar bahwa mereka
yang hidup pada masa sekarang selalu menginginkan kehidupan
yang lebih baik dari hari kemarin. Padahal, kehidupan masa
sekarang merupakan hari kemarin bagi mereka yang hidup pada
masa yang akan datang. Keadaan masa depan tidak mudah diramal,
tetapi dapat dipastikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) merupakan sumber penggerak utama pertumbuhan
ekonomi dan kemajuan kehidupan masyarakat di sebagian besar
negara dunia.
IPTEK dan perkembangannya akan menghasilkan hal -hal
yang baru dengan laju yang pesat, baik berupa barang maupun jasa;
layanan komunikasi baru tata cara kegiatan ekonomi. Pengaruh
tersebut akan mendunia, melewati batas-batas negara yang meliputi
berbagai segi kehidupan. Dalam bidang ekonomi, pasar yang
semakin terbuka dan bebas yang menyebabkan arus barang dan jasa
serta tenaga kerja akan melintas batas negara tanpa hambatan.
Kemajuan pesat di bida ng teknologi menyebabkan kekuatan
daya saing suatu negara yang berbasis pada keunggulan komparatif
dengan mengandalkan kekayaan sumber alam dan tenaga kerja yang
berlimpah, cenderung tidak lagi menjadi andalan. Bersamaan dengan
itu, ketersediaan sumber day a alam, baik dalam jenis dan jumlah
maupun mutunya juga semakin berkurang. Demikian pula, sumber
pendanaan bagi keperluan investasi akan semakin langka. Sumber
daya manusia semakin menentukan dalam memenangkan
persaingan dibandingkan dengan sumber daya lai nnya. Dalam
perkembangan demikian, tantangan masa mendatang adalah
mengupayakan daya saing dan keunggulan kompetitif yang
mengandalkan keterampilan dan kreativitas SDM, kemampuan
teknologi, dan kemampuan manajemen dengan tetap memanfaatkan
keunggulan komparatif yang telah dimiliki.
Uraian di atas sekadar menunjukkan betapa besar tantangan
yang harus dihadapi sekarang dan masa depan, serta betapa penting

2
BAB 1 Pendahuluan

peran pendidikan tinggi dalam menghasilkan lulusan yang


profesional, andal, serta berkemampuan tinggi, ya ng dapat
meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam berproduksi agar
industri di Indonesia pada umumnya berdaya saing tinggi.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengembangan pariwisata dan
kewirausahaan sangat penting bagi semua kalangan. Hal tersebut
mendorong munculnya beragam kesempatan untuk berpariwisata
dan berusaha dalam era perkembangan teknologi tinggi.
Berkembangnya teknologi informasi dan program -program
komputer yang canggih telah mendorong tumbuhnya kesempatan
kerja lokal yang semakin beragam. Perkembangan baru dalam
industri jasa seperti konsultan komputer, manajemen, periklanan,
dan kepariwisataan juga terus berkembang secara meluas sebagai
sektor penunjang industri.
Sesuai dengan Undang -Undang RI No. 9 Tahun 1990 tentang
Kepariwisataan, bidang kelola yang akan diisi oleh pelaku pariwisata
adalah :

Untuk Tingkat pelaksana, para pelaku dapat mengisi


kebutuhan tenaga kerja pada industri pariwisata yang masih
berkaitan antara lain:
a. Menerima dan memproses reservasi sesuai permintaan pe langgan
b. Menghitung harga tiket penerbangan domestik dan internasional
sesuai ketentuan IATA
c. Menerbitkan tiket penerbangan domestik dan internasional secara
manual maupun komputerisasi sesuai ketentuan IATA
d. Mengurus dokumen perjalanan lain, seperti : visa, pasport, pta
dan lain-lain
e. Melaksanakan tugas sebagai pemandu wisata pada perjalanan
wisata

3
BAB 1 Pendahuluan

f. Melaksanakan tugas sebagai Tour Guide/pemandu wisata


(pemula) di obyek/atraksi wisata maupun dalam memandu tour
dalam kota (City Tour).
g. Melaksanakan layanan transf er
h. Menghitung harga paket perjalanan wisata
i. Menyelenggarakan kegiatan perjalanan wisata
j. Menjual produk pariwisata
k. Melaksanakan tugas sebagai petugas tata operasi darat (ground
handling)
l. Melaksanakan tugas sebagai pengelola informasi wisata.
Maka dengan demikian, pembangunan pariwisata dan
kewirausahaan akan mampu mensejahterakan masyarakat.
Pembangunan pariwisata di daerah -daerah harus berpihak pada tiga
hal ini, sehingga masyarakat akan merasakan manfaat dari kegiatan
pariwisata dan kewirausahaan.

---oo0oo---

4
BAB 2 Konsep Pariwisata

KO N S EP P AR I W ISAT A

A. Sejarah Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu terdiri
dari suku kata “pari” berarti berkeliling atau bersama, dan suku kata
“wisata” berarti perjalanan. Sehingga pariwisata dapat diartikan
sebagai perjalanan keliling dari suatu tempat ke tempat lain. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian wisata adalah
bepergian secara bersama -sama dengan tujuan untuk bersenang -
senang, menambah pengetahuan, dan lain -lain. Selain itu dapat
diartikan dengan bertamasya atau piknik.
Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang
Kepariwisataan, pariwisata adalah segala macam kegiatan wisata
yang dilayani oleh pemerintah, masyarakat, atau pengusaha beserta
dengan fasilitasnya. Sedangkan menurut WTO atau World Tourism
Organization, Pariwisata adalah kegiatan manusia yang melakukan
perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan
kesehariannya.
Pariwisata dapat disimpulkan sebagai suatu perjalanan yang
dilakukan baik untuk rekreasi atau liburan serta p ersiapan lainnya
yang dilakukan agar aktivitas tersebut berjalan sesuai rencana.
Sedangkan industri pariwisata merupakan suatu industri jasa yang
menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat
tinggal, makanan, minuman dan jasa bersangkutan lainnya seperti
bank, asuransi, keamanan dan lain lain. Serta menawarkan tempat
istirahat, budaya, pelarian, petualangan, pengalaman baru dan
berbeda lainnya.
Sejarah perkembangan pariwisata dunia secara umum dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu : (1) Tahap Jaman Pra Sejarah
atau Prehistory, (2) Tahap Jaman Sejarah, dan (3) Tahap Jaman Setelah
Sejarah atau Post History.
(1) Tahap Jaman Sejarah (Sebelum Tahun 1920)
Pada tahap ini sejarah perkembangan pariwisata dunia sudah
dimulai sejak jaman primitif y aitu dilakukan oleh bangsa primitif
dengan melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain

5
BAB 2 Konsep Pariwisata

atau berpindah-pindah untuk kelangsungan hidup ( nomadism)


dan beradaptasi, sehingga perjalanan yang jauh ( travelling) sudah
menjadi gaya dan cara tersendiri unt uk bertahan hidup. Pada
tahun 400 SM, misi oleh Bangsa Sumeria dimana saat itu
perkembangan huruf mulai berkembang, dimana fungsi uang
sudah ada dalam perdagangan. Misi wisata pertama juga
dilakukan oleh bangsa Phoenesia dan Polynesia dengan tujuan
untuk perdagangan. Kemudian Bangsa Romawi melakukan
perjalanan wisata dengan tujuan untuk bersenang -senang pada
bangsa Romawi pada abad ke I sampai abad ke V, serta untuk
mengetahui bagaimana tatanan hidup, sistem politik, dan
ekonomi. Pada tahun 1760 -1850 saat terjadi revolusi industri yang
mengakibatkan perubahan dalam kehidupan masyarakat,
terdapat beberapa kejadian sejarah yang dicatat antara lain :
a. Struktur masyarakat dan ekonomi Eropa terdapat beberapa
kejadian sejarah seperti : pertambahan penduduk, urbanis asi,
timbulnya usaha-usaha yang berkaitan dengan pariwisata di
kota-kota industri, lapangan kerja meluas ke bidang industri,
pergeseran penanaman modal dari sektor pertanian ke usaha
perantara seperti bank, termasuk perdagangan internasional.
Hal tersebut yang menciptakan pasar wisata semakin
berkembang.
b. Meningkatnya teknologi transportasi/sarana angkutan.
c. Munculnya agen perjalanan. Biro perjalanan pertama kali di
dunia adalah Thomas Cook & Son Ltd. pada tahun 1840 di
Inggris dan American Express Company pa da tahun 1841 di
Amerika Serikat.
d. Bangkitnya industri perhotelan. Perkembangan sistem
transportasi juga mendorong munculnya akomodasi (hotel)
baik di stasiun-stasiun kereta api maupun di daerah tujuan
wisata. Disamping akomodasi, banyak pula restoran dan b ar
serta sejenisnya, seperti kedai kopi dan teh yang timbul akibat
urbanisasi.
e. Munculnya literatur-literatur mengenai usaha kepariwisataan,
antara lain : “Guide du Hotels to France” oleh Michelui pada
tahun 1900 dan “Guide to Hotels“ oleh Automobile Associ ation
pada tahun 1901.
f. Berkembangnya daerah -daerah wisata lainnya di beberapa
negara seperti Mesir, Italia, Yunani, dan Amerika. Perjalanan

6
BAB 2 Konsep Pariwisata

tersebut diatur dan dikoordinasikan oleh Thomas Cook & Son


Ltd. sekitar permulaan abad ke 19, yaitu pada tahun 1861.
Intinya pada tahun 1760 -1850 yang merupakan revolusi
industri yang mengakibatkan terjadinya urbanisasi pada
masyarakat Eropa, meningkatnya teknologi transportasi,
munculnya agen perjalanan, bangkitnya industri perhotelan,
munculnya literatur mengenai usah a kepariwisataan,
berkembangnya daerah wisata di Negara Mesir, Italia, Yunani,
Amerika.
(2) Tahap Jaman Sejarah
Pada tahap jaman sejarah atau jaman dunia modern setelah
tahun 1919. Dimana ditandai dengan pemakaian angkutan mobil
untuk kepentingan perjalanan pr ibadi sesudah perang dunia I
(1914–1918). Pada perang dunia I ini memberi pengalaman
kepada orang-orang untuk mengenal wilayah lainnya, sehingga
membangkitkan minat berwisata ke tempat wisata di negara lain.
Sehingga dengan adanya kesempatan berwisata ke n egara lain
maka berkembang pula arti pariwisata internasional sebagai salah
satu alat untuk mencapai perdamaian dunia, dan berkembangnya
penggunaan sarana angkutan mulai dari penggunaan mobil
pribadi sampai penggunaan pesawat terbang berkecepatan suara.
Pada tahun 1914, perusahaan kereta api di Inggris mengalami
keruntuhan dalam keuangan sehingga diambillah kebijaksanaan
bahwa : “Kereta api yang bermesin uap diganti menjadi mesin
diesel dan mesin bertenaga listrik serta pengurangan jalur kereta
api yang kurang menguntungkan”. Pada masa ini pula timbul
sarana angkutan berteknologi tinggi, seperti mobil dan pesawat
sebagai sarana transportasi wisata yang lebih nyaman serta lebih
cepat.
(3) Tahap Jaman Setelah Sejarah
Pada tahap ini, perkembangan pariwisata banyak
dipengaruhi oleh perkembangan sarana angkutan, yakni :
1. Motorisasi, yang merupakan sarana angkutan yang
berkekuatan motor tenaga listrik sebagai pengganti mesin
bertenaga uap. Akibat dari motorisasi ini yaitu meningkatnya
wisata domestik, tumbuhnya penginap an–penginapan di
sepanjang jalan raya, munculnya pengusaha -pengusaha bus
wisata pada tahun 1920, dan munculnya undang -undang lalu
lintas di Inggris pada tahun 1924 -1930.

7
BAB 2 Konsep Pariwisata

2. Pesawat udara, sebelum perang dunia ke II pesawat udara


digunakan hanya untuk kepentin gan komersial, seperti
pengangkutan surat-surat pos, paket-paket, dan lain-lain.
Tetapi sejak tahun 1963, mulai diperkenalkan paket perjalanan
wisata dengan menggunakan pesawat terbang, seperti
pesawat supersonik dan concorde dimana perjalanan dapat
ditempuh dengan nyaman dan dalam waktu yang relatif
singkat.
3. Timbulnya agen perjalanan, agen perjalanan umum, dan
industri akomodasi. Hal ini banyak disebabkan oleh
peningkatan pendapatan per kapita penduduk terutama di
negara-negara maju, seperti Eropa, Amerika , Jepang, dan
negara lainnya; dan naiknya tingkat pendidikan masyarakat
yang mempengaruhi rasa ingin tahu terhadap negara -negara
luar.
Sedangkan pendapat lainnya menurut World Tourism
Organization (WTO), secara sepintas membagi perkembangan atau
sejarah pariwisata ini ke dalam 3 (tiga) jaman, yakni :
1. Jaman Kuno
Pariwisata pada jaman kuno, ditandai oleh motif perjalanan
yang masih terbatas dan sederhana, yaitu:
 Adanya dorongan karena kebutuhan praktis dalam bidang
politik dan perdagangan, dambaan ingin me ngetahui adat
istiadat dan kebiasaan orang lain atau bangsa lain, dorongan
yang berhubungan dengan keagamaan, seperti melakukan
ziarah dan mengunjungi tempat -tempat ibadah.
 Sarana dan fasilitas yang digunakan selama perjalanan pada
zaman kuno ini pun masi h sederhana. Alat angkutan dengan
menggunakan binatang, seperti kuda, onta, atau perahu -
perahu kecil yang menyusuri pantai merupakan alat
transportasi yang paling populer. Akan tetapi, perjalanan
dengan jalan kaki untuk menempuh jarak berpuluh -puluh
atau beratus-ratus kilometer yang paling banyak dilakukan.
Contoh perjalanan pada jaman kuno : seperti yang dilakukan
oleh pedagang-pedagang Arab ke Cina untuk membeli barang
berharga, pedagang Yunani ke Laut Hitam, pedagang Vinisia
ke Afrika. Perjalanan kaum Bu ddhis Cina ke India, kaum
Muslimin yang melakukan Ibadah Haji ke Mekkah atau kaum
Nasrani ke Yerusalem.

8
BAB 2 Konsep Pariwisata

 Badan atau organisasi yang mengatur jasa -jasa perjalanan


pada jaman ini belum ada. Pengaturan perjalanan ditentukan
secara individu, baik oleh perorang an atau kaum-kaum.
Akomodasi yang digunakan masih sederhana. Para pelancong
membangun tenda-tenda sendiri atau tinggal di rumah -rumah
saudagar, pemuka-pemuka masyarakat, pemuka agama atau
tempat-tempat beribadah, seperti mesjid dan gereja.
Akomodasi yang dikelola secara komersil pada jaman ini
belum ada.
2. Jaman Pertengahan
 Motivasi dan motif perjalanan pada abad pertengahan lebih
luas dari motivasi dan motif perjalanan pada jaman kuno. Di
samping motif perjalanan untuk keperluan perdagangan,
keagamaan dan rasa ingin tahu, pada jaman ini telah
berkembang motif untuk tujuan yang berhubungan dengan
kepentingan negara (mission) dan motif untuk menambah
pengetahuan.
 Para pedagang tidak lagi melakukan pertukaran secara barter.
Para pedagang cukup dengan membawa contoh barang yang
ditawarkan melalui pekan -pekan raya perdagangan. Seperti di
St. Denis, Champagne atau Aix -la-Cappalle.
 Untuk menjaga hubungan antar negara, baik negara penjajah
maupun yang dijajah atau antar negara merdeka, dilakukan
saling kunjungan petugas-petugas negara.
 Pada jaman pertengahan telah ada perguruan -perguruan
tinggi seperti Al Azhar di Kairo, di Paris, Roma, Salamanca,
dan sebagainya. Para mahasiswa dari berbagai negara
melakukan kunjungan ke universitas -universitas ini untuk
menambah atau memperdalam pengetahuannya dengan
mendengarkan kuliah-kuliah yang diberikan oleh para guru
besar.
 Dengan semakin banyaknya yang melakukan perjalanan antar
negara, berbagai negara mulai mengeluarkan peraturan -
peraturan guna melindungi kepentingan nega ra,
penduduknya serta kepentingan para wisatawan.
 Akomodasi yang bersifat komersil mulai bermunculan
walaupun masih sederhana. Demikian pula restoran -restoran
yang menyediakan makanan untuk keperluan para pelancong.
 Alat angkut tidak hanya dengan menungg ang kuda, keledai
atau onta, tetapi telah meningkat dengan menambah kereta

9
BAB 2 Konsep Pariwisata

yang ditarik kuda atau keledai. Angkutan laut telah


menggunakan kapal-kapal yang lebih besar.
3. Jaman Modern
 Perkembangan pariwisata pada jaman modern, ditandai
dengan semakin beraneka ragamnya motif dan keinginan
wisatawan yang harus dipenuhi sebagai akibat meningkatnya
budaya manusia.
 Formalitas atau keharusan para pelancong untuk membawa
identitas diri bila mengunjungi suatu negara mulai diterapkan.
 Tempat-tempat penginapan (akomodasi) yang dikelola secara
komersil tumbuh dengan subur. Fasilitas yang digunakan
semakin lengkap.
 Timbulnya revolusi industri di negara -negara Barat telah
menciptakan alat angkut yang sangat penting dalam
perkembangan pariwisata. Diketemukannya mes in uap, mulai
diperkenalkan angkutan kereta api dan kapal uap, dan
menggantikan alat angkut yang menggunakan binatang.
 Perkembangan selanjutnya ditemukan alat angkut yang
menggunakan mesin motor, yang jauh lebih cepat dan
fleksibel dalam angkutan melalui darat. Teknologi mutakhir
yang sangat penting dalam jaman modern adalah dengan
digunakannya angkutan udara yang dapat menempuh jarak
jauh dalam waktu yang lebih cepat.
 Sejak permulaan abad modern, ditandai pula oleh adanya
badan atau organisasi yang menyu sun dan mengatur
perjalanan.
Kegiatan ekonomi pariwisata baru berkembang pada awal
abad XIX dan sebagai industri internasional pariwisata dimulai tahun
1865 (Crick, 1989; Graburn dan Jafari 1991). Dewasa ini pariwisata
telah menjadi salah satu industri an dalan utama dalam menghasilkan
devisa di berbagai negara seperti Thailand, Singapura, Filipina, Fiji,
termasuk Indonesia (Hitchcock et al, 1993). Dengan pentingnya
peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi berbagai negara,
pariwisata sering disebut seba gai “passport to development ”, “new kind
of sugar”, tool for regional development,”invisible export ”, non-polluting
industry” dan sebagainya (Pitana, 2002a).

B. Kondisi Pariwisata Internasional


Berdasarkan data yang dikutip dari WTO, pada tahun 2000
Wisatawan Mancanegara (wisman) internasional mencapai jumlah

10
BAB 2 Konsep Pariwisata

698 juta orang yang mampu menciptakan pendapatan sebesar USD


476 milyar. Pertumbuhan jumlah wisatawan pada dekade 90 -an
sebesar 4,2 % sedangkan pertumbuhan penerimaan dari wisman
sebesar 7,3 %, bahkan di 28 negara pendapatan tumbuh 15 % per
tahun.
Khusus untuk jumlah wisatawan dalam negeri di masing -
masing negara jumlahnya lebih besar lagi dan kelompok ini
merupakan penggerak utama dari perekonomian nasional. Sebagai
gambaran di Indonesia jumlah Wisatawan Nusantara (wisnus) pada
tahun 2000 adalah sebesar 134 juta dengan pengeluaran sebesar Rp.
7,7 triliun. Jumlah ini akan makin meningkat dengan adanya
kemudahan untuk mengakses suatu daerah.
Atas dasar angka-angka tersebut maka wajarlah jika
pariwisata dikategorikan kedalam kelompok industri terbesar dunia (
the world's largest industry ), sebagaimana dinyatakan pula oleh John
Naisbitt dalam buku tersebut diatas karena 8% dari ekspor barang
dan jasa, pada umumnya berasal dari sektor pariwisata. Dan
pariwisata pun telah menjadi penyumbang terbesar dalam
perdagangan internasional dari sektor jasa, kurang lebih 37 %,
termasuk 5-top exports categories di 83% negara WTO, sumber utama
devisa di 38% negara dan di Asia Tenggara pariwisata dapat
menyumbangkan 10-12 % dari GDP serta 7-8 % dari total employement.
Sedangkan di negara-negara kelompok G-20, pariwisata mampu
menciptakan lapangan kerja 6% dari total lapangan kerja karena
mampu memberikan multiplier effect terhadap sektor pariwisata
sendiri dan manufakturing s erta sektor pertanian. Di negara -negara
G-20 pariwisata menyumbangkan 5% terhadap GDP dan merupakan
27% dari total nilai ekspor. Pariwisata pun sangat berkepentingan
dengan perubahan iklim ( climate change) sehingga mampu untuk
mengurangi 5% emisi karbon me lalui konservasi yang lebih baik,
mengurangi kongesti, energi yang terbaharukan, dan green consumer
awareness. Dalam Sidang G-20 Summit pada bulan Maret 2009 di
London, dinyatakan bahwa :
“Encouraging travel will strengthen two way trade – promoting
essential export income for the poorest countries and improving
performance of global suppliers who are largely from G20 member
states. It will support consumer and business confidence, creates jobs
and put a green economy into action”

11
BAB 2 Konsep Pariwisata

Dominasi tujuan wisata pu n mulai berubah. Apabila di tahun


1950, 15 tujuan wisata utama di dunia terkonsentrasi di Eropa Barat
dan Amerika Utara, yang mendatangkan 97% dari jumlah wisatawan
dunia, maka pada tahun 1999 jumlah ini menurun menjadi 62%,
sisanya menyebar diberbagai bel ahan dunia terutama Asia Timur ,
Eropa Timur, dan Amerika Latin. Diantaranya di kawasan Asia
Timur dan Pasifik, kedatangan wisatawan tercatat 122 juta, angka
yang tertinggi diraih oleh Cina sebesar 31,29 juta dengan perolehan
devisa USD 16,231 miliar. seda ngkan terendah dari sepuluh besar
adalah Jepang dengan kedatangan wisatawan 4,757 juta dan
memperoleh devisa USD. 3,374 miliar. Dan Indonesia merupakan
negara dengan urutan kedelapan yang dikunjungi oleh 5,064 juta
dengan peroleh devisa USD. 5,7 miliar (pa da tahun 2000).
Prospek pariwisata ke depan pun sangat menjanjikan bahkan
sangat memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak
angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional ( inbound
tourism) berdasarkan perkiraan WTO sebesar 1,046 milyar orang
(tahun 2010) dan 1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya
masingmasing 231 juta dan 438 juta orang berada di kawasan Asia
Timur dan Pasifik. Dan akan mampu menciptakan pendapatan dunia
sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020.
Jumlah wisatawan tersebut t ampaknya akan dapat dilampaui
terutama jika diperhatikan angka pencapaian Kuartal I tahun 2008 di
Asia Pacific sudah mencapai 94.273.416 orang (meningkat 8,9%
dibandingkan angka tahun 2008 - sumber PATA Strategic Intelligent
Centre).
Berdasarkan angka perk iraan tersebut maka, para pelaku
pariwisata Indonesia seharusnya dapat melakukan perencanaan yang
matang dan terarah untuk menjawab tantangan sekaligus
menangkap peluang yang “ bersliweran” atau lalu-lalang di kawasan
kita. Pemanfaatan peluang harus dilakuk an melalui pendekatan
“repositioning” keberadaan masing -masing kegiatan pariwisata
dimulai dari sejak investasi, promosi, pembuatan produk pariwisata,
penyiapan jaringan pemasaran internasional, dan penyiapan sumber
daya manusia yang berkualitas. Kesemuany a ini harus disiapkan
untuk memenuhi standar internasional sehingga dapat lebih
kompetitif dan menarik, dibandingkan dengan kegiatan yang serupa
dari negara-negara disekitar Indonesia.
Walaupun demikian, persaingan ini seharusnya dilengkapi
pula dengan persandingan sehingga mampu menciptakan suasana

12
BAB 2 Konsep Pariwisata

co-opetition (cooperation and competition ) terutama dengan negara


tetangga yang lebih siap dan lebih sungguh -sungguh menangkap
peluang datangnya wisatawan internasional di daerah mereka
masing-masing. Paling tidak kita harus mampu menangkap dan
memanfaatkan “tetesan ” atau spil-over wisatawan yang berkunjung
ke negara tetangga untuk singgah ke Indonesia.

C. Sejarah Pariwisata Di Indonesia


Munculnya pariwisata di Indonesia, diketahui sudah sejak
lama. Seperti perjalanan kerajaan-kerajaan atau utusannya ke
berbagai belahan di nusantara. Menurut Yoeti (1996:2), berdasarkan
kurun waktu perkembangan, sejarah pariwisata indonosia bisa dibagi
tiga, yaitu :
1) Masa Penjajahan Belanda
Kegiatan kepariwisataan yang kita kenal sek arang ini, telah
dikenal sejak zaman kolonial Belanda bahkan embrio
kepariwisataan tersebut telah dikenal sejak perkembangan
kerajaan-kerajaan di nusantara. Pada masa kolonialisme Belanda
pariwisata terbatas hanya diperuntkan bagi orang -orang Belanda,
Indo-Belanda dan beberapa orang asing lainnya. Kunjungan
wisata asing (wisatawan mancanegara) ke Hindia Belanda dapat
dikatakan terbatas dari segi kuantitasnya. Hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor selain karena memang sarana
transportasi yang belum m emadai, Pemerintah kolonial Belanda
sengaja menutupi keberadaan Hindia Belanda terhadap
wisatawan asing terutama wisatawan bangsa - bangsa Eropa
lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh ketakutan pemerintah
kolonial Belanda terhadap ketertarikan bangsa Eropa l ainnya
terhadap kekayaan Hindia Belanda.
Kegiatan kepariwisataan dimulai dengan penjelajahan yang
dilakukan pejabat pemerintah, missionaris atau orang swasta
yang akan membuka usaha perkebunan di daerah pedalaman.
Para pejabat Belanda yang dikenai kewajiba n untuk menulis
laporan pada setiap akhir perjalanannya. Pada laporan itu
terdapat keterangan mengenai peninggalan purbakala, keindahan
alam, seni budaya masyarakat nusantara. Pada awal abad ke -12,
daerah Hindia Belanda mulai berkembang menjadi suatu daer ah
yang mempunyai daya tarik luar biasa bagi para pengadu nasib
dari negara Belanda. Mereka membuka lahan perkebunan dengan
skala kecil. Perjalanan dari satu daerah ke daerah lain, dari

13
BAB 2 Konsep Pariwisata

nusantara ke negara Eropa menjadi hal yang lumrah, sehingga


dibangunlah sarana dan prasarana penunjang kegiatan tersebut.
Kegiatan Kepariwisataan masa penjajahan Belanda dimulai
secara resmi sejak tahun 1910 -1912 setelah keluarnya keputusan
Gurbenur Jendral atas pembentukan Vereeniging voor Toeristen
Verker (VTV) merupakan sebuah badan resmi pemerinrtah
Hindia Belanda yang mengatur arus lalu lintas dan kegiatan
kepariwisataan di Hindia Belanda. Selain menyelenggarakan
kegiatan pariwisata, yang merupakan salah satu sumber
keuangan organisasi tersebut, VTV juga menerbitkan b erbagai
informasi wisata dalam bentuk brosur maupun buku. Saat itu
kantor tersebut juga digunakan sebagai maskapai swasta belanda
KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtfahrt
Maatschapijj) yang memegang monopoli kawasan Hindia Belanda
saat itu. Meningkatnya perdangan antar benua eropa, Asia dan
Indonesia pada khususnya, meningkatnya lalu lintas manusia
yang meakukan perjalanan untuk berbagai kepentingan masing -
masing. Untuk memberikan pelayanan kepada mereka yang
melakukan perjalanan ini, maka didir ikannya pertama kali suatu
cabang Travel Agent di Jalan Majapahit No,2 Jakarta pada tahun
1926 yang bernama Lissone Lindemend (LISIND) yang berpusat
di Belanda. Sekarang tempat tersebut digunakan oleh PT.
NITOUR. Tahun 1928 Lislind berganti menjadi NITOUR
(Nederlandche Indische Touristen Bureau) merupakan
perusahaan perjalanan di Batavia. Nitor sendiri didirikan
mengikuti perkembangan kegiatan wisata asing ke Hindia
belanda. NITOUR merupakan bagian dari KNILM. Saat ini,
kegiatan pariwisata lebih banyak dis ominasi kaum kulit putih
saja, sedangkan untuk bangsa pribumi bisa dikatakan tidak ada.
Perusahaan perjalanan wisata saat itu tidak berkembang karena
NITOUR dan KNILM memegang monopoli. Pertumbuhan Hotel
di Indonesia sesungguhnya mulai dikenal sejak abad ke-19,
meskipun terbatas pada beberapa hotel seperti Batavia; Hotel Des
Indes; Hotel der nederland, Hotel Royal, dan Hotel Rijswijk. Di
Surabaya berdiri pula Hotel Sarkies, Hotel Oranye, di Semarang
didirikan Hotel Du Pavillion kemudian di medan berdiri Ho tek
de Boer, da Hotel Astoria, di Makassar Hotel Grand dan Hotel
Staat. Fungsi Hotel Pada masa -masa itu banyak digunakan untuk
penumpang kapal laut dari Eropa menngingat belum adanya
kendaraan bermotor untuk membawa tamu -tamu tersebut dari

14
BAB 2 Konsep Pariwisata

pelabuhan ke hotek dan sebaliknya, maka yang digunakan kereta


kuda serupa cikar. Memasuki abad ke -20, barulah perkembangan
akomodasi hotel ke kota lainnya. Seperti Grand Hotel Yogyakarta,
Hotel salak di Bogor dan lain -lain.
2) Masa Pendudukan Jepang
Pada Perang Dunia ke II, yang disusul dengan pendudukan
Jepang ke Indonesia keadaan pariwisata di Indonesia sangat
terlantar. Semuanya porak poranda, kesempatan dan keadaa yang
tidak menenu ekonomi yang sangat sulit, kelangkaan pangan,
papan dan sandang tidak memungkinkan orang untuk berwisata.
Kunjungan mancanegara pada masa itu bisa dibilang tidak ada.
3) Setelah Indonesia Merdeka
Setelah Indonesia merdeka, perkembangan pariwisata di
Indonesia mulai merangkak. Pada tanggal 1 Juli 1947 dibetuklah
organisasi perhotelan pertama di In donesia yang disebut Badan
Pusat Hotel. Sektor pariwisata mulai berkembang dengan
geliatnya. Hal ini ditandai dengan Surat Keputusan Wakil
Presiden (Dr. Mohamad Hatta) sebagai Ketua Panitia Pemikir
siasat Ekonomi di Yogyakarta untuk mendirikan suatu badan
yang mengelola hotel -hotel yang sebelumnya dikuasai
pemerintah pendudukan, badan tersebut bernama HONET (Hotel
National & Tourism) dan diketahui oleh R Tjipto Ruslan. Badan
tersebut segera mengambil alih hotel -hotel di daerah Yogyakarta,
Surakarta, Madiun, Cirebon, Pekalongan, Sukabumi, Malang,
Sarangan, dan semua itu diberi nama Hotel Merdeka. Tahun 1949
terjadinya KMB (Konferensi Meja Bundar) mengakibatkan
HONET dibubarkan. Karena isi salah satu perjanjian KMB adalah
bahwa seluruh harta kekayaan milik Be landa harus dikembalikan
ke pemiliknya. Sehingga selanjutnya berdiri badan hukum yang
dinamakan NV HONET yang merupakan badan satu -satunya
yang beraktivitas di bidang perhotelan dan pariwisata, Tahun
1952 dengan keputusan Presiden RI, dibentuk panitia Int er
Departemental Urusan Turisme yang diketuai oleh Nazir St,
Pamuncak dengan sekretaris RAM Sastrodanukusumo. Salah satu
tugas panitia tersebut adalah menjaga kemungkinan terbukanya
kembali indonesia sebagai DTW (Daerah Tujuan Wisata). Tahun
1953, beberapa tokoh perhotelan mendirikan Serikat Gabungan
Hotel dan Tourisme Indonesia (SERGAHTI) diketuai oleh A
Tambayong. Keanggotaan SERGAHTI pada saat itu mencangkup
seluruh hotel di Indonesia. Tahun 1955, selain SERGAHTI,

15
BAB 2 Konsep Pariwisata

beberapa pejabat negara yang jabatannya ada kaitannya dengan


dunia pariwisata serta beberapa anggota elit masyarakat yang
peduli terhasap potensi pariwisata Indonesia mendirikan
Yayasan Tourisme Indonesia atau YTI yang nantinya disebut
DEPARI (Dewan Pariwisata Indonesia) yang menjadi cikal baka l
Departemen Pariwisata dan Budaya Indonesia.
Periode setelah Indonesia Merdeka, pada masa ini pariwisata
Indonesia dihidupkan kembali dengan tujuan untuk
meningkatkan perekonomian negara. Pemerintah mendukung
sepenuhnya kegiatan pariwisata dengan mendirik an organisasi-
organisasi yang bergerak di sektor kepariwisataan. Kegairahan
untuk menerjuni dunia pariwisata juga tidak terlepas dari
perkembangan teknologi informasi yang membantu persebaran
informasi mengenai pariwisata di Indonesia. Pemanfaatan
teknologi informasi atau IT untuk pariwisata ditandai dengan
semakin banyaknya hotel -hotel bermunculan lengkap dengan
fasilitas pendukung yang canggih seperti komputer, internet dan
telepon diiringi dengan pengelolaan maskapai penerbangan yang
profesional untuk me ningkatkan jumlah kunjungan wisatawan
antar pulau dan dari luar negeri. Baru pada awal tahun 1970
industri pariwisata Indonesia berkembang pesat ditandai dengan
banyaknya kunjungan wisatawan asing dan terbukanya
banyak lowongan kerja hotel.

D. Perkembangan Pariwisata Di Provinsi Banten


Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia.
Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat,
namun dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang -
Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat pemerintahannya berada di
Kota Serang. Banten pada masa lalu merupakan daerah dengan kota
pelabuhan yang sangat ramai serta dengan masyarakat yang terbuka
dan makmur. Banten pada abad ke 5 merupakan bagian dari
Kerajaan Tarumanegara yang beragama Hindu, Namun setelah
runtuhnya Kerajaan Tarumanegara maka di lanjutkan oleh Kerajaan
Sunda. Lalu Maulana Hasanuddin mendirikan Kesultanan Banten.
Secara umum, Provinsi Banten memiliki potensi
pengembangan pariwisata dalam bidang usaha kepariwisataan yang
luas dan beragam, baik yang berbasis alam, budaya dan sejarah
hingga binaan (buatan), termasuk usaha -usaha turunannya.

16
BAB 2 Konsep Pariwisata

Daya tarik kepariwisataan tersebut secara garis besar


diklasifikan dalam wi sata alam, wisata sejarah dan budaya, wisata
buatan (binaan), serta kehidupan masyarakat tradisional (living
culture). Hingga saat ini telah diidentifikasi keberadaan 241 obyek
wisata yang terdiri dari obyek wisata kategori alam (60 obyek) dan
obyek wisata kategori buatan (181 obyek). Secara kewilayahan, pola
pengembangan pariwisata Provinsi Banten terdiri dari Kawasan
Wisata Pantai Barat, Kawasan Wisata Ziarah, Kawasan Wisata Pantai
Selatan dan Kawasan Wisata Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).
Dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi Banten
(Diparsenibud, 2004) telah ditetapkan 18 kawasan pengembangan
pariwisata yang tersebar di seluruh kabupaten/kota berdasarkan
hasil pengelompokan (clustering) obyek-obyek wisata yang ada.
Dari 18 kawasan peng embangan pariwisata yang ditetapkan
tersebut, sebagian telah bertumbuhkembang menjadi obyek wisata
nasional maupun internasional, seperti Kawasan Pantai Anyer -
Carita-Tanjung Lesung, Living Culture Baduy , dan TNUK. Namun
bertumbuhkembangnya kawasan wisata s ecara umum masih
terkonsentrasi pada wilayah utara dan barat Provinsi Banten.
Sedangkan kawasan-kawasan pengembangan wisata di wilayah
selatan belum bertumbuh kembang terutama disebabkan oleh
keterbatasan infrastruktur (transportasi dan akomodasi wisata).
Meskipun kinerja pariwisata daerah melalui indikator laju
pertumbuhan tamu nusantara dan tamu mancanegara pada hotel
bintang dan non bintang mengalami peningkatan dalam kurun
waktu 2002-2004 masing-masing 40,84% dan 40,25% per tahun,
namun rata-rata lama menginap tamu mancanagera menunjukkan
kecenderungan stagnan, yaitu dari 4,96 hari (2002), 4,99 hari (2003)
dan 4,12 hari (2004) dan 2,98 hari (2005). Disamping itu, proporsi
kunjungan tamu nusantara dan mancanegara pada hotel bintang dan
non bintang di wilayah selatan (Kabupaten Pandeglang dan Lebak)
hingga tahun 2005 masing -masing hanya sebesar 23,84% dan 11,47%.

---oo0oo---

17
BAB 2 Konsep Pariwisata

18
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

D EFIN ISI D AN T R EN PA R IW IS AT A

A. Pengertian Pariwisata
Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa
pariwisata adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan
perjalanan rekreasi. Istilah pariwisata dipakai sebagai pengganti kata
Turisme sebelum kata pariwisata diambil dari bahasa Sansekerta.
Istilah ini pertama kali digunakan pada tahun 1959 dalam
Musyawarah Nasional Turisme II di Tretes, Jawa Timur.
Beberapa pakar mendefinisi pariwisata sebagai berikut dari
sudut pandang yang berbeda -beda :
a. Menurut Herman V. Schulalard, kepariwisataan merupakan
sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan
masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang -orang
asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara.
b. Menurut E. Guyer Freuler, pariwisata dalam arti modern
merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas
kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang
sadar dan menumbuhkan kecintaan yang disebabkan oleh
pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat.
c. Menurut Prof. Salah W ahab, pariwisata itu merupakan suatu
aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat
pelayanan secara bergantian diantara orang -orang dalam suatu
negara itu sendiri (di luar negeri), meliputi pendiaman orang -
orang dari daerah lain (daerah terte ntu), suatu negara atau benua
untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka
ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia
memperoleh pekerjaan. Salah satu jenis industri baru yang
mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan
lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta
menstimulasi sektor -sektor produktif lainnya. Selanjutnya,
sebagai sektor yang kompleks pariwisata juga merealisasi
industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan
cinderamata, penginapan dan transportasi.

19
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

d. Menurut Prof. Hans. Buchli, kepariwisataan adalah setiap


peralihan tempat yang bersifat sementara dari seseorang atau
beberapa orang, dengan maksud memperoleh pelayanan yang
diperuntukan bagi kepariwisataan itu oleh lembaga -lembaga
yang digunakan untuk maksud tertentu.
e. Menurut James J. Spillane, pariwisata adalah kegiatan melakukan
perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari
kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan,
menikmati olahraga, menunaikan tugas, berz iarah, dan lain
sebagainya.
f. Menurut Koen Meyers, pariwisata adalah aktivitas perjalanan
yang dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal
semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan untuk menetap
atau mencari nafkah melainkan hanya untuk bersenang -senang,
memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau
waktu libur serta tujuan -tujuan lainnya.
g. Menurut Robert Mc.Intosh dan Shaskinant Gupta, pariwisata
adalah gabungan gejala hubungan yang timbul dari interaksi
wisatawan, bisinis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan
rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan serta para
pengunjung lainnya.
h. Menurut H. Kodhyat, paiwisata adalah perjalanan dari satu
tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan
perorangan maupun kelomp ok sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi social, budaya, alam dan ilmu.
i. Menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang
dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah.

B. Jenis-jenis Pariwisata
Menurut (Richardson & Flucker, 2004), jenis -jenis pariwisata
sebagai berikut :
1. Petualangan Aktif (Active Adventure), contohnya :
a. Caving : kegiatan menyusuri goa
b. Parachute Jumping : kegiatan terjun dengan parasut atau
payung

20
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

c. Trekking :melakukan perjalanan bisa menggunakan motor atau


mobil
d. Off-Road Adventure : petualangan mengendarai motor atau
mobil di jalan
e. Mountain Climbing : mendaki gunung
2. Alam dan Kehidupan Liar ( Natural & Wildlife), contohnya :
a. Birdwatching : melihat burung-burung
b. Ecotourism : wisata alam
c. Geology : geologi
d. National Parks : taman nasional
e. Rainforest : hutan hujan
3. Daya Tarik (Affinity), contohnya :
a. Artist’s Workshop : lokakarya untuk para seniman
b. Senior Tour : perjalanan untuk orang yang lebih tua
c. Tour For The Handicapped : perjalanan untuk mencari rintangan
4. Romantic (Romance), contohnya :
a. Honeymoon : bulan madu
b. Island Vocation : berlibur di suatu pulau
c. Nightlife : wisata kehidupan malam
d. Single Tour : perjalanan untuk satu orang
e. Spa / Hot Spring : wisata pemandian air panas
5. Keluarga (Family), contohnya :
a. Amusemen Park : taman bermain
b. Camping : berkemah
c. Shopping Trips : berbelanja
d. Whalewatching : menonton pertunjukan ikan paus
6. Petualangan Ringan (Soft Adventure), contohnya :
a. Backpacking : berjalan-jalan / petualangan sambil membawa
tas ransel
b. Bicycle Touring : petualangan menggunakan sepeda
c. Canoing / Kayaking : kegiatan bermain kano atau sa mpan
d. Scuba Diving / Snorkelling : kegiatan menyelam namun hanya
di permukaan air
e. Walking Tours : perjalanan dengan berjalan kaki
7. Sejarah atau Budaya ( History / Culture), contohnya :
a. Agriculture : pertanian
b. Art / Architecture : seni / bangunan
c. Art Festival : festival kesenian
d. Film / Film History : film sejarah

21
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

8. Hobi (Hobby), contohnya :


a. Antique : barang antik (model kuno)
b. Beer Festifal : festival minuman bir
c. Craft Tour : perjalanan wisata menggunakan kapal kecil
d. Gambling : pertaruhan
e. Videography Tour : membuat video dokumenter saat berjalan -
jalan
9. Kerohanian (Spiritual), contohnya :
a. Pilgrimage / Mytholigy : kegiatan ziarah
b. Religion / Spiritual : kegiatan yang bersangkutan dengan
keyakinan seseorang
c. Yiga And Spiritual Tours : kegiatan melatih ketenganan diri dan
melakukan perjalanan keagamanaan
10. Olahraga (Sports), contohnya :
a. Basketball : kegiatan bermain basket
b. Car Racing : kegiatan balapan mobil
c. Olympic Games : pertandingan (olimpiade) olahraga
d. Soccer : permainan sepakbola

C. Pariwisata Ditinjau Dari Aspek Antologi, Aspek


Epistimologi, dan Aspek Aksiologi
Pariwisata awalnya dianggap sebagai kegiatan yang
menjanjikan keuntungan. Sehingga beberapa pihak tertarik
mengetahui seluk-beluk pariwisata, sehingga terdorong untuk
mempelajari dan menjadikan pariwisata sebagai sebuah ilmu baru
untuk dipelajari. Pariwisata sejajar ilmunya dengan ilmu -ilmu
lainnya, karena dianggap ilmu yang mandiri. Hal ini bisa dilihat dari
perspektif filsafat ilmu, maupun dengan kajian komparatif terhadap
ilmu-ilmu lainnya, ataupun komp arasi dengan pendidikan tinggi
pariwisata di negara-negara lain di luar negeri.
Secara konseptual, ilmu merupakan suatu pengetahuan
sistematis yang diperoleh berdasarkan pengalaman (empirik) dan
percobaan (eksperimen) dengan menggunakan metode yang dapat
diujikan. Pada mana setiap ilmu memenuhi tiga syarat dasar, yakni :
1. Ontologi (objek atau focus of interest yang dikaji);
2. Epistemologi (metodelogi untuk memperoleh pengetahuan); dan
3. Aksiologi (nilai manfaat pengetahuan) (Suriasumantri, 1993).

22
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

Sehingga diskusi tentang ilmu pariwisata baiknya melalui


pendekatan yang memenuhi persyaratan dasar suatu ilmu, yaitu
ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
1. Aspek Ontologi
Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal. Objek
material adalah seluruh lingkup ( makro) yang dikaji suatu ilmu.
Objek formal adalah bagian tertentu dari objek material yang
menjadi perhatian khusus dalam kajian ilmu tersebut.
Sesungguhnya objek formal inilah yang membedakan satu ilmu
dengan ilmu lainnya. Objek formal (aspek ontologi) i lmu
pariwisata adalah masyarakat. Oleh sebab itu pariwisata dapat
diposisikan sebagai salah satu cabang ilmu sosial karena focus of
interest-nya adalah kehidupan masyarakat manusia. Dengan
demikian fenomena pariwisata ini dapat difokuskan pada tiga
unsur, yakni : 1) pergerakan wisatawan; 2) aktivitas masyarakat
yang memfasilitasi pergerakan wisatawan; 3) implikasi atau
akibat-akibat pergerakan wisatawan dan aktivitas masyarakat
yang memfasilitasinya terhadap kehidupan masyarakat secara
luas. Pergerakan atau perjalanan merupakan salah satu
komponen yang elementer dalam pariwisata. Ini merupakan
tujuan dan objek penawaran dan permintaan jasa wisata,
termasuk objek kajian berbagai ilmu pengetahuan (Freyer, 1995
dalam Pitana dan Gayatri, 2005). Salah satu dianta ra sifat tersebut
adalah berulang, beragam, saling berhubungan dan teratur.
Pergerakan wisatawan berlangsung secara terus -menerus dalam
skala waktu yang hampir tidak ada batasnya. Jika dahulu hanya
kelompok elite masyarakat yang dominan berwisata, maka
sekarang hal itu dilakukan oleh hampir semua lapisan
masyarakat, meskipun dengan bentuk, jenis, dan cara yang
berbeda. Demikian pula aktivitas masyarakat cenderung beragam
dan dinamis di dalam memfasilitasi pergerakan tersebut. Ada
yang menyediakan akomodasi, transportasi, atraksi wisata, dan
sebagainya. Demikian pula halnya dengan implikasi yang
ditimbulkannya sangat berbeda -beda
2. Aspek Epistemologi
Aspek epistemologi pariwisata menunjukkan pada cara -cara
memperoleh kebenaran atas objek ilmu. Kebenaran yang
dimaksud adalah kebenaran ilmiah, yakni didasarkan pada suatu
logika berpikir yang rasional, objektif dan dapat diuji secara
empirik. Sebagai contoh, pergerakan wisatawan sebagai salah

23
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

satu objek formal “ilmu” pariwisata dipelajari dengan


menggunakan suatu metode berpikir rasional. Misalnya,
pergerakan wisatawan terjadi akibat adanya interaksi antara
ketersediaan sumber daya (waktu luang, uang, infrastruktur)
dengan kebutuhan mereka untuk menikmati perbedaan dengan
lingkungan sehari-hari. Dalam hal ini logik a berpikir sangat
rasional dan juga dapat dibuktikan secara empirik. Seperti
disebutkan sebelumnya, diskusi tentang epistemologi otomatis
menyangkut metode suatu ilmu untuk mencari kebenaran. Untuk
itu perlu didefinisikan pendekatan kajian pariwisata secar a lebih
khusus. Salah satu yang paling mudah adalah pendekatan sistem
(McIntosh, Goeldner, dan Ritchie, 1995). Pendekatan ini
menekankan bahwa baik pergerakan wisatawan, aktivitas
masyarakat yang memfasilitasinya maupun implikasi dari kedua -
duanya terhadap kehidupan masyarakat secara luas, merupakan
satu-kesatuan yang saling berhubungan atau pengaruh -
mempengaruhi. Setiap pergerakan wisatawan selalu diikuti
dengan penyediaan fasilitas wisata dan interaksi keduanya akan
menimbulkan konsekuensi -konsekuensi logis di bidang ekonomi,
sosial, budaya, ekologi, bahkan politik sekalipun. Pendekatan
berikutnya adalah pendekatan kelembagaan. Pendekatan ini
melihat pariwisata sebagai suatu hasil kerjasama berbagai aktor
(stakeholder) secara melembaga (McIntosh, Goeldner, dan Ritchie,
1995). Setiap perjalanan wisata melibatkan wisatawan, penyedia
jasa transportasi, penyedia jasa akomodasi, jasa atraksi dan
sebagainya. Antara satu dengan yang lain memiliki hubungan
fungsional dan berdasarkan hubungan itulah kegiatan perjala nan
wisata dapat berlangsung. Sebagai suatu komoditas jasa,
pariwisata juga dapat dipahami dengan menggunakan
pendekatan produk. Artinya, pariwisata merupakan suatu
komoditas yang sengaja diciptakan untuk merespon kebutuhan
masyarakat (McIntosh, Goeldner, dan Ritchie, 1995). Konsep
”Multiple A” (Attraction, Amenities, Accessibility, Ancillary ) yang
digunakan untuk menjelaskan elemen produk wisata
sesungguhnya menunjuk pada hasil kegiatan memproduksi dan
atau mereproduksi komoditas yang dikonsumsi oleh wisat awan.
Ilmu pariwisata bersifat multidisiplin, artinya ilmu ini tidak
mungkin berdiri sendiri dan harus melibatkan berbagai disiplin
lain seperti sejarah, sosiologi, antropologi, etnografi, ekonomi,
manajemen, budaya, seni, teknologi, dan bahkan politik dal am

24
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

arti luas (sebagaimana juga halnya ilmu -ilmu lainnya, yang tidak
bisa sepenuhnya berdiri sendiri). Pendekatan multidisiplin itu
memungkinkan ilmu pariwisata menjadi sangat luas dan
taksonominya tumbuh pesat.
Membangun ilmu pariwisata tentu memerlukan s uatu
metodologi penelitian tertentu. Metode -metode penelitian sosial
seperti eksploratif (exploratory research) dan metode membangun
teori (theory-building research) merupakan cara-cara yang tepat
digunakan untuk membangun ilmu pariwisata. Penelitian ilmu
pariwisata juga bisa dilaksanakan secara kuantitatif maupun
kualitatif, baik sinkronik maupun diakronik serta komparatif.
Metode lain yang sering digunakan dalam penelitian pariwisata
adalah metode deskriptif. Misalnya kajian terhadap proses -proses
perjalanan dan pertemuan dengan budaya yang berbeda di
daerah tujuan wisata dapat dilakukan dengan baik jika
menggunakan metode ini.
3. Aspek Aksiologi
Aksiologi merupakan aspek ilmu yang sangat penting. Ilmu
pariwisata jelas memberikan manfaat bagi kesejahte raan umat
manusia. Perjalanan dan pergerakan wisatawan adalah salah satu
bentuk kegiatan dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang beragam, baik dalam bentuk pengalaman,
pencerahan, penyegaran fisik dan psikis maupun dalam bentuk
aktualisasi diri. Kontribusi pariwisata yang lebih kongkret bagi
kesejahteraan manusia dapat dilihat dari implikasi -implikasi
pergerakan wisatawan, seperti meningkatnya kegiatan ekonomi,
pemahaman terhadap budaya yang berbeda, pemanfaatan potensi
sumberdaya alam dan manu sia, dan seterusnya (Copeland, 1998).
Ilmu pariwisata juga memiliki manfaat akademis untuk
mengembangkan ilmu pariwisata itu sendiri, untuk memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya, untuk memberikan
penjelasan perkembangan terkini, dunia pariwisat a secara teoritik
kepada masyarakat, baik melalui kurikulum, bahan ajar, lembaga
penyelenggara, maupun penyempurnaan sistem pendidikannya
yang kini berlaku.

25
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

Pariwisata dalam tiga pilar

Gambar 3.1 Pariwisata dalam Tiga Pilar


(Sumber : Pitana dan Gayatri, 2005 : 97)

D. Tren Pariwisata
1. Pariwisata Pusaka
Menurut Undang-Undang nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan
Pemerintah Daerah.
Berdasarkan motivasi wisatawan serta atraksi yang terdapat di
daerah tujuan wisata maka kegiatan pariwisata dibedakan dalam dua
kelompok besar yaitu pariwisata yang bersifat massal dan pariwisata
minat khusus. Jika pada pariwisata jenis pertama lebih ditekankan
aspek kesenangan (leisure) maka pada tipe kedua penekanannya
adalah pada aspek pengalaman dan pengetahuan. Pariwisata Pusaka
adalah salah satu bentuk pariwisata minat khusus yang
menggabungkan berbagai jenis wisata (seperti wisata bahari, wisata
alam, wisata trekking, wisata budaya, wisata ziarah dan sebagainya)
ke dalam satu paket kegiatan yang bergantung pada sumber daya
alam dan budaya yang dimiliki oleh suatu daerah.
Pariwisata Pusaka atau heritage tourism biasanya disebut juga
dengan pariwisata pusaka budaya ( cultural and heritage tourism atau
cultural heritage tourism ) atau lebih spesifik disebut dengan pariwisata

26
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

pusaka budaya dan alam. Pusaka adalah segala sesuatu (bai k yang
bersifat materi maupun non materi) yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya yang ingin kita jaga keberadaan dan
keberlangsungannya. Dalam undang-undang negara kita, pusaka
yang bersifat material disebut sebagai Benda Cagar Budaya.
Pada pasal 1 UU RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya mendefinisikan Benda Cagar Budaya sebagai :
a. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa
kesatuan atau kelompok, atau bagian -bagiannya atau sisa-sisanya,
yang berumur sekurang -kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa
gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang -kurangnya 50
tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan;
b. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah,
ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
Jadi yang dimaksud dengan pusaka bisa berupa hasil
kebudayaan manusia maupun alam beserta isinya. Beberapa lembaga
telah mendefinisikan pariwisata pusaka dengan titik berat yang
berbeda-beda. Organisasi Wisata Dunia ( World Tourism Organization )
mendefinisikan pariwisata pusaka sebagai kegiatan untuk menikmati
sejarah, alam, peninggalan budaya manusia, kesenian, filosofi dan
pranata dari wilayah lain.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah ada, maka dapatlah
disimpulkan bahwa pariwisata pusaka adalah sebuah kegiatan
wisata untuk menikmati berbagai adat istiadat lokal, benda -benda
cagar budaya, dan alam beserta isinya di tempat asalnya yang
bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman akan
keanekaragaman budaya dan alam bagi pengunjungnya.
Pariwisata pusaka merupakan bentuk pariwisata yang
menyatukan kegiatan pendidikan, wisata, pelestarian budaya
maupun alam dan aktifitas ekonomi. Karena budaya lokal dalam
konteks aslinya adalah atraksi utama, maka keresahan akan
pudarnya budaya lokal bisa diatasi. Demikian pula dengan
kelestarian lingkungan alam. Alam tidak perlu lagi dieksploitasi
untuk menghasilkan uang akan tetapi justru akan menghasilkan
uang dengan cara dipertahankan kelestariannya.
Meski data wisatawan yang b erhubungan dengan pariwisata
pusaka di Indonesia tidak tersedia, akan tetapi jumlah pengunjung
lokasi-lokasi wisata yang menawarkan warisan budaya kita seperti,
Istana Tampak Siring di Bali, Istana Yogyakarta serta bangunan candi

27
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

seperti Borobudur dan Pram banan terus mengalami peningkatan.


Tahun 2006 jumlah wisatawan yang berkunjung ke lokasi -lokasi
tersebut hanya 1.923.073, sementara bulan Mei 2007 saja telah
mencapai 2.051.736. Taman Nasional Komodo, jumlah
pengunjungnya hampir mencapai 30.000 orang setia p tahunnya.
Meskipun tidak ada data statistik yang mendukung akan
tetapi, jumlah kunjungan wisatawan (nusantara maupun
mancanegara) ke daerah -daerah di Indonesia yang menawarkan
keanekaragaman budaya dan bentang alam dipercaya terus
mengalami peningkatan. (Sumber: Buku Saku Statistik Kebudayaan
dan Pariwisata, 2007). Keuntungan -keuntungan pengembangan
pariwisata pusaka (Walker, 1996):
1) Ekonomi
Tersedianya kesempatan kerja;
Keragaman lapangan pekerjaan;
Peningkatan pendapatan penduduk maupun daerah;
2) Fisik
Mempertahankan bangunan bersejarah dan pusaka
budaya/alam;
Peningkatan infrastruktur;
Meningkatnya upaya-upaya konservasi flora/fauna dan
ekosistemnya;
3) Sosial
Semakin dikenalnya masyarakat di daerah tujuan wisata;
Meningkatnya upaya -upaya menjaga nilai -nilai budaya
setempat;
Meningkatnya kebanggaan warga; meningkatnya kesempatan
akan pendidikan yang lebih tinggi;
Membantu warga untuk lebih memahami diri sendiri (siapa
mereka, di mana mereka berada serta apa keunikan mereka);
Anonim, 1992. Undang - Undang Republik Indonesia No. 5
Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Direktorat Jenderal Sejarah
dan Purbakala. Jakarta.

Bagaimana Mengembangkan Pariwisata Pusaka


Belajar dari hal-hal yang dilakukan oleh beberapa negara maju
di Eropa dan Amerika, terdapat beberapa k ondisi yang harus
dipersiapkan jika ingin memastikan keberhasilan pariwisata pusaka
yaitu:

28
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

a. Pengelompokkan produk -produk pariwisata sehingga saling


mendukung usaha yang lainnya.
b. Komitmen yang kuat untuk menghindari pengulangan.
c. Kerjasama antara anggota komu nitas dengan unsur-unsur lain di
tingkat daerah dan nasional.
d. Partisipasi warga dalam perencanaan kepariwisataan.
e. Sumberdaya keuangan yang cukup untuk memulai pembangun
sektor publik dan swasta.
f. Komitmen untuk memberikan pengalaman yang asli/otentik
melalui interaksi dan keterlibatan langsung warga masyarakat.
g. Penghormatan terhadap nilai -nilai budaya.
h. Komitmen untuk menjaga dan membangun kembali sumber daya
sejarah dan budaya.
i. Pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan
kesadaran, pendidikan dan pe latihan.
j. Pengidentifikasian atraksi -atraksi budaya yang sesuai dengan
minat dan ketertarikan target pasar.
k. Visi untuk menjamin kelangsungan hingga ke masa depan
dengan tetap mempertahankan integritas sumberdaya yang
menjadi daya tarik.

E. Tahapan-Tahapan Pembangunan Pariwisata Pusaka


Secara umum, Walker (1996) dalam buku petunjuknya tentang
urutan-urutan pengembangan pariwisata pusaka menyajikan
langkah-langkah yang lebih terinci. Adapun langkah-langkah ini
dilakukan pada destinasi yang obyek dan daya tarik w isatanya telah
teridentifikasi. Langkah -langkah tersebut lebih berorientasi pada
program. Langkah-langkah yang telah dimodifikasi tersebut adalah:
1. Menentukan pihak yang terlibat
2. Menentukan tujuan
3. Mengidentifikasi sumberdaya
4. Membangun konsep pengembangan pr ogram
5. Membuat rencana aksi yang terdiri dari rencana kerja, tata waktu,
dan prioritas
6. Menentukan target pasar
7. Membuat analisa SWOT ( Strength, Weakness, Opportunity, Threat)
8. Membuat rencana pemasaran
9. Melakukan analisa keuangan
10. Menentukan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan

29
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

11. Menyiapkan rencana pelayanan wisatawan


12. Membuat rencana konservasi
13. Meluncurkan dan mempromosikan program
14. Monitor dan evaluasi perkembangan program
Semuanya menekankan empat kegiatan utama yaitu:
1. Identifikasi (sumber daya berupa ala m, budaya serta manusia)
2. Perencanaan (atraksi, wisatawan, termasuk rencana pemasaran)
3. Pelaksanaan
4. Evaluasi.

F. Hal-hal yang Harus Diantisipasi sebagai Dampak


Kegiatan Pariwisata Pusaka
Pelaksanaan kegiatan wisata ibarat pisau bermata dua, selain
membawa keuntungan juga membawa kerugian bagi masyarakat.
Hal-hal yang harus diantisipasi antara lain:
1. Ekonomi
b. Meningkatnya investasi publik
b. Meningkatnya biaya-biaya pelayanan
c. Ketergantungan yang berlebihan terhadap pariwisata
d. Pekerja di sektor pariwisata biasanya diu pah lebih rendah
dibandingkan dengan sektor industri
e. Meningkatnya harga barang -barang kebutuhan sehari -hari
f. Meningkatnya harga tanah
2. Fisik
a. Merosotnya sumberdaya alam dan budaya
b. Jumlah pengunjung yang melebihi kapasitas
c. Polusi dan sampah
3. Sosial
a. Konflik dengan pekerja pendatang
b. Meningkatnya kejahatan
d. Berubahnya gaya hidup (terutama di kalangan muda)
e. Konflik penggunaan sumberdaya

Pariwisata Syariah
Dahulu produk halal yang dibayangkan hanya produk
makanan, minuman, obat -obatan dan kosmetika yang tidak
mengandung alkohol atau bahan kimia yang mengandung unsur
babi, darah dan bangkai. Namun sekarang telah terjadi evolusi dalam
industri halal hingga ke produk keuangan (seperti perbankan,
asuransi, dan lain-lain) hingga ke produk lifestyle (travel, hospitalitas,

30
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

rekreasi, dan perawatan kesehatan). Sektor ekonomi Islam yang telah


mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam produk lifestyle di
sektor pariwisata adalah pariwisata syariah. Sebagai industri tanpa
asap, pariwisata terus mengalami perkembangan yan g luar biasa dari
yang bersifat konvensional (massal, hiburan, dan hanya sightseeing)
menjadi mengarah pada pemenuhan gaya hidup ( lifestyle). Trend
wisata syariah sebagai salah satu pemenuhan gaya hidup saat ini
telah menjadi kekuatan pariwisata dunia yang mulai berkembang
pesat.
Di beberapa negara di dunia, terminologi wisata syariah
menggunakan beberapa nama yang cukup beragam diantaranya
Islamic Tourism, Halal Friendly Tourism Destination , Halal Travel,
Muslim-Friendly Travel Destinations , halal lifestyle, dan lain-lain.
Pariwisata Syariah dipandang sebagai cara baru untuk
mengembangkan pariwisata Indonesia yang menjunjung tinggi
budaya dan nilai-nilai Islami. Selama ini wisata syariah dipersepsikan
sebagai suatu wisata ke kuburan (ziarah) ataupun ke masj id. Padahal,
wisata syariah tidak diartikan seperti itu, melainkan wisata yang di
dalamnya berasal dari alam, budaya, ataupun buatan yang dibingkai
dengan nilai-nilai Islam.
Perkembangan konsep wisata syariah berawal dari adanya
jenis wisata jiarah dan re ligi (pilgrims tourism/spiritual tourism ).
Dimana pada tahun 1967 telah dilaksanakan konferensi di Cordoba,
Spanyol oleh World Tourism Organization (UNWTO) dengan judul
“Tourism and Religions: A Contribution to the Dialogue of Cultures,
Religions and Civilizations” (UNWTO, 2011). Wisata jiarah meliputi
aktivitas wisata yang didasarkan atas motivasi nilai religi tertentu
seperti Hindu, Budha, Kristen, Islam, dan religi lainnya.
Seiring waktu, fenomena wisata tersebut tidak hanya terbatas
pada jenis wisata jiarah/religi tertentu, namun berkembang ke dalam
bentuk baru nilai-nilai yang bersifat universal seperti kearifan lokal,
memberi manfaat bagi masyarakat, dan unsur pembelajaran. Dengan
demikian bukanlah hal yang mustahil jika wisatawan muslim
menjadi segmen baru yang sedang berkembang di arena pariwisata
dunia.
Definisi pariwisata syariah adalah kegiatan yang didukung
oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah yang memenuhi
ketentuan syariah (Kemenpar, 2012). Pariwisata syariah
dimanfaatkan oleh banyak orang karena karakteristik produk dan

31
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

jasanya yang bersifat universal.Produk dan jasa wisata, objek wisata,


dan tujuan wisata dalam pariwisata syariah adalah sama dengan
produk, jasa, objek d an tujuan pariwisata pada umumnya selama
tidak bertentangan dengan nilai -nilai dan etika syariah. Jadi
pariwisata syariah tidak terbatas hanya pada wisata religi.
Berdasarkan pengertian di atas, konsep syariah yang tidak
bertentangan dengan nilai -nilai dan etika syariah berhubungan
dengan konsep halal dan haram di dalam islam. Halal diartikan
dibenarkan, sedangkan haram diartikan dilarang.Konsep halal dapat
dipandang dari dua perspektif yaitu perspektif agama dan perspektif
industri. Yang dimaksud dengan p erspektif agama, yaitu sebagai
hukum makanan apa saja yang boleh dikonsumsi oleh konsumen
muslim sesuai keyakinannya. Ini membawa konsuekensi adanya
perlindungan konsumen. Sedangkan dari perspektif industri. Bagi
produsen pangan, konsep halal ini dapat dia rtikan sebagai suatu
peluang bisnis. Bagi industri pangan yang target konsumennya
sebagian besar muslim, diperlukan adanya jaminan kehalalan produk
akan meningkatkan nilainya yang berupa intangible value. Contoh
produk pangan yang kemasannya tercantum labe l halal lebih
menarik bagi konsumen muslim (Hamzah & Yudiana, 2015).
Menurut Sofyan, definisi wisata syariah lebih luas dari wisata
religi yaitu wisata yang didasarkan pada nilai -nilai syariah Islam.
Seperti yang dianjurkan oleh World Tourism Organization (WTO),
konsumen wisata syariah bukan hanya umat Muslim tetapi juga non
Muslim yang ingin menikmati kearifan lokal. Pemilik jaringan Hotel
Sofyan itu menjelaskan, kriteria umum pariwisata syariah ialah;
pertama, memiliki orientasi kepada kemaslahatan umum. Kedua,
memiliki orientasi pencerahan, penyegaran, dan ketenangan. Ketiga,
menghindari kemusyrikan dan khurafat. Keempat, bebas dari
maksiat. Kelima, menjaga keamanan dan kenyamanan. Keenam,
menjaga kelestarian lingkungan. Ketujuh, menghormati nilai -nilai
sosial budaya dan kearifan lokal.
President Islamic Nutrition Council of America , Muhammad
Munir Caudry, menyampaikan bahwa, “Wisata halal merupakan
konsep baru pariwisata. Ini bukanlah wisata religi seperti umroh dan
menunaikan ibadah haji. Wisata halal adalah pariwisata yang
melayani liburan, dengan menyesuaikan gaya liburan sesuai dengan
kebutuhan dan permintaan traveler muslim”. Dalam hal ini hotel
yang mengusung prinsip syariah tidak melayani minuman

32
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

beralkohol dan memiliki kolam renang dan fasilitas spa terpisah


untuk pria dan wanita (Wuryasti, 2013).
Kondisi Wisata Syariah di Indonesia. Berbagai upaya
dilakukan untuk mempersiapkan produk pariwisata ini bersama
pemangku kepentingan, salah satu cara memperkenalkan Wisata
Syariah di Indonesia kepada ma syarakat dan dunia Internasional,
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerjasama dengan
Majelis Ulama Indonesia. Indonesia mempunyai banyak alasan untuk
mengembangkan potensi wisata syariah, antara lain keberadaan
ekonomi syariah penting untuk meng urangi kerentanan antara
sistem keuangan dengan sektor riil, sehingga menghindari
penggelembungan ekonomi; menghindari pembiayaan yang bersifat
fluktuatif, dan dapat memperkuat pengaman sosial.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengembangkan
wisata syariah adalah mempersiapkan 13 (tiga belas) provinsi untuk
menjadi destinasi wisata syariah, yakni Nusa Tenggara Barat (NTB),
Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, dan Bali. Namun dari ke -13 provinsi tersebut yang
dinyatakan siap yaitu Jakarta, Jawa Barat, NTB, Yogyakarta, dan
Jawa Timur. Sumber: Kemenparekraf, 2013, Indonesia as Moslem
Friendly Destination (Buku Panduan Wisata).
Penilaian kesiapan desti nasi wisata dilihat dari beberapa aspek
utama pariwisata, yaitu:
a) Produk
Pengembangan Produk harus berdasarkan Kriteria Umum dan
Standarisasi yang diterapkan untuk Usaha Pariwisata Syariah dan
Daya Tarik.
b) SDM dan kelembagaan
Kompetensi Profesi Insan Pariwis ata Syariah juga harus ditunjang
dengan Training dan Pendidikan yang sesuai dengan sasaran
Standar Kompetensi yang dibutuhkan Wisatawan Muslim.
c) Promosi
Bentuk promosi dan jalur pemasaran disesuaikan dengan
perilaku Wisatawan Muslim, World Islamic Tourism Mart (WITM),
Arabian Travel Mart, Emirates Holiday World, Cresentrating.com,
halaltrip.com, etc.
Meskipun konsep halal sudah menjadi gaya hidup bagi
sebagian besar penduduk Indonesia, namun wisata halal kurang
berkembang di Indonesia dikarenakan fasilitasi , tidak mudah

33
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

memastikan makanan halal, sertifikasi halal, dan promosi yang


kurang. Hal tersebut tampak dari hasil laporan lembaga riset dan
pemeringkat industri pariwisata halal Crescentrating bersama
MasterCard, Global Muslim Travel Index (GMTI) 2015, Indonesia berada
di urutan keenam tujuan wisata halal dunia, di bawah Malaysia dan
Thailand. Crescentrating menilai Indonesia harus berusaha lebih keras
jika ingin melangkahi Malaysia dan Thailand dalam
mengembangkan wisata halal. Menurut pendiri dan CEO
Crescentrating Fazal Bahardeen bahwa Indonesia belum begitu
agresif dalam mempromosikan wisata halal seperti negara tetangga
Malaysia dan Thailand. Indonesia juga belum mengintegrasikan
promosi pariwisata halal ke dalam program pariwisata nasional, dan
membuat paket khusus wisata halal.

Pariwisata Berkelanjutan
Harris et al (2002, p. 36) menyebutkan definisi mengenai
pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang dikembangkan dan
dikelola secara wajar, terkadang pada skala tertentu, memastikan hal
tersebut tetap memiliki nilai ekonomi tidak terbatas oleh waktu dan
tidak merusak fisik lingkungan, tetapi menopang dan memelihara
hal tersebut. Perlu ekonomi berkelanjutan, karena apabila kegiatan
pariwisata tidak menguntungkan maka akan diperdebatkan apakah
hal tersebut adalah lingkungan yang berkelanjutan. Pariwisata yang
tidak menguntungkan dan tidak tersedia akan tidak ada lagi.
UNWTO mendefinisikan pariwisata berkelanjutan secara
lengkap sebagai pariwisata yang memperhitungkan secara penuh
dampak ekonomi, sosi al, dan lingkungan sekarang dan yang akan
datang, menjawab kebutuhan pengunjung, industri (pariwisata),
lingkungan dan komunitas tuan rumah. (UNEP, 2005)

Pilar Dalam Pariwisata Berkelanjutan


Dimensi dalam pariwisata berkelanjutan berhubungan erat dengan
konsep pembangunan berkelanjutan, berikut adalah tiga sektor
pembangunan pariwisata berkelanjutan (UNEP, 2005):
1. Ekonomi berkelanjutan, ialah memberikan kesejahteraan bagi
tingkat yang berbeda bagi masyarakat dan mengatasi efektivitas
biaya dalam semua kegia tan ekonomi. Sektor ini sangat penting
khususnya bagi kelangsungan hidup, kegiatan, dan kemampuan
perusahaan untuk bertahan dalam kurun waktu yang panjang.

34
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

2. Sosial berkelanjutan, ialah bertanggung jawab terhadap hak asasi


manusia dan kesempatan yang sama ba gi semua masyarakat. Hal
ini membutuhkan pemerataan manfaat dengan fokus terhadap
pengentasan kemiskinan. Penekanan terhadap masyarakat lokal,
mempertahankan dan memperkuat sistem pendukung kehidupan
mereka, mengakui dan menghormati budaya dan menghindari
segala bentuk eksploitasi.
3. Lingkungan berkelanjutan, ialah melestarikan dan mengontrol
sumber daya, khususnya sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui atau sumber daya yang paling penting dalam
kehidupan manusia. Di dalamnya termasuk aksi untuk
meminimalisir polusi udara, tanah dan air, serta pelestarian
keanekaragaman hayati dan warisan budaya.

---oo0oo---

35
BAB 3 Definisi dan Tren Pariwisata

36
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

PEN G EM B AN G AN B ISN I S
PAR I W IS AT A

A. Perencanaan dan Pengembangan Destinasi Wisata


Potensi Pariwisata yang dimiliki suatu daerah dengan
keberagaman mulai dari kebudayaan, keindahan alam nya dan adat
istiadat serta keramah tamahan penduduk disekitar dest inasi wisata.
Selain itu didukung pula dengan sarana dan prasarana
pendukungnya yang dapat meningkatan minat para wisatawan dari
dalam maupun luar negeri. Dalam pengembangan pariwisata yang
kedepannya dapat menambah devisa bagi suatu negara atau suatu
daerah dan dapat meningkatkan taraf hidup penduduk disekitar
destinasi wisata. Keindahan alam suatu daerah yang masih bersifat
alami bisa menjadi daya tarik utama di dukung kebudayaan dan
kearifan lokal suatu daerah, supaya dapat menarik wisatawan untuk
datang berkunjung, mengenal serta mempelajarinya.
Bila dilihat dari berbagai macam potensi yang ada supaya
wisatawan tertarik maka suatu daerah yang memiliki potensi
pariwisata dengan melengkapi berbagai macam fasilitas penunjang
baik dari segi infrastruktur s eperti jalan sebagai aksesibility ke objek
wisata sehingga dapat dengan mudah untuk dilalui oleh para
wisatawan, selain itu perlunya penyediaan akomodasi penginapan
seperti Hotel, Villa, pondok wisata, home stay yang akan digunakan
sebagai tempat untuk men ginap para wisatawan selama
mengunjungi destinasi wisata di suatu daerah. Serta berbagai macam
fasilitas lainnya seperti restoran, pusat perbelanjaan tradisional dan
modern sehingga dapat memberikan dampak positif untuk suatu
destinasi pariwisata serta unt uk masyarakat disekitar tempat wisata.
Seiring dengan berjalannya waktu, suatu destinasi pariwisata
sering terjadi suatu penyimpangan perencanaan yang telah dibuat
akibat adanya sebuah intervensi dan keinginan penguasa dimana
kawasan yang mestinya dikonse rvasikan atau dilindungi dirubah
menjadi kawasan penunjang pariwisata guna memenuhi beberapa
keinginan wisatawan dengan mengabaikan kaidah -kaidah
perencanaan. Pengembangan dan daya dukung lingkungan suatu
destinasi wisata seperti pembangunan hotel atau vil la mewah

37
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

didaerah konservasi, pemukiman tradisionalnya digusur menjadi


commerce core dengan persepsi dan arogansi argumentasi lain bahwa
hal ini dapat mendongkrak pemasukan atau income ke kas daerah,
sehingga terjadi berbagai macam dampak negatif sebagai a kibat
perencanaan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Baik dari segi
lingkungan, ekonomi, budaya. Sebagai destinasi pariwisata yang
mulai berkembang kearah lebih maju lagi maka pengembangan
pariwisata memerlukan perencanaan yang cermat dan detail karen a
dalam dunia pariwisata menyangkut berbagai sektor kehidupan, baik
bagi pengunjung yang dalam hal ini adalah wisatawan asing atau
wisatawan nusantara maupun bagi masyarakat setempat yang
menjadi penyedia produk pariwisata dan sekaligus sebagai tuan
rumah. Pengembangan pariwisata di suatu destinasi wisata tidak
hanya merupakan kepentingan wisatawan tetapi juga harus melihat
kepentingan masyarakat atau melibatkan masyarakat baik bersifat
lokal, daerah dan nasional.
Pariwisata dilihat sebagai suatu sistem ( System approach) yang
saling berhubungan (interrelated system), demikian juga dalam
perencanaan dan teknis analisanya. Pendekatan menyeluruh
(comprehensive approach), pendekatan ini biasa disebt dengan
pedekatan holistik. Seluruh aspek yang terkait dalam pe rencanaan
pengembangan pariwisata yang mencakup institusi, lingkungan, dan
implikasi sosial ekonominya, dianalisis dan direncanakan secara
menyeluruh. Pariwisata dikembangkan dan direncanakan sebagai
suatu sistem yang terintegrasi baik keluar maupun kedala m.
Perencanaan suatu kawasan wisata, kawasan sekitarnya tidak bisa
diabaikan , bahkan dipandang sebagai integral perencanaan.
Pendekatan ini didasari kebijakan dan rencana pemerintah, baik
ditingkat nasional maupun ditingkat regional. Perencanaan dan
pengembangan pariwisata dilihat dari proses berkesinambungan
yang perlu di evaluasi berdasarkan pemantauan dan umpan balik
dalam kerangka pencapaian tujuan dan kebijakan pengembangan
pariwisata selain itu pendekatan yang dapat diimplementasikan
memiliki ciri logis, luwes, obyektif dan realistis.
Destinasi pariwisata harus memiliki sebuah konsep
pengembangan pariwisata sehingga antara perencanaan dan proses
pengembangan beriringan untuk menuju sebuah tujuan destinasi
pariwisata yang ideal. Dalam konsep pengemban gan destinasi
pariwisata sangat berkaitan dalam kehidupan masyarakat ataupun
daerah tersebut karena akan meningkatkan kehidupan perekonomian

38
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

masyarakat di daerah tersebut ataupun pendapatan suatu daerah


tertentu (PAD). Pengembangan kawasan pariwisata tidak terlepas
dari adanya suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah maupun
swasta yang berkerjasama untuk membangun dan mengelola tempat
wisata yang bertujuan untuk menarik perhatian para wisatawan.
Pengembangan pariwisata adalah merupakan upaya yang dilakuk an
suatu daerah untuk meningkatkan peran serta kegiatan pariwisata
dengan maksud serta tujuan yang harus tetap berada dalam bingkai
struktural masyarakat seperti RT dan RW suatu daerah sehingga
hasil akhirnya adalah mensejahterakan masyarakat keseluruhan,
terutama masyarakat daerah dan obyek pembangunan harus
berimbas positif bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat secara
keseluruhan bukan menimbulkan dan memperkeruh munculnya
suatu persoalan atau masalah yang akan dihadapi oleh masyarakat
yang tidak dikehendaki di kemudian hari.
Konsep destinasi pariwisata merupakan salah satu yang
paling penting dan kompleks dalam pembahasan pariwisata. Gunn
dan Var (1994) melihat destinasi pariwisata sebagai area pasar
perjalanan wisata dan merujuk pada zona tujuan pe rjalanan yaitu
area geografis yang meliputi pembangunan wilayah dan masyarakat
dalam rangka memuaskan tujuan perjalanan wisatawan. Oleh sebab
itu destinasi pariwisata dapat dijelaskan pada skala yang berbeda
mulai dari level desa sampai dengan wilayah, kot a atau resort, situs
khusus dan bahkan hanya berujud atraksi khusus yang dikunjungi
wisatawan. Sebagai sebuah sistem dinamis, pariwisata merupakan
interaksi berbagai komponen tempat masyarakat lokal termasuk di
dalamnya. Interaksi ini memiliki konsekuensi positif dan negatif
yang harus dimonitor agar destinasi pariwisata dapat selalu
berkembang. Hubungan antara tingkat perkembangan destinasi
pariwisata dengan dampak pengembangannya telah dikaji oleh
banyak peneliti, seperti siklus hidup area wisatawan, per ubahan
sosial, dan kualitas hidup. Dari berbagai teori tersebut tampaknya
teori tentang siklus hidup destinasi pariwisata memperoleh perhatian
luas dengan seringnya model ini digunakan sebagai alat untuk
membantu memetakan dampak perkembangan destinasi par iwisata.
Dietrich dan García (2008) menyatakan bahwa terdapat
hubungan kuat antara persepsi masyarakat terhadap dampak
perkembangan pariwisata dengan tahap perkembangan destinasi itu
sendiri. Pada tahap awal perkembangan menunjukkan bahwa
masyarakat lokal cenderung memiliki sikap positif, namun setelah

39
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

pembangunan menjadi massif dan tidak teratur maka persepsinya


menjadi berubah. Penelitian Dyer, et al., (2006), menyatakan bahwa
pada destinasi yang maju masyarakat mengabaikan sikap positif
terhadap budaya meskipun mereka tetap mendukung perkembangan
destinasi pariwisata. Persepsi ini terbentuk oleh perilaku masyarakat
yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
perkembangan pariwisata.
Butler (1980) menyusun konsep tentang perkembang an
destinasi pariwisata. Destinasi akan berkembang menurut model
siklis dimulai dari tidak adanya aktivitas wisata ( nil tourism) sampai
dengan pembangunan masif dalam bentuk eksploitasi massal
(massive development ) dan selanjutnya terjadi kejenuhan dan
penurunan. Konsep ini digunakan sebagai basis analisis dengan
melihat karakteristik perkembangan menggunakan lima atribut
destinasi pariwisata.

B. Strategi Pengembangan Bisnis Tempat Wisata


Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang
saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Tujuan pengembangan
pariwisata di Indonesia terlihat dengan jelas dalam Instruksi
PresidenRepublik Indonesia Nomor 9 Tahun 1969, khususnya Bab II
Pasal 3, yang menyebutkan “Usaha pengembangan pariwisata di
Indonesia bersifat suatu pengembangan “industri pariwisata” dan
merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan
serta kesejahtraan masyarakat dan Negara”.
Beberapa jenis objek wisata yang ada di Indonesia, antara lain:
1. Wisata Alam. Indonesia memiliki kawasan t erumbu karang
terkaya di Dunia dengan lebih dari 18% terumbu karang di dunia.
Serta lebih dari 3000 species ikan, 590 jenis karang batu dan
banyak lagi objek wisata yang sangat menarik. Seperti Raja
Ampat di Papua Barat, Teluk Kiluan di Lampung dan Pulau
Derawan.
2. Wisata Belanja. Wisata di Indonesia terbagi dengan pusat belanja
modern dan tradisional. Contohnya pusat belanja modern seperti
mall dan setiap tahun selalu ada Jakarta Great Sale yang
memberikan diskon secara besar -besaran. Sedangkan pasar
tradisional seperti Pasar Beringharjo di Jogjakarta, Pasar Klewer
di Solo atau Pasar Terapung di Sungai Barito Banjarmasin.

40
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

3. Wisata Budaya. Berdasarkan data sensus 2010, Indonesia terdiri


dari 1.128 suku bangsa. Sehingga Indonesia terkenal dengan
kayanya budaya tradisional, misalnya sendratari Ramayana yang
sering di pentaskan di Candi Prambanan. Tari Kecak, Tari Legong
di Bali. Serta tari Piring dari Padang.
4. Wisata Religi. Wisata Religi di Indonesia cukup banyak, misalnya
Wisata Religi ke makam Walisongo, atau kebeberapa peninggalan
sejarah yang menggambarkan agama Budha di Candi Borobudur.
Menurut Porter (2008), Strategi adalah bagaimana
memposisikan perusahaan mejadi sesuatu yang unik dan bernilai
dengan membuat keputusan mengenai apa yang harus dijalankan
dan apa yang tidak dijalankan dan selanjutnya adalah membuat
kesesuaian dari seluruh aktivitas perusahaan. Pada penelitian ini
adalah melakukan strategi pemasaran pada bisnis yang bergerak
dibidang pariwisata secara online. Dimana bisnis ini merupakan
penerapan didalam bisnis yang bersifat jasa. Menurut Sunyoto &
Susanti (2015), “Jasa merupakan suatu kegiatan yang memiliki
beberapa unsur ketidakberwujudan (intangibility) yang berhubungan
dengannya, yang melibatkan beberapa interaksi dengan konsumen
atau dengan properti dalam kepemilikan dan tidak menghasilkan
transfer kepemilikan. Perubahan kondisi yang mungkin terjadi dan
produksi jasa bisa saja berhubungan atau bisa pula tidak berkaitan
dengan produk fisik”.
Teknologi informasi semakin banyak, bisa dimanfa atkan
untuk memperkenalkan pariwisata di Indonesia. Apalagi sekarang di
Indonesia sendiri sedang musim pemanfaatan ICT (Information and
Communication Technology). Semua serba mobile, serba internet, serba
social media, sehingga semua informasi dapat diakse s oleh semua
kalangan dan di mana saja mereka berada. Seiring dengan semakin
pesatnya perkembangan jaman, kebutuhan manusia terhadap
informasi dan media komunikasi yang mampu memenuhi hasrat
keingintahuan manusia menjadi semakin besar. Internet sebagai
sebuah jaringan komunikasi global yang memiliki beberapa fasilitas
(piranti) yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan baik dalam
bisnis maupun non bisnis. Dalam era globalisasi saat ini peran peran
Information and Communication Technology (ICT) mulai
diperhitungkan. Dimana semua pelaku usaha mulai mempelajari dan
mempergunakan ICT ini didalam semua aktifitas kegiatan usaha.
Baik itu oleh perusahaan yang besar maupun para UKM. Dahulu
kala semua kegiatan dilakukan secara manual. Tetapi sekarang sudah

41
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

didukung oleh teknologi. Promosi dapat dilakukan dengan mudah


dengan menggunakan social media dan juga tidak perlu
menggunakan workshop lagi. Transasksi penjualan juga dapat
dilakukan dengan media internet atau lebih dikenal dengan istilah e -
business. Salah satu dari pemanfaatan dari ICT yaitu dengan
menggunakan e-commerce. Sedangkan menurut (Karmawan et al,
2010) E-Commerce adalah suatu jenis dari mekanisme bisnis secara
elektronik yang memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis
individu dengan menggunakan intern et (teknologi berbasis jaringan
digital) sebagai medium pertukaran barang atau jasa baik antara dua
buah institusi (business to business) dan konsumen langsung (business
to consumer), melewati kendala ruangan dan dan waktu yang selama
ini merupakan hal-hal yang dominan.
“Untuk dapat membuat strategi pemasaran online, maka
pelaku usaha pariwisata wajib untuk mendefinisikan terlebih dahulu
bauran pemasaran pariwisatanya serta menetapkan pemosisian
produk wisatanya pada pasar konsumen. Bauran pemasaran yang
mengacu pada berbagai komponen atau instrumen dapat digunakan
sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen (Pradiatiningtyas,
2014)”. Salah satu strategi pemasaran yang dilakukan adalah dengan
menggunakan bauran pemasaran atau marketing mix. Bauran
Pemasaran merupakan “suatu perangkat yang terdiri dari produk,
harga, promosi dan distribusi yang didalamnya akan menentukan
tingkat keberhasilan pemasaran dan semua itu ditujukan untuk
mendapatkan respon yang diinginkan dari pasar sasaran”.
Dimana Bauran pemasaran i ni menggunakan 4P yaitu: Produk
merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar baik itu berupa
barang fisik atau jasa yang bisa ditawarkan kepada konsumen. Price
adalah sejumlah uang dikeluarkan oleh konsumen untuk membeli
produk atau jasa yang ditawarka n. Place merupakan tempat
bertemunya pelanggan dan konsumen terhadap produk atau jasa
yang dihasilkan. sedangkan Promotion adalah kegiatan dari
produsen untuk memperkenalkan produk atau jasa yang dihasilkan
kepada konsumen.
Kemudian ditambah 3P berikutnya yaitu: People merupakan
orang-orang yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam
proses produksi pada produk atau jasa. Proses adalah kegiatan yang
dilakukan terhadap produk dan jasa dari awal hingga produk
tersebut diterima oleh konsumen. Physical Evidence adalah kondisi
atau karakter dari bisnis.

42
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

Persaingan bisnis yang ketat menuntut perusahaan memiliki


keunggulan bersaing dibandingkan dengan dengan pesaingnya.
Sehingga untuk menghadapi persaingan tersebut dibutuhkan strategi
yang berbedabeda. Salah satunya adalah dengan dengan
menggunakan matrix Ansoff. Matrik Ansoff adalah “Teknik
perencanaan yang digunakan untuk penilaian tentang pertumbuhan
perusahaan melalui produk dan perluasan pasar jaringan. Sedangkan
menurut Hussain et al (2013) “Bahwa matriks ini digunakan oleh
pemasar, yang memiliki keberanian untuk tumbuh di pasar dan
menciptakan kunggulan komptetitif. Dimana matriks ini
menawarkan alternatif strategis untuk mencapai tujuan tersebut”.

Gambar 4.1. Bauran Pemasaran


Sumber : www.kajianpustaka.com

Persaingan bisnis yang ketat menuntut perusahaan memiliki


keunggulan bersaing dibandingkan dengan dengan pesaingnya.
Sehingga untuk menghadapi persaingan tersebut dibutuhkan strategi
yang berbedabeda. Salah satunya adalah dengan dengan
menggunakan matrix Ansoff. Matrik Ansoff adalah “Teknik
perencanaan yang digunakan untuk penilaian tentang pertumbuhan
perusahaan melalui produk dan perluasan pasar jaringan (Wulandari
et al, 2016). Sedangkan menurut Hussain et al (2013) “Bahwa matriks
ini digunakan oleh pemasar, ya ng memiliki keberanian untuk
tumbuh di pasar dan menciptakan kunggulan komptetitif. Dimana
matriks ini menawarkan alternatif strategis untuk mencapai tujuan
tersebut”.

43
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

Pada rangka kerja ini ansoff membagi menjadi empat


alternative tindakan, yaitu:
1. Menjual produk/jasa yang ada ke pasar yang ada.
2. Memperpanjang (memperluas) produk/jasa yang ada ke pasar
yang baru.
3. Mengembangkan produk/jasa yang telah diperbaharui ke pasar
yang ada.
4. Mengembangkan produk/jasa yang telah diperbaharui ke pasar
yang baru juga.

Gambar 4.2 Ansoff Matrix


Sumber: www.ansoffmatrix.com

Berikut penjelasan ke empat alternatif menurut ansoff matrix,


yaitu:
1. Penetrasi Pasar (Market Penetration). Melakukan peningkatan
penjualan pada pasar yang sudah ada dengan cara memberikan
strategi-strategi yang baru. Sehingga pen jualan akan semakin
meningkat.
2. Pengembangan Pasar (Market Development). Pada pengembangan
pasar di sini adalah dengan melakukan perubahan -perubahan
dari pasar yang ada dengan menciptakan pasar yang baru untuk
menghindari pasar yang sudah jenuh atau sudah cukup banyak
pesaing yang ada di pasar tersebut
3. Pengembangan Produk ( Product Development). Pengembangan
produk di sini adalah melakukan perbaikan dari produk/jasa
yang ada. Sehingga produk kembali dapat diterima oleh pasar
yang ada.
4. Diversifikasi (Diversification). Diversifikasi ini adalah melakukan
perubahan yang menyeluruh. Baik dari sisi produk maupun dari

44
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

sisi pasar. Di mana strategi yang cukup berbahaya, karena harus


melakukan hal yang sama sekali belum pernah dilakukan.

C. Pengembangan Ecotourism
Ecotourism Ketika tahun 1970-an, paham tentang pariwisata
mulai berkembang dan kritikan -kritikan terhadap perkembangan
pariwisata mulai mempengaruhi kegiatan pariwisata. Hal tersebut
khususnya terjadi pada mass tourism yang dikritik sebagai alat yang
digunakan oleh negara-negara maju untuk terus mengeksploitasi dan
mendominasi negara-negara berkembang (Mowforth & Munt, 2003).
Doan (2000) menyebutkan bahwa dampak utama yang terjadi akibat
kegiatan pariwisata adalah meningkatnya perubahan yang dapat
terjadi pada area pariwisata. Dampak tersebut dapat berupa dampak
sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Akibatnya, muncul tulisan -
tulisan yang mengkritik dampak negatif pariwisata dalam jumlah
yang besar, terutama pada dampak ekonominya (Lindberg, 2000),
serta keperluan akan barang dalam industri pariwisata (Mowforth &
Munt, 2003).
Pengertian ecotourism telah mengalami perkembangan dari
waktu ke waktu. The International Ecotourism Society (TIES)
mendefinisikan ecotourism sebagai perjalanan ke area alam dan
bertanggung-jawab untuk tetap melestarikan lingkungan dan
mendukung kesejahteraan masyarakat setempat (Koens, dkk., 2009).
World Conservation Union (1996) dalam Wood (2002)
mendefinisikan ecotourism lebih mendetail yaitu ecotourism
merupakan perjalanan wisata dan kunj ungan ke alam yang relatif
tidak mengganggu lingkungan sekitar, bertujuan untuk menikmati
dan menghargai keindahan alam (dan kekayaan budaya yang
terdapat pada daerah tersebut, baik budaya masa lalu maupun
budaya sekarang) serta memberlakukan konservasi, m emiliki
dampak negatif yang rendah dari sisi pengunjung, dan menyediakan
wadah bagi masyarakat lokal untuk terlibat aktif dari sisi sosial -
ekonomi yang nantinya akan menguntungkan bagi masyarakat
setempat. Ecotourism menitik beratkan pada tiga hal utama ya itu;
keberlangsungan alam atau ekologi, edukasi, dan sustainability
(Koens dkk., 2009). Jadi, kegiatan ecotourism secara langsung memberi
akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan
menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat
lokal. Kegiatan ecotourism dapat meningkatkan pendapatan untuk

45
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

pelestarian alam yang dijadikan sebagai obyek wisata ecotourism dan


menghasilkan keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat
yang berada di daerah tersebut atau daerah setempat. Fokus utama
dari ecotourism merupakan keberlangsungan dari sumber daya alam.
Setiap aktivitas ecotourism harus bersifat ramah lingkungan dan
bertanggung-jawab dalam meminimalisir dampak negatif terhadap
lingkungan. Namun, ecotourism tidak dapat bertahan jika jenis
pariwisata lainnya tetap mengeksploitasi sumber daya dan merusak
alam. Hal tersebut dikarenakan terdapat hubungan saling
ketergantungan yang erat antara sistem ekologi dengan pariwisata
(Wen & Tisdell, 2001).
Kesan penuh arti dalam perjalanan ecoutourism hendaknya
didapat si wisatawan bukan semata -mata karena ia bisa terhibur dan
digembirakan oleh suguhan lingkungan alami yang ditontonnya,
melainkan karena telah ikut berpartisipasi langsung membantu
konservasi lingkungan, sekaligus memperoleh pamahaman yang
lebih dalam tentang seluk -beluk ekosistem alam, yang pada akhirnya
akan membangunkan kesadaran tentang bagaimana ia harus
bersikap di masa mendatang agar selaras alam.
Bila ecotourism diibaratkan sebuah proses sebagaimana terlukis
pada Skema, yang menjadi input-nya, adalah manusia (sang
wisatawan) dan alam (termasuk di dalamnya kehidupan penduduk
setempat). Output dari proses ini ada dua macam.

Gambar 4.3. Skema Ecotourism


Sumber : www.studipariwisata.com

Pertama adalah output langsung, baik bagi manusia maupun


bagi alam. Output yang langsung dirasakan oleh manusia adalah

46
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

unsur hiburan dan penambahan pengetahuan, sedangkat output


langsung bagi alam adalah perolehan dana yang sebagian darinya
kelak dapat difungsikan untuk mengelola kegiatan konse rvasi alam
secara swadaya.
Kedua adalah output tak langsung, yakni berupa tumbuhnya
kesadaran dalam diri wisatawan untuk lebih memperhatikan sikap
hidup di hari-hari esok agar tidak berdampak buruk pada alam.
Kesadaran ini diharapkan tumbuh akibat adanya k esan mendalam
yang diperoleh wisatawan selama berinteraksi aktif secara langsung
dengan lingkungan alam, disertai pemahaman -pemahaman ekologis
yang dituturkan oleh guide pendampingnya.
Itu sebabnya untuk jenis wisata ini diperlukan adanya
pemandu khusus, yang bukan saja cakap dalam menggembirakan
wisatawan, namun juga memiliki wawasan ekologi yang luas.
Pemandu untuk ecotourism lebih tepat disebut “interpreter” karena
tugasnya adalah memberikan jasa interpretasi alam, yakni
menampilkan penjelasan tentang s uatu fenomena alam dalam
kemasan cerita yang ilmiah, sekaligus menarik. Misal, bagaimana
mengenali ciri-ciri pepohonan hutan sekunder, urutan proses
eutrifikasi danau, pengaruh polusi terhadap suksesi tumbuhan rawa,
ragam nyanyian katak atau kicauan burung , relung-relung habitat di
sepanjang aliran sungai, dan lain -lain. Lebih bagus lagi, bila dapat
dijelaskan tentang keterkaitan budaya masyarakat setempat terhadap
kelestarian alam ataupun legenda lokal yang berhubungan dengan
jenis-jenis flora-fauna tertentu.

D. Isu dan Trend Pengembangan Pariwisata


Indonesia sebagai Negara kepulauan yang membentang barat
ke timur, dari Aceh di Ujung Barat Indonesia dengan Pulau Weh
hingga Irian Jaya di kepulauan Irian. Tentunya sangat luas dengan
luas daratan 1.922.570 m 2 dan luas perairan 3.257.483 km 2. Saat ini
Indonesia memiliki 34 Provinsi, yang sangat beraneka ragam budaya.
Tentunya dengan 34 Provinsi ini, Indonesia sangat kaya dengan
daerah tujuan wisata. Ada beberapa daerah yang terkenal dengan
daerah wisatanya, antara lain Bali dengan Keindahan alamnya
seperti Pantai Kuta, Pantai Sanur, dan Pura Besakih. Jogjakarta
dengan Pantai Parang Teritis dan Candi Borobudurnya. Dan Raja
Ampat di Papua Barat. Pada tahun 2014, pariwisata menempati
urutan ke empat dalam hal penerima an devisa setelah komoditi

47
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

minyak dan gas bumi, Batu bara dan minyak kelapa sawit
(www.kemenpar.go.id). Kekayaan alam dan budaya merupakan
komponen terpenting dalam pariwisata di Indonesia. Hal ini telah
diakui oleh dunia, dimana hingga 7 lokasi di Indone sia sudah
ditetapkan oleh UNESCO yang ditetapkan dalam daftar situs warisan
dunia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik ada sebelas
provisnis yang paling sering dikunjungi oleh para turis adalah Bali
sekitar lebih dari 3,7 juta disusul, DKI Jakarta, Jogjakarta Jawa Timur,
Jawa Barat, Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatera
Selatan, Banten dan Sumatera Barat. Sekitar 59% turis berkunjung ke
Indonesia untuk tujuan liburan, sementara 38% untuk tujuan bisnis.
Singapura dan Malaysia adalah du a negara dengan catatan jumlah
wisatawan terbanyak yang datang ke Indonesia.
Dengan banyaknya daerah wisata di Indonesia ini, bisa
menjadi peluang bagi masyarakat untuk menggerakkan
perekonomian didaerah masing -masing dengan menjadi pengusaha -
pengusaha. Akan tetapi minat untuk menjadi seorang pengusaha ini
seringkali terbentur masalah keuangan. Jumlah wirausahawan di
Indonesia masih berkisar di angka 1,4% -1,5%. Untuk memenuhi
angka 2% populasi, dengan asumsi penduduk Indonesia berjumlah
sekitar 240 juta jiwa, maka Indonesia masih membutuhkan sekitar 1,2
juta wirausahawan. Persoalan klasik yang menghadang seseorang
untuk terjun menjadi wirausahawan, selain faktor ketakutan dari diri
sendiri adalah ketidaktersediaan modal. Banyak orang memiliki
keinginan untuk terjun menjadi wirausahawan, akan tetapi faktor
modal menjadi penghalang yang mencegahnya masuk ke dunia
wirausaha.
Industri pariwisata Indonesia saat ini tengah bertumbuh pesat.
Di tahun 2017, Indonesia didatangi oleh lebih dari 14 juta wisatawan
mancanegara, jumlah yang meningkat lebih dari dua juta turis dari
tahun sebelumnya. Peningkatan drastis jumlah wisatawan dan
masuknya mata uang asing tersebut tampaknya masih akan terus
berlanjut. Hal ini tentu saja bukan sekadar kebetulan, karena
merupakan hasil dari upaya pemerintah yang strategis dan
terkoordinir dalam mendorong pertumbuhan industri pariwisata. Di
tahun 2015, Menteri Pariwisata Indonesia menetapkan target 20 juta
wisatawan mancanegara di tahun 2019.
Berkembangnya suatu kawasan wisata dapat memberikan
dampak positif sekaligus dampak negat if. Dalam hal ini, peningkatan
jumlah wisatawan dapat memberikan dampak negatif jika tingkat

48
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

wisatawan menggunakan potensi wisata lebih besar daripada


kapasitas yang dimiliki oleh suatu wisata (Ghulam dkk., 2013; Belsoy
dkk., 2012). Ahmed (2015) menyatakan bahwa suatu destinasi wisata
dapat memberikan dampak negatif yang luas dari aspek lingkungan,
ekonomi, dan sosial-budaya. Berkembangnya suatu kawasan wisata
yang tidak terkendali dapat pula memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan, antara lain penipi san sumber daya alam seperti
air serta degradasi tanah; polusi berlebihan; dan dampak fisik seperti
penebangan hutan untuk membuka lahan baru (United Nations
Environment Programme, 2001). Dampak negatif lainnya berupa
tekanan terhadap tempat ibadah atau ku il akibat meningkatnya
jumlah pengunjung, terpengaruhnya masyarakat oleh budaya
pengunjung, terutama remaja -remaja yang mengikuti, pakaian,
perilaku, dan gaya hidup pengunjung, serta berkembangnya jumlah
amenitas seperti tempat perbelanjaan yang berlebihan yang
mengakibatkan penggunaan fasilitas tersebut tidak maksimal
(Ahmed, 2015).
Tren pariwisata Indonesia 2017 tidak luput dari perubahan
yang terjadi seiring dengan perkembangan jaman dan tuntutan
aktivitas masyarakat global yang turut mempengaruhi pola h idup
dan preferensi berbagai kegiatan yang kita jalani. Menyesuaikan
perubahan yang ada, pariwisata Indonesia kembali melahirkan tren
baru di tahun 2017 ini sebagai hasil transformasi wisata di tahun -
tahun sebelumnya.
Tren Pariwisata di indonesia :
1. Ketertarikan akan pesona alam melalui eco-tourism.
Seiring dengan semakin meningkatnya kegiatan pabrik, isu
lingkungan, dan penatnya kepadatan sehari -hari, eco-tourism kini
mulai menjadi primadona tujuan pariwisata dengan pesona
alamnya yang menjunjung nilai -nilai kelestarian lingkungan.
Objek-objek wisata dengan konsep alam serta fasilitas pariwisata,
seperti resor, bungalow, ataupun bentuk penginapan lain yang
mengangkat konsep ramah lingkungan menawarkan daya tarik
tersendiri, terutama bagi para turis yang memi liki kesadaran baik
akan pelestarian lingkungan. Di sisi lain, pemandangan yang asri
pun dapat membantu para turis untuk melepas kepenatan mereka
dari padatnya aktivitas sehari -hari.

49
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

2. Peningkatan jumlah instant trip seiring dengan semakin padatnya


aktivitas masyarakat global.
Tingginya tuntutan aktivitas masyarakat global yang kian
meningkat seringkali membuat mereka sulit mencari waktu luang
untuk melepaskan diri dari padatnya kesibukan sehari -hari. Hal
ini seringkali menyebabkan sulitnya menemukan waktu luang
untuk liburan panjang dengan santai. Oleh karena itu, ketika
mereka menemukan kesempatan, mereka akan cenderung
memanfaatkannya untuk berwisata sedapat mungkin walaupun
dalam waktu singkat. Selain itu, berwisata dalam waktu singkat
juga akan memberikan mereka ruang waktu lebih untuk
melakukan berbagai kegiatan lain selain tuntutan kewajiban
sehari-hari. Bagi mereka yang memiliki rutinitas padat, yang
paling utama dari perjalanan wisata adalah pengalaman yang
berkesan, sehingga tidak perlu menghabiska n banyak waktu.
Instant trip juga cenderung lebih praktis dan ekonomis. Di sisi
lain, maraknya aplikasi smartphone yang menawarkan berbagai
jasa dan informasi travel juga membuat tren pariwisata ini lebih
diminati.
3. Perjalanan business leisure yang semakin menjadi pilihan para
pelaku bisnis.
Perjalanan bisnis sambil liburan kini semakin diminati banyak
orang, terutama mereka dari kalangan eksekutif atau yang
memiliki kepadatan aktivitas tinggi, terutama terkait bisnis. Oleh
karena itu, di tahun 2017, perjala nan bleisure (business + leisure)
sudah sangat lumrah terjadi. Hal ini makin sering dilakukan
karena orang yang memiliki kesibukan tinggi sangat sulit
menemukan waktu untuk bersantai. Oleh karena itu, jika mereka
dapat melakukan kegiatan bisnisnya sambil m elakukan
perjalanan wisata, mereka akan memanfaatkan kesempatan
tersebut.
4. Eksplorasi tradisi, budaya, dan interaksi yang mulai mengungguli
shopping activities.
Jika dulu orang-orang cenderung berwisata hanya sekadar untuk
mengunjungi tempat baru dan berbel anja sebanyak mungkin di
lokasi wisata terkait, sekarang tren tersebut sudah bergeser
menjadi sesuatu yang lebih bernilai. Di tahun 2017 ini, semakin
banyak turis lokal dan mancanegara yang melakukan perjalanan
wisata dengan tujuan eksplorasi tradisi, buda ya, dan interaksi
sosial di wilayah setempat demi mendapatkan pengalaman dan

50
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

pengetahuan yang lebih berharga. Dengan demikian, mereka


tidak hanya sekadar mengunjungi tempat wisata, namun juga
mencoba untuk mengenalnya.
5. Secret paradise yang menjadi alternat if favorit untuk melepaskan
diri dari kesibukan sehari -hari.
Dulu, orang-orang cenderung memilih tujuan wisata yang
memang dikunjungi banyak orang karena sudah diketahui daya
tariknya sebagai objek wisata. Namun kini, semakin banyak orang
yang memilih perjalanan wisata ke tempat -tempat yang keaslian
alamnya masih terjaga dan jauh dari keramaian orang banyak.
Hal ini disebabkan karena seseorang memang cenderung ingin
mengunjungi tempat baru yang belum diketahui untuk dieskplor
secara lebih. Selain itu, suasa na yang tenang dan pemandangan
alam yang memukau dari secret paradise memiliki daya tarik
tersendiri bagi kaum urban yang terlampau jenuh dan penat
dengan kesibukan lingkungan metropolitan. Demikian tren
pariwisata Indonesia tahun 2017 yang sekarang banyak diminati
oleh para turis di Indonesia. Tren ini tentunya akan kembali
berubah di tahun-tahun berikutnya seiring dengan perkembangan
zaman yang dinamis.

---oo0oo---

51
BAB 4 Pengembangan Bisnis Pariwisata

52
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

PEM AS AR AN P AR IW I SAT A

A. Bauran Pemasaran Pariwisata


Industri pariwisata saat ini berada pada persaingan yang
sangat ketat, oleh karena itu para pengelola destinasi harus
mempunyai keunikan dan daya tarik khusus supaya bisa menarik
minat berkunjung dan supaya dapat memenangkan persaingan
dalam industri pariwisata.
Keputusan Berkunjung Keputusan berkunjung adalah suatu
keputusan yang dilakukan oleh konsumen yang dipengaruhi oleh
kebudayaan, kelas social, keluarga dan referensi grup yang akan
membentuk suatu sikap pada diri individu kemudian melakukan
pembelian. Keputusan konsumen merupakan suatu keputusan
sebagai pemilikan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan
alternatif (Sumarwan, 2011). Definisi lain keputusan konsumen
adalah preferensi konsu men atas merek-merek yang ada di dalam
kumpulan pilihan dan niat konsumen untuk membeli merek yang
paling disukai (Kotler, 2012).
Menurut Mowen dan Minor (2012), keputusan konsumen
merupakan semua proses yang dilalui konsumen dalam mengenali
masalah, mencari solusi, mengevaluasi alternatif, dan memilih di
antara pilihan-pilihan pembelian mereka.
Menurut Pitana dan Gayatri (2005) dalam Ramadahan (2015)
sebelum melakukan perjalanan wisata, seorang calon wisata terlebih
dahulu melakukan sebuah proses me ntal, untuk sampai pada
keputusan, menyangkut kapan akan melakukan perjalanan, berapa
lama, kemana, dengan cara bagaimana, dan seterusnya. Proses
pengambilan ini sangat penting artinya bagi pembangunan
pariwisata, terkait dengan berbagai fakta yang mempeng aruhi
keputusan, dan faktorfaktor ini dapat di pengaruhi (diintervensi)
dalam proses promosi (pemasaran wisata). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pengambilan keputusan wistawan menurut
Pitana dan Gayatri (2005) dalam Ramadahan (2015), antara la in
sebagai berikut :

53
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

1. Karakteristik wisatawan, baik karakteristik sosial, ekonomi


(umur, pendidikan, pendapatan, dan pengalaman sebelumnya),
maupun karakteristik perilaku (seperti motivasi, sikap, dan nilai
yang dianut).
2. Kesadaran akan manfaat perjalanan , pengetahuan terhadap
destinasi yang akan dikunjungi, citra destinasi.
3. Gambaran perjalanan, yang meliputi jarak, lama tinggal di daerah
tujuan wisata, kendala waktu dan biaya, bayangan akan resiko
ketidakpastian, dan tingkat kepercayaan terhadap biro pe rjalanan
wisata.
4. Keunggulan daerah tujuan wisata, yang meliputi jenis dan sifat
atraksi yang ditawarkan, kualitas layanan, lingkungan fisik dan
sosial, situasi politik, aksesibilitas,dan perilaku masyarakat lokal
terhadap wisatawan. Yang juga sangat penti ng sebagai salah satu
atribut daerah tujuan wisata adalah citra ( image) yang dimiliki.
Bauran Pemasaran Pariwisata Menurut Ike Janita Dewi dalam
buku Responsible Tourism Marketing yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesi a tahun
2011, bauran pemasaran dalam pemasaran pariwisata meliputi 8P
yang merupakan ekstensi dari 4P tradisional yang berlaku secara
umum. Kedelapan „P” tersebut adalah product, price, place, promotion,
packaging, programming, people dan partnership.
Tabel 5.1. Bauran Pemasaran dalam Pemasaran Pariwisata

Sumber : Morrison (2010) dalam Dewi (2011)

1. Product (produk) dan Partnership (kerjasama)


Produk adalah segala sesuatunya yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan ko nsumen (Kotler,
2012). Dalam industri pariwisata, produk dapat dipahami dalam
dua tingkatan sebagai berikut:

54
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

a. Produk wisata secara keseluruhan ( total tourist products) yang


meliputi kombinasi dari keseluruhan produk dan jasa yang
dikonsumsi oleh wisatawan mulai dari dia meninggalkan
rumah sampai pada dia kembali. Dalam hal ini produk
meliputi ide, suatu harapan atau gambaran mental ( mental
construct) dalam benak konsumen saat penjualan produk
wisata.
b. Produk secara spesifik, yang meliputi produk komersial y ang
merupakan bagian dari produk wisata keseluruhan, seperti
akomodasi, transportasi, atraksi, daya tarik wisata, dan
fasilitas pendukung lainnya seperti persewaan mobil dan
penukaran uang asing. Kemitraan pemasaran menjadi sangat
relevan dalam pemasaran pariwisata. Konsep relationship
marketing (membangun, memelihara, dan meningkatkan
relasi jangka panjang dengan wisatawan, pemasok, dan
perantara dalam travel trade mendapatkan nilai strategisnya
dalam pembangunan pemasaran pariwisata. Kemitraan bisa
berbentuk kerjasama promosi ( joint promotion) maupun
kerjasama penjualan ( sales cooperation) di antara pelaku usaha
maupun dengan pemerintah. Bentuk kerjasama bisa berdurasi
pendek maupun perjanjian kerjasama pemasaran jangka
panjang, yang melibatkan penyedia p roduk lintas industri
maupun pemerintah lintas wilayah.
2. People (Sumber Daya Manusia)
Produk wisata yang mengandung banyak komponen jasa dan
pelayanan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia
menjadi tantangan tersendiri dalam pemasaran pariwisata . Service
culture dan kreativitas packaging dan programming (seperti yang
didiskusikan di setelah bagian ini) membutuhkan pengelolaan
sumber daya manusia dan intellectual capital secara strategis
Packaging and Programming (Pemaketan dan Perancangan
Program) Dalam industri pariwisata, packaging dan programming
merupakan elemen yang ikut menentukan daya saing produk
wisata. Serangkaian produk wisata yang dikemas dan dijual
dengan menarik akan membentuk pengalaman berwisata yang
menarik pula. Packaging adalah kombinasi dari jasa dan daya tarik
wisata yang saling berkaitan dalam satu paket penawaran harga.
Programming adalah suatu teknik yang berkaitan dengan
packaging, yaitu pengembangan aktivitas tertentu, acara, atau
program untuk menarik dan meningkatkan pe mbelanjaan

55
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

wisatawan, atau memberikan nilai tambah pada paket atau


produk wisata.
3. Place (Distribusi dan Penempatan Produk Wisata)
Pemasaran pariwisata perlu memahami karakteristik
pendistribusian produk wisata. Dengan karakteristik produk
wisata yang kaya nuansa jasa, tidak ada distribusi fisik dalam
industri pariwisata. Usaha produk wisata bisa menyediakan
produknya langsung kepada wisatawan ( direct distribution) atau
melalui jasa perantara perdagangan produk wisata ( travel trade),
baik secara online maupun offline.
4. Promotion (Promosi) dan Packaging (Kemasan)
Promosi atau juga dikenal dengan komunikasi pemasaran
(marketing communications ) adalah berbagai cara untuk
menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen
secara langsung maupun tidak lan gsung tentang suatu produk
atau brand yang dijual (Kotler, 2012). Pemasaran pariwisata harus
mempertimbangkan berbagai media dan cara baru untuk
berkomunikasi dengan wisatawan. Berbagai media tersedia
dalam bauran komunikasi pemasaran adalah:
a. Periklanan (Advertising), yaitu segala bentuk presentasi dan
promosi nonpersonal yang dibayar tentang ide, barang, jasa,
atau tempat oleh pemasang iklan (perusahaan, pemerintah,
organisasi) yang teridentifikasi dengan jelas.
b. Promosi Penjualan (Sales Promotions), yaitu insentif jangka
pendek untuk mendorong uji coba ( trial) atau pembelian
produk. Promosi Penjualan bisa berupa diskon atau subsidi
untuk memberikan insentif bagi para calon wisatawan untuk
mengunjungi destinasi baru.
c. Acara dan Pengalaman ( events and Experiences), yaitu
penyelenggaraan aktivitas dan program yang disponspori oleh
perusahaan/destinasi untuk menciptakan interaksi terus
menerus atau spesial dengan suatu brand.
d. Kehumasan dan publisitas ( Public Relations and Publicity ), yaitu
berbagai program y ang dirancang untuk mempromosikan
atau melindungi citra perusahaan, destinasi, atau daya tarik
wisata tertentu.
e. Pemasaran Langsung ( Direct Marketing), yaitu penggunaan
surat, telepon, facsimile, atau internet yang dirancang untuk
mengkomunikasikan secara langsung atau memastikan

56
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

respons dan dialog dari wisatawan atau calon wisatawan


tertentu.
f. Pemasaran dari mulut -kemulut (Word-of-mouth Marketing),
yaitu komunikasi lisan atau tertulis dari orang ke orang atau
komunikasi elektronik yang berkaitan dengan has il atau
pengalaman mengunjungi suatu destinasi wisata.
g. Penjualan secara personal ( Personal Selling), yaitu interaksi
langsung dengan satu atau lebih calon wisatawan prospektif
untuk memberikan presentasi, menjawab pertanyaan, atau
menghasilkan penjualan.
5. Price (Harga) dan Programming (Program )
Harga adalah elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja
menentukan profitabilitas tetapi juga sebagai sinyal untuk
mengkomunikasikan proposisi nilai suatu produk/destinasi
wisata. Pemasar produk wisata perlu mem ahami aspek psikologis
dari informasi harga (Kotler dan Keller, 2010), yang meliputi
harga referensi (reference price), inferensi kualitas berdasarkan
harga (pricequality inferences ), dan petunjuk harga ( price cues).

B. Pengembangan Produk Pariwisata


Indonesia yang memiliki keragaman sumber daya alam yang
berpotensi untuk dijadikan sebagai atraksi wisata juga berusaha
untuk mengembangkan sektor industri pariwisatanya. Setiap daerah
di kawasan Indonesia sangat merespon baik dalam hal
pengembangan pariwisata i ni. Jawa Barat yang merupakan salah satu
wilayah di kawasan Indonesia dikenal sebagai provinsi yang
memiliki kekayaan budaya dan pariwisata yang banyak dan
beraneka ragam jenis, dan beberapa diantaranya memiliki kualitas
dan daya tarik wisata yang tinggi. Keanekaragaman potensi dan
daya tarik wisata ini akan memicu wisatawan untuk datang ke
atraksi wisata.
Pengelola kawasan wisata perlu membuat sebuah
pengembangan produk yang bisa menjaga keseimbangan antara
jumlah kunjungan wisatawan yang meningkat dengan kelestarian
ekosistem di kawasan ekowisata. Pengembangan produk ini
dilakukan dengan menyempurnakan produk yang telah ada.
Penyempurnaan produk yang telah ada ini dilakukan dengan
menggunakan teknik tourism opportunity spectrum . Elemen - elemen
yang diperkenalkan oleh Butler dan Walbrook (2003) dalam tourism

57
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

opportunity spectrum diantaranya adalah aksesibilitas, kompatibilitas


dengan kegiatan lain, karakteristik sarana pariwisata, interaksi sosial,
akseptabilitas komunitas lokal terhadap wisatawan, dan man ajemen
derajat kontrol. Selain pengembangan pelestarian lingkungan atau
ekosistem alam, dalam teknik tourism opportunity spectrum ini
masyarakat lokal juga bisa menjadi daya tarik bagi atraksi wisata.
Masyarakat lokal diberikan penyuluhan atau pelatihan -
pelatihan supaya dapat berinteraksi langsung dengan
wisatawan.Karakteristik sarana pariwisata juga menjadi salah satu
elemen penunjang kesuksesan pengembangan sehingga bisa menjadi
daya tarik bagi wisatawan yang akan berkunjung ke suatu destinasi.
Hal yang dilakukannya adalah dengan mengembangkan sarana dan
parasarana wisata yang sesuai dengan kapasitas daya dukung
wisatawan. Pengembangan destinasi pariwisata memerlukan teknik
yang baik dan tepat. Teknik pengembangan itu harus
menggabungkan beberapa aspek pe nunjang kesuksesan pariwisata.
Aspek-aspek tersebut adalah aspek aksesibilitas (transportasi dan
saluran pemasaran), karakteristik infrastruktur pariwisata, tingkat
interaksi sosial, keterkaitan / kompatibilitas dengan sektor lain, daya
tahan akan dampak p ariwisata, tingkat resistensi komunitas lokal,
dan sebagainya.
Saat ini pemerintah, investor, ataupun pengembang pariwisata
harus mulai menyadari bahwa wisatawan semakin mengharapkan
dan menuntut tinggi kualitas lingkungan di atraksi wisata yang
mereka kunjungi, terlebih untuk kawasan ekowisata. Dalam industri
pariwisata, pertumbuhan pangsa pasar ekowisata dinilai sangat
cepat, oleh karena itu dalam pengembangannya, ekowisata harus
menganut sistem pariwisata yang berkelanjutan. Pengembangan
produk wisata dengan menggunakan teknik tourism opportunity
spectrum ini disinyalir dapat meningkatkan atau mengembalikan
kunjungan wisatawan serta memperkecil resiko kerusakan sumber
daya alam dari faktor -faktor ancaman yang dihadapi oleh pengelola
dan meningkatkan kual itas lingkungan sehingga wisatawan tidak
berhenti melakukan perjalanan wisata.

C. Kualitas Produk, Kepuasan Wisatawan dan Keputusan


Berkunjung Kembali ke Destinasi Wisata
Perkembangan kepariwisataan di Indonesia diarahkan pada
peningkatan peran pariwisata d alam kegiatan ekonomi yaitu

58
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

meningkatkan investasi sektor pariwisata yang dapat menciptakan


lapangan kerja serta kesempatan berusaha dengan tujuan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat serta penerimaan devisa.
Upaya yang dilakukan pemerintah adalah mela lui pengembangan
dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan nasional,
sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan, lama tinggal dan
jumlah pengeluaran wisatawan mancanegara selama melakukan
perjalanan wisata ke Indonesia.
Hal-hal yang menarik bagi wisatawan mancanegara untuk
melakukan kunjungan wisata dengan tujuan wisata bisnis,
bersenang-senang (pleasure), melakukan konferensi
(convention/conference ), mengunjungi teman ( visiting friends),
kunjungan khusus (mission), dan tujuan wisata lainnya.
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu ukuran kinerja
organisasi non finansial yang mempunyai kontribusi sangat
signifikan terhadap keberhasilan tujuan organisasi bisnis. Terdapat
berbagai definisi konseptual kepuasan pelanggan yang digunakan
para peneliti sebelumnya.
Menurut Giese dan Cote (2000) dalam penelitiannya telah
mengidentifikasi berbagai definisi konseptual dari literatur dan dari
para peneliti sebelumnya tentang kepuasan pelanggan. Berdasarkan
beberapa definisi konseptual tersebut, Giese, dkk men yimpulkan tiga
komponen utama dalam definisi kepuasan palanggan yaitu pertama
kepuasan konsumen merupakan tanggapan emosional dan kognitif;
kedua tanggapan lebih difokuskan pada ekspektasi, produk,
konsumsi dan pengalaman; ketiga tanggapan terjadi setelah
konsumsi, setelah pemilihan dan didasarkan pada akumulasi
pengalaman. Menurut Gunderson dkk (1996) bahwa kepuasan
konsumen adalah penilaian evaluatif paska konsumsi berkaitan
dengan kualitas produk atau jasa. Kepuasan konsumen didefinisikan
sebagai kepuasan menyeluruh (overall satisfaction) yaitu tanggapan
secara menyeluruh tentang seberapa puas dan tidak puas terhadap
total atribut produk atau jasa. Menurut Davis, Kevin W (1995)
menyatakan bahwa kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan
pelanggan, kepercayaan, kemudian ketahanan pelanggan dan pada
akhirnya mendatangkan profit. Persepsi kualitas destinasi wisata
yang dirasakan oleh wisatawan selama dan setelah mengunjungi
destinasi wisata merupakan kualitas pariwisata dan berpengaruh
terhadap kepuasan wisatawan.

59
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

Terdapat hubungan yang positif antara kepuasan pelanggan,


perilaku paska pembelian dan kinerja bisnis. Pelanggan yang merasa
puas dalam pembeliannya akan berpengaruh positif terhadap
perilaku paska pembelian, artinya bahwa konsumen yang merasaka n
terpenuhi tingkat harapan sebelum pembelian dengan kinerja hasil
yang dirasakan setelah pembelian akan meningkatkan komitmen
pembelian seperti antara lain niat membeli kembali, persentase
jumlah pembelian, jumlah merek yang dibeli, dsb.
Niat beli kembali didefinisikan sebagai purchase intention yaitu
keinginan yang kuat untuk membeli kembali (Fullerton dan Taylor
dalam Jasfar, 2002). Menurut Miller, Glawter, and Primbram dalam
Iman Khalid Abdul Qader (2008) mendefinisikan purchases intention
adalah keadaan mental seseorang yang mencerminkan rencana untuk
melakukan beberapa tindakan dalam jangka waktu tertentu. Definisi
ini diasumsikan sebagai anteseden langsung dari perilaku.
Penerapannya dalam riset terhadap definisi purchases intention adalah
pelanggan akan melakukan tindakan pembelian kembali diwaktu
yang akan datang sebagai respon langsung dari perilaku paska
pembelian dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan menurut Assael
(1998), purchase intention merupakan keinginan pelanggan untuk
melakukan pembelia n berulang diwaktu yang akan datang.
Penelitian yang dilakukan Cronin dan Taylor (1992), Woodside, Frey
dan Daily menyatakan bahwa purchases intention secara positif
mendukung hubungan antara kepuasan pelanggan dengan perilaku
niat membeli kembali.
Purchases intention dalam hubungannya dengan kunjungan
visatawan dalam pembelian jasa pariwisata disebut sebagai behaviora
itention to visit. Pengembangan konseptualisasi model hubungan
antara kualitas pelayanan yang dirasakan, nilai layanan, dan
kepuasan serta pengaruh relatifnya terhadap perilaku niat beli seperti
dikemukanan oleh Baker & Crompton (2000) dan Tian -Cole et al.
(2002) yang menyatakan bahwa persepsi kualitas layanan dan
kepuasan telah terbukti menjadi prediktor yang baik dari niat
kunjungan kembali wisatawan (visitors future behavioral intention ).
Menurut Cronin et al. (2000) mengemukakan bahwa persepsi kualitas
layanan yang dirasakan merupakan tanggapan kognitif terhadap jasa
yang ditawarkan, sedangkan kepuasan secara keseluruhan
merupakan respon e mosional yg didasarkan pada fenomena
pandangan secara menyeluruh. Hal ini juga dikuatkan oleh Bolton
dan Drew (1991) yang memberikan dukungan empiris terhadap

60
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

hubungan antara kualitas dan nilai yang dirasakan. Temuan mereka


menunjukkan bahwa kualitas pelay anan yang dirasakan menjelaskan
sebagian besar varians terhadap service value, dan nilai yang
dirasakan adalah ukuran yang baik terhadap evaluasi menyeluruh
oleh wisatawan terhadap kualitas layanan dari pada kualitas
pelayanan yang dirasakan. Hubungan anta ra persepsi wisatawan
terhadap harga, kualitas dan nilai diuji oleh Zeithaml (1988), yang
melaporkan bahwa kualitas pelayanan akan meningkatkan persepsi
terhadap nilai pelayanan yangdirasakan, dan juga akan
memunculkan niat untuk membeli kembali. Manfaat s pesifik
kepuasan pelanggan disebutkan mempunyai keterkaitan positif
dengan niat pembelian kembali, dan berpotensi menjadi sumber
pendapatan masa depan, terutama melalui pembelian ulang, baik
crossselling, dan up-selling (Tjiptono, 2005). Kepuasan pelanggan
dapat memberikan beberapa manfaat, di antaranya hubungan antara
perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar
yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan,
serta membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut ( word-of-
mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan. Kepuasan pelanggan
juga memperkuat perilaku terhadap merek dan kemungkian besar
akan mengarahkan pada pembelian terhadap merek yang sama
(Assael,1995).

D. Digital Marketing Pariwisata sebagai WOM serta


Referensi Pariwisata
Berbicara era modernisasi tidak mungkin lepas dari adanya
peran teknologi. Teknologi merupakan hasil sebuah pemikiran
manusia yang kemudian diciptakan dalam bentuk mesin atau alat
canggih tertentu. Teknologi diciptakan untuk lebih memudahka n
segala aktivitas manusia. Saat ini, teknologi memiliki peran utama
dalam kehidupan manusia. U.S. Census Bureau serves America,
penyedia layanan data tingkat dunia, menyebutkan penduduk
Indonesia mencapai 259,1 juta, dari jumlah itu 88,1 juta di antaranya
pengguna aktif internet , saat ini ada 3,2 milyar orang menjadi
masyarakat online, atau mewakili 43,4% populasi dunia
(www.tribunnews.com, 11 Oktober 2017). Senada dengan pendapat
Hermawan Kartajaya yang mengatakan bahwa internet merupakan
tempat one stop solution bagi masyarakat (netizen), yakni solusi dari
hampir semua pertanyaan yang dihadapi saat ini. Berdasarkan data

61
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

tersebut dapat diketahui bahwa digital marketing bukan hanya


sebagai alat yang tidak bernyawa, tetapi dia sudah seperti mendarah
daging bagi masyarakat di seluruh penjuru dunia. Hal ini tentu
menjadi sebuah kabar bahagia dan membuka peluang bisnis yang
segar bagi para pemasar.
Digital marketing memiliki cakupan yang sangat luas. Artinya
di dalam digital marketing kita berbicara IT, media sosial, tren,
netizen¸bisnis, iklan, dan lain-lain. Kemajuan teknologi merupakan
suatu perwujudan nyata bahwa perilaku konsumen kini telah
mengalami pergeseran. Kebutuhan dan keinginan yang ingin lebih
praktis dan cepat seakan mewabah menjadi sebuah tren di
masyarakat yang disebut -sebut sebagai masyarakat modern.
Kebutuhan masyarakat akan sebuah informasi dan keinginan untuk
diakui sebagai manusia yang tidak kuno. Pertumbuhan teknologi
semakin pesat seiring dengan tersedianya smartphone dengan harga
yang terjangkau. Tidak heran jika tingkat pertumbuhan dan tingkat
penetrasi pengguna internet khususnya di Indonesia melaju relatif
tinggi. Terlebih lagi sejumlah aplikasi melakukan terobosan menarik
untuk meningkatkan interaksi dengan pengguna ataupun antara
pengguna dengan pengguna lainnya.
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dalam
kegiatan pemasaran, perilaku konsumen seolah menjadi bergeser.
Hermawan Kartajaya mengatakan bahwa cunsomer path yang
awalnya adalah 4A (aware, attitude, act, dan act again) kini menjadi 5A
(aware, appeal, ask, act, dan advocate). Pada masa lalu, loyalitas
terindikasi dari besarnya tingkat pembelian. Semakin sering dan
semakin banyak pelanggan membeli produk, bisa dikatakan semakin
loyal pelanggan tersebut. Memang hal ini masih berlaku hingga masa
kini, namun saat ini loyalitas tertinggi diperhatikan dari keaktifan
menjadi advocate terhadap suatu merek (Kartajaya, 2017:35). Mihart
(2012) mengatakan bahwa komunikasi pemasaran terpadu atau IMC
(Integrated Marketing Communica tion) memiliki sifat yang kompleks,
artinya bahwa komunikasi pemasaran terpadu tidak hanya untuk
mengetahui perilaku konsumen pada umumnya saja, tetapi juga
tentang perception, learning, attitude, dan motivation mengacu pada
cara-cara di mana komunikasi di temukan di keempat komponen
bauran pemasaran yaitu komunikasi produk, harga, distribusi dan
pemasaran. Pelanggan semakin berhati -hati dalam menentukan
keputusan pembelian, tidak heran jika kekuatan viral marketing dan
juga word of mouth (WOM) menjadi semak in penting di masa kini.

62
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

Para pelaku wisatawan Indonesia harus mampu menangkap


kesempatan ini dan membangun industri pariwisata secara strategis.
Kompetensi komunikasi pemasaran digital wajib dibangun untuk
bisa menang bersaing saat ini, mengingat negara -negara tetangga
sangat agresif menjual destinasinya," tegas Managing Director Fortune
PR Indira Abidin saat menjadi pembicara dalam Indonesia ETourism
Summit (IETS) 2013 di Bali (http://bisnis.liputan6.com, 11 Oktober
2017). Hal ini senada dengan data surve y yang tercantum pada
Stikky Media bahwa pada tahun 2013, delapan puluh dua juta orang
telah mendownload aplikasi TripAdvisor, 2.800 topik baru telah
diposting setiap hari ke forum TripAdvisor. TripAdvisor menunjukkan
lebih dari 150 juta ulasan dari lebih 60 juta anggota di seluruh dunia
dan memiliki 1,23 miliar pengguna aktif bulanan per Desember 2013.
TripAdvisor adalah situs wisata terbesar di dunia yang membantu
wisatawan dalam merencanakan dan memesan perjalanan wisata
mereka. Fenomena ini menunjukkan bahwa industri pariwisata
memiliki peluang besar untuk tumbuh di masa depan.

---oo0oo---

63
BAB 5 Pemasaran Pariwisata

64
BAB 6 Pariwisata Banten

PAR I W IS AT A B AN T EN

A. Produk Ikonik
Dalam menarik wisatawan, para pelaku di bidang pariwisata
baik pelaku usaha, pemerintah, tokoh masyawakat serta UMKM
yang berhubungan dengan pariwisata melakukan upaya sinergi agar
tempat wisata yang akan dikunjung i oleh wisatawan dibuat
semenarik mungkin. Salah satunya dengan produk ikonik. Konon
produk ikonik menjadi perhatian bagi para pelancong untuk
menikmati tempat wisata yang hendak dikunjungi. Kata ikonik itu
sendiri sebenarnya familiar di bidang arsitektur. Kemudian di adopsi
oleh pemasaran sebagai salah satu bentuk promosi pemasaran.
Pengertian Iconic dalam Oxford Dictionaries berarti ‟relating to or
of the nature of an icon ‟. Sebenarnya ikonik hanya dikenal dalam dunia
arsitektur dengan beberapa konsep per ancangan yang menjadi dasar
awal dalam mengeksplorasi bentuk produk arsitektur, di antaranya :
(a) Pragmatik (b) Tipologis (c) Kanonik (d) Ikonik (e) Analogi (f)
Metafora.
Konsep ikonik dapat berarti simbol, bentuk yang mudah
dikenali, bentuk yang terkenal , dan mewakili suatu kota atau negara.
Rancangan unik biasanya mengalami proses ikonisasi, hingga dalam
beberapa jangka waktu rancangan tersebut menjadi ikon dan selalu
menjadi daya kenal. Jadi pengertian antara unik dan ikonik dalam
rancangan arsitektur s aling berhubungan, atau dapat dikatakan
bahwa ikonik adalah dampak atau akibat dari desain rancangan yang
unik.
Contoh kisah menarik dari konsep ikonik yang terkandung
pada sebuah Menara Eiffel berangkat dari bentuknya yang unik dan
tentu saja pada awalnya mendapat banyak kritik dan kecaman atas
pembangunan menara ini, bahkan warga lokal menyebutnya
mengganggu mata. Namun setelah terbukti menara ini
mendatangkan untung dari berbagai segi, maka menara ini dibiarkan
berdiri walaupun izin berdiri menara telah kadaluarsa. Hingga kini

65
BAB 6 Pariwisata Banten

menara ini telah menjadi ikon global Perancis dan salah satu struktur
terkenal di dunia. Penerapan konsep unik dan ikonik pada gedung
apresiasi seni rupa modern dan kontemporer terletak pada objek seni
yang akan dipamerkan pada bang unan ini.
Pengertian dari ikonik adalah sebagai simbol/ikon, beranjak
dari pengertian tersebut, maka gedung apresiasi seni rupa ini
haruslah merepresentasikan seni rupa modern dan kontemporer
yang menjadi objek pamer, dengan menerapkan ciri -ciri seni modern
dan kontemporer pada rancangan bangunan gedung. Seperti yang
telah dijelaskan pada tinjauan mengenai seni modern di atas, seni
modern merupakan gerakan dalam menempatkan ide, gagasan atau
konsep sebagai masalah yang utama dalam seni. Sedangkan bentuk,
material dan objek seninya hanyalah merupakan akibat/efek
samping dari konsep.
Sehingga dalam dunia pemasaran pariwisata berupa produk
ikonik suatu wilayah ini menjadi salah satu hal yang diangkat untuk
meningkatkan daya tarik para wisatawan untuk berkunjun g dan
menikmati hal yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Baik tempat
wisata, kuliner, souvenir, budaya, sejarah, dan sebagainya.

B. Studi Kasus Produk Ikonik Pariwisata Kota Serang


Provinsi Banten
1. Gambaran Umum Provinsi Banten
Wilayah Banten secara geogra fis berada pada batas astronomi
5º 7' 50” - 7º 1' 11” Lintang Selatan dan 105º 1' 11” - 106º 7' 12”
Bujur Timur. Sebelum menjadi provinsi, Banten termasuk wilayah
Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun 2000,
luas wilayah Banten adalah 9662,9 2 Km atau sekitar 0,51% dari
luas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketika
menjadi provinsi, wilayah ini hanya terdiri dari empat kabupaten
yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Tangerang dan dua kota yaitu Kota
Tangerang dan Kota Serang. Sementara saat ini, wilayah
pemerintahan Provinsi Banten sudah terdiri dari empat kota yaitu
Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kota Tangerang
Selatan serta empat kabupaten yaitu Kabupaten Serang,
Kabupaten Lebak, Kab upaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang.
Provinsi ini terus berkembang karena telah menjadi salah satu
tujuan investasi di Indonesia. Sementara itu jumlah penduduk di

66
BAB 6 Pariwisata Banten

Banten 13 menurut data BPS tahun 2011 berjumlah 10.632.166


orang.
Provinsi Banten mempuny ai batas wilayah:
 Sebelah Utara : Laut Jawa
 Sebelah Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat
 Sebelah Selatan : Samudra Hindia
 Sebelah Barat : Selat Sunda
Wilayah perairan Banten merupakan salah satu jalur laut
yang cukup padat. Selat Sunda merupakan salah satu jalur yang
biasa dilalui kapal-kapal besar yang menghubungkan Eropa, Asia
Selatan, Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia
Tenggara seperti Thailand, Malaysia dan Singapura. Di samping
itu, laut Banten merupakan jalur utama perlintasan/ penghubung
dua pulau besar di Indonesia.
Selain itu, bila dikaitkan dengan posisi geografis dan
pemerintahan maka wilayah Banten terutama Kota Tangerang
dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga ( buffer)
bagi Ibukota Negara yang memiliki peran pe nting dalam arus
mobilitas ekonomi nasional. Pada wilayah -wilayah penyangga ini,
mobilitas ekonomi terjadi yang kemudian berdampak pada
pembangunan dan peningkatan taraf perekonomian masyarakat
di kawasan tersebut.
Sumber : BPS 2018
2. Gambaran Umum Kota Ser ang sebagai Ibukota Provinsi Banten
Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran dari
Kabupaten Serang. Kota ini diresmikan pada tanggal 2 November
2007 berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Kota Serang, setelah sebelumnya RUU Kota Ser ang
disahkan pada 17 Juli 2007 kemudian dimasukkan dalam
lembaran Negara Nomor 98 Tahun 2007 dan tambahan lembaran
Negara Nomor 4748, tertanggal 10 Agustus 2007. Sebagai ibukota
provinsi, keberadaannya adalah sebuah konsekuensi logis dari
lahirnya Provinsi Banten. Terdiri dari 6 (enam) kecamatan yaitu;
Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Walantaka,
Kecamatan Curug, Kecamatan Cipocokjaya dan Kecamatan
Taktakan, Kota Serang memiliki luas wilayah 266,77 km' dengan
jumlah penduduk sekitar 577.785 jiw a dengan jumlah laki-laki
sebesar 297.187 dan perempuan berjumlah 280.598.
Kota Serang terletak di sebelah utara provinsi Banten. Secara
geografis wilayah Kota Serang terletak diantara 5°50' - 6°21'

67
BAB 6 Pariwisata Banten

Lintang Selatan dan 105°7' 106°22' Bujur Timur. Kota ini terkenal
sebagai pusa sejarah kesultanan Banten yang pernah berjaya pada
abad ke-XVII. Batas-batas geografis kota ini adalah sebagai
berikut :
Sebelah Utara yaitu Teluk Banten yang dahulu merupakan
salah satu jalur lalu lintas perairan yang sangat sibuk.
Sebelah Timur yaitu Kec. Pontang, Kec. Ciruas dan Kec.
Kragilan Kab. Serang
Sebelah Selatan yaitu Kec. Cikeusal, Kec. Petir dan Kec. Baros
Kab. Serang
Sebelah Barat yaitu Kec. Pabuaran, Kec. Waringin Kurung dan
Kec. Kramatwatu Kab. Serang.
Luas Wilayah Kota Serang Secara Administratif tercatat 26.439
ha yang terdiri dari 6 ( Enam ) Kecamatan, 20 Kelurahan dan 46
Dessa. Sementara dari segi klimatologis, geologis dan topografis,
Kota Serang memiliki kemiripan dengan Kabupaten Serang.
Sejak masa kolonial, wila yah ini memang didesain untuk
menjadi kota pemerintahan. Oleh sebab itu, di kota ini kita dapat
menemukan beberapa Benda Cagar Budaya yang merupakan
hasil peninggalan pemerintah kolonial seperti gubernuran yang
terletak di sebelah Utara Alun -alun Serang, bangunan STOVIA
yang sekarang digunakan sebagai kantor Polres Serang, Stasiun
Kereta Api dan bangunan -bangunan bersejarah lain. Di kota ini
juga kita akan dapati puing -puing peninggalan kebesaran
kesultanan Banten dan makam -makam sultan Banten.

Gambar 6.1 Pariwisata sekitaran Kota Serang sebagai Ibu kota


Provinsi Banten

68
BAB 6 Pariwisata Banten

Jika dilihat sejarah Kota Serang sebenarnya banyak potensi


yang belum dimaksimalkan agar wisatawan tertarik untuk
berkunjung. Ditambah lagi Kota Serang merupakan ibukota dari
Provinsi Banten. Jadi sudah seharusnya mengembangkan ibukota
provinsi terlebih dahulu sebagai wajah Provinsi Banten.
Sumber : BPS 2018
3. Ikon Kebudayaan dan Ikon Kesenian Banten
Terdapat beberapa kebudayaan dan kesenian yang bisa
dijadikan ikon Kota Serang. Tr adisi masyarakat Banten pada
umumnya berhubungan dengan keagamaan. tradisi yang sudah
sering kita lihat pada masyarakat banten yang masih bertahan
hingga sekarang antara lain :
a. Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
b. Memperingati 7 hari meninggalnya kerabat
c. Memperingati 40 hari meninggalnya kerabat
d. Arak- arakan saat sahur ramadhan
e. Khaulan
Kesenian adalah keahlian dan keterampilan manusia untuk
menciptakan dan melahirkan hal -hal yang bernilai indah. Ukuran
keindahannya tergantung pada kebudayaan setempat, karen a
kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan. Dari segi macam -
macamnya, kesenian itu terdapat banyak macamnya, dari yang
bersumber pada keindahan suara dan pandangan sampai pada
perasaan, bahkan mungkin menyentuh spiritual. Ada tanda-tanda
kesenian Banten itu merupakan kesenian peninggalan sebelum
Islam dan dipadu atau diwarnai dengan agama Islam. Misalnya
arsitektur mesjid dengan tiga tingkat sebagai simbolisasi Iman,
Islam, Ihsan, atau Syari’at, tharekat, hakekat. Arsitektur seperti ini
berlaku di seluruh masjid di Banten. Kemudian ada
kecenderungan berubah menjadi bentuk kubah, dan mungkin
pada bentuk apa lagi, tapi yang nampak ada kecenderungan lepas
dari simbolisasi agama melainkan pada seni itu sendiri.
Mengenai kesenian lain, ada pula yang teridenti fikasi
kesenian lama (dulu) yang belum berubah, kecuali mungkin
kemasannya. Kesenian -kesenian dimaksud ialah:
a. Seni Debus Surosowan
b. Seni Debus Pusaka Banten
c. Seni Rudat
d. Seni Terbang Gede
e. Seni Patingtung

69
BAB 6 Pariwisata Banten

f. Seni Wayang Golek


g. Seni Saman
h. Seni Sulap-Kebatinan
i. Seni Angklung Buhun
j. Seni Beluk
k. Seni Wawacan Syekh
l. Seni Mawalan
m. Seni Kasidahan
n. Seni Gambus
o. Seni Reog
p. Seni Calung
q. Seni Marhaban
r. Seni Dzikir Mulud
s. Seni Terbang Genjring
t. Seni Bendrong Lesung
u. Seni Gacle
v. Seni Buka Pintu
w. Seni Wayang Kulit
x. Seni Tari Wewe
y. Seni Adu Bedug
z. Dan lain-lain
Kesenian-kesenian tersebut masih tetap ada, mungkin belum
berubah kecuali kemasan -kemasannya, misalnya pada kesenian
kasidah dan gambus. Relevansi kesenian tradisional ini mungkin,
jika berkenaan dengan obyek kajian penelitian maka yang
diperlukan adalah orsinilitasnya. Tetapi jika untuk kepentingan
pariwisata maka perlu kemasan yang menarik tanpa
menghilangkan substansinya.
Walaupun mungkin, secara umum kesenian -kesenian tersebut
akan tunduk pada hukum perubahan sehubungan dengan
pengaruh kebudayaan lain. Mungkin karena tidak diminati yang
artinya tidak ada pendukung pada kesenian itu, bisa jadi lama
atau tidak, akan punah. Karena itu, mengenai kesenian yang tidak
boleh lepas dari nilai-nilai Kebudayaan Banten, bisa jadi atau
malah harus ada perubahan kemasan.

70
BAB 6 Pariwisata Banten

PENCAK SILAT

Gambar 6.2 Pencak Silat

Pencak silat merupakan seni beladiri yang berakar dari


budaya asli bangsa Indonesia. Disinyalir dari abad ke 7 Masehi
silat sudah menyebar ke pelosok nusantara. Perkembangan da n
penyebaran silat secara historis mulai tercatat ketika
penyebarannya banyak dipengaruhi oleh Kaum Ulama, seiring
dengan penyebaran agama Islam pada abad ke -15 di Nusantara.
Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama -sama dengan
pelajaran agama di pesa ntren-pesatren dan juga surau -surau.
Budaya sholat dan silat menjadi satu keterikatan erat dalam
penyebaran pencak silat. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu
bela diri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela
negara untuk menghadapi pe njajah. Disamping itu juga pencak
silat menjadi bagian dari latihan spiritual.
Banten yang namanya sangat dikenal untuk ilmu silatnya
juga penyebarannya tidak terlepas dari ajaran agama Islam. Tidak
heran banyak nama dari jurus dan gerakan perguruan silat asli
Banten diambil dari aksara dan bahasa arab. Pencak silat Banten
mulai dikenal seiring dengan berdirinya kerajaan Islam Banten
yang didirikan pada abad ke 15 Masehi dengan raja pertamanya
Sultan Hasanudin. Perkembangan pencak silat pada saat itu tidak
terlepas dari dijadikannya silat sebagai alat untuk
penggemblengan para prajurit kerajaan sebagai bekal
ketangkasan bela negara yang diajarkan oleh para guru silat yang
mengusasai berbagai aliran. Silat juga sebagai dasar alat

71
BAB 6 Pariwisata Banten

pertahanan kerajaan dan masy arakat umum Banten dalam


memerangi kolonialisme para penjajah.
Pada saat ini pun Banten masih dikenal dan diakui secara luas
dengan pendekar dan jawaranya, sebutan untuk orang -orang
yang mahir dalam ilmu silat.

DEBUS

Gambar 6.3 Debus Banten

Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten. Kesenian ini


diciptakan pada abad ke -16, pada masa pemerintahan Sultan
Maulana Hasanuddin (1532 -1570). Debus, suatu kesenian yang
mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal
senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda
kedalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain -lain.
Debus dalam bahasa Arab yang berarti senjata tajam yang
terbuat dari besi, mempunyai ujung yang runcing dan berbentuk
sedikit bundar. Dengan alat inilah p ara pemain debus dilukai, dan
biasanya tidak dapat ditembus walaupun debus itu dipukul
berkali kali oleh orang lain.

72
BAB 6 Pariwisata Banten

Gambar 6.4 Salah Satu Atraksi Debus Banten

Atraksi atraksi kekebalan badan ini merupakan variasi lain


yang ada dipertunjukan debus. Antara lain, menusuk perut
dengan benda tajam atau tombak, mengiris tubuh dengan golok
sampai terluka maupun tanpa luka, makan bara api, memasukkan
jarum yang panjang ke lidah, kulit, pipi sampai tembus dan tidak
terluka. Mengiris anggota t ubuh sampai terluka dan
mengeluarkan darah tetapi dapat disembuhkan pada seketika itu
juga, menyiram tubuh dengan air keras sampai pakaian yang
melekat dibadan hancur, mengunyah beling/serpihan kaca,
membakar tubuh. Dan masih banyak lagi atraksi yang merek a
lakukan. Di Banten sendiri kesenian debus atau keahlian
melakukan debus menjadi sesuatu yang lumrah dan banyak
perguruan yang mengajarkannya.

RUDAT

Gambar 6.5 Kesenian Rudat

73
BAB 6 Pariwisata Banten

Rudat adalah kesenian tradisional khas Banten yang


merupakan perpaduan unsur tari, syair shalawat, dan olah
kanuragan yang berpadu dengan tabuhan terbang dan tepuk
tangan. Rudat terdiri dari sejumlah musik perkusi yang
dimainkan oleh setidaknya delapan orang pemain musik yang
mengiringi tujuh hingga dua belas penari. Menurut beberapa
tokoh Rudat, nama Rudat diambil dari nama alat yang dimainkan
dalam kesenian ini. Alat musik tersebut berbentuk bundar yang
dimainkan dengan cara dipukul. Seni Rudat mulai ada dan
berkembang pada masa pemerintahan Sinuhun Kesultanan
Banten II, Pangeran Surosowan Panembahan Pakalangan Gede
Maulana Yusuf (1570-1580 M).
Tidak banyak yang mengetahui siapa yang menciptakan
kesenian ini, karena sekarang sesepuh yang mengetahui seluk -
beluk Rudat sangat sedikit bahkan sebagian sudah meninggal.
Naskah yag berisi sejarah Rudat dan nilai -nilai filosofis tentang
rudat pun hanya dimiliki oleh satu sampai dua orang yang salah
satunya merupakan anak dari mendiang pemilik naskah yang
menjadi sesepuh disana.
Meskipun tidak banyak yang mengetahui pencipta kesen ian
ini, warga Sukalila meyakini bahwa Rudat sebetulnya jurus silat
yang dikembangkan menjadi tarian. Langkah -langkahnya
merupakan langkah-langkah silat yang dikembangkan menjadi
tarian dan diiringi musik dan shalawat. Seni tradisional Banten ini
menjadi rangkaiaan utama tatkala Kesultanan Banten
mengadakan hajat besar atau dalam acara penyambutan tamu
kehormatan yang berasal dari mancanegara.
Pasang surut Seni Rudat sangat erat kaitannya dengan sejarah
Kesultanan Banten. Saat kedatangan Belanda, Seni Rudat malah
terkubur. Pada zaman Sinuhun Kasultanan Banten IV Pangeran
Panembahan Maulana Abdulmufakir Mahmudin Abdul Kadir
(1596-1651 M) seni tradisional khas Banten ini benar -benar
dilarang Belanda karena dicurigai sebagai ajang untuk
mengumpulkan masa untuk berlatih bela diri dan menghimpun
kekuatan untuk menentang Belanda.

74
BAB 6 Pariwisata Banten

4. Jejak Sejarah dan Napak Tilas Ikon Kawasan Banten Lama


KAWASAN BANTEN LAMA

Gambar 6.6 Mesjid Agung Banten di Kawasan Banten Lama

Pada masa lalu banten merupakan se buah daerah yang


memiliki kota pelabuhan yang sangat ramah dan memiliki
masyarakat yang terbuka dan makmur. Pada mulanya banten
masih bagian dari kerajaan Tarumanegara yang meninggalkan
salah satu prasasti yaitu Prasasti Cidanghiyang atau sering juga
disebut Prasasti Lebak, yang telah ditemukan di Kampung Lebak
tepatnya di Tepi Cidanghiyang, Kecamatan Munjul, Pandeglang,
Banten yaitu pada tahun 1947 yang berisi kalimat puisi dengan
Huruf Pallawa dan Bahasa Sansakerta. Dalam prasasti tersebut
menjelaskan tentang keagungan dan keberanian Raja
Purnawarman. Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanegara yang
disebabkan serangan kerajaan Sriwijaya, kekuasaan di bagian
Pulau jawa, mulai dari Ujung Kulon sampai dengan Ci Serayu
dan Kali Berebes dilanjutkan oleh Kerajaan S unda. Seperti
pernyataan Tome Pires, penjelajahan portugis di tahun 1513,
menyebutkan Banten menjadi satu dari pelabuhan penting dari
kerajaan sunda. Menurut sumber dari pertugis tersebut juga
Banten merupakan pelabuhan kerajaan itu selain Pelabuhan
Cigede, Tamgara (Tanggerang), Kelapa, Pontang dan Cimanuk.
Diawali dengan penguasaan Kota Pelabuhan Banten, yang
dilanjutkan dengan merebut Banten Girang dari Pucuk Umun
pada tahun 1527, Maulana Hasanuddin, mendirikan Kesultanan

75
BAB 6 Pariwisata Banten

Banten di wilayah bekas Banten Gi rang. Dan pada tahun 1579,


Maulana Yusuf, penerus Maulana Hasanuddin, menghancurkan
Pakuan Pajajaran, ibukota atau Pakuan (berasal dar kata
Pakuwuan) Kerajaan Sunda. Dengan demikian pemerintahan di
Jawa Barat dilanjutkan oleh Kesultanan Banten. Hal itu dit andai
dengan diboyongnya Palangka Sriman Sriwacana, tempat duduk
kala seorang raja dinobatkan, dari Pakuan Pajajaran ke Surasowan
di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf. Batu berukuran 200 x 160
x 20 cm itu terpaksa diboyong ke Banten karena tradisi politik
waktu itu “mengharuskan” demikian. Pertama, dengan
dirampasnya Palangka tersebut, di Pakuan tidak mungkin lagi
dinobatkan raja baru. Kedua, dengan memiliki Palangka itu,
Maulana Yusuf merupakan penerus kekuasaan Kerajaan Sunda
yang “sah” karena buyut perem puannya adalah puteri Sri Baduga
Maharaja.
Ketika sudah menjadi pusat Kesultanan Banten, sebagaimana
dilaporkan oleh J. de Barros, Banten merupakan pelabuhan besar
di Asia Tenggara, sejajar dengan Malaka dan Makassar. Kota
Banten terletak di pertengahan pe sisir sebuah teluk, yang
lebarnya sampai tiga mil. Kota itu panjangnya 850 depa. Di tepi
laut kota itu panjangnya 400 depa; masuk ke dalam ia lebih
panjang. Melalui tengah -tengah kota ada sebuah sungai yang
jernih, di mana kapal jenis jung dan gale dapat b erlayar masuk.
Sepanjang pinggiran kota ada sebuah anak sungai, di sungai yang
tidak seberapa lebar itu hanya perahu -perahu kecil saja yang
dapat berlayar masuk. Pada sebuah pinggiran kota itu ada sebuah
benteng yang dindingnya terbuat dari bata dan lebarn ya tujuh
telapak tangan. Bangunan -bangunan pertahanannya terbuat dari
kayu, terdiri dari dua tingkat, dan dipersenjatai dengan senjata
yang baik. Di tengah kota terdapat alun -alun yang digunakan
untuk kepentingan kegiatan ketentaraan dan kesenian rakyat da n
sebagai pasar di pagi hari. Istana raja terletak di bagian selatan
alun-alun. Di sampingnya terdapat bangunan datar yang
ditinggikan dan beratap, disebut Srimanganti, yang digunakan
sebagai tempat raja bertatap muka dengan rakyatnya. Di sebelah
barat alun-alun didirikan sebuah mesjid agung.
Pada awal abad ke-17 Masehi, Banten merupakan salah satu
pusat perniagaan penting dalam jalur perniagaan internasional di
Asia. Tata administrasi modern pemerintahan dan kepelabuhan
sangat menunjang bagi tumbuhnya pere konmian masyarakat.

76
BAB 6 Pariwisata Banten

Daerah kekuasaannya mencakup juga wilayah yang sekarang


menjadi provinsi Lampung. Ketika orang Belanda tiba di Banten
untuk pertama kalinya, orang Portugis telah lama masuk ke
Banten. Kemudian orang Inggris mendirikan loji di Banten dan
disusul oleh orang Belanda.
Selain itu, orang-orang Perancis dan Denmark pun pernah
datang di Banten. Dalam persaingan antara pedagang Eropa ini,
Belanda muncul sebagai pemenang. Orang Portugis melarikan
diri dari Banten (1601), setelah armada mereka diha ncurkan oleh
armada Belanda di perairan Banten. Orang Inggris pun
tersingkirkan dari Batavia (1619) dan Banten (1684) akibat
tindakan orang Belanda.
Litografi berdasarkan lukisan oleh Abraham Salm dengan
pemandangan di Banten (1865 -1872). Pada 1 Januari 19 26
pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk
pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih
luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi.
Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di
wilayah Hindia Belanda yang diresmikan dengan surat keputusan
tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad
(Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No.
438, dan 1932 No. 507. Banten menjadi salah satu keresidenan
dalam Provincie West Java.
Jika Anda termasuk pecinta sejarah, terutama Sejarah Islam di
Nusantara, berkunjung ke Peninggalan Keraton Kesultanan
Banten di Kawasan Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota
Serang, Banten bisa menjadi pilihan tepat. Selain dipadati para
penziarah, kawasan Banten Lama sangat sarat sejarah penyebaran
Islam di Nusantara, terutama di Tanah Banten.
Komplek Wisata Banten Lama merupakan dari beberapa situs
bersejarah dari Kesultanan Banten yang terletak di desa Banten
kecamatan Kasemen. Wisata sejarah yang dapat a nda temui
beberapa diantaranya adalah: Keraton Kaibon, Keraton
Surosowan, Masjid Agung Banten, Benteng Spellwijk, Museum
Kepurbakalaan Banten, Vihara Avalokitesvara dan Danau
Tasikardi. Yang kesemuanya merupakan situs sejarah sisa -sisa
kejayaan kesultanan Banten yang terkenal.
Keraton Kaibon merupakan keraton tempat tinggal dari
ibunda Sultan Syaifuddin, Ratu Aisyah. Yang tersisa dari keraton
ini adalah tinggal reruntuhannya saja. Di sampingnya terdapat

77
BAB 6 Pariwisata Banten

sebuah pohon besar dan kanal. Keraton ini dihancurkan Belanda


ketika berperang melawan Banten. Tidak jauh dari keraton
Kaibon terdapat keraton Surosowan yang merupakan tempat
tinggal para sultan Banten pada jaman dahulu. Jika keraton
Kaibon masih berupa bangunan, keraton Surosowan hanya
tinggal sisa-sisa bangunan.

Gambar 6.7 Keraton Kaibon

Terbuat dari batu merah dan karang. Di tengahnya terdapat


kolam pemandian berbentuk persegi 4 yang konon merupakan
pemandian para putri. Tidak jauh dari kedua keraton tersebut
terdapat komplek Masjid Agung Ba nten yang dulunya
merupakan komplek masjid yang menjadi pusat penyebaran
agama Islam di Banten.

Gambar 6.8 Benteng Spellwijk

78
BAB 6 Pariwisata Banten

Masjid ini mempunyai ciri khas atapnya yang seperti pagoda


serta menara yang seperti mercusuar. Tidak jauh dari Masji d
Agung Banten terdapat Benteng Spellwijk yang dahulunya
merupakan benteng pemantau yang menghadap langsung ke
selat sunda dan juga tempat penyimpanan senjata. Di antara
keraton Surosowan dan komplek Masjid Agung Banten terdapat
museum Kepurbakalaan Banten yang di dalamnya tersimpan
banyak benda-benda peninggalan bersejarah. Di halamannya
terdapat artefak meriam Ki Amuk yang terkenal.

Gambar 6.9 Vihara Avalokitesvara

Lalu ada pula Vihara Avalokitesvara yang keberadaannya


merupakan bukti bahw a pada jaman dahulu para pengikut agama
yang berbeda dapat hidup dengan damai dan berdampingan.
Vihara ini merupakan vihara salah satu vihara tertua di
nusantara. Tidak jauh dari keraton Kaibon terdapat danau
Tasikardi. Danau ini merupakan danau buatan yan g digunakan
untuk pengairan sawah serta pemasok air untuk wilayah keraton
dan masyarakat sekitarnya. Di tengan danau ini terdapat pulau
kecil yang konon merupakan tempat rekreasi keluarga kesultanan
Banten.

PULAU DUA
Apabila ingin melihat keanekaragaman s atwa burung di
Banten, berwisata ke Pulau Dua atau Pulau Burung merupakan
pilihan tepat. Cagar alam pulau dua atau pulau burung secara

79
BAB 6 Pariwisata Banten

administratif berada di desa Sawah Luhur kecamatan Kasemen


Serang provinsi Banten. Jaraknya tidak lah jauh dari pusat ko ta.
Hanya sekitar 30 Km dari Kota Serang. Letaknya ada di utara
Banten, dan di tenggara Banten Lama. Tidak jauh juga dari tempat
wisata religi dan sejarah Banten Lama yang terkenal itu.
Secara administratif Pulau Dua termasuk Desa Sawah Luhur,
Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, dengan
letak geografisnya 106° -21’ BT dan 6°01 LS. Curah hujan rata -rata
1500-2000 mm per tahun yang terbasah. Januari dan Agustus
merupakan bulan terkering dengan temperatur rata -rata 26°C.
Ketinggian pulau antara 0-10 m dpl. Tanah bagian barat pulau
agak kering sedangkan timur umumnya rendah dan berawa.
Tanah dengan kandungan pasir yang tinggi tidak mampu
menahan air hujan sehingga tanah di pulau ini umumnya kering.
Sumber air tawar tidak ada. Air rawa ber asal dari laut yang
menggenang ketika pasang.

Gambar 5.10 Cagar Alam Pulau Dua

Ketika Anda baru pertama sampai ke tempat ini mungkin


Anda akan heran kenapa disebut dengan pulau padahal
datarannya tidak terpisah. Ternyata dahulu, pulau burung
merupakan pulau yang terpisah dari Jawa, dipisahkan dengan
selat selebar 500 m. Saat ombak sedang surut, kedua daratan ini
menyatu. Obyek wisata pulau burung ini atau disebut juga
dengan pulau burung memiliki daya tarik yang unik
dibandingkan dengan obyek wisata lainnya. Keunikan itu
tidaklah lain dan tidaklah bukan keindahan alam bawah lautnya

80
BAB 6 Pariwisata Banten

yang mempesona. Gugusan karang yang indah, berbagai macam


jenis ikan laut, serta berbagai jenis burung yang ada di pulau ini.
Luas pulau ini sekitar 30 Ha. Dimana setiap bulan april dan
agustus pulau ini akan didatangi sekitar 1.000 jenis burung.
Namun karena adanya pendangkalan pada sungai Cibanten
sehingga berpengaruh pada ketinggian daratan dan batas antar
pulau menjadi tidak jelas. Akhirnya daratan pulau burung
menyatu dengan pulau Jawa. Luas yang tadinya hanya 8 hektar
pun menjadi 30 Hektar setelah daratan pulau burung menyatu
dengan pulau Jawa.
Hamparan pohon bakau dan kicauan burung akan
menyambut anda ketika anda sampai di pulau ini. Dari depan,
pulau ini tampak seperti hutan kecil yang rimbun di pinggir
pantai. Kawasan cagar alam pulau burung ini mempunyai
ekosistem tumbuhan tropis dengan pesisir. Didominasi oleh
vegetasi mangrove serta tumbuhan lain seperti pohon dada,
ketapang, kepuh dan cangkring.

Gambar 6.11 Darmaga Pulau Dua

Tempat ini dinamai pulau burung bukan karena tanpa sebab.


Salah satu daya tarik tempat ini adalah saat burung -burung dari
beragam tempat berkumpul ketika bermigrasi. Mereka singgah
dan berkembang biak. Burung -burung tersebut umumnya berasal
dari belahan bumi utara dan selatan.
Mereka bermigrasi menghindari musim di ngin yang datang.
Tercatat sekitar 10.000 ekor burung dari 108 jenis yang berbeda
akan berkumpul di tempat ini. Kurang dari sepertiga burung

81
BAB 6 Pariwisata Banten

tersebut adalah pra migran yang hanya datang pada bulan


tertentu. Datanglah ke pulau ini antara bulan maret hingga Juli
untuk melihat berbagai macam burung yang ada.

Gambar 6.12 Penghuni Pulau Dua


Di pulau ini, ada sebuah menara pengawas hasil buatan pak
Madashi. Dimana dari menara itu anda dapat melihat berbagai
jenis burung yang ada di pulau dua. Untuk mencapai tempat ini
tidak sulit. Anda tinggal menuju Sawah Luhur yang ada di
kecamatan Kasemen Serang Banten. Petunjuk jalannya memang
tidak jelas, namun warga sekitar tahu tentang pulau burung.
Jangan sungkan untuk bertanya pada warga sekitar karena
mereka dengan senang hati akan memberi tahu.
5. Ikon Wisata Kuliner Banten (Proses Pembuatan Sate Bandeng,
Menikmati Kuliner Nasi Rabeg, dan Menikmati Kuliner Cemilan
Bontot)
SATE BANDENG

Gambar 6.13 Sate Bandeng Khas Serang Banten

82
BAB 6 Pariwisata Banten

Ikan bandeng memili ki kandungan omega-3 sebesar 14.2%.


Kandungan omega-3 pada ikan bandeng lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ikan salmon (2.6%), tuna (0.2%), atau juga
ikan sarden dan mackerel (3.9%). Ikan bandeng juga merupakan
ikan dengan kandungan protein tinggi, yait u sebesar 20.38%,
sehingga ikan bandeng ini digolongkan dalam daftar makanan
bergizi.
Sate bandeng merupakan makanan khas Banten dan banyak
ditemui di daerah Serang. Konon makanan olahan dari ikan
bandeng ini diperkenalkan oleh juru masak kerajaan Banten
Girang pada abad ke-16 untuk menjamu para tamu kerajaan.
Karena ikan bandeng memiliki banyak duri sehingga akan
menyulitkan saat dikonsumsi, si juru masak tersebut memutar
otak agar bisa menyajikan ikan bandeng dengan cara yang
berbeda dan dapat dikonsumsi tanpa harus kesulitan saat
dikonsumsi karena durinya, sehingga ditemukanlah sate bandeng
dan masih populer hingga sekarang. Sementara itu di beberapa
daerah lain ikan bandeng juga menjadi makanan dan oleh -olah
khas daerah tersebut, seperti bandeng duri lun ak (bandeng
presto) khas Semarang -Jawa Tengah, bandeng cabut duri khas
Sidoarjo-Jawa Timur, bandeng bakar lumpur khas Brebes -Jawa
Tengah.
Sesekali jika berwisata ke daerah Banten, jangan lupa untuk
membeli sate bandeng sebagai oleh -oleh yang banyak dijual di
tapal batas antara kota Serang dan Tangerang. Tidak seperti sate
pada umumnya yaitu potongan daging kecil -kecil yang
ditusukkan pada sebilah bambu lalu di bakar dengan bara dan
dihidangkan setelah disiram bumbu sambal kacang atau kecap.
Proses pembuatannya sangat unik, setelah dibersihkan sisiknya,
ikan bandeng diremas atau dipukul -pukul (gepuk) agar
dagingnya hancur dan terpisah dari kulit ikan bandeng yang
tebal. Kemudian daging ikan bandeng yang sudah hancur
tersebut dikeluarkan dari kulitnya dengan cara mencabut tulang
dari bagian bawah kepala ikan untuk dibuang duri -duri halusnya
dan dicampur dengan bumbu dan santan kental. Setelah itu
daging yang telah bercampur bumbu tadi dimasukkan kembali
kedalam kulit bandeng yang masih utuh sehingga berbentuk ikan
seperti semula lalu ditukkan pada bambu dan dibakar.
Setelah diolah menjadi sate bandeng, rasa asli ikan bandeng
yang menurut kebanyakan orang bau lumpur menjadi hilang

83
BAB 6 Pariwisata Banten

sama sekali dan tergantikan oleh gurihnya santan kental dan


bumbu-bumbu lain seperti ketumbar. Tersedia pilihan rasa sate
bandeng pedas dan biasa. Sate bandeng bisa disantap dengan nasi
tanpa harus menambahkan bumbu sambal seperti sate lainnya,
tetapi jika memang ingin menyantap dengan tambahan sambal,
sambal kecap bisa menjadi pasanga n yang cocok untuk sate
bandeng.
Setelah mengetahui sejarah sate bandeng, proses pembuatan
serata kandungan gizinya yang tinggi, jangan ragu lagi untuk
menyantapnya. Dengan menjadikan sate bandeng sebagai oleh -
oleh setelah berwisata ke daerah Banten yang t erkenal dengan
situs sejarah kerajaan islam Banten Girang pada abad ke -16, kita
telah turut melestarikan makanan asli Indonesia yang sudah ada
sejak zaman mulai masuknya agama islam di Indonesia dan
zaman penjajahan Belanda.

NASI RABEG DAN NASI SAMIN

Jika Anda berkunjung ke Banten, tak lengkap rasanya jika


tidak mencicipi makanan khas hidangan untuk para sultan
Banten. Warga menyebut makanan akulturasi Arab -Banten itu
dengan nama “RABEG”. Makanan ini ada sejak zaman
Kesultanan Banten dan sampai sekarang m asih dilestarikan,
namun hanya keluarga tertentu dan acara -acara tertentu saja kita
bias menemukan makanan ini. Seperti Hari Besar Islam dan
Perayaan lain seperti pernikahan.
Awalnya ketika Raja Banten Sultan Maulana Hasanuddin
naik haji, kota pelabuhan ya ng pertama didarati di tepi Laut
Merah adalah Rabiq (juga dieja sebagai Rabigh). Ini adalah sebuah
kota kuna yang sebelumnya bernama Al Johfa. Pada awal abad ke-
17, kota ini hancur karena ombak, dan dibangun kembali menjadi
kota indah dengan nama baru Rabi q. Sultan Banten sangat
terkesan dengan keindahan kota itu. Beliau juga sempat bersantap
dengan lahap di kota itu setelah berminggu minggu mengarungi
samudra.
Sepulang kembali ke Banten, kenangan tentang kota Rabiq di
Provinsi Makkah itu membuat Sultan men itahkan jurumasak
istana untuk memasak daging kambing. Karena tidak ada yang
tahu bagaimana cara memasak kambing seperti di Tanah Suci,

84
BAB 6 Pariwisata Banten

jurumasak pun mereka -reka sendiri masakan kambing yang khas.


Ternyata, Sultan sangat menyukainya.
Sejak itu, masakan ka mbing empuk yang gurih dan beraoma
harum itupun menjadi sajian wajib di istana. Resep masakan khas
itu pun akhirnya "bocor" ke masyarakat, dan menjadi sajian
populer yang wajib hadir di setiap perhelatan. Tak pelak lagi,
nama Rabiq pun melekat pada masakan itu. Dalam perjalanan
waktu, Rabiq pun berubah menjadi Rabeg seperti sekarang umum
dieja.
Hingga sekarang, rabeg masih menjadi sajian populer di
Provinsi Banten. Di Serang, banyak warung dan rumah makan
yang menyajikan masakan ini. Ada rumah makan yang
menyajikan rabeg dari daging dan jerohan kambing, ada pula
yang hanya menyajikan rabeg dari daging dan iga kambing.
Bumbunya pun kadang -kadang berbeda dari dapur yang satu
ke dapur yang lain. Misalnya, bila dulu digunakan gula merah
dari kelapa yang memang b anyak diproduksi di Banten, sekarang
banyak yang menggantikannya dengan kecap manis. Ada pula
yang memakai kapulaga dan bunga lawang (pekak, star anise)
untuk mencuatkan citarasa Arab. Tetapi, kebanyakan cukup
dengan memakai sedikit kayu manis untuk menamp ilkan aroma
harum.
Tentang aroma kambing yang kuat, masing -masing dapur
mempunyai pendekatan masing -masing. Ada yang justru
membiarkan aroma hewan itu, tetapi ada pula yang justru
menggunakan teknik -teknik tertentu untuk "menenggelamkan"
aroma prengus dari daging kambing. Biasanya, yang memasak
rabeg tanpa jerohan akan menghasilkan masakan yang lebih
harum.
Bumbu dasar rabeg adalah bawang merah, bawang putih, dan
lada putih. Di "belakang" -nya ada bumbu-bumbu penunjang
lainnya, yaitu: biji pala, kayu manis, jahe, lengkuas, dan cabe
rawit. Kelengkapan ini menjelaskan mengapa cita rasa pedas
masakan rabeg ini sungguh kompleks diperoleh dari lada putih,
cabe rawit, dan jahe. Selintas memang mirip semur, tetapi dengan
citarasa yang lebih kaya.

85
BAB 6 Pariwisata Banten

Gambar 6.14 Rabeg Makanan Khas Serang

Bahan baku utamanya adalah daging dan jeroan kambing


atau Wedhus. Bumbu rempah -rempah yang paling menonjol
adalah jahe dan lada, dengan sedikit rasa cabai merah. Maklum,
dulu Banten memang dikenal sebagai penghasil lada. Sampai-
sampai ada daerah yang dinamai Pamarican, pusat penyimpanan
dan jual-beli lada pada masa lalu. Letaknya di sebelah utara
kompleks keraton, dekat dengan Bandar Banten.
Rasanya yang pedas bisa mengobati rasa pening setelah
berpanas-panas keliling Banten. Jangan khawatir tekanan darah
naik karena biasanya warung makan juga menyediakan acar atau
lalap mentimun untuk menemani menu rabeg.
Menurut beberapa warga asli Serang, Rabeg merupakan
hidangan istimewa Istana Banten yang kemudian disajikan pada
saat pesta dan acara selamatan, terutama pada acara akikahan
saat kelahiran anak. Saat ini rabeg dapat dijumpai sejumlah
warung makan khusus di Kota Serang.

Gambar 6.15 Salah Satu Rumah Makan yang Menyediakan


Nasi Rabeg

86
BAB 6 Pariwisata Banten

Salah satu warung makan di pu sat Kota Serang yang


menjajakan “Rabeg Khas Serang“, karena tidak semua warung
makan menjajakan kuliner khas ini. Tak lengkap rasanya makan
Rabeg tanpa didampingi dengan pasangannya yaitu “Nasi
Samin”, makanan ini juga sama sejarahnya seperti Rabeg yaitu
dari Kesultanan Banten.

Gambar 6.16 Nasi Samin yang sudah jarang ditemukan


sebagai “teman” Rabeg
Nasi samin ini adalah nasi yang menggunakan minyak samin,
biasanya dimakan oleh orang -orang timur tengah ketika penyebar
islam datang ke banten, selain menyebarkan islam ternyata ada
juga makanan nasi samin ini jadi makanan khas banten khsusuny
di Serang ketika ada acara nikah.
Nasi Samin ini dibuat dengan banyak rempah dengan
menggunakan minyak samin, dan rasanya enak. Jika di serang
atau cilegon banten biasanya digabung dengan rabeg kambing.

BONTOT
7

Gambar 6.17 Bontot Khas Serang

87
BAB 6 Pariwisata Banten

Bontot yang merupakan istilah bahasa Serang -Banten yang


memiliki arti bungsu atau anak paling terakhir. Inilah yang
diyakini asal muasal penamaan bontot, karen a si bontot adalah
makanan yang bentuknya mungil. Bontot adalah makanan gurih
dapat dinikmati siapa saja, terlebih bagi mereka yang sangat suka
dengan olahan ikan dan masakan yang bergizi tinggi. Indonesia
memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan tentu i kan-ikan yang
menari di perairan laut, payau bahkan sungai menjadi anugrah
tersendiri untuk masyarakatnya.
Masyarakat di Desa Desa Domas, Kecamatan Pontang,
Serang, Banten menjadi salah satu masyarakat yang menikmati
anugrah kekayaan ikan laut dan ikan p ayau. Di Desa Domaslah,
lahirlah makanan bontot yang berbahan dasar ikan payus.
Ikan Payus yang memiliki nama ilmiah Sillago sihama
merupakan bahan utama pembuatan Bontot. Nama ikan bandeng
laki, burjun, bojor, peren, seperen, wariyung, kacangan dan ubi
jurjun adalah sebutan ikan payus di beberapa daerah di
Indonesia. Tidak hanya Desa Domas saja yang membudidayakan
ikan payus, Jepang dan beberapa negara di Asia lainnya juga
memilih ikan payus menjadi daftar ikan yang dibudidayakan di
negaranya masing-masing. Banyaknya kalsium yang terkandung
dalam tulang ikan payus bisa diolah menjadi tepung untuk
pembuatan aneka makanan lainnya yang banyak memilik gizi
dan protein yang baik untuk tubuh.
6. Ikon Souvenir dan Oleh -Oleh Khas Banten (Golok Ciomas dan
Batik Banten)

GOLOK CIOMAS

Gambar 6.18 Golok Ciomas Khas Banten

88
BAB 6 Pariwisata Banten

Golok adalah pisau besar dan berat yang digunakan sebagai


alat berkebun sekaligus senjata yang jamak ditemui di Asia
Tenggara. Hingga saat ini kita juga bisa melihat golok digunakan
sebagai senjata dalam silat. Ukuran, berat, dan bentuknya
bervariasi tergantung dari pandai besi yang membuatnya. Golok
memiliki bentuk yang hampir serupa dengan machete tetapi
golok cenderung lebih pendek dan lebih berat, dan sering
digunakan untuk memotong semak dan dahan pohon. Golok
biasanya dibuat dari besi baja karbon yang lebih lunak daripada
pisau besar lainnya di dunia. Ini membuatnya mudah untuk
diasah tetapi membutuhkan pengasahan yang lebih sering.

BATIK BANTEN

Berawal dari keterlibatan dalam berbagai kajian pemanfaatan


ragam hias khas daerah pada rancang bangun gedung -gedung
pemerintah dan pemerhati lingkungan pada penataan kota
budaya Banten yang telah berjaya dimasa lalu.
Ditengah masanya pengkajian benda -benda sejarah hasil
ekskavasi (penggalian) p ara Arkeolog, menjadikan inspirasi
untuk mencapai tujuan pembangunan kota yang berbudaya,
dalam rangka mengisi dimensi kekinian guna pra perencanaan
pembangunan Anjungan Banten di TMII dan rancang bangun
Rumah Adat khas Banten serta merevitalisasi pada pen ataan
bangunan sejarah di Propinsi Banten.
Dengan rekonstruksi benda purbakala mengantarkan
perhatian para tokoh masyarakat, pemerintah daerah, bersama -
sama arkeolog, Juni 2002 telah mengadakan pengkajian ragam
hias selama enam bulan berhasil menemukenali ragam hias khas
Banten menjadi 75 motif berikut dikukuhkan oleh pemerintah
propinsi melalui Surat Keputusan Gubernur Banten
nomor: 420/SK-RH/III/2003 tanggal 12 Maret 2003.

89
BAB 6 Pariwisata Banten

Berikut ini 75 Ragam Hias Khas Banten Rekontruksi


Arkeologi Nasional:

Gambar 6.19 Ragam Hias Khas Banten Rekontruksi


Arkeologi Nasional

Ragam hias yang bersumber dari Atefak Terwengkal pada


abad ke-17, telah menjadikan pusat perhatian dari para peneliti
Terwengkal khas Banten ber titik tolak dari bentuk Geometri,
esensi seni baru yang berarti Mukarnas yaitu mempunyai arti

90
BAB 6 Pariwisata Banten

kerukunan. Ragam hias yang melekat pada arsitektur merupakan


khasanah potensi sumber arkeologi Banten warisan intelektual
masa Ialu Banten.
Berangkat dari kearifa n lokal yang terbenam dalam -dalam
ditengah puing-puing reruntuhan pusat kejayaan pemerintah
islam kesutanan Banten, berbagai benda -benda kuna terukir
dengan ragam hias yang unik menjadikan karya cipta
membangkitkan anakcucu kita ditanah Banten, ragam hias benda
kuna itulah yang menjadikan inspirasi pada sebuah artefak
terwengkal untuk mendisaind pola dasar batik sehingga
menjadikan motifdasar batik.

PERBEDAAN BATIK BANTEN


Suatu pernyataan yang perlu dipertanyakan dalam
mempertanggung jawabkannya tentu peng alaman dan perjalanan
yang membuktikan dengan melakukan pengkajian -pengkajian
bersama para ahli membatik dan para peneliti sejarah menjadikan
bekal dalam pembuktian perbedaan.
Dalam proses dan tata cara membatik seluruh Indonesia tidak
ada perbedaan yang cukup hanya saja teknik design pembuatan
motif batik dan sumber alam serta lingkungan, sejarah budaya
daerah yang menunjang membedakan sehingga timbul ciri -ciri
khas daerah seperti halnya pada Batik Banten. Ada 3 perbedaan
Batik Banten dengan Batik lain di Indonesia diantaranya adalah:
a. Motif Batiknya, pola dasar ragam hias berasal dari benda
sejarah purbakala yang disebut Artefak Terwengkal hasil
ekskavasi Arkeolog tahun 1976 di Banten.
b. Warnanya, apapun warnanya batik banten cenderung warna
abu-abu soff menunjukan karakter wong Banten, ciri -ciri dari
sifat warna abu-abu soff antara lain : Cita -citanya, idenya,
kemauannya, dan tempramennya cenderung tinggi namun
pembawaan selalu sederhana serta kalem/ ayu atau cantik
warna batiknya (pernyataan : Launching Bat ik Banten
deskripsi 7 Professor) pada kenyataan alam yang menunjang
untuk daerah Banten dikarenakan Airnya, sehingga menjadi
ciri khasnya Batik Banten, menjadi ikon dengan slogan :
“bukan orang banten kalau tidak minum air banten “.
c. Filosofi (Artinya) Nama Motif dan motif batik saling berkaitan
dengan sejarah Banten. Nama motif berasal dari “ Toponim

91
BAB 6 Pariwisata Banten

desa-desa kuna, nama gelar bangsawan / sultan dan tata


nama ruang di Kesultanan Banten “.
d. Motif Batik Banten
Dataluya
Motif Datulaya. Datulaya dalah nama
tempat tinggal Sultan Maulana
Hasanuddin / tata ruang keluarga di
Kesultanan Banten.

Kaibonan
Motif Kaibon. Kaibonan adalah nama
sebuah bangunan pagar yang mengelilingi
Keraton Istana Banten

Kapurban
Motif Kapurban. Kapurban adalah nama
gelar yang diberikan kepada Pangeran
Purba dalam penyebaran Agama Islam

Kawangsan
Motif Kawangsan. Kawangsan adalah
nama gelar yang diberikan kepada
Pangeran Wangsa dalam penyebaran
Agama lslam

Kesatriaan
Motif Kesatriaan. Kesatriaan adalah nama
Sebuah perkampungan tempat belajar
Agama dipesantren d ilingkungan
Kesultanan Banten.

92
BAB 6 Pariwisata Banten

Langenmaita
Motif Langenmaita. Langenmaita adalah
nama tempat berlabuhnya kebahagiaan
dalam mengarungi samudra cinta dengan
kapal pesiar / dermaga.

Mandalikan
Motif Mandalikan. Mandalikan adalah
nama gelar yang diberikan kepada
Pangeran Aria Mandalika dalam
penyebaran Agama lslam

Memoloan
Motif Memoloan. Memoloan adalah nama
sebuah kontruksi bangunan atap menara
mesjid dan pendopo Kesultanan Banten.

Pamaranggen
Motif Pamaranggen. Pamaranggen adalah
nama tempat dimana para Pengrajin Keris
dan asesoris keris dilingkungan Kesultanan
Banten.

Pancaniti
Motif Pancaniti. Pancaniti adalah nama
tempat / bangsal dimana Sultan Maulana
Hasanuddin menyaksikan para prajuritnya
berlatih dilapangan.

93
BAB 6 Pariwisata Banten

Panembahan
Motif Panembahan. Panembahan adalah
nama Gelar Sultan Hasanudin dalam
penataan Negara pada kejayaan keraton
Kesultanan Banten.

Panjunan
Motif Panjunan. Panjunan adalah nama
sebuah perkampungan tempat pengrajin
gerabah dan keramik di wilayah
Kesultanan Banten.

Pasepen
Motif Pasepen. Pasepen adalah nama
tempat tata ruang Istana tempat Sultan
Maulana Hasanuddin melakukan meditasi
di Kesultanan Banten.

Pasulaman
Motif Pasulamam. Pasulaman adalah nama
tempat dimana para Pengrajin sulaman
dilingkungan Kesultanan Banten.

Pejantren
Motif Pejantren. Pejantren adalah nama
tempat dimana para pengrajin tenunan di
wilayah Banten.

94
BAB 6 Pariwisata Banten

Sebakingking
Motif Sebakingking. Sebakingking adalah
nama gelar Panembahan Sultan Maulana
Hasanuddin dalam penyebaran Agama
lslam.

Singayaksa
Motif Singayaksa. Singayaksa adalah nama
sebuah tempat, Sultan Hasanuddin Solat
lstiharah memohon petunjuk Allah dalam
mendirikan Keraton.

Srimanganti
Motif Srimanganti. Srimanganti ada lah
nama tempat dimana Selasar yang
menghungkan pendopo Kesultanan Banten
untuk Raja / sultan menanti.

Wamilahan
Motif Wamilahan. Wamilahan adalah nama
sebuah perkampungan tempat pengrajin
pembelah bambu dan t ikar dilingkungan
Istana.

Surosowan
Motif Surosowan. Surosowan adalah nama
tataruang tempat Menghadap raja / sultan
Kesultanan Banten.

---oo0oo---

95
BAB 6 Pariwisata Banten

96
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

PAR I W IS AT A D AN
KE W IR A U SAH AA N

Pariwisata merupakan seluruh kegiatan, fasilitas dan


pelayanan yang diakibatkan oleh adanya perpindahan perjalanan
sementara dari seseorang ke luar dari tempat tinggalnya, serta
tinggal dalam waktu
singkat di tempat tujuan dari perjalanan, untuk tujuan bersenang -
senang dan berlibur.
Pariwisata sering didefinisikan sebagai suatu kegiatan
perjalanan yang lebih banyak berkaitan dengan kegiatan -kegiatan
santai dan untuk bersenang -senang. Pendapat lain juga mengatakan
bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk
rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk
aktivitas ini.
Undang-Undang RI No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan,
menyatakan bahwa pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan
menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau
mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata
dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
The World Tourism Organisation memberikan definisi Tentang
Wisatawan ( tourist), sebagai : “Any person residing within a country,
irrespective of nationality, travelling to a place within this country other
than his usual place of residence for a period of not less than 24 hours or one
night for a purpose other than the exercise of a remunerated a ctivity in the
place visited. The motives for such travel may be : (1) leisure (recreation,
holidays, health, studies, religion, sports) ; (2) business, family, mission, or
meeting.”
Dapat diartikan bahwa wisatawan adalah seorang yang tinggal
di suatu negara, tanpa memandang kebangsaannya, melakukan
perjalanan ke tempat didalam negara yang bukan merupakan tempat
tinggalnya yang biasa, sedikitnya selama 24 jam atau satu malam,
untuk suatu tujuan selain mendapatkan penghasilan di tempat yang
dikunjunginya.

97
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

Tujuan perjalanannya dapat digolongkan ke dalam klasifikasi


berikut ini :
 Pesiar (leisure), seperti untuk keperluan rekreasi, liburan,
kesehatan, studi, keagamaan, olah raga.
 Perdagangan (business), keluarga, missi, atau konperensi.
Pariwisata merupakan suatu kegiatan perjalanan untuk
bersenangsenang mengunjungi obyek / atraksi wisata, menyaksikan
secara langsung adat budaya setempat, dan tujuan lainnya (tidak
untuk mendapatkan penghasilan), dengan durasi waktu lebih dari 24
jam, sehingga memerlukan kebutuh an utama selain objek-objek
wisata yang akan dikunjungi, yaitu: transportasi, akomodasi dan
konsumsi.
Esensi kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di
pasar melalui proses pengombinasian sumber daya dengan cara -cara
baru dan berbeda agar dapat bers aing.
Menurut Zimmerer nilai tambah tersebut dapat diciptakan
melalui cara berikut:
a. Pengembangan teknologi baru ( developing new technology )
b. Penemuan pengetahuan baru ( discovering new knowledge )
c. Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada ( improving
existing products or services )
d. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang
dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih
sedikit (finding different ways of providing more goods and services
with fewer resources).
Di dunia modern, wirausahawan adalah orang yang memulai
dan mengerjakan usahanya sendiri, mengorganisasi dan membangun
perusahaan sejak revolusi industri. Orang -orang yang memulai usaha
sendiri bisa mendapatkan manfaat dari studi mengenai karakteristik
kewirausahaan dan ino vatif. Proses kreatif dan inovatif diawali
dengan memunculkan ide -ide dan pemikiran baru untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Adapun dalam organisasi perusahaan, proses kreatif dan
inovatif dilakukan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan
(research and development ) untuk meraih pasarIde, pemikiran, dan
tindakan kreatif bertujuan menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda, serta menjadi sumber keunggulan untuk dijadikan peluang.
Dengan demikian, kewirausahaan merupakan suatu kemampuan
dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan
sumber daya dengan cara baru dan berbeda, melalui:

98
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

(1) Pengembangan teknologi baru;


(2) Penemuan pengetahuan ilmiah baru; (3) perbaikan produk barang
dan jasa yang ada;
(3) Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih
banyak dengan sumber daya yang lebih efisien.

A. Bisnis Tour dan Travel Agen


Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan d alam penyelenggaraan
pariwisata. Dalam industri pariwisata terdapat berbagai usaha
pariwisata yang memberikan peluang berwirausaha dengan
menyediakan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Orang atau sekelompok
orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata disebut pengusaha
pariwisata. Usaha pariwisata merupakan kegiatan bisnis yang
berhubungan langsung dengan kegiatan wisata sehingga tanpa
keberadaannya, pariwisata tidak dapat berjalan dengan baik. Adanya
usaha pariwisata tentunya juga didukung oleh usaha -usaha lain
karena industri pariwisata adalah industri yang multi -sektor.
Wirausaha di industri pariwisata meliputi banyak jenis, antara lain:
a. Daya tarik wisata adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya
tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata
buatan atau binaan manusia. Contoh adalah: usaha museum
kartun yang menawarkan koleksi gambar kartun baik buatan
sendiri maupun dari kawan -kawan kartunist lainnya.
b. Kawasan pariwisata adalah usah a yang kegiatannya membangun
dan/atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata. Misalnya, area pantai dan
pesisirnya dikelola menjadi resor pantai yang dilengkapi dengan
marina untuk tambat kapal, penyewaan alat selam, ako modasi,
rumah makan dan fasilitas penyelamatan laut.
c. Jasa transportasi wisata adalah usaha khusus yang menyediakan
angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata dan bukan
angkutan transportasi reguler/umum. Jasa transportasi wisata
meliputi angkutan da rat seperti: usaha sewa mobil dan usaha
sewa sepeda, angkutan laut misalnya: usaha sewa perahu dan
usaha sewa kano, angkutan udara contoh: usaha sewa pesawat
dan usaha balon udara.

99
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

d. Jasa perjalanan wisata adalah usaha biro perjalanan wisata dan


usaha agen perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata
meliputi usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan dan/atau
jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk
penyelenggaraan perjalanan ibadah. Usaha agen perjalanan
wisata meliputi usaha jasa pemes anan sarana, seperti pemesanan
tiket dan pemesanan akomodasi, serta pengurusan dokumen
perjalanan.
e. Jasa makanan dan minuman adalah usaha jasa penyediaan
makanan dan minum yang dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan untuk proses pembuatan dapat berup a restoran,
kafe, jasa boga, dan bar atau kedai minum.
f. Penyediaan akomodasi adalah usaha yang menyediakan
pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan
pariwisata lainnya. Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa
hotel, vila, pondok wisata, b umi perkemahan, persinggahan,
karavan, dan akomodasi lainnya yang digunakan untuk tujuan
pariwisata.
g. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi merupakan usaha
yang ruang lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan,
arena permainan, karaoke, bios kop, dan kegiatan hiburan dan
rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata.
h. Usaha jasa impresariat merupakan kegiatan pengurusan
penyelenggaraan hiburan, baik yang berupa mendatangkan,
mengirim maupun mengembalikannya, serta menentukan
tempat, waktu, dan jenis hiburan.
i. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan
pameran adalah usaha yang memberikan jasa bagi suatu
pertemuan sekelompok orang, menyelenggarakan perjalanan bagi
karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, dan
menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan
informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala
nasional, regional dan internasional.
j. Jasa informasi pariwisata adalah usaha yang menyediakan data,
berita, fitur, foto, video, dan hasil p enelitian mengenai
kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak
dan/atau elektronik.
k. Jasa konsultansi pariwisata adalah usaha yang menyediakan
saran dan rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan,

100
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

pengelolaan usaha, penelitian, dan pemas aran di bidang


kepariwisataan.
l. Jasa pramuwisata adalah usaha yang menyediakan dan/atau
mengoordinasikan tenaga pemandu wisata untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan dan/atau kebutuhan biro perjalanan
wisata.
m. Wisata tirta merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata
dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana
serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut,
pantai, sungai, danau, dan waduk.
n. Spa adalah usaha jasa perawatan yang memberikan dengan
metode kombinasi terapi air, te rapi aroma, pijat, rempah -rempah,
layanan makanan/minuman sehat dan olah aktifitas fisik dengan
tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga, yang tetap
memperhatikan tradisi dan budaya bangsa Indonesia.
Usaha-usaha di atas juga ditunjang oleh usaha -usaha
pendukung dalam industri pariwisata meliputi diantaranya: usaha
cinderamata, pendidikan pariwisata dan polisi pariwisata, serta
usaha-usaha lain seperti penukaran uang, bank, klinik kesehatan dan
usaha telekomunikasi.

1. Profesi Pramuwisata (Tour Guide)


Definisi Pramuwisata menurut Menparpostel :
Pramuwisata adalah “seseorang yang bertugas memberikan bimbingan,
penjelasan dan petunjuk tentang obyek wisata serta membantu
keperluan wisatawan lainnya “

Menurut Word Federation of Tour Guide Association,


TOURIST GUIDE; a person who guide visitors in the language of their
choice and interprets the cultural and natural heritage of an area which
person normally possesses an area -specific qualification usually issue d and
/or recognized by the appropriate authority.
Menurut Mancini “tour guide is someone who takes people on
sightseeing excursion of limited duration”. Hal tersebut diartikan bahwa
pramuwisata adalah orang yang membawa orang -orang (wisatawan)
untuk melakukan kegiatan kunjungan (ekskursi) menurut jangka
waktu tertentu.
Pada umumnya, pramuwisata atau tour guide diartikan sebagai
setiap orang yang memimpin kelompok yang terorganisir untuk
jangka waktu singkat maupun jangka waktu yang panjang. Tugas

101
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

Tour Guide memiliki beberapa spesifikasi tergantung dari tugas apa


yang sedang dia lakukan (sesuai dengan kemampuannya).
Seorang guide khusus di lokasi yang khusus/tertentu disebut
Local Guide yang biasanya menjadi petugas tetap di lokasi tersebut.
Tata Nuriata pramuwisata berasal dari bahasa Sansekerta
yaitu pramu, wis dan ata. Pramu berarti pelayan atau orang yang
melayani, wis berarti tempat dan ata berarti banyak. Pendapat umum
mengartikan wisata sebagai keliling atau perjalanan sehingga dalam
hal ini pramuwisata dapat dikatakan sebagai petugas yang melayani
orang yang sedang melakukan perjalanan wisata.
Dari beberapa pengertian tentang pramuwisata tersebut dapat
diberikan batasan bahwa pramuwisata adalah orang yang bertugas
memberikan bimbingan, informasi dan p etunjuk tentang atraksi atau
destinasi.
Pekerjaan memandu wisatawan mengundang kesan sebuah
pekerjaan yang bersifat mewah dan menyenangkan dengan imbalan
yang besar, padahal pramuwisata merupakan salah satu profesi
(mendapatkan bayaran yang layak atas kem ampuannya) yang unik,
karena profesi ini membutuhkan kemampuan berbahasa (sesuai yang
dibutuhkan), dapat berinteraksi dengan wisatawan, memiliki
pengetahuan luas, fleksibel, penuh pengertian dan kedewasaan
berpikir serta kesehatan yang prima/kekuatan phisi k/jasmani.
Kemampuan memandu tidak hanya didapat dari
sekolah/kuliah maupun kursus, tetapi didapat dari pengalaman
yang dikumpulkan sedikit demi sedikit dari mengenal obyek wisata
dan melakukan pemanduan tidak resmi, sampai akhirnya setelah
“jam terbang” nya mencukupi dan dikenal oleh pengguna jasa (biro
perjalanan) barulah secara resmi di uji oleh lembaga terkait untuk
mendapatkan pengesahan sebagai Tour Guide yang legal dan
bertanggung jawab.
Hanya sedikit orang yang memahami bahwa pekerjaan ini
juga memiliki bermacam-macam halangan/kesulitan yang mungkin
terjadi dalam pelaksanaan operasionalnya. Kesulitan yang mungkin
terjadi dalam kegiatan sebagai Tour Guide diantaranya adalah:
kehilangan bagasi, pesawat yang overbook, penumpang yang
mengeluh, marah, keberangkatan yang tertunda dan sebagainya.
Karier pramuwisata dapat ditingkatkan menjadi seorang tour
planner, bila dan dapat membuka usaha layanan jasa wisata, mulai
dari membuat paket tour, memasarkan dan melaksanakan
operasional wisata.

102
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

Pramuwisata merupakan duta bagi perusahaan dan bangsa


serta mengemban citra budaya bangsa, karena mereka adalah ujung
tombak dari keberhasilan promosi pariwisata. Tugas seorang
pramuwisata adalah memimpin pelaksanaan suatu kegiatan
kunjungan/wisata mulai dari persiapan sa mpai pada akhir kegiatan
sesuai dengan ketentuan dalam fasilitas paket tour atau peraturan/
ketentuan yang telah disepakati antara Perusahaan Perjalanan Wisata
dengan Wisatawan.

Gambar 7.1
Seorang pramuwisata sedang melakukan pemanduan

o. Kode etik Pramuwisata Indonesia


 Seorang pramuwisata harus memberi kesan yang baik
mengenai kebudayaan, agama dan negaranya bila memandu
wisatawan
 Seorang pramuwisata harus menjaga penguasaan diri yang
tinggi dan memperhatikan penyajian pribadi termasuk
kebersihan dan penampilan
 Seorang pramuwisata harus sanggup menciptakan suasana
yang hangat dan gembira dan sopan santun yang
mencerminkan budaya Indonesia
 Seorang pramuwisata harus memberikan pelayanan yang
bermutu tinggi kepada semua wisatawan dan tidak
mengharapkan atau mohon komisi atau hadiah
 Seorang pramuwisata harus mengerti kebudayaan dan latar
belakang wisatawan dan memastikan wisatawan bertingkah
laku layak dengan mematuhi peraturan -peraturan hukum dan
adat istiadat sosial Indonesia dan menghindari kei nginan
untuk merusak.

103
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

 Seorang pramuwisata harus menghindari perdebatan


mengenai agama, adat istiadat sosial, diskriminasi rasial dan
sistem politik di negara wisatawan
 Seorang pramuwisata harus memberikan informasi yang jelas
mengenai berbagai aspek tour, bila pramuwisata tidak yakin
tentang suatu informasi ia harus mencari informasi tersebut
dan memberitahukannya kemudian
 Seorang pramuwisata tidak boleh menjelekkan perusahaan
tempatnya bekerja, teman teman sejawat atau komponen
lainnya dari aktivitas wisat awan
 Seorang pramuwisata tidak diperkenankan untuk
membicarakan masalah pribadinya dengan wisatawan dengan
maksud untuk memperoleh uang atau bantuan lainnya
 Pada akhir tour pramuwisata harus sudah memberikan kesan
yang baik pada wisatawan sehingga mereka ingin datang lagi.
 Seorang mempunyai tanggung jawab etis kepada:
 Perusahaan yang memberikan job/tugas
 Para pemberi pelayanan kepada tour
 Teman teman sejawat industri
 Para peserta tour
 Masyarakat di daerah (pertimbangan kebudayaan dan
lingkungan)
 Diri sendiri
 Pertimbangan etis lainnya.
Untuk menjadi seorang pramuwisata yang profesional,
seorang pemula harus memastikan bahwa perjalanan yang
dipimpinnya sesuai dengan etika pemanduan umum. Etika
adalah sistem moral, azas -azas dan nilainilai seta mampu menjaga
tingkah laku pribadi. Pramuwisata harus memberikan layanan
kepada wisatawan sesuai dengan job diskripsi yang berlaku pada
perusahaan terkait. Perlu diingat semua wisatawan mempunyai
HAK yang sama tanpa membedakan ras, warna, gender, umu,
status perkawinan, agama, keturunan, atau status sosial.
p. Peran, tanggung jawab dan hak Pramuwisata
Dalam melaksanakan tugasnya, pramuwisata harus
memahami batasanbatasan wewenang dan tanggung jawab sesuai
dengan perjanjian kerja/peraturan/job diskripsi yang berlaku
pada perusahaan tempat dia bekerja dan mentaati kode etik
pramuwisata.

104
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

Pekerjaan pemanduan adalah pekerjaan yang dituntut untuk


membina jejaring kerja antar perusahaan pemasok jasa yang
terkait dengan layanan pemanduan wisata, antara lain:
 Perusahaan (Biro Perjalan an) yang menugasinya
Perusahaan berhak memperoleh hasil yang terbaik dari
petugas/karyawannya (termasuk pramuwisata) sebagai
imbalan atas gaji yang diterimanya. Setiap selesai
melaksanakan pekerjaan, pramuwisata harus memberikan
laporan secara lengkap ses uai dengan ketentuan perusahaan.
Seorang pramuwisata bisa bekerja untuk beberapa
perusahaan; jangan sekali -kali mengeluarkan perkataan yang
dapat menyinggung perasaan perusahaan tempat bekerja,
tentang perjalanan-perjalanan mereka dan teman sekerja
 Para penyedia pelayanan tour
Seorang pramuwisata harus menjalin kerjasama yang baik
dengan para supplier agar mereka dapat menyerahkan
kontrak-kontrak mereka kepada perusahaan.
 Teman-teman sejawat industri
Seorang pramuwisata harus bergabung dengan teman -teman
sekerja; jangan melakukan aktivitas -aktivitas yang dapat
mempermalukan teman -teman sekerja; harus membagi
informasi secara terbuka, yang dapat memajukan pekerjaan
bidang pramuwisata.
 Para peserta tour/wisatawan
Wisatawan telah mengeluarkan biaya yang cukup b anyak
untuk mengikuti tour, dan berhak untuk mendapatkan
layanan yang terbaik; pramuwisata bertanggungjawab atas
kebahagiaan, kenyamanan dan keselamatan mereka. Mereka
telah membayar untuk suatu keahlian dan pengetahuan, dan
berhak untuk mendapatkannya. Se mua informasi yang
diberikan pada para wisatawan harus didasarkan pada
kebenaran dan kejujuran dan dijamin tepat dan mutakhir.
Pramuwisata dalam tugasnya harus memperlakukan setiap
wisatawan sebagai VIP (orang penting) tanpa pilih kasih, dan
harus memberikan pelayanan sesuai yang dipromosikan.
 Masyarakat lokal (pertimbangan kebudayaan dan lingkungan)
Seorang pramuwisata harus menghargai penduduk setempat,
hak-hak dan kepercayaan mereka. Para anggota rombongan/
wisatawan harus diberi penerangan tentang adat istiadat
setempat. Mereka perlu diberikan pengetahuan tentang sifat

105
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

khusus kebudayaan lain, dan diusahakan adanya pengertian


akan hal ini diantara para peserta. Beri pengarahan mengenai
persoalan lingkungan, misalnya berjalan pada jalan setapak
yang sudah ditandai, memungut sampah, menggunakan
barang bekas untuk daur ulang dan harus selalu diberi contoh.
 Diri sendiri
Pramuwisata harus mempertahankan mutu layanan yang
tinggi dengan selalu menambah pengetahuan dan
keterampilan dan belajar menggunakannya secar a efektif;
harus berusaha untuk mencapai taraf pelayanan yang tinggi
dan selalu bertingkah laku secara professional
 Memahami hal-hal yang berhubungan dengan asuransi
perjalanan, baik bagi wisatawan dan dirinya. Hal ini sangat
penting untuk menjaga kemungk inan-kemungkinan yang
tidak diinginkan seperti :
 Mendadak sakit dan perlu dirawat/pengobatan di Rumah
Sakit
 Kecelakaan dalam perjalanan atau pada obyek wisata
 Kehilangan barang/dokumen berharga Pertimbangan etis
lainnya Tidak meminta tip dan memaksa para w isatawan
untuk berbelanja ke toko -toko yang menawarkan komisi
untuk pramuwisata.
q. Fungsi dan Uraian Tugas Pramuwisata
Fungsi:
 Membimbing perjalanan bersama wisatawan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sesuai dengan tugas
pramuwisata
 Memberikan informasi, bila perlu menjadi penterjemah
mengenai perjalanan secara keseluruhan khususnya mengenai
obyek-obyek wisata yang dikunjungi
 Memperkenalkan hal-hal yang dirasakan baru bagi wisatawan
atau yang perlu diketahui serta dijumpai selama perjalanan
 Memberikan saran kepada wisatawan untuk melakukan
sesuatu tindakan atau kegiatan yang mungkin timbul dan ada
sangkut pautnya dengan perjalanan yang sedang dipandunya.
Uraian Tugas
 Memahami isi dan fasilitas yang tertera dalam paket wisata
 Memeriksa kelengkapan do kumen-dokumen perjalanan
wisata

106
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

 Mengantar wisatawan baik rombongan maupun perorangan


yang mengadakan perjalanan dengan bis, kereta api, kapal
laut, pesawat terbang dan jenis transportasi lainnya
 Memberikan penjelasan tentang rencana perjalanan wisata dan
destinasi serta memberikan penjelasan tentang
peraturanperaturan/ketentuan mengenai; visa, paspor,
keterangan kesehatan, akomodasi, transportasi dan lain
sebagainya
 Memberikan petunjuk tentang destinasi yang menarik
 Membantu wisatawan pada saat melaksanaka n perjalanan
wisata.
 Memberi petunjuk untuk mematuhi peraturan atau ketentuan
yang ditetapkan oleh pemerintah dan instansi/perusahaan
lainnya
 Membantu menghubungi petugas terkait bila ada wisatawan
sakit dalam perjalanan, kecelakaan, pencurian, dan musiba h
lainnya
 Menjamin kepuasan berlibur semua wisatawan secara
keseluruhan
 Merekonfirmasi/memesan komponen acara tour yang wajib
 Memimpin pengantaran kedatangan dan keberangkatan dari
tempat penginapan (check -in/out)
 Menyelenggarakan serangkaian tour termasu k tour setengah
hari/sehari penuh, tour malam, tempat -tempat menarik dan
tour khusus
 Menawarkan tour optional sesuai peraturan biro perjalanan
wisata
 Membuat laporan administrasi perjalanan wisata termasuk
laporan keuangan.
r. Asosiasi Pramuwisata

Nasional:
HPI= Himpunan Pramuwisata Indonesia

Internasional:
WFTGA= World Federation of Tourist Guide

107
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

Himpunan Pramuwisata Indonesia


(Sumber: http://www.hpionline.org/a -d-hpi.html)
1. Himpunan pramuwisata Indonesia disingkat HPI atau
Indonesia Tourist Guide As sociation (ITGA) adalah organisasi
profesi non politik dan mandiri yang merupakan wadah
tunggal pribadi-pribadi yang memiliki profesi sebagai
Pramuwisata
2. Himpunan Pramuwisata Indonesia adalah asosiasi Tingkat
nasional, provinsi dan Kabupaten/Kota
3. Organisasi ini bernama Himpunan Pramuwisata Indonesia
disingkat HPI yang didirikan berdasarkan hasil temu wicara
nasional pramuwisata di Panda’an (Jawa Timur) tanggal 29 -30
Maret 1988 sebagai lanjutan Himpunan Duta Wisata Indonesia
(HDWI) yang lahir di Kuta (Bali ) tanggal 27 Maret 1983
4. Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) disyahkan namanya
pada tanggal 05 Oktober 1988 di Palembang (Sumatra Selatan),
dalam MUNAS 1 Pramuwisata seluruh Indonesia
5. Perangkat organisasi ini pada tingkat Nasional disebut Dewan
Pimpinan Pusat disingkat DPP, yang berkedudukan di
Ibukota Negara Republik Indonesia dan atau Ibukota Provinsi
di Indonesia. Dewan Pimpinan Daerah Provinsi yang
disingkat DPD yang berkedudukan di Ibukota Provinsi dan
Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten/Kota disebut DPC y ang
berkedudukan di Kabupaten/Kota atau sebutan lain yang
sesuai dengan kondisi daerah.
6. Himpunan Pramuwisata Indonesia berazaskan Pansasila
7. HPI bertujuan:
 Menghimpun, mempersatukan, meningkatkan, dan
membina persatuan Pramuwisata Indonesia agar lebih
berdaya dan berhasil guna bagi kesejahteran dan
kehidupan diabdikan bagi kelestarian Pariwisata Indonesia
 Berupaya melaksanakan dan menyukseskan
pembangunan, pembinaan dan penelitian wawasan
pariwisata terkait, baik pemerintah maupun swasta.
 Bertindak mewakili para anggota dalam memperjuangkan
dan melindungi kepentingan bersama.
8. HPI berfungsi sebagai wadah tunggal Pramuwisata Indonesia
dalam rangka pembinaan berkomunikasi antar Pramuwisata,
Pramuwisata dengan pemerintah atau swasta dalam rangka
pengembangan dunia Pariwisata Indonesia

108
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

9. Tugas dan Usaha HPI; (1) secara aktif menggalakkan dan


melaksanakan pembangunan pariwisata secara teratur, tertib,
dan berkesinambungan, (2) memupuk dan meningkatkan
semangat serta kesadaran nasional sebagai warga Negara
Republik Indonesia serta memiliki tanggung jawab yang tinggi
terhadap pembangunan pariwisata Indonesia, (3) menciptakan
kerjasama dengan pemerintah maupun komponen usaha jasa
pariwisata demi terciptanya lapangan kerja yang layak dan
merata bagi anggota, (4) berusaha m eningkatkan
profesionalisme dan kesejahteraan anggota, (5) melakukan
administrasi keanggotaan secara teratur sesuai dengan
peraturan yang berlaku
10. Keanggotaan terdiri dari Pramuwisata yang terdaftar syah dan
memenuhi ketentuan yang berlaku, yaitu; (1) Anggo ta Biasa
dan (2) Anggota Kehormatan. Anggota biasa mempunyai hak
bicara, hak suara, hak memilih, dan dipilih sebagai anggota
Dewan Pimpinan Pusat, Daerah , dan Cabang, Anggota
Kehormatan mempunyai hak bicara
11. HPI dipimpin oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP), De wan
pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC)
atau sebutan lain sesuai dengan kondisi daerah
12. Lambang Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) adalah
Burung Cendrawasih
13. Lambang Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI)
dipergunakan untuk pembuatan bender a, jaket, badge, vandel,
dan tanda lain yang menunjukkan identitas HPI
14. Anggota HPI adalah Warga Negara Indonesia yang telah
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a) Umur serendah-rendahnya 18 tahun
b) Menguasai Bahasa Indonesia dan salah satu bahasa asing
dengan baik dan lancar.
c) Memiliki pengetahuan tentang objek wisata dan ketentuan
perjalanan wisata.
d) Sehat fisik dan bulan
e) Berkelakuan baik.
f) Memiliki licence/ijin dan sertifikat standar kompetensi
pramuwisata
g) Sanggup aktif mengikuti kegiatan yang ditentukan oleh
organisasi.

109
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

h) Menerima Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,


Program Kerja Organisasi dan Peraturan -Peraturan
Organisasi.
i) Menyatakan diri secara tertulis menjadi anggota
Himpunan Pramuwisata Indonesia sebagai wadah tunggal.
15. Setiap anggota biasa berhak :
a) Memperoleh perlakuan yang sama dari organisasi
b) Mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul -usul dan
saransaran
c) Memilih dan dipilih
d) Memperoleh perlindungan dan pembelaan, pendidikan
penataran dan bimbingan organisasi
e) Hak-hak lain yang akan ditentukan kemudian.
16. Setiap anggota HPI biasa berkewajiban :
a) Setia kepada Organisasi
b) Tunduk dan taat kepada Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga, dan Keputusan -keputusan Organisasi.
c) Menjaga nama baik Organisasi.
d) Membayar uang pangkal/iuran wajib
17. Pemberhentian Anggota HPI dise babkan:
a) Meninggal dunia.
b) Atas permintaan sendiri.
c) Diberhentikan yang ketentuannya diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Organisasi.
d) Bukan Warga Indonesia lagi.
Catatan : Pramuwisata sedapat mungkin memiliki
dokumen daftar executive board (terlampir : daftar
lampiran 01/TG)

2. Persiapan dan Teknik Pemanduan


a. Informasi Wisata
Keberhasilan pemanduan ditentukan oleh sejauh mana
persiapan yang telah dilakukan, seorang pemandu dalam
mengumpulkan data/informasi untuk persiapan harus benar -benar
akurat dan dapat diperca ya.
Jangan sekali-kali berbohong walaupun maksudnya ingin
memuaskan wisatawan, bila ternyata diantara wisatawan ada yang
mengetahui secara pasti dan benar, akan dapat menjerumuskan kita
sendiri. Ingatlah bahwa tugas anda adalah memberi informasi dalam
lingkup tertentu dan mempromosikan negara anda, jangan mencoba

110
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

menciptakan adu argumen dengan wisatawan! anda benar -benar


dituntut untuk tidak emosional karena watak dan tabiat para
wisatawan sangat berbeda satu dengan yang lain.
1) Sumber Informasi :
a. Sumber hidup, meliputi :
- Para pemasok/pengusaha sarana, mereka memiliki
informasi tentang obyek kunjungan/wisata yang
dikelolanya.
- Wartawan, akademisi, konsultan, dan tetua (orang yang
dituakan) atau tokoh masyarakat, mereka sering punya
pandangan yang lebih luas d an tidak memihak.
- Asosiasi profesi yang terkait.
- Internal customer ( pegawai, karyawan ) dan teman sekerja
dalam satu sistem managemen perusahaan.
b. Sumber kepustakaan, meliputi :
- Brosur dari Biro Perjalanan yang terstandar, laporan -
laporan sektor pasar wisa ta, maupun majalah-majalah
pariwisata.
- Laporan dan bahasan dari asosiasi, karena tidak semua
Biro wisata mau mengadakan tukar menukar pengalaman
secara langsung.
- Hasil Penelitian ( hasil pengolahan angket bagi pengguna
jasa)
- Browsing melalui internet deng an memperhatikan pada
kejelasan/akurat/valid dari pengirim informasi
- Perpustakaan/buku-buku sejarah
2) Jenis-jenis Informasi
a. Sejarah :
- Tokoh-tokoh terkenal yang berasal dari daerah tersebut
- Gedung dan Bangunan besejarah serta cinderamata
- Peristiwa besejarah dan peninggalan kuno, prasasti -
Kebudayaan bersejarah seperti asal -usul Tarian, Lukisan,
lagu rakyat, pakaian dan adat budaya.
b. Keadaan Alam
- Iklim/cuaca, tidak hanya kemarau dan penghujan saja
tetapi dihubungkan dengan persiapan dan apa yang akan
diperbuat penduduk setempat dalam keadaan itu, seperti
bertanam padi,musim menuai, penggunaan sistim
pengairan.

111
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

- Pemandangan alam seperti lautan, pegunungan, sungai,


jelaskan tentang berapa kedalaman, ketinggian, apa
fungsinya untuk penduduk dan keistimewaan yang la in.
- Keadaan tanah dan hasilnya, tambang dan mineral lain
ataupun kesuburannya daikaitkan dengan hasilbumi
penduduk setempat
- Fenomena alam/ gunung berapi, perubahan/gejala
perubahan alam/evolusi
- Flora dan Fauna yang khas di daerah tersebut dan
pemanfaatannya.
c. Lingkungan buatan
- Taman, Kebun binatang, Kebun raya, dan bangunan
seperti Teater terbesar, Jembatan, Jalan terpanjang dll.
- Daerah yang terkenal seperti Pecinan, Taman mini, berikan
informasi tentangmengapa dibangun, kapan, siapa yang
membangun dan untuk tujuan apa.
- Pabrik-pabrik terkenal dan institute serta lembaga terkenal
d. Peristiwa atau hal-hal baru yang sedang hangat.
- Festival besar yang diselenggarakan hanya 1 atau 2 kali
dalam setahun : festival seni nasional, festival makanan
daerah dan lain-lain.
- Upacara-upacara kenegaraan, olahraga ataupun kesenian.
- Hari-hari khusus agama yang dirayakan oleh masyarakat
dengan penampilan istimewa seperti Lebaran, Nyepi,
Galungan dan lain-lain.
3) Pengumpulan data informasi
Seorang pramuwisata di era sekarang, sudah sangat banyak
mendapatkan kemudahan dalam mencari informasi sebagai data
pemanduan yaitu dengan menggunakan computer, mulai dari
browsing dan menuliskan ringkasan dari buku atau
dongeng/legenda.
Data yang diperoleh dikumpulkan dengan diklasifikasikan
mulai dari Daerah – obyek yang terdapat – informasi formal –
legenda – humor. Hal ini dilakukan ubtuk memudahkan pencarian
bila sewaktu-waktu ditugasi untuk memandu kedaerah tersebut.

112
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

3. Penyiapan Sarana Perjalanan Wisata


Pastikan melalui Check, Recheck and Cross Check, bahwa:
a. Kondisi kendaraan sudah “ siap dan layak jalan’ tanyakan pada
driver untuk memastikan kondisi kendaraan seperti: AC, ban,
bahan bakar, toilet (kalau ada)
b. Pengemudi utama dan cadangan (kalau ada), sehat dan siap.
c. Kondisi jalan menuju sasaran, sesuai dengan besar kendaraan dan
cari jalan alternatif sebagai cadangan.
d. Payung, Jas hujan, dan PPPK dalam kondisi baik dan lengkap
e. Peserta khusus ( yang punya sakit tertentu) sudah dihubungi
untuk membawa persiapan pribadinya.
f. Objek wisata/ tujuan s udah dihubungi dan siap menerima
g. Guide lokal (kalau ada ) sudah dihubungi
h. Crew sudah memahami tugas dan tanggung jawabnya
i. Tool/kit yang akan dibagikan pada wisatawan sudah siap
j. Susunlah peralatan yang akan dipakai dengan sistematis sesuai
dengan urutan ac ara perjalanan dan seluruh crew
mengetahuinya.
k. Tulisan nama dalam name tag benar ejaannya, terbaca jelas.
l. Hafalkan nama dan ingat ciri -ciri dari wisatawan khusus
m. Upaya seat rotasi agar tidak membosankan, dengan bijaksana
n. Restauran dan akomodasi siap meneri ma kedatangan
o. Alat pembayaran yang diperlukan dalam perjalanan (cek,
voucher) sudah siap.
p. Jangan lupa !!! penampilan dan persiapan pribadi kita sendiri.

4. Mutu Pelayanan
Mutu pelayanan pada bisnis tour dan travel Agen adalah
sebagai berikut :
 Bicara dengan fakta
 Jangan menyalahkan orang lain
 Temukan sumber persoalan
 Bina team spirit / group
 Utamakan kepuasan wisatawan tanpa mengabaikan kepentingan
perusahaan

B. Biro Perjalanan Wisata atau Travel Agen


Seiring berkembangnya industri pariwisata, maka
bermunculanlah Biro Perjalanan Wisata atau Travel Agen untuk
menunjang kegiatan kepariwisataan. Hingga saat ini, pengertian

113
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

tentang Travel Agen masih belum dipahami benar oleh kebanyakkan


orang. Berdasarkan Surat Keputusan Direkur Jenderal Pariwisata No.
Kep. 16/U/II/88 tanggal 25 Februari 1988 tentang pelaksanaan
Ketentuan Usaha Perjalanan, pada Bab I Penelitian Umum Pasal 1,
memberi pengertian dengan batasan sebagai berikut :
“Biro Perjalanan Usaha adalah kegiatan usaha yang bersifat komersil
yang mengatur, menyedia kan dan menyelenggarakan pelayanan
bagi seseorang, sekelompok orang, untuk melakukan perjalanan
dengan tujuan utama untuk berwisata”.
Sebagai perantara bagi perusahaan -perusahaan industri
pariwisata dengan wisatawan yang potensial, Travel Agen merupakan
mata rantai yang amat penting untuk mendorong atau merangsang
agar orang mau melakukan perjalanan wisata.
Melihat dari cara kerja biro perjalanan, sebagai perantara
antara wisatawan dengan pengusaha industri pariwisata, perantara
dalam kepariwisataan disebut sebagai functional middlemen .
Dikatakan demikian karena para perantara ini tugasnya hanya
mempertemukan pembeli (wisatawan dan travelers lainnya) dengan
penjual (produsen unit -unit usaha industri pariwisata) tanpa
memiliki produk yang dijualnya.
Adapun fungsi pokok perusahaan biro perjalanan wisata
adalah sebagai :
1. Intermediary (perantara) berlaku untuk Travel Agen atau biro
perjalanan wisata
a. Jasa-jasa pelayanan yang berkaitan dengan perjalanan wisata
pada umumnya.
b. Jasa-jasa pelayanan yang berkaitan langsu ng dengan
penjualan produk wisata.
2. Organizer berlaku untuk biro perjalanan wisata Selain menjual
produk wisata milik orang lain, juga dapat membuat atau
menciptakan paket wisata sendiri dan menjual langsung kepada
pelanggan. Selain itu biro perjalanan wisa ta mempunyai fungsi
sebagai :
a. Fungsi sebagai perantara
Travel Agen memiliki peranan penting dunia pariwisata. Biro
perjalanan ini merupakan perantara untuk pembangunan
daerah wisata yang baru. Karena itu peranannya sangat berarti
dalam sektor perekonomian.

114
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

b. Fungsi sebagai organisator


Di atas telah dijelaskan bahwa Travel Agen sebagai perantara
antara perusahaan industri pariwisata dengan wisatawan
menginginkan pelayanan yang baik dari perusahaan industri
pariwisata sebagai supplier.
Agar dapat mewujudkann ya suatu kerja sama yang baik
antara kedua belah pihak terlebih dahulu melakukan kontak -
kontak dan kalau perlu dibuat suatu perjanjian yang khusus
mengatur hubungan kerja yang akan dilaksanakan.

C. Agen Perjalanan dan Pemasaran Paket Wisata


Dunia usaha pariwisata yang sebagian besar dilakukan oleh
pihak swasta adalah merupakan sebuah dukungan untuk
meningkatkan arus kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia
di samping menggerakkan kegiatan wisatawan nusantara.Dunia
usaha pariwisata menghasilkan keuntungan dan melayani wisatawan
sebaik-baiknya agar merasa senang dan puas dengan layanan
tersebut, karena dunia usaha pariwisata mengajarkan untuk
memberikan kesenangan bagi konsumen pada saat menjalani sebuah
perjalanan.
Dunia usaha pariwisata didukung dengan usa ha jasa
pariwisata, pengusahaan objek dan daya tarik wisata, dan usaha
sarana pariwisata yang dapat mendukung perkembangan dunia
pariwisata. Biro perjalanan wisata sebagai salah satu bagian dari
usaha jasa pariwisata, merupakan arsitek dalam perencanaan da n
penyelenggaraan perjalanan wisata yang dibantu oleh tenaga -tenaga
profesional, agar pelayanan kepada wisatawan diharapkan akan
menjadi lebih baik.
Potensi yang dimiliki Indonesia sangat besar di bidang
pariwisata, seperti pemandangan alam, objek -objek wisata
budayanya yang khas, wisata kulinernya dengan berbagai macam
masakan khas masing -masing daerah. Oleh karena itu, diperlukan
sekali sebuah badan usahasalah satunya adalah biro perjalanan
wisata, yangbertugas untuk menggali potensi keindahan alam
Indonesia tersebut. Kemudian dikemas dalam sebuah paket wisata,
dan akhirnya disebarkan melalui media promosi agar wisatawan
mengetahui dan tertarik untuk melakukan perjalanan menikmati
keindahan alam dan budaya Indonesia.

115
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

Fungsi dan kedudukan sebuah biro perjal anan dalam industri


pariwisata adalah sebagai perantara ( broker) antara perusahaan
industri pariwisata, seperti hotel, bar and restaurant, objek wisata,
souvenir shop dan sebagainya. Biro perjalanan harus mengetahui
terlebih dahulu beberapa jasa -jasa yang akan dijual, disamping harus
mengetahui kebutuhan dan keinginan para wisatawan yang
berhubungan dengan wisatanya. Biro perjalanan disebut juga dengan
tour operator. Biro perjalanan harus memikirkan strategi untuk
menyampaikan pesan atau informasi kepada ta rget pasar tentang
produk-produk yang ditawarkan dengan harga yang bersaing dan
dijual pada tempat atau lokasi yang strategis, mudah dijangkau
konsumen, agar target pasar bersedia untuk melakukan pembelian.
1. Kendala-kendala pada Pemasaran Paket Wisata
Menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat antar Biro
Perjalanan Wisata lain, pada pemasaran paket wisata hendaknya
melakukan pemasaran yang bertujuan untuk memajukan
perusahaannya. Pemasaran yang dilakukan yaitu lebih menjual paket
wisatanya, karena hampi r seluruh instansi baik pemerintah, maupun
instansi swasta, sekolah dan perguruan tinggi mempunyai rencana
untuk melakukan sebuah perjalanan wisata. Pada umumnya sebuah
perusahaan mempunyai strategi -strategi pemasaran yang dianggap
dapat memajukan perusaha annya, seperti dengan cara melakukan
promosi penjualan.
Promosi penjualan yang dilakukan perusahaan umunya yaitu
membuat brosur dan dibagikan kepada para konsumen, memasang
spanduk atau baleho di tempat yang strategis, dan juga dapat melalui
media massa.
Kendala yang dihadapi dalam pemasaran paket wisata adalah:
a. Lokasi kantor yang kurang strategis.
b. Kurangnya karyawan di bagian marketing.
c. Kurangnya kerjasama dengan objek wisata dan hotel.

2. Analisis SWOT
Faktor-faktor yang merupakan strength (kekuatan), weakness
(kelemahan), opportunities (peluang) dan threats (ancaman) dalam
strategi pemasaran paket wisata pada Prasadam Tour & Travel yaitu:

116
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

a. Strength (kekuatan)
Kegiatan pemasaran yang dilakukan adalah menyusun, membuat
harga, mempromosikan dan menjual sebuah paket wisata. Paket
wisata yang dibuat dapat diminati oleh konsumen, karena
keunggulan harga yang diberikan lebih murah. Prasadam Tour &
Travel juga mengutamakan nilai sebuah pelayanan yang akan
diberikan kepada konsumen.
b. Weakness (kelemahan)
Metode dalam pembuatan paket wisata, mudah ditiru oleh biro
pesaing, yang juga menyediakan metode penjualan paket wisata
yang serupa.
c. Opportunities (Peluang)
Peluang yang dimiliki adalah pada pilihan paket wisatanya serta
pelayanan terbaik yang diberikan kepa da konsumen. Agen wisata
dapat memberikan pilihan paket wisata yang berbeda dengan
yang disediakan oleh biro lain.
d. Threats (ancaman)
Rencana perjalanan wisata yang sudah dikemas dalam sebuah
paket wisata menjadi keterbatasan konsumen dalam memilih
paket yang disediakan. Hal ini terkadang menyebabkan adanya
pembatasan pada jalur atau rencana perjalanan wisata yang
diinginkan konsumen.

D. Estimasi Biaya Agen Perjalanan dan Pariwisata


Paket wisata merupakan suatu produk dan suatu produk
akan lebih lengkap jik a diberi harga (price). Harga adalah suatu alat
ukur bagi konsumen untuk melakukan penilaian terhadap suatu
produk. Produk paket wisata bersifat comparative sehingga
konsumen bias menilai dengan bantuan harga.
1. Biaya
Biaya adalah pengeluaran yang harus dik eluarkan dalam
pembuatan suatu produk dan ada beberapa jenis biaya yang harus
diperhatikan
a. Metode cost plus pricing
b. Direct cost, biaya langsung adalah semua jenis biaya yang secara
langsung digunakan dalam produksi paket wisata. Contoh biaya
langsung: biaya akomodasi, transportasi, guide fee, dll
c. Indirect cost, biaya tidak langsung adalah semua jenis biaya yang
tidak langsung digunakan dalam pembuatan paket wisata.

117
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

Contoh biaya tidak langsung; gaji karyawan, biaya marketing,


biaya pengembangan.
d. Saving cost/standbay cost. saving cost adalah perhitungan biaya
yang digunakan untuk berjaga – jaga apabila terjadi perubahan
biaya yang tidak direncanakan.
e. Variable cost, biaya yang berubah karena jumlah atau frekuensi,
sifatnya perorangan contoh: tiket/karcis masuk, meals. Dll
f. Fixed cost: biaya tetap, yiatu biaya yang tidak berubah karena
frekuensi atau jumlah contoh, trnsportasi.
g. Semi – variable cost, sifatnya variable tapi juga tetap dimana biaya
seperti ini harus dihitung secara fixed cost contoh donation, tips dll

Contoh Komponen Biaya


Komponen Fixed Cost Variable Cost
Sewa Bus √
Kit / Souvenir √
Special Breakfast √
Snack / Refreshment √
Entrance Fee (all objek) √
Tour Guide Fee √
Driver’s tip √
Toll √
Lunch/Pax √
SPA Service/pax √

Penentuan biaya komponen sangat menentukan dalam penyusunan


harga paket wisata, menetukan paket wisata dapat dilakukan dengan
cara:
1) Menghitung seluruh biaya yang dikeluarkan, dengan
menjumlahkan biaya langsung dengan biaya tidak langsung.
2) Hanya menghitung biaya langsung saja, sedangkan untuk
menghitung biaya tidak langsungnya bias d ilakukan dengan cara
a) Biaya tidak langsung dimasukan kedalam besaran “M”. ‘M”
yang baik dapat menutupi biaya tidak langsung dan juga
menutupi biaya lansung yang tidak terpakai karena
produknya tidak terjual. Maksudnya adalah biaya tidak
langsung harus tergantikan oleh keuntungan margin.
b) Biaya tidak langsung ditransformasikan kedalam biaya
langsung

118
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

c) Mengabaikan perhitungan biaya tidak langsung hal ini


dilakukan dengan cara meminimkan biaya tidak langsung.
Perhitungan ini lebih mudah namun tidak akurat.
Secara garis besar, sifat biaya component tour atau paket wisata
terdiri dari dua biaya yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel
(variable cost). Permasalahan yang timbul adalah bagaimana cara
menghitung jumlah keseluruhan biaya paket wisata yang terdiri dari
2 jenis biaya yang mempunyai sifat yang berbeda. Penghitungan
biaya tersebut tidak akan mungkin jika tidak merubah salah satu
jenis biaya ke biaya yang sama, penghitungannya bisa dilakukan
dengan beberapa alternatif diantaranya yaitu:
1) Mengubah biaya tetap (biaya bagi sejumlah pax tertentu) kedalam
biaya perorangan, baru kemudian ditambahkan biaya variable
(yang sudah menyatakan biaya perorangan) untuk memperoleh
biaya perorangnya. Cara ini cocok digunakan untuk
penghitungan yang menggunkan saving cost.
2) Mengubah biaya variabel (biaya per orang) kedalam biaya bagi
sejumlah pax tertentu, baru kemudian dilakukan penjumlahan
dengan biaya tetap. Baru setelah itu dilakukan pembagian dengan
jumlah pax yang ada, untuk mendapatkan harga satuan. Cara ini
cocok dilakukan untuk peyusunan tailor made tour.
Prosedur dalam menentukan perhitungan penyusunan biaya
paket wisata yang dapat mencapai pendekatan untuk menentukan
harga ialah:
a. Menginventarisasi seluruh biaya komponen penyusunan paket
wisata yang dapat di hitung
b. Menyusun harga berdasarkan perhitungan, tidak menurut
perasaan atau perhitungan kira - kira.
c. Mengambil kebijaksanaan mempergunakan saving cost/standby
cost untuk mencegah dampak bila terjadi perubahan biaya.
d. Menjumlahkan seluruh biaya untuk sejumlah pax, baru
melakukan pembagian dengan jumlah pax yang dihitung?
e. Sejak awal perhitungan telah mencari biaya yang menyatakan
biaya perpax
f. Pada jumlah biaya perorangan yang diperoleh, ditambahkan
perhitungan:
1) Besarnya surcharge, mark up dan margin atas keuntungan yang
diharapkan ditentukan sesuai kebijaksanaan masing masing
perusahaan

119
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

2) Harga jual bila memakai saluran distribusi (harga sudah


termsuk komisi yang diberikan.
3) Bila diperlukan dalam harga jual sudah termasuk perhitungan
kondisi dari harga misalnya komplime ntari
g. Menghitung harga paket wisata yang dinyatakan dalam satuan
mata uang tertentu, pada umumnya di Indonesia dinyatakan
dengan Dollar Amerika
Seperti prnyusunan paket wisata, dalam penyusunan
biayapun dikenal:
1) Penyusunan biaya ready made tour
2) Penyusunan biaya tailor made tour

Contoh penyusunan perhitungan harga paket wisata yang sederhana


Memisahkan biaya tetap dengan biaya variable

Nama tour : …………………………..


Komponen biaya Tetap Variabel

Jumlah : …………………………..
Jumlah biaya tour perpa x :
…% surcharge % markup :

termasuk ……. % komisi :


dinyatakan dalam USD :
Dibulatkan :

Harga yang diperoleh berdasarkan form perhitungan diatas tidak


semerta p merta atau tidak secara otomatis merupakan harga yang
dijual kepada konsumen. Besarnya ha rga yang dijual kepada
kekonsumen sangat tergantung kepada tour manager atau marketing
manager.

120
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

Perhitungan Biaya Tour


a. Total Cost per Pax
Total cost per pax adalah perhitungan jumlah keseluruhan biaya
yang dikeluarkan oleh peserta tur dengan menggunaka n rumus
berikut:

FC = Fix Cost
VC = Variable cost
N = Jumlah Pax

b. Mark up oleh agent (X%) bila whole sale memberikan net price
tanpa AC kepada agent. Dalam hal ini agent bebas menambahkan
berapa keuntungan yang akan diambil dan bisa dihitung deng an
rumus berikut:

MU = (Profit/ad on/Surcharge(%)) X TCP

c. Net Price = harga pokok dari whole sale = total cost + Mark Up.
Bila wholesale menjual tanpa agent commision maka net price
disebut selling price dari wholesale ke agent, dimana whole sale
tidak menjual langsung kepada pelanggan. Bila wholesale
menjual langsung kepada pelanggan, maka dibutuhkan perjanjian
standar keuntungan agent dan harus ditaati oleh wholesale

NP = MU + TCP

d. Agent Commision adalah komisi yang diterima oleh agent


penjualan atau travel agent dari whole saler karena menjual
produknya dengan perjanjian perjanjian tertentu.

2. Harga
Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting
dalam pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat
bauran pemasaran / marketing mix (4P = product, price, place,
promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu
nilai tukar dari produk barang maupun jasa yang dinyatakan dalam
satuan moneter.

121
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu


perusahaan karena harga menen tukan seberapa besar keuntungan
yang akan diperoleh perusahaan dari penjualan produknya baik
berupa barang maupun jasa.
Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan
akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi
keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan.
Cara / Teknik / Metode Penetapan Harga Produk
a. Pendekatan Permintaan dan Penawaran ( supply demand approach)
Dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan
harga keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari
harga yang mampu dibayar konsumen dan harga yang diterima
produsen sehingga terbentuk jumlah yang diminta sama dengan
jumlah yang ditawarkan.
b. Pendekatan Biaya (cost oriented approach)
Menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang
dikeluarkan produsen dengan tingkat keuntungan yang
diinginkan baik dengan markup pricing dan break even analysis.
c. Pendekatan Pasar (market approach)
Merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara
menghitung variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan
harga seperti situasi dan kondisi politik, persaingan, sosial
budaya, dan lain-lain.
Sedangkan dalam dunia Pariwisata khususnya perjalanan
wisata ada yang kita kenal:
1) Matrix Pricing (harga berdasar deret ukur)
2) Graphical pricing (function)
3) Cost plus pricing
“C” merupakan faktor external atau faktor luar, sedangkan
‘M” merupakan faktor Internal. Factor yang bisa digunakan sebagai
alat menurunkan harga adalah factor “M” . akan tetapi, harus
dilakukan dalam jumlah besar atau barang yang diproduksi banyak,
jika kita melakukannya sedangkan barang yang diproduksi sedikit
maka akan terjadi kerugian.
Kita harus menguasi sumber daya karena jika menguasai
sumber daya mala dialah yang dapat mengontrol dunia termasuk
Harga. Pembuatan harga ini bertujuan untuk
1) Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
Dengan menetapkan harga yang kompetitif maka perusahaan
akan mendulang untung yang optimal.

122
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

2) Mempertahankan perusahaan
Dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan
digunakan untuk biaya operasional perusahaan. Contoh : untuk
gaji/upah karyawan, untuk bayar tagihan listrik, tagihan air
bawah tanah, pembelian bahan baku, biaya transportasi, dan lain
sebagainya.
3) Menggapai ROI (Return on Investment)
Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang
ditanam pada perusa haan sehingga penetapan harga yang tepat
akan mempercepat tercapainya modal kembali / ROI.
4) Menguasai Pangsa Pasar
Dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing,
dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk kompetitor
yang ada di pasaran.
5) Mempertahankan status quo
Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya
pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan
pangsa pasar yang ada.

3. Contoh “Analisis Usaha Tour Travel”


Modal Awal
 Komputer, Printer dan Jaringan 3.500.000
Internet
 Renovasi ruang, meja, kursi 5.000.000
 Alat Tulis Kantor 500.000
 Pembuatan Website 1.500.000
Jumlah 10.500.000

Biaya Operasional
 Listrik dan Internet 500.000
 Alat Tulis Kantor 500.000
 Karyawan 1.000.000
 Guide 10 Hari City Tour 2.500.000
@100.000:1.000.000
 Sewa Mobil 10 hari City Tour 2.500.000
@250.000:2.500.000
 Promosi 500.000
Jumlah 10.000.000

123
BAB 7 Pariwisata dan Kewirausahaan

Pendapatan
 Penjualan tiket pesawat, 2 tiket per 1.800.000
hari, harga per tiket 750.000, profit
4%, 2 tiket x 30 hari x 750.000 x 4%
 Penjualan tiket kereta, 2 tiket per hari, 600.000
profit flat 10.000 per tiket 2 tiket x 30
hari x 10.000
 Perjualan voucher hotel, 4 voucher 400.000
per minggu, asumsi profit 25.000 per
voucher (4 Voucher x 4 minggu x
25.000)
 City Tour 10 hari @500.000 5.000.000
(10 hari x 500.000)
 Tour luar kota 10 hari, 2 trip @ 30 pax, 6.000.000
asumsi profit 100.000 per pax 2 trip x
30 pas x 100.000
Jumlah Pendapatan 13.800.000

Keuntungan = 13.800.000 – 10.000.000


= 3.800.000

BEP = 10.500.000
3.800.000
= 2,76 Bulan
= 83 Hari

---oo0oo---

124
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

PERA N P EM ERI N TA H , P ELA K U U SA H A ,


PEN G U N J U N G PA RI W I SA T A DAN
K EW I RA U S A H A A N

A. Peran Pemerintah dalam Memajukan Pariwisata dan


Kewirausahaan
Pada Negara berkembang, salah satunya yang menjadi
prioritas utama dalam melaksanakan kegiatan negaranya adalah
pembangunan nasional, begitu halnya dengan bangsa Indonesia.
Salah satu hal yang diperhatikan dalam pembangunan nasional di
Indonesia adalah di bidang ekonomi. Ekonomi yang terus bergejolak
membuat masyarakat semakin merasakan beban kehidupan yang
semakin berat. Semua sektor kehidupan mengarah pada
industrialisasi yang akhirnya berujung pada peningkatan
keuntungan sebagai patokan utamanya, hal ini menyebabkan
berkurangnya empati masyarakat dengan lingkungan sekitar.
Keadaan seperti ini memaksa masyarakat me ngharuskan
beradaptasi agar dapat bertahan hidup dimana keadaan yang
dimaksud adalah industrialisasi yang terjadi di semua sektor
kehidupan masyarakat.
Saat ini, perkembangan jaman mempengaruhi tuntutan gaya
hidup seseorang yang meningkat, pola pikir masya rakat juga
semakin modern dan terkonsep dimana pada intinya masyarakat
sekarang dituntut untuk memiliki kebutuhan yang kian hari kian
tinggi serta kompleks. Akhir -akhir ini ekonomi dunia tidak stabil dan
cenderung fluktuatif, para pelaku ekonomi harus meng ikuti keadaan
tersebut agar dapat melanjutkan usahanya di dunia pasar.
Kondisi yang seperti ini menyebabkan persaingan menjadi
ketat. Banyaknya masyarakat dengan keahlian yang ada dalam diri
mereka semakin tinggi sehingga pekerjaan sulit diperoleh karena
ketersediaan sumber daya manusia melebihi jumlah lapangan
pekerjaan yang ada.
Berikut peran pemerintah Kabupaten Magetan yang diperoleh
dari hasil lapangan peneliti :
a. Peran pemerintah sebagai fasilitator
Fasilitator berasal dari kata fasilitas yang merupaka n penyediaan
sarana dan prasarana untuk dapat mencapai target yang dituju.

125
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

Fasiliator diartikan sebagai pihak yang menyediakan sarana dan


prasarana, seperti pelatihan dan pemberian bantuan berupa
barang maupun jasa.
Peran pemerintah dalam pengembangan pari wisata dan
kewirausahaan sebagai fasilitator dalam rangka penyediaan
sarana untuk mencapai target yang dituju dapat dilihat melalui
hasil di lapangan yang dilakukan oleh peneliti.
Pemerintah provinsi Banten telah melaksanakan perannya sebagai
fasiliator dalam mengembangkan pariwisata dan kewirausahaan
berupa :
1) Fasilitas Sarana dan Prasarana
Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
sebagai alat untuk mencapai maksud dan tujuan sedangkan
prasarana merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
sebagai alat dan bahan untuk mencapai maksud dan tujuan
dari proses produksi. Sarana dan prasarana adalah salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu
pekerjaan. Jika salah satu tidak terpenuhi, maka pekerjaan
tidak akan berjalan. Sebagia n besar permasalahan yang
dihadapi pelaku pariwisata dan kewirausahaan yaitu adanya
keterbatasan sarana dan prasarana seperti kurangnya
informasi yang berhubungan dengan kemajuan teknologi
mengakibatkan sarana dan prasarana yang dimiliki saat ini
kurang mendukung usahanya dan tidak cepat berkembang.
1) Fasilitas Pelatihan Keterampilan Desain
Dalam membuat produk agar dapat diterima pasar, peran
pemerintah melalui Dinas Koperasi dan Pariwisata Dan
Kewirausahaan serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan
telah membuat program-program pelatihan yang rutin
dilaksanakan.
2) Fasilitas dalam Pemasaran
Selanjutnya, dengan memberikan fasilitas berupa pelatihan,
juga memasarkan hasil kerajinan kulit berupa sepatu, tas,
dompet dan lain-lain melalui brosur, sosial media dan
pameran yang diadakan oleh pemerintah.
b. Peran pemerintah sebagai regulator
Regulator berasal dari kata regulasi yang artinya peraturan. Peran
pemerintah sebagai regulator berarti pemerintah mempunyai
peran untuk membuat peraturan atau kebijakan yang bertujua n
untuk memberikan landasan hukum serta mengatur mekanisme

126
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

pembangunan dan pengembangan pariwisata dan


kewirausahaan.
c. Peran pemerintah sebagai katalisator
Katalisator berasal dari kata katalis yang merupakan zat yang
dapat mempercepat dari suatu reaksi ki mia. Namun dalam
konteks peran, katalisator dapat diartikan sebagai peran yang
laksanakan oleh pemerintah untuk proses mempercepat suatu
pekerjaan. Dewasa ini, Sumber Daya Manusia dianggap sebagai
asset atau modal bagi organisasi untuk memikirkan,
menggerakkan dan merencanakan strategi agar tercapainya
keberhasilan dalam organisasi tersebut.
Dari pemaparan diatas, langkah -langkah pemerintah dalam
pengembangan pariwisata dan kewirausahaan yang salah satunya
melalui peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia ad alah
memberikan program pelatihan dengan merekrut calon pengusaha
muda.

B. Peran Pelaku Usaha Pariwisata, Agent Tour dan Travel


dalam Memajukan Pariwisata dan Kewirausahaan
1. Pelaku Usaha Pariwisata dan Kewirausahaan
Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat
sistem, memiliki ruang lingkup, komponen, dan proses tersendiri.
Sistem pariwisata merupakan sistem perdagangan yang bersifat
khusus, berobyek jasa, dan mendapat dukungan dari sistem lainnya,
seperti sistem sosial, budaya, lingkungan hidup, s istem religi, dan
sistem-sistem lainnya. Bisnis pariwisata adalah aspek kegiatan
kepariwisataan yang berorientasi pada penyediaan jasa pariwisata.
Jadi kegiatan bisnis pariwisata adalah segala kegiatan usaha
yang berorientasi pada keuntungan. Meliputi selu ruh kegiatan
penyediaan jasa (services) yang dibutuhkan wisatawan. yang
meliputi:
a. Jasa perjalanan (travel) dan transportasi (transportation),
b. Penginapan (accommodation), jasa boga (restaurant),
c. Rekreasi (recreation), dan
d. Jasa jasa lain yang terkait, sep erti jasa informasi, telekomunikasi,
penukaran uang (money changer), dan jasa hiburan (entertainment).
Sifat khas perdagangan jasa pariwisata terletak pada sifat dan
bentuk objeknya, yaitu jasa. Bentuk ini memiliki karakter yang sangat
berbeda dengan baran g. Sebagai contoh misalnya standard,

127
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

lingkungan bisnis, peraturan perundangan, mekanisme dan


prosedur, kebutuhan pasar, kemasan produk, kualitas produk,
penyajian produk, dan sebagainya.
Karakteristik lainnya, terletak pada posisi jasa pariwisata
sebagai objek hukum. Bisnis pariwisata memiliki sistem pengaturan
tersendiri, institusi institusi, tradisi, azas -azas, ketentuan, standar -
standar, mekanisme dan prosedur yang berbeda dengan
perdagangan barang.

2. Agent Tour dan Travel


Travel Bureau atau Travel Agency adalah perusahaan yang
mampu mempunyai tujuan untuk menyiapkan suatu perjalanan bagi
seseorang yang merencanakan untuk mengadakannya, memberikan
informasi, mendapatkan visa dan dokumen perjalanan lainnya,
mengatur perjalanan, menjual tiket, memperoleh res ervasi kamar
hotel, memimpin perjalanan yang kesemuanya itu dapat menjadi
suatu paket perjalanan yang dalam istilah teknisnya disebut wisata
dalam bingkisan atau paket wisata, dan dalam bahasa asingnya
package tour.
Sebuah Biro Perjalanan Wisata tentunya m emiliki produk
utama yang dapat dijual, salah satunya adalah Paket Wisata ( Tour
Package) yang disusun dan diselenggarakan sendiri dengan resiko
sendiri pula.Suatu paket wisata, adalah hasil kemasan dari beberapa
produk perusahaan kelompok industri pariwisa ta, kemudian
ditawarkan dalam satu harga ( All inclusive), dengan mengklaim
sebagai produk BPW itu sendiri. Jadi bauran produk ( Product Mix)
dijadikan sebagai bahan baku ( Raw Materials) untuk menyusun paket
wisata yang diinginkan.
Biro Perjalanan Wisata (BP W) mempunyai konsep pemasaran,
yang dapat dilihat sebagai alat manajemen yang diharapkan dapat
membantu agar perusahaan mampu tumbuh dan berkembang secara
profesional. Pemasaran sangat erat kaitannya dengan kegiatan dalam
memindahkan barang dan jasa ( goods and services), dari produsen
yang menghasilkannya ke tangan konsumen yang membutuhkannya,
secara efisien, menguntungkan dalam persaingan yang wajar.
Memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen adalah tujuan utama
dari usaha produsen untuk memindahkan barang dan jasa tersebut.
Jadi, tugas produsen sebenarnya adalah memenuhi kebutuhan dan
keinginan serta menarik target pasar ( target market) untuk melakukan
pembelian.

128
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan -


kegiatan bisnis yang ditujukan untuk m erencanakan, menentukan
harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensia.
Efisiensi Pemasaran yang dimaksud dengan efisiensi
pemasaran adalah seberapa besar pengorbanan yang harus
dikeluarkan dalam kegiatan pemasaran menunjang hasil yang bisa
didapatkan dari kegiatan pemasaran tersebut. Efisiensi pemasaran
dapat dicari dengan menghitung rasio “keluaran -masukan” dalam
kegiatan pemasaran yang dilakukan. Semakin tinggi nilai rasio
keluaran-masukan, maka pemasaran yang dilakukan semakin efisien.
Konsep pemasaran meluputi: kebutuhan, keinginan,
permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan; pertukaran,
transaksi dan hubungan pasar, pemasaran dan pasar. Kita dapat
membedakan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan.
Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya ketiadaan kepuasan
dasar tertentu. Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas
yang spesifik terhadap kebutuhan -kebutuhan yang lebih mendalam.
Sedangkan Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik
yang didukung dengan kemampuan dan kesediaan untuk
membelinya.
Kepuasan target pasar akan kebutuhan dan keinginan
hendaknya dapat dipenuhi dengan memberikan produk dan jasa
yang betul-betul berguna atau bermanf aat bagi konsumen dan itu
pun hendaknya diperoleh dengan harga yang wajar ( the right price)
dan diterimanya di tempat yang diinginkan ( the right place). Untuk
memahami dan mengerti pemasaran secara utuh, kiranya
diperlukanuntuk menjelaskan tiga konsep yang berkaitan erat satu
dengan yang lainnya, yaitu :
1. Marketing as an exchange (pemasaran sebagai pertukaran)
Dalam hal ini, pemasaran pada dasarnya dianggap sebagai
media pertukaran barang dan jasa yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan manusi a pada umumnya
dan konsumen pada khususnya.Pertukaran ini biasanya disebut
sebagai perdagangan (trade).
Barang-barang termasuk benda -benda berwujud (tangible
products) adalah produk yang dapat dipindahkan, diraba atau
disentuh, dan juga dapat dicoba, misa lnya: sepatu, pakaian atau
kendaraan.

129
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

Jasa-jasa (services) termasuk barang-barang yang tidak


berwujud (in-tangible products) adalah produk yang tidak dapat
dipindahkan, tidak dapat disentuh atau diraba dan bahkan tidak
dapat dicoba sebelum transaksi dilaku kan, contoh; pagelaran
musik, pertunjukan tari, kamar hotel, makanan dan minuman di
restoran atau seats di pesawat udara.
Kebutuhan manusia dapat diberi batasan sebagai suatu yang
dibutuhkan manusia untuk hidup sebagai manusia layaknya,
seperti makan dan minum. Kebutuhan dapat pula diberi batasan
sebagai suatu kebutuhan seseorang untuk memuaskan
keinginannya, namun kebutuhan semacam ini sangat bervariasi
antara satu orang dengan orang lain. Keinginan manusia dapat
pula diartikan sebagai hasrat ( desire) untuk memiliki atau
memperoleh barang dan jasa atau pelayanan tertentu untuk
memuaskan kebutuhan tertentu.
2. Marketing as a sistem(pemasaran sebagai suatu sistem)
Pengertian pemasaran sebagai suatu sistem dapat diartikan
sebagai: “Suatu keseluruhan aktivitas b isnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menetapkan harga, menetapkan cara -cara
promosi, mendistribusikan barang -barang dan jasa kepada
pelanggan potensial.” Suatu sistem adalah satu rangkaian yang
menghubungkan bagian -bagian untuk membentuk suatu
organisasi secara keseluruhan.
Suatu pendekatan secara sistematik mendorong kita untuk
mengelola situasi yang rumit dengan memilah -milah menjadi
bagian-bagian yang dapat dikuasai secara mudah. Bila kita
mengambil suatu pendekatan sistematik terhadap pemasaran
maka kita akan melihat bahwa keseluruhan sistem dapat
dihubungkan dengan semua aktivitas perusahaan dan itu dapat
dilakukan “Marketing Sistem” dan akan lebih mudah untuk
melakukan identifikasi dalam penyelesaian masalah -masalah
yang dihadapi.
Pemasaran tidak hanya sekedar menciptakan produk,
menetapkan harga, menetapkan pendistribusiannya atau
mempromosikannya. Lebih jelas lagi, pemasaran adalah jumlah
keseluruhan dari cara-cara memuaskan pelanggan sesuai dengan
kebutuhan (needs) dan keinginan (wants) pelanggan sendiri.
Kegiatan ini membentuk apa yang kita kenal sebagai bauran
pemasaran (marketing mix).

130
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

3. Marketing as a management philosophy (pemasaran sebagai filosofi


managemen)
Marketing Philosophy sering dikenal juga dengan nama
marketing Orientation yaitu perusahaan selalu berorientasi pada
pasar. Perusahaan yang selalu berorientasi dengan pasar, hampir
selalu berusaha meningkatkan produksinya, meningkatkan
penjualan atau profit dengan jalan memuaskan pelanggan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan, menggunakan suatu
perencanaan dan pendekatan sistematik dalam perusahaan
tersebut, untuk itu ia mengimplementasikan strategi -strategi dan
sistem dengan maksud untuk mencapai tujuan ( goals) dan
mengevaluasi kinerja dibandingkan dengan target yang akan
dicapai. Tanpa menetapkan target tidak ada kriteria bagi suatu
perusahaan untuk dapat mengukur kinerja atau suksesnya
perusahaan.

C. Pariwisata Sebagai Upaya Mengasah Jiwa Wirausaha


Secara sederhana, wirausahawan atau entrepreneur adalah
orang yang berjiwa beran i mengambil resiko untuk membuka usaha
dalam berbagai kesempatan, dengan kata lain, seeorang yang
mandiri. Pengertian kewirausahaan ialah semangat, sikap, perilaku
kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan
yang mengarah pada upaya mencari , menciptakan, menerapkan cara
kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi
dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Menurut Hisrich, Peters
dan Shepherd kewirausahaan adalah prose s penciptaan sesuatu yang
baru serta pengambilan resiko dan imbal hasil.
Drucker dalam Henry, Hill dan Leitch menyebutkan bahwa
“entrepreneurship is a behavioural pattern rather than a personality trait
and something that people can be taught so that they can, indeed, learn how
to behave entrepreneurially”. Dengan kata lain, kewirausahaan adalah
sebuah pola perilaku lebih dari sekedar sifat kepribadian dan
merupakan seesuatu yang dapat diajarkan agar manusia bisa belajar
bagaimana bertingkah laku secara wir ausahawan.
Dari pendapatan diatas, mitos atau kepercayaan bahwa “orang
Indonesia itu tidak dapat menjadi wirausaha dan tidak dapat
menjadi manajer” dapat diruntuhkan, karena semua kegiatan dapat
dipelajari, dilatihkan, dan dapat dikuasai. Seorang wirausah awan
selalu menemukan gagasan baru dan selalu memanfaatkan seluruh

131
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

sumber daya yang dimilikinya secara optimal untuk mencapai


manfaat tertinggi. Dia juga memiliki pandangan yang tidak lazim,
mengenali potensi dan bereaksi terhadap perubahan ekonomi.
Wirausahawan adalah seniman yang berketerampilan tertentu dalam
menciptakan usaha yang baru dengan didasari pada pemahaman
sendiri akan kebutuhan masyarakat.
Jadi, wirausahawan adalah seseorang yang memiliki ciri
kreatif dan inovatif di mana ia menciptakan sebu ah usaha atau bisnis
yang dihadapkan dengan resiko dan ketidakpastian untuk
memperoleh keuntungan dan mengembangkan bisnis dengan cara
mengenali kesempatan dan memanfaatkan sumber daya yang
diperlukan.

1. Usaha-usaha di Industri Pariwisata


Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan
pariwisata. Dalam industri pariwisata terdapat berbagai usaha
pariwisata yang memberikan peluang berwirausaha dengan
menyediakan barang atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. Orang atau sekelompok
orang yang melakukan kegiatan usaha pariwisata disebut pengusaha
pariwisata. Usaha pariwisata merupakan kegiatan bisn is yang
berhubungan langsung dengan kegiatan wisata sehingga tanpa
keberadaannya, pariwisata tidak dapat berjalan dengan baik. Adanya
usaha pariwisata tentunya juga didukung oleh usaha -usaha lain
karena industri pariwisata adalah industri yang multi -sektor.
Wirausaha di industri pariwisata meliputi banyak jenis, antara lain:
a. Daya tarik wisata adalah usaha yang kegiatannya mengelola daya
tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata
buatan atau binaan manusia. Contoh adalah: usaha museum kartun
yang menawarkan koleksi gambar kartun baik buatan sendiri
maupun dari kawan-kawan kartunist lainnya.
b. Kawasan pariwisata adalah usaha yang kegiatannya membangun
dan/atau mengelola kawasan dengan luas tertentu untuk
memenuhi kebutuhan pariwisata. Mi salnya, area pantai dan
pesisirnya dikelola menjadi resor pantai yang dilengkapi dengan
marina untuk tambat kapal, penyewaan alat selam, akomodasi,
rumah makan dan fasilitas penyelamatan laut.

132
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

c. Jasa transportasi wisata adalah usaha khusus yang menyediakan


angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata dan bukan
angkutan transportasi reguler/umum. Jasa transportasi wisata
meliputi angkutan darat seperti: usaha sewa mobil dan usaha
sewa sepeda, angkutan laut misalnya: usaha sewa perahu dan
usaha sewa kano, angkutan udara contoh: usaha sewa pesawat
dan usaha balon udara.
d. Jasa perjalanan wisata adalah usaha biro perjalanan wisata dan
usaha agen perjalanan wisata. Usaha biro perjalanan wisata
meliputi usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan dan/atau
jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk
penyelenggaraan perjalanan ibadah. Usaha agen perjalanan
wisata meliputi usaha jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan
tiket dan pemesanan akomodasi, serta pengurusan dokumen
perjalanan.
e. Jasa makanan dan minuman adalah usaha jasa penyediaan
makanan dan minum yang dilengkapi dengan peralatan dan
perlengkapan untuk proses pembuatan dapat berupa restoran,
kafe, jasa boga, dan bar atau kedai minum.
f. Penyediaan akomodasi adalah usaha yang menyediakan
pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan
pariwisata lainnya. Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa
hotel, vila, pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan,
karavan, dan akomodasi lainnya yang digunakan untuk tujuan
pariwisata.
g. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi merupakan usaha
yang ruang lingkup kegiatannya berupa usaha seni pertunjukan,
arena permainan, karaoke, bioskop, dan kegiatan hiburan dan
rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata.
h. Usaha jasa impresariat merupakan ke giatan pengurusan
penyelenggaraan hiburan, baik yang berupa mendatangkan,
mengirim maupun mengembalikannya, serta menentukan
tempat, waktu, dan jenis hiburan.
i. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan
pameran adalah usaha yang memberi kan jasa bagi suatu
pertemuan sekelompok orang, menyelenggarakan perjalanan bagi
karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya, dan
menyelenggarakan pameran dalam rangka menyebarluaskan
informasi dan promosi suatu barang dan jasa yang berskala
nasional, regional dan internasional.

133
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

j. Jasa informasi pariwisata adalah usaha yang menyediakan data,


berita, fitur, foto, video, dan hasil penelitian mengenai
kepariwisataan yang disebarkan dalam bentuk bahan cetak
dan/atau elektronik.
k. Jasa konsultansi pariwisata adalah usaha yang menyediakan
saran dan rekomendasi mengenai studi kelayakan, perencanaan,
pengelolaan usaha, penelitian, dan pemasaran di bidang
kepariwisataan.
l. Jasa pramuwisata adalah usaha yang menyediakan dan/atau
mengoordinasikan tenaga pema ndu wisata untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan dan/atau kebutuhan biro perjalanan
wisata.
m. Wisata tirta merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata
dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana
serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut,
pantai, sungai, danau, dan waduk.
n. Spa adalah usaha jasa perawatan yang memberikan dengan
metode kombinasi terapi air, terapi aroma, pijat, rempah -rempah,
layanan makanan/minuman sehat dan olah aktifitas fisik dengan
tujuan menyeimbangka n jiwa dan raga, yang tetap
memperhatikan tradisi dan budaya bangsa Indonesia.
Usaha-usaha di atas juga ditunjang oleh usaha -usaha
pendukung dalam industri pariwisata meliputi diantaranya: usaha
cinderamata, pendidikan pariwisata dan polisi pariwisata, se rta
usaha-usaha lain seperti penukaran uang, bank, klinik kesehatan dan
usaha telekomunikasi.

2. Kompetensi Wirausahawan Pariwisata


Dinamika di industri pariwisata membuat para pengusaha
harus selalu berpikir kritis dan kreatif, memperbaharui penetapan
tujuan usaha, mampu pembuatan keputusan secara cepat dan tepat,
menjalin hubungan antar manusia dan berkomunikasi efektif,
berpengetahuan manajemen serta dapat memberikan pemecahan
masalah.
Ragam peluang usaha di industri pariwisata menuntut calon
wirausahawan memiliki kompetensi berupa keterampilan halus (soft
skill) dan keterampilan keras (hard skill). Keterampilan halus adalah
kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual dan
memecahkan masalah serta kemampuan yang berkaitan dengan
perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati. Keterampilan halus

134
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

mengembangkan kecerdasan emosional seseorang (intra dan


interpersonal). Sementara kterampilan keras adalah kemampuan
dalam hal motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh untuk
melakukan aksi atau aktivitas sehingga hasil kemampuannya dapat
secara nyata dan segera terlihat. Keterampilan keras menonjolkan
kecerdasan intelektual seseorang. Berdasarkan penelitian, kesuksesan
para wirausahawan ditentukan 20 persen oleh keterampilan teknis
dan sisanya 80 persen o leh keterampilan lunak.
Kompetensi untuk wirausahawan pariwisata berasosiasi
dengan kinerja perusahaan atau organisasi dan bersumber dari
kompetensi individu. Kompetensi individu (lihat tabel 8.1) sebagai
seorang wirausahawan mampu menghasilkan kinerja yan g baik
dalam arti kesuksesan personal dan usaha.

Tabel 8.1 Kompetensi Individu Wirausahawan Pariwisata

Kompetensi Penjelasan Ukuran Kompetensi


Inisiatif Wirausahawan  Menjalankan
bertindak lebih usaha tanpa
dari harapan pantang mundur.
wisatawan
Melihat & bertindak Peka dan bertindak  Identifikasi
dalam peluang pada setiap kebutuhan yang
kesempatan belum terpenuhi.
 Menemukan
barang/jasa yang
bermanfaat bagi
masyarakat.
 Menangkap celah
usaha
Kegigihan Menjalankan  Penolakan pada
tindakan ulang kegagalan usaha.
untuk mengatasi  Melakukan
hambatan dalam pengorbanan
mencapai tujuan pribadi
usaha

Peduli pada kerja Melakukan kerja  Terus melakukan


bermutu tinggi untuk memenuhi perbaikan

135
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

atau melebih
standar
operasional
Komitmen Menempatkan  Menjalankan
prioritas tinggi organisasi walau
dalam ada sandungan.
penyelesaian kerja  Bertahan pada
area keahlian
Orientasi efisiensi Cara untuk  Maksimalisasi
menyelesaikan hasil atas sumber
pekerjaan lebih daya terbatas.
cepat dengan  Mengelola asset.
penggunaan  Koordinasi gugus
sumber daya tugas
minimal dan biaya
rendah
Percaya Diri Memiliki prinsip  Dorongan
kuat pada pribadi internal yang
dan kemampuan kuat
diri
Tegas Langsung  Memimpin orang
mengatasi masalah lain untuk
dan isu-isu terkini mencapai tujuan
Berkeyakinan Sukses  Mendelegasikan
meyakinkan orang secara efektif
lain
Pemanfaatan Menggunakan  Melibatkan orang
pengaruh strategi beragam strategidengan sumber
untuk daya penting.
mempengaruhi  Usaha kelompok
orang lain dengan saling
melengkapi.
Kompetensi seorang wirausahawan pariwisata terdiri dari tiga
tingkatan yaitu: motif dan sifat, peran sosial dan konsep diri, serta
perilaku, pengetahuan dan keterampilan. Tiga tingkatan tersebut
dipengaruh oleh lingkungan dan masyarakat.

136
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

3. Pendidikan Kewirausahaan
Banyak orang yang mempertanyakan apakah kewirausahaan
dapat dipelajari atau akankah seseorang secara otodidak menjadi
wirausahawan. Kewirausahaan merupakan suatu proses
berkreativitas dan berinovasi yang mengandung resiko tinggi untuk
menghasilkan nilai tambah bagi produk atau jasa yang bermanfaat
bagi masyarakat dan mendatangkan kemakmuran bagi diri
wirausahawan. Kewirausahaan itu dapat dipelajari walaupun ada
juga orang-orang tertentu yang mempunyai bakat dalam hal
kewirausahaan. Keberhasilan seorang wirausahawan didorong oleh
berbagai faktor yaitu: aksesibilitas pasar dan keuangan, kondisi
ekonomi, latar belakang pendidikan, jaringan pendukung,
penerimaan masyarakat, fokus dan pengalaman usaha. Pendidikan
memegang peran yang pe nting dalam diri seorang pengusaha
terutama saat ia harus menjalankan fungsi manajerial dalam
perusahaan.
Pendidikan kewirausahaan menjadi poin vokal sejak era 1990
dan penerapan pendidikan kewirausahaan merubah paradigma
pendidikan pada umumnya karena pen didikan kewirausahaan
berpedoman pada asumsi:
a. Kewirausahaan berkaitan dengan budaya atau pola berpikir,
bukan sebuah keilmuan sehingga proses pembelajaraannya
menekankan pada nilai, keyaknan dan sikap.
b. Kewirausahaan merupakan persoalan perilaku yang bisa
dibangun dan dikembangkan.
c. Terakhir, kewirausahaan hanya terjadi pada situasi khusus
(pendirian usaha baru, korporasi, kemitraan, akuisisi bisnis) dan
dipengaruhi oleh perubahan, ketidakpastian, kompleksitas dan
kompetensi.
Sementara itu, pendidikan pada umumnya merupakan sebuah
badan ilmu pengetahuan bersifat sains dan sosial dilengkapi dengan
seperangkat latihan. Pendidikan, menurut para ilmuwan adalah
harmonisasi dan dinamika pengembangan potensi emosi, moral,
intelektual, fisik dan spiritual manusia
Pendidikan umum memiliki karakteristik berbeda dengan
pendidikan kewirausahaan. Perbedaan karakteristik kewirausahaan
menunjukkan bahwa proses pembelajaran dalam pendidikan
kewirausahaan ditujukan untuk menstimulasi selera belajar dan
peningkatan diri denga n membekali diri pada kebutuhan, keinginan
dan pengalamanan. Pengajar dan peserta ajar sama -sama saling

137
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

bertukar pikiran dan saling memandu serta saling bertindak. Prinsip


dalam pendidikan kewirausahaan memuat nilai bersama antar
pelaku dalam proses pembel ajaran yakni pengajar dan peserta didik.

Tabel 8.2. Pendidikan Umum dan Pendidikan Kewirausahaan


Pendidikan
Pendidikan Umum
Kewirausahaan
Sasaran  Transmisi  Pedagogi
pengetahuan, manajemen diri.
keterampilan dan  Pendidikan non-
sikap melalui formal.
ranah kognitif,  Fokus pada
afektif dan peserta ajar
motorik. (student learning
 Pendidikan centered).
formal.
 Fokus pada
pengajar (teacher
learning centered).
Konsep  Menjadi panutan  Anggota dari tim
pembelajaran dan model multi-disiplin
perilaku bagi ilmu.
peserta didik.  Berbagi
 Mengevaluasi pengetahuan
belajar dengan anggota
berdasarkan lain.
kriteria standar.  Menjadi mentor
bagi peserta ajar.
Peran peserta ajar  Menyesuaikan  Pembelajar yang
diri dengan bertanggung
pengetahuan. jawab atas
 Menunjukkan dirinya sendiri.
perilaku yang  Mampu
diharapkan. menentukan
 Memberikan parameter
jawaban mandiri.
 Berpartisipasi
dalam proses dan
mengevaluasi
diri

138
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

Strategi yang  Pembelajaran  Pembelajaran


ditawarkan kolektif dan individual
pembelajaran (kelompok di
individual kelas dan di luar
(kelompok di kelas).
kelas dan di luar  Pembelajaran
kelas). berkelanjutan
 Pentahapan
belajar, dari
pemula hingga
kelulusan.
Metode digunakan  Pengajaran.  Rekan belajar
 Kuliah. (peer teaching).
 Tugas tertulis.  Solusi kolektif
 Studi kasus. terhadap kasus
 Bermain peran. dan masalah.
 Laboratorium.  Kerja lapangan.
 Demonstrasi.  Forum diskusi
 Tutorial bebas.
 Seminar.  Catatan harian
(log book).
 Evaluasi mandiri.

D. Pembelajaran Kewirausahaan Pariwisata dan


Kewirausahaan
Pendidikan kewirausahaan sudah cukup berkembang
terutama di Indonesia bahwa beberapa lembaga telah
mengembangkan program khusus dalam bidang kewirausahaan agar
menghasilkan suatu embrio wirausahawan muda sehingga tidak lagi
semata-mata sebagai pencari lapang an kerja tetapi menjadi pencipta
lapangan kerja. Pendidikan kewirausahaan mengutamakan peranan
yang terdidik sebagai pembelajar mandiri dan penggerak sebagai
fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan dan mempersiapkan para
calon wirausahawan agar mempunyai motivasi kuat, keberanian,
kemampuan serta karakter pendukung lain untuk selalu berusaha
dan menghadapi tantangan.
Pengembangan pendidikan kewirausahaan guna mendorong
wirausahawan untuk berwirausaha terutama menghasilkan barang
atau produk nyata sudah d ilakukan di beberapa lembaga namun

139
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

masih jarang pendidikan kewirausahaan diadakan untuk


mengarahkan wirausahawan untuk berwirausaha dalam bidang jasa -
jasa wisata. Tentunya ini bukan merupakan hal yang mudah
mengingat jasa wisata merupakan produk tidak nyat a sehingga
konsumen yang menjadi penggunanya perlu diyakinkan dan
memberi kepercayaan kepada wirausahawan yang berwirausaha.
Pendekatan dalam pendidikan kewirausahaan pariwisata
merefleksikan aspek sosial, kontektual dan budaya belajar. Dalam
pengembangannya, pendidikan kewirausahaan pariwisata perlu
memadukan unsur kejuruan (vokasional) yang menonjolkan
kompetensi dan utilitas praktir dengan unsur formal yang
memperdalam pengetahuan dan intelektualitas sehingga terbentuk
nilai bersama berupa kepeloporan ( panutan) sebagai wujud
kreativitas, prinsip beretika dan kemampuan mengambil keputusan.

Gambar 8.1. Nilai-Nilai Bersama dalam Pendidikan Kewirausahaan

Pariwisata sendiri merupakan bidang yang multi -sektoral di


mana dalam proses pembelajaranny a menuntut peserta ajar untuk
mandiri melalui interaksi dengan banyak pihak atau pemangku
kepentingan. Wirausahawan diarahkan untuk melakukan kontak
sosial dan menerima informasi, fakta dan data dari berbagai pihak
atau pemangku kepentingan yang kemudian d ipilah dan diserap
untuk dimanfaatkan. Belajar dari pengalaman menjadi kunci
terutama dalam kewirausahaan pariwisata. Kegagalan dan
kesuksesan menjadi aktivitas belajar. Pelajaran yang berharga
muncul dari setiap masalah yang dihadapi dalam proses
pembelajaran sekaligus menjadi pengalaman yang sangat berharga
untuk mematangkan diri (kemandirian). Pendidikan kewirausahaan

140
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

pariwisata menuntun peserta ajar untuk bertanggung jawab pada diri


sendiri, pada orang lain dan pada lingkungan sekitarnya sehingga ia
bisa memberikan kontribusi yang positif.
Pembelajaran kewirausahaan pariwisata berprinsip pada
kreativitas atau melakukan sesuatu yang berbeda dengan tujuan
untuk memberikan kesejahteraan dan nilai tambah bagi individu dan
masyarakat di lingkungannya dalam be ntuk produk jasa atau
pelayanan sehingga kredibilitas dan keandalan menjadi kuncinya..
Pembelajaran kewirausahaan pariwisata mengenalkan peserta ajar
bahwa wirausaha adalah:
a. Wirausaha adalah sebuah pilihan hidup.
b. Setiap manusia menghasilkan energi berupa pelayanan dan
keramahtamahan.
c. Berbisnis merupakan wadah untuk mengalirkan arus energi
seseorang.
Ada proses yang bertahap dan berkelanjutan, bukan proses
semasa dan instan dalam pembelajaran kewirausahaan pariwisata.
Proses diawali dengan perubahan pola pikir (mind-set)
wirausahawan sebagai peserta ajar. Perubahan pola pikir tersebut
untuk mengembangkan pemahaman individu bahwa kita
merupakan energi untuk diri kita sendiri.
Sebagai energi, kita secara alamiah menjadi kreatif dan
kewirausahaan merupakan c ara hidup, tidak semata selalu
menghasilkan keuntungan, tetapi mengarahkan dan mengalokasi
sumber daya terbatas dengan beragam kombinasi untuk
meningkatkan fungsi utilitas manusia guna kebutuhan konsumsi.
Dalam pendidikan kewirausahaan pariwisata, ada tunt utan
yang lebih mendalam dari peran seorang mentor terutama seiring
dengan dinamika kegiatan wisata dan tekanan atau stres dalam
berusaha. Fungsi kewirausahaan sebagaimana yang telah disebutkan
dalam kajian pustaka dapat dijalankan melalui mentoring.
Wirausahawan diyakinkan dalam proses pembelajaran dalam
suasana bisnis yang bersaing. Hubungan mentor dan menti pun
melalui tahapan inisiasi, kultivasi, separasi dan re -definisi.

E. Pesan dan Kesan dalam Memajukan Pariwisata dan


Kewirausahaan
Semangat kewirausaha an pariwisata dibangun dari prinsip -
prinsi diantaranya: berkemauan kuat untuk berkarya terutama dalam

141
BAB 8 Peran Pemerintah, Pelaku Usaha, Pengunjung Pariwisata dan Kwirausahaan

usaha pariwisata, berani bertaruh dan mengambil resiko, inovatif,


tekun, teliti dan produktif serta berusaha dengan semangat
kebersamaan dan etika usaha y ang sehat. Dengan semangat tersebut,
ada beberapa saran yang bisa diajukan untuk merealisasikan
pemikiran-pemikiran, diantaranya:
1. Sosialisasi pendekatan pembelajaran kewirausahaan yang
berbeda dengan pendekatan pembelajaran secara umum di mana
pengajar tidak lagi sebagai pusat belajar namun peserta ajar
sebagai pusat belajar.
2. Penyediaan infrastruktur (prasarana) pendidikan, misalnya
dengan inkubator bisnis dan unit kreativitas wirausahawan
mandiri.
3. Adanya komunikasi dan inisiatif bagi wirausahawan sukses
terutama bidang pariwisat a untuk berbagi tips dan pengalaman.
4. Penyediaan informasi seluas -luasnya bagi wirausahawan untuk
membaca dan menyimak peluang usaha, terutama dengan
jejaring usaha melalui internet.
5. Kemampuan mentor untuk menjadi mentor harus d iperhatikan
sehingga pelatihan sebagai mentor diberikan kepada mentor,
sekalipun mentor-mentor tersebut ahli pada bidangnya namun
tidak menjamin, mereka mampu menjadi mentor.
6. Wirausahawan yang terlibat adalah wirausahawan yang dewasa,
mandiri dan kreatif sehingga perlu menyeleksi wirausahawan
yang memang berminat untuk menjadi wirausahawan.
7. Program usaha pariwisata Wirausahawan melibatkan pinjaman
modal sehingga untuk melaksanakannya dibutuhkan sejumlah
dana tunai.
8. Pemerintah membantu menetapkan bidang -bidang usaha yang
mudah dimasuki oleh wirausahawan yang ingin berwirausaha
terutama bidang pariwisata.
9. Adanya penyuluhan tentang budaya berwirausaha wirausahawan
guna mengantisipasi lonjakan pencari kerja .

--oo0oo--

142
Daftar Pustaka

D A FT A R P U ST A K A

Administrator. (2013). http://bisnis.liputan6.com : Traveling Jadi Prioritas


Kedua Masyarakat Indonesia. Diakses pada tanggal 17
September 2018.
Administrator. (2014). http://www.stikkymedia.com : 2012 -2013 Social
Media and Tourism Industry Statistics. Diakses pada tanggal 17
September 2018.
Administrator.(2016). www.Tribunnews.com -Pariwisata Nusantara
Ngebut Move Up ke Digital . Diakses pada tanggal 17
September 2018.
Administrator.(2016). www.Tribunnews.com : Mau Ikut Melesat Maju,
Daerah Harus Go Digital . Diakses pada tanggal 17 September
2018.
Basiya, R dan Hasan Abdul Rozak. 2012. Kualitas Daya Tarik Wisata,
Kepuasan dan Niat Kunjungan Kembali Wisatawan Mancanegara
di Jawa Tengah. Jurnal Dinamika Kepariwisataan, Vol. XI,
No.2, Oktober 2012. Hal. 1-12
Cahyadi, Rusli. Dkk. UNESCO. 2009. Pariwisata Pusaka. Masa Depan
bagi Kita, Alam dan Warisan Budaya Bersama. UNESCO , Vokasi
UI, dan Depbudpar RI dan AECID.
Crick, Malcoln. 1989. Representations of International Tourism in the
Social Science: Sun, Sex, Sight, Saving and Secvility . Annual
Review of Anthropology
Graburm, N and Jafari J. 1991. Tourism Social Science . Annals of
Tourism Recearch 10(1)
Hamzah, Maulana. M., & Yudiana, Yudi. (2015, Februari 9). Analisis
Komparatif Potensi Indust ri Halal dalam Wisata Syariah dengan
Konvensional. Diakses pada tanggal 1 September 2018, dari
http://catatanek18. blogspot.co.id: http://catatanek18.blogspot .
co.id/2015/02/analisis-komparatif-potensiindustri.html

143
Daftar Pustaka

Hans, Buchli. (1997). Pengantar Ilmu Kepariwisataan . Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama.
Hitcock, Michael, VT King, a nd MJG Parnwell (eds). 1993. Tourism in
Southeast Asia. London and New York: Routledge.
Hasan, Ali. 2015. Tourism Marketing. Yogyakarta : CAPS (Center For
Academic Publishing Service) , Edisi 1.
Henry, C., Hill, F., & Leitch, C. 2003 Entrepreneurship Educat ion and
Training, Aldershot: Ashgate Publishing Limited.
Hisrich, R.D., Peters, M.P. & Shepherd, D.A. (2008) Kewirausahaan.
edisi 7. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
http://srisuciani.blogspot.com/2015/04/sejarah-pariwisata-di-indonesia. html
diakses tanggal 1 September 2018
https://www.kaskus.co.id/thread/5591e34c9e74047b768b456b/sejarah-
perkembangan-pariwisata-di-dunia/ diakses pada tanggal 1
September 2018
https://www.bantenprov.go.id/id/read/perekonomian-daerah.html diakses
pada tanggal 1 September 2018
https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/07/kebudayaan-provinsi-
banten.html
https://dispar.bantenprov.go.id/read/destinasi/138/Menelusuri-Jejak-
Penyebaran-Islam-di-Tanah-Banten.html diakses pada tanggal 4
Mei 2018
https://dispar.bantenprov.go.id/read/destinasi/155/Berwisata-ke-Cagar-
Alam-Pulau-Dua.html diakses pada tanggal 1 Agustus 2018
http://www.backpackerkoprol.com/2012/11/sate-bandeng-kuliner-khas-
banten.html diakses pada tanggal 1 Agustus 2018
https://food.detik.com/catatan-kuliner-pusaka-indonesia/d-1635787/rabeg-
makanan-favorit-sultan-banten diakses pada tanggal 1 Agustus
2018
http://ahmadmushoffy.blogspot.com/2011/11/rabeg-dan-nasi-samin-khas-
banten.html diakses pada tanggal 1 Agustus 2018
http://faizatulmuhlisoh.blogspot.com/2016/12/sejarah-makanan-khas-serang-
bontot.html diakses pada tanggal 1 Agustus 2018
https://dtechnoindo.blogspot.co.id/2017/07/kebudayaan-provinsi-
banten.html
http://kotaserang.com/2013/08/batik-banten-seni-budaya-lokal-yang-
mendunia.html diakses pada tanggal 1 Agustus 2018
I Gde Pitana., & Putu G, Gayatri. (2005). Sosiologi Pariwisata .
Yogyakarta : CV Andi Offset

144
Daftar Pustaka

Kodhyat. 2011. Cara Mudah Memahami dan Mengembangkan


Kepariwisataan Indonesia . Jakarta:Kementrian Kebudayaan
dan Pariwisata
McIntosh, Robert W. and Gupta, Shashikant, 1980. Tourism, Principles,
Practices, Philosophies. Grid Publishing Inc.: Ohio
Meyers, Koen. 2009. Pengertian Pariwisata, Jakarta: Unesco Office
Pitana. I Gde.2002a. Pariwisata, Wahana Pelestarian Kebudayaan dan
Dinamika Masyarakat Bali . Orasi Pengukuhan Guru Besar dalam
Pariwisata, Universitas Udayana. Denpasar, 15 Juni 2002.
Susanti, Aris., Nia Budi Puspitasari, Conni Valinda. 2017.
Pengembangan Strategi Pariwisata Berbasis Ecotourism Pada
Klaster Pariwisata Borobudur -Dieng, Jawa Tengah. Jurnal Teknik
Industri, Vol. XII, No. 1, Januari 2017
Sofyan, Riyanto. (2012). Prospek Bisnis Pariwisata Syariah . Jakarta:
Republika.
Trigantiarsyah, Rela dan Hari Mulyadi. 2012. Pengembangan Produk
Wisata dengan menggunakan Teknik Tourism Oppotunity
Spectrum Terhadap Keputusan Berkunjung. Tourism and
Hospitality (THE), Journal, Vol.II, No.1. 2012
Umar, Abdullah et al., 2016. Strategi Pengembangan Bisnis Pada Bisnis
Pariwisata. Jurnal Ekonomi, Vol. 7, No.2, November 2016.
Hal. 126-134.
Utama, I Gusti Rai. 2017. Pemasaran Pariwisata. Yogyakarta : Andi
Offset, Edisi 1.
Richardson dan Fluker, 2004, Understanding and Managing Tourism ,
Australia: Pearson Education
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993
Spillane, James. 1994. Pariwisata Indonesia, Siasat Ek onomi dan Rekayasa
Kebuadayaan. Kanisius. Yogyakarta.
UNWTO. (2011). Religious Tourism in Asia and the Pacific . Diakses pada
tanggal 1 September, 2018, dari http://publications.
unwto.org/:http://publications.unwto.org/sites/all/files/pdf/11032
5_religious_tourism_excerpt .pdf
Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata . Jakarta : PT. Perca
Yulita, Henilia. 2016. Pengaruh Bauran Pemasaran Pariwisata Ter hadap
Keputusan untuk Berkunjung. Jurnal Hospitality dan
Pariwisata. Vo. 2, No.2, November 2016

145
Daftar Pustaka

Wahab, Salah. 1996. Manajemen Kepariwisataan. PT. Pradnya Paramita:


Jakarta.
Walker, Lee-Anne and Diana Brooks. 1996. The Tourism Action Society
in the Kootenays.Step-by-Step Guide to Heritage Tourism
Development in the Kootenay -Boundary.
WTO. 1993. Guidlines: Development of National Parks and Protected Areas
for Tourism.

Kemenpar. (2012, Desember 20). Kemenparekraf Promosikan Indonesia


Sebagai Destinasi Pariwi sata Syariah Dunia. Diakses pada
tanggal 1 September 2018, dari http://www.kemenpar.go.id:
http://www.kemenpar.go.id/asp/detil.asp?c=16&id=2042

---oo0oo---

146
Glosarium

G L O S A R IU M

A ----
B ----
C
 Check-in adalah proses pelaporan untuk mendapatkan pelayanan berupa
akomodasi, fasilitas di penerbangan dan pelayanan lainnya. Contohnya
check-in di hotel atau di bandara.
 Check-out adalah proses pelaporan setelahselesai me nggunakan fasilitas.
Contohnya check-out dari hotel
 City Guide adalah Pramuwisata yang memberikan informasi mengenai
hal-hal penting dalam sebuah kota, biasanya dalam pelaksanaan
pekerjaannya menggunakan bis wisata, minibus atau kendaraan jenis
van namun adapula di beberapa kota pelaksanaannya dengan berjalan
kaki
 Closing adalah bagian akhir dalam pemberian informasi yang
disampaikan oleh seorang pramuwisata/pemandu wisata kepada
wisatawan
 Commentary adalah bagian inti dalam pemberian informasi yang
disampaikan oleh seorang pramuwisata/pemandu wisata kepada
wisatawannya

D
 Daya Tarik Wisaita adalah sifat yang dimiliki oleh suatu obyek berupa
keunikan, keaslian, kelangkaan, lain dari pada yang lain memiliki sifat
yang menumbuhkan semangat dan nilai bagi wisa tawan.
 Docent adalah Pramuwisata yang mengabdikan dirinya dalam
memberikan informasi
 Driver guide adalah pramuwisata yang terkadang memiliki dua fungsi
baik sebagai pramuwisata terkadang pula sebagai pengemudi

E ----
F ----
G ----
H

147
Glosarium

 High Season adalah musim dimana pelaku perjalanan baik umum


maupun wisata pada tingkat volume tinggi, biasanya pada saat liburan
panjang atau hari-hari besar seperti Idul Fitri, Natal, Tahun Baru dan
Libur Panjang Sekolah.
 HPI I= Himpunan Pramuwisata Indonesia

I ----
J
 Jasa agen perjalanan wisata adalah badan usaha yang menyelenggarakan
usaha perjalanan yang bertindak sebagai perantara di dalam menjual
dan atau mengurus jasa untuk melakukan perjalanan
 Jasa biro perjalanan wisata adalah kegiatan usaha yang bersifat
komersial yang mengatur, menyediakan dan menyelenggarakan
pelayanan bagi seseorang, atau sekelompok orang untuk melakukan
perjalanan dengan tujuan utama untuk berwisata
 Jasa informasi pariwisata adalah usaha penyediaan informasi,
penyebaran dan pemanfaatan informasi kepariwisataan.
 Jasa impresariat adalah kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan
baik yang mendatangkan, mengirimkan maupun mengembalikannya
serta menentukan tempat, waktu dan jenis hiburan
 Jasa konsultasi pariwisata adalah jasa berupa saran dan naseh at yang
diberikan untuk penyelesaian masalah -masalah yang timbul mulai dan
penciptaan gagasan, pelaksanaan operasinya dan disusun secara
sistematis berdasarkan disiplin ilmu yang diakui serta disampaikan
secara lisan, tertulis maupun gambar oleh tenaga ahl i profesional.

K
 Kepariwisataan (Ingg: Tourism), adalah hal -hal utama yang
berhubungan dengan perjalanan/wisata dan pariwisata, seperti :
Transportasi, Akomodasi / Perhotelan , Resraurant.

L
 Low Season kebalikan dari high season dimana pelaku perjalanan baik
umum maupun wisata pada tingkat volume rendah.

M ----
N ----
O
 Obyek Wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber
daya wisata, yang dibangun dan dikembangkan, sehingga mempunyai
daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

148
Glosarium

 On-site guide adalah peandu wisata pada obyek wisata khusus

P
 Pariwisata , (Ingg: Tour) perjalanan yang ditempuh untuk sementara
waktu, lebih dari 24 jam yang diselenggarakan tidak untuk bisnis tetapi
semata-mata untuk menikmati perjalanan den gan bersenang-senang dan
dan hiburan lain dan mencari kesan/memori yang menyenangkan.
 Pax adalah istilah yang digunakan sebagai pengganti passenger atau
peserta tour
 Perjalanan (Ingg: Travel), pergerakan dari satu tempat ke tempat lain
yang bertujuan untuk melakukan suatu kegiatan seperti bekerja/dinas ,
berdagang, berobat, ziarah, melihat sesuatu obyek/tempat yang menarik
ataupun mengunjungi sanak keluarga
 Pramuwisata adalah “seseorang yang bertugas memberikan bimbingan,
penjelasan dan petunjuk tentang oby ek wisata serta membantu
keperluan wisatawan lainnya“
 Produk Wisata adalah seluruh unsur kepariwisataan baik berupa jasa
pelayanan dan fasilitas -fasilitas wisata serta kemudahan -kemudahan
maupun atraksi wisata, yang dinikmati wiasatawan selama dia
berwisata, sejak mulai meninggalkan tempat tinggalnya sampai ia
kembali lagi.

Q ----
R ----
S
 Special Guide adalah pramuwisata yang mempunyai keahlian atau
keterampilan yang unik atau special
 Sumber Daya Wisata adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri atas
sumber daya manusia, sumber daya buatan dan sumber daya alam yang
dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai obyek wisata.

T
 Transfer-in adalah pelayanan kedatangan wisatawan di
bandara/pelabuhan/terminal/stasiun dimana wisatawan pertama kali
tiba atau ditangani oleh seorang pemandu wisata.
 Transfer out adalah pelayanan keberangkatan wisatawan di
bandara/pelabuhan/terminal/stasiun dimana wisatawan terakhir kali
berada di wilayah pelaksanaan perjalanan wisatanya yang diberikan oleh
seorang pemandu wisata.

149
Glosarium

U
 Usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran adalah usaha
dengan kegiatan pokok memberikan jasa pelayanan bagi satu pertemuan
sekelompok orang (misalnya negarawan, usahawan, cendekiawan) untuk
membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentin gan
bersama;
 Usaha jasa pramuwisata adalah kegiatan usaha bersifat komersial yang
mengatur, mengkoordinir dan menyediakan tenaga pramuwisata untuk
memberikan pelayanan bagi seseorang atau kelompok orang yang
melakukan perjalanan wisata

V ----
W
 WFTGA= World Federation of Tourist Guide
 Wisata ( Ingg : Tour) perjalanan/kunjungan kedaerah yang memiliki
daya tarik dan dilakukan untuk tujuan santai dan bersenang -senang.
 Wisatawan (Ingg : Tourist), Orang yang melakukan perjalanan wisata
Definisi wisatawan ini di tetapkan berdasarkan rekomendasi
International Union of Office Travel Organization (IUOTO) dan World
Tourism Organization (WTO). Wisatawan adalah seseorang atau
sekelompok orang yang melakukan perjalanan ke sebuah atau beberapa
negara di luar tempat tingga l biasanya atau keluar dari lingkungan
tempat tinggalnya untuk periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dan
memiliki tujuan untuk melakukan berbagai aktivitas wisata. Terminologi
ini mencakup penumpang kapal pesiar (cruise ship passenger) yang
datang dari negara lain dan kembali dengan catatan bermalam.
 Wisata Agro adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang
memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk
memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha
dibidang agro.

X ----
Y ----
Z ----

---oo0oo---

150
Riwayat Penulis

R IW A Y A T P E N U L IS

Listiawati, Lahir di Cilegon , 05 Juli 1983,


merupakan putri kedua dari pasangan Bapak
Haryadi Hadi dan Ibu Sri Rejeki, Beragama Islam,
Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Komplek
Bumi Rakata Asri Blok D1/17 Kelura han Ciwedus
Kecamatan Cilegon – Banten.

Penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas


Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen
Universitas Bina Bangsa Banten sejak 2015 – sekarang. Penulis
menyelesaikan Sarjana (S1) di Institut Teknologi Indonesia Jurusan
Teknik Kimia Lulus tahun 2007 dan Pascasarjana (S2) di Universitas
Mercu Buana Jakarta Jurusan Manajemen Pemasaran Lulus tahun
2010.

Beberapa Karya Tulis Penulis dalam jurnal nasional adalah :


1) Mengurangi uncertainty di industri konstruksi off -shore dengan
pendekatan the last planner system (kajian pt. xyz) , Al-Khairiyah
Kaizen Jurnal Ilmiah Ekonomi, ISSN: 2086 8006, Vol. 13 Juli -
Desember 2016, Hal.27.

151
Riwayat Penulis

2) Mengurangi uncertainty di industri konstruksi off -shore dengan


pendekatan the last planner system (kajian pt. xyz), jisi umj, issn : 2355
- 2085, vol. 3, no.2, hal. 63 -73, agustus 2016.
3) Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional dan disiplin kerja
terhadap kinerja pegawai pada pegawai dinas pariwisata pemuda dan
olah raga kabupaten serang , Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis,
feb - umb, issn : 2460 8424, vol. 3, no. 1, Hal 127 -137, Maret 2017.
4) The influence of tranformational leadership style and work dscipline on
employee performance at the department of tourism and sports of serang
regency, iceba.Proceedings.(web:http://iceba.pelitabangsa.ac.id/),
p.issn : 2580-4677, e-issn : 2580-4685, vol. 1, no. 1 : may 2017, p. 70.
5) Pengaruh beban kerja dan stress kerja terhadap produktivitas kerja
karyawan, akademika - jurnal manajemen, akuntansi dan bisnis , p-issn :
1693-4288, e-issn : 2548-5237, vol. 15, no. 2, agustus 2017, hal. 117 -
122.
6) Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Tingkat Kedisiplinan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan di Unit PT. Bank BTPN Syariah, Tbk
Cabang serang, jurnal ekonomi - universitas taruma negara, vol . 22,
no. 3, november 2017, hal. 374 -392.

---oo0oo---

152
Riwayat Penulis

Hafidz Hanafiah. Lahir di Kota Bogor tahun 1981.


Lahir dari pasangan Sumantri dan Tjutju Komariah
merupakan anak keempat dari empat bersaudara.
Alamat Taman Graha Asri Blok GM 09/0 3 Serang
Banten. Menamatkan SD hingga SMA di Kota
Bogor. Melanjutkan sekolah di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Pakuan Bogor pada Program Studi
Kimia. Mendapatkan gelar Magister Manajemen di
bidang Manajemen Pemasaran Jasa Transportasi dari Universitas
Pakuan Bogor.

Dalam bidang akademis, karirnya diawali dengan menjadi dosen


tetap di Universitas Bina Bangsa sejak tahun 2016 hingga sekarang.
Mata kuliah yang pernah diampu yaitu Manajemen Pemasaran,
Manajemen Pemasaran Int ernasional, Praktikum Manajemen
Pemasaran, Riset Operasional, Kewirausahaan, serta Manajemen
Investasi dan Portofolio. Sebagai pelopor pendiri Klinik Statistik
bersama kawan-kawan dosen STIE Bina Bangsa pada tahun 2016 -
2017. Mengisi beberapa seminar dan w orkshop di bidang Manajemen
Laboratorium, UMKM, Manajemen Pemasaran, dan Pengembangan
SDM.

Beberapa karya tulis penulis dalam bentuk jurnal nasional yaitu 1)


Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi
Kasus Pengguna Transportasi Bus T rans Pakuan Bogor, Jurnal
MANAJEMEN Universitas Serang Raya Volume 6 No.2 Juli 2016,
ISSN 2088-8554. 2) Analisis Sistem Informasi Manajemen Pada
Perpustakaan Sekolah TC, Jurnal Ekonomika Bina Bangsa Volume 11
No. 2 Juni 2018, ISSN 2087 -040X. Karya Tulis lainnya berupa buku
Antologi Dosen Banten Menulis bersama IDRI Provinsi Banten
dengan judul bab “Dosen dan Pengembangkan UKM Banten
Menghadapi Revolusi Industri 4.0”, ISBN 978 -602-61598-6-1, Penerbit
: Desanta Muliavisitama Publisher, menulis artikel UKM Jam an Now
di salah satu portal berita online di Kota Serang, Serta Monograf
(Potensi UMKM Lengkur Bandeng sebagai Nilai Tambah Olahan Ikan
Bandeng di Kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen Kota Serang
Banten), ISBN : 978-602-52988-0-6, Penerbit : CV. AA. Ri zky.

---oo0oo---

153
Riwayat Penulis

Khaeruman, lahir di Serang, 02 Maret 1982,


Merupakan putra keempat dari pasangan Bapak
Mabsuti dan Ibu Santinah, Beragama Islam,
Kewarganegaraan Indonesia, Alamat Komplek
Puri Citra Blok B3 No. 19 Kelurahan Pipitan
Kecamatan Walantaka Ko ta Serang – Banten.

Penulis menyelesaikan Sarjana (S1) di Universitas


Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Teknik Industri
Lulus tahun 2007 dan Pascasarjana (S2) di Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi IPWI Jakarta Jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia
Lulus tahun 2013.

Penulis adalah Dosen Tetap pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Manajemen Universitas Bina Bangsa Banten sejak 2015
– sekarang. Mata kuliah yang pernah diampu yaitu Manajemen
Biaya, Manajemen Keuangan, Manajemen Stratejik, serta Manajemen
Keuangan Sektor Publik. Penulis Mengisi beberapa seminar dan
workshop di bidang Manajemen, UMKM, dan Pengembangan
MSDM.

Beberapa karya tulis penulis dalam jurnal nasional adalah :


1. Implementasi Penilaian Prestasi Kerja untuk Menentukan Kinerja
Karyawan, Jurnal MANAJEMEN Universitas Serang Raya Volume
5 No.2 Juli 2015, ISSN : 2088-8554
2. Impelementasi Sistem Informasi SDM pada Proses Decision Support
System (DSS) pada Divisi HRD PT. Krakatau Steel Cilegon , Jurnal
JBBE, STIE Bina Bangsa, Vol. 9, No.1, Feb. 2016, IS SN : 2087-040X
3. Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional dan Disiplin Kerja
dengan Prestasi Pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Banten ,
Jurnal PUBLIK STIE Banten, Vol.22 No.2 Agustus 2016, ISSN :
1693-5236
4. Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Meningk atkan Kualitas
Pendidikan, Jurnal Saintifika Islamica : Jurnal Kajian Keislaman
Volume 4 No.1 Januari - Juni 2017, ISSN: 2407-053X
5. Analisis Lokasi Usaha Terhadap Penjualan Pedagang Buah -Buahan di
Sepanjang Jalan Ciptayasa Serang , Jurnal SAINS MANAJEMEN,
Universitas Serang Raya, Volume. 3 No. 2 Juli 2017, ISSN : 2443-
0064

154
Riwayat Penulis

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja pada


Usaha Kecil dan Mikro , Jurnal AKADEMIKA, P3KI STIE Indonesia
Malang, Volume. 16 No. 2 Agustus 2018, P = ISSN : 16993-4288,
e=ISSN : 2548-5237

Adapun Buku yang telah diterbitkan penulis adalah :


1. Koperasi dan UMKM (dari Teori sampai Manajemen) , ISBN : 978-602-
52767-0-5, Penerbit : Yayasan Relawan Sosial Ekonomi
2. Monograf (Potensi UMKM Lengkur Bandeng sebagai Nilai Tambah
Olahan Ikan Bandeng di Kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen
Kota Serang Banten), ISBN : 978-602-52988-0-6, Penerbit : CV. AA.
Rizky

---oo0oo---

155

Anda mungkin juga menyukai