KATA PENGANTAR
Buku Sistem Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Waduk ini
merupakan sintesis dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Peneliti Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (BPTKPDAS) Surakarta di berbagai Daerah
Tangkapan Air (DTA) di Indonesia, mulai dari proses perencanaan,
termasuk identifikasi masalah, pelaksanaan sampai bagaimana
monitoring dan evaluasi dilakukan. Buku ini berisikan bagaimana
mengelola DTA Waduk agar kelestarian waduk dapat
dipertahankan, khususnya dari pengaruh erosi dan sedimentasi.
Diharapkan buku ini dapat dijadikan pedoman untuk memelihara
waduk-waduk, baik yang akan dibangun maupun yang sudah ada.
Dengan demikian diharapkan kinerja dan fungsi waduk dapat
dipertahankan, sehingga ketersediaan air dapat terjamin.
Buku yang disusun ini tidak terlepas dari kelemahan dan
kekurangan, oleh karena itu kritik membangun akan diterima
dengan senang hati. Kepada peneliti terkait diucapkan terima kasih
dan diharapkan terus bersemangat dan berkarya untuk dapat
memandu pembangunan kehutanan, terutama dalam Pengelolaan
DTA.
Surakarta, November 2014
Kepala Balai
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Alir Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Waduk ............... 3
Gambar 2 Formulasi Kekritisan Lahan .............................................................. 6
Gambar 3. Kriteria Kerentanan Tanah Longsor .............................................. 10
Gambar 4. Kerentanan Kekeringan dan Potensi Air....................................... 12
Gambar 5. Kriteria Kerentanan dan Potensi Sosial, Ekonomi dan
Kelembagaan Masyarakat ............................................................ 15
1.2. Tujuan
2.1. Perencanaan
B. Manajemen (55%) *)
1. Kawasan Budidaya
Pertanian (55%)
a. Vegetasi Penutup 50 – 80% Sangat 1
(40%) hutan/perkebunan + rendah
tanaman semusim
30 - 50% Rendah 2
hutan/perkebunan +
tanaman semusim rapat
30 - 50% Sedang 3
hutan/perkebunan +
tanaman semusim jarang
10 - 30% Sedang 3
hutan/perkebunan +
tanaman semusim rapat
Tanaman semusim rapat Sedang 3
10 - 30% Tinggi 4
hutan/perkebunan +
tanaman semusim jarang
Tanaman semusim jarang Sangat 5
tinggi
2.2. Pelaksanaan
Untuk memberi skor aspek tata air, kriteria yang digunakan dapt
dilihat dalam Tabel 6.
2.3.2. Lahan
Parameter lahan meliputi Indeks Penggunaan Lahan (IPL), IE
(Indeks Erosi), Kelas Kemampuan Lahan (KPL), dan kerawanan
tanah longsor. Dalam monitoring dan evaluasi kinerja DTA, untuk
analisis lahan digunakan satuan lahan. Penggunaan citra yang
bebas diunduh secara gratis dan dapat memberikan tingkat akurasi
yang cukup baik merupakan alternatif untuk memonitor
parameter lahan seperti hasil penelitian Basuki dan Wahyuningrum
(2014), dan sekaligus akan sangat mengurangi biaya monitoring.
Kriteria monitoring dan evaluasi lahan disajikan pada Tabel 7.
2.3.4. Kelembagaan
Parameter monev untuk aspek kelembagaan terdiri dari 4 (empat)
indikator, yaitu Keberdayaan Lembaga Lokal/ Adat (KLL),
Ketergantungan Masyarakat pada Pemerintah (KMP), kondisi
KISS/konflik dan Kegiatan Usaha Bersama (KUB). KLL adalah peran
lembaga adat/lokal dalam pengelolaan DTA yang dapat dilihat dari
tugas, aturan dan kegiatan lembaga yang ada, terutama yang
berkaitan dengan konservasi tanah dan air. KMP adalah tingkat
intervensi pemerintah dalam pengelolaan DTA. Pada kondisi
lembaga yang baik, KMP ditunjukkan oleh nilai yang kecil yang
berarti lembaga tersebut mandiri. KISS atau konflik adalah sejauh
mana koordinasi, integrasi, sinkronitas dan sinergitas kegiatan
pengelolaan DTA dengan lembaga adat yang ada. Kondisi KISS
yang bagus adalah konflik yang rendah. KUB adalah kegiatan yang
muncul sebagai akibat kegiatan pengelolaan DTA dan sejauh mana
perkembangannya. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui
wawancara langsung dengan masyarakat atau lembaga lokal yang
ada pada tingkat desa. Kriteria monitoring dan evaluasi lahan
disajikan pada Tabel 9.
Aspek Kelembagaan 10
Keberdayaan Lembaga Lokal (KLL) 2
Ketergantungan Masyarakat pada 2
Pemerintah (KMP)
Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, Sinergi 4
(KISS)
Kegiatan Usaha Bersama (KUB) 2
JUMLAH DTA 50
JUMLAH KESELURUHAN 100 100 100
Untuk menilai kondisi DTA digunakan klasifikasi seperti Tabel 11
, dimana angka-angka tersebut diperoleh dari
Tabel 10.