Anda di halaman 1dari 18

KAJIAN RENCANA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI TPA

SORAT KECAMATAN SAMBAS KABUPATEN SAMBAS


Gunawan Winardi 1), Abubakar Alwi 2)
1) Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Tanjungpura, Pontianak
Email : gunawawinardi37@gmail.com

Abstrak
Perkembangan pembangunan diwilayah Kabupaten Sambas dalam kebijakan pembangunan
bidang persampahan adalah meningkatkan kualitas pengelolaan tempat pembuangan akhir
sampah ke arah controlled Landfill untuk kota sedang dan kecil dan Sanitary Landfill untuk
kota metropolitan dan besar serta tidak dioperasikannya TPA secara open dumping.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka diperlukan studi dan analisa untuk
menganalisa karakteristik sampah yang masuk ke TPA Sorat, menganalisa kondisi eksisting
dari evaluasi TPA Sorat ditinjau dari aspek teknik operasional, kelembagaan dan
pembiayaan., serta menyusun strategi pengelolaan TPA yang sesuai standar dan memberikan
rekomendasi perbaikan pengelolaan TPA Sorat. Metodologi diawali dengan identifikasi dan
perumusan masalah, pengumpulan data (data primer dan data sekunder). Data primer
mencakup penulusuran ke lokasi penelitian, observasi lapangan, wawancara, dan studi
dokumentasi. Untuk pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Dilanjutkan
dengan analisa yaitu: mengevaluasi kinerja pengelolaan sampah kondisi eksisting,
menganalisa strategi pengelolaan sampah, serta menganalisa pembiayaan dan sumber dana
untuk pengelolaan persampahan. Berdasarkan data tahun 2016 diperoleh persentase jumlah
timbulan sampah yang terangkut di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sorat sebesar 44,65%
(39 m3/hr), sedangkan persentase jumlah sampah yang tidak terangkut sebesar 55,346%
(48,34 m3/hr). Belum maksimalnya kinerja pengangkutan sampah di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Sorat dipengaruhi oleh minimnya jumlah armada dan jumlah personil yang
tersedia, pola buang sampah oleh masyarakat yang belum disiplin, masih sangat minim
kerjasama stakeholder dalam pengelolaan persampahan untuk mengurangi jumlah sampah
(3R: reduce, reuse, dan recycle), belum dimanfaatkannya pengelolaan sampah sistem
controlled landfill disebabkan mahalnya pengelolaan sampah sitem ini. Berdasarkan kajian
penelitian di di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sorat berada pada Kuadran I dengan
sumbu (X,Y) = 0,83 ; 1,13. Hal ini menunjukkan bahwa TPA Sorat memiliki kekuatan
internal dengan daya tarik bidang kegiatan yang cukup bagus serta peluang yang cukup besar.
Berdasarkan nilai potensi ekonomi dari pemanfaatan sampah organik dan sampah non
organik pada TPA tersebut, maka sudah saatnya pemerintah Kabupaten Sambas
merencanakan suatu pilot project tentang pengelolaan sampah yang baik di TPA.

Kata Kunci: Persampahan, Controlled Landfill, Open Dumping, Sanitary Landfill, dan
Pengelolaan TPA

1
1. PENDAHULUAN terlihat bahwa TPA Sorat selama ini
1.1. Latar Belakang belum sepenuhnya dikelola dengan
Perkembangan pembangunan baik. Hal tersebut diantaranya
diwilayah Kabupaten Sambas dalam ditunjukkan dari kondisi infrastruktur
rangka memajukan kesejahteraan di lokasi TPA dan metode
masyarakat terus ditingkatkan. pembuangan akhir sampah yang
Perkembangan pembangunan, tingkat digunakan belum memenuhi
perekonomian dan pertumbuhan persyaratan sesuai yang tercantum
penduduk akan memberikan dampak dalam peraturan perundang-undangan.
terhadap semakin meningkatnya Saat ini TPA Sorat sudah selesai
volume timbulan sampah, dan apabila dibangun dengan sistem Controll
tidak dikekola dengan baik akan Landfill oleh Pemerintah pusat melalui
berpengaruh negatif terhadap APBN 2012 dan APBN 2013 sehingga
kelestarian lingkungan. Pemerintah Daerah diwajibkan untuk
Penurunan kinerja pengelolaan mengelolanya dengan baik dan benar
persampahan ditunjukkan oleh sesuai dengan kaidah-kaidah dan
berbagai hal seperti : menurunnya aturan yang telah ditetapkan oleh
kapasitas SDM karena banyaknya undang-undang.
pergantian personil yang sebelumnya TPA merupakan tempat sampah
pernah terdidik dalam bidang mencapai tahap terakhir dalam
persampahan melalui program training pengelolaannya sejak mulai timbul di
atau capacity building; tidak jelasnya sumber, pengumpulan, pemindahan
organisasi pengelola sampah karena /pengangkutan, pengolahan dan
adanya perubahan kebijakan pola pembuangan ke TPA merupakan
maksimal dan pola minimal suatu tempat sampah diisolasi secara aman
Dinas; menurunnya alokasi APBD agar tidak menimbulkan gangguan
bagi pengelolaan sampah; menurunnya terhadap lingkungan sekitarnya.
tingkat pelayanan; menurunnya Sehubungan dengan
kualitas TPA (Tempat Pemrosesan permasalahan tersebut di atas, maka
Akhir) yang sebagian besar menjadi diperlukan studi dan kajian untuk
open dumping dan timbulnya friksi perencanaan pengelolaan
antar daerah/sosial; tidak adanya persampahan di TPA Sorat Kecamatan
penerapan sanksi atas pelanggaran Sambas Kabupaten Sambas, sehingga
yang dilakukan oleh masyarakat yang dapat direkomendasikan kepada
membuang sampah sembarangan, dan Pemerintah rumusan kebijakan
lain-lain. Pengelolaan Sampah di masa
TPA Sorat merupakan tempat mendatang.
pembuangan akhir sampah yang
berasal dari timbulan sampah di Kota 1.2. Rumusan Masalah
Sambas dan sekitarnya, dengan luas Salah satu strategi yang
areal keseluruhan ± 6 hektar dan diterapkan dalam kebijakan
sedang lakukan pembebasan lahan pembangunan bidang persampahan
TPA lagi luas ± 4 hektar. Berdasarkan adalah meningkatkan kualitas
hasil pengamatan awal/sementara, pengelolaan tempat pembuangan akhir

2
sampah ke arah controlled Landfill sampah yang ditimbun di TPA
untuk kota sedang dan kecil dan Sorat.
Sanitary Landfill untuk kota 3. Penelitian ditinjau dari aspek
metropolitan dan besar serta tidak manajemen pengelolaan sampah
dioperasikannya TPA secara open dan fasilitas pendukung pada TPA
dumping. Sorat di Kabupaten Sambas, serta
Masalah yang dapat dirumuskan melihat aspek pembiayaan.
dalam penulisan ini diantaranya adalah 4. Merumuskan strategi kebijakan
karakteristik sampah yang dibuang di yang dapat diterapkan dalam
TPA Sorat di Kabupaten Sambas, pengelolaan TPA Sorat dengan
kondisi pengelolaan Tempat Metode SWOT sehingga
Pembuangan Akhir TPA Sorat ditinjau pengelolaan tersebut dapat lebih
dari aspek teknik operasional, optimal.
kelembagaan dan pembiayaan, serta
strategi untuk perbaikan pengelolaan 2. TINJAUAN PUSTAKA
TPA sampah Sorat Kabupaten Sambas 2.1. Definisi Sampah
agar lebih optimal. Sampah adalah suatu yang tidak
dikehendaki lagi oleh yang punya dan
1.3. Tujuan Penelitian bersifat padat. Berdasarkan Undang-
undang No. 18 Tahun 2008 tentang
Adapun tujuan dalam penelitian Pengelolaan Sampah, disebutkan
ini adalah: bahwa sampah adalah sisa kegiatan
1. Menganalisa karakteristik sampah sehari-hari manusia atau proses alam
yang masuk ke TPA Sorat. yang berbentuk padat atau semi padat
2. Menganalisa kondisi eksisting dari berupa zat organik atau anorganik
evaluasi TPA Sorat ditinjau dari bersifat dapat terurai atau tidak dapat
aspek teknik operasional, terurai yang dianggap sudah tidak
kelembagaan dan pembiayaan. berguna lagi dan dibuang ke
3. Menyusun strategi pengelolaan lingkungan (Slamet, 2002).
TPA yang sesuai standar dan Menurut SNI 19-2454-2002,
memberikan rekomendasi yang dimaksud dengan sampah adalah
perbaikan pengelolaan TPA Sorat. limbah yang bersifat padat terdiri dari
zat organik dan anorganik yang
1.4. Pembatasan Masalah dianggap tidak berguna lagi dan harus
Batasan masalah dalam dikelola agar tidak membahayakan
penyusunan tesis ini sebagai berikut: lingkungan dan melindungi investasi
1. Lokasi penelitian dilakukan di TPA bangunan. Sampah perkotaan adalah
Sorat Di Kecamatan Sambas sampah yang timbul di kota dan tidak
Kabupaten Sambas. termasuk sampah bahan berbahaya dan
2. Penelitian hanya mengidentifikasi beracun (B3). Hadiwiyoto (1983),
faktor-faktor yang mempengaruhi mendefinisikan sampah adalah sisa-
volume timbunan sampah yang sisa bahan yang mengalami perlakuan-
difokuskan pada limbah padat yaitu perlakuan baik karena telah diambil
bagian utamanya atau karena

3
pengolahan atau karena sudah sudah Aspek hukum dan peraturan, Aspek
tidak ada manfaatnya yang ditinjau pembiayaan dan Aspek peran serta
dari segi ekonomis tidak ada harganya masyarakat. Skema Manajemen
dan dari segi lingkungan dapat Pengelolaan Sampah dapat dilihat
menyebabkan gangguan kesehatan pada Gambar 1.
atau gangguan kelestarian.

2.2. Jenis-Jenis Sampah


Menurut Gelbert, dkk (1996),
berdasarkan asalnya sampah padat
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Sampah Organik, adalah sampah
yang dihasilkan dari bahan-bahan
hayati yang dapat didegradasi oleh Gambar 1 Skema Manajemen
mikroba atau bersifat Pengelolaan Sampah
biodegradable. Sampah ini dengan
mudah dapat diuraikan kembali Teknik operasional persampa-han,
melalui proses alami. Sampah menurut SNI 19-2454-2002 terdiri dari
rumah tangga sebagian besar enam komponen yaitu perwadahan,
merupakan bahan organik, pengumpulan, pemindahan,
misalnya sisa makanan. pengangkutan, pengolahan, pembuangan
2. Sampah Anorganik, adalah sampah akhir, sebagaimana skema pada Gambar 2
yang dihasilkan dari bahan-bahan
non hayati, baik berupa produk
sintetik maupun hasil proses
teknologi pengolahan bahan
tambang. Sebagian besar anorganik
tidak dapat terurai oleh
alam/mikroorganisme secara
keseluruhan (unbiodegradable).
Sementara sebagian lainnya hanya
dapat diuraikan dalam waktu yang
lama.

2.3. Pengelolaan Sampah Gambar 2 Diagram Teknik


Sistem Pengolahan Sampah Operasional Pengelolaan Sampah
adalah proses pengelolaan sampah
yang meliputi lima aspek atau 3. ANALISA DATA
komponen yang saling mendukung 3.1. Pengumpulan Data
dimana antara satu dengan lainnya 3.1.1. Pelayanan Persampahan di
saling berinteraksi untuk mencapai Kabupaten Sambas
tujuan (SNI 19-2454-2002). Kelima Pelayanan persampahan di
aspek tersebut adalah : Aspek teknis Kabupaten Sambas yang dilakukan
operasional, Aspek kelembagaan, Dinas Pekerjaan Umum, Cipta Karya,

4
Tata Ruang dan Perumahan sampai dengan pelayanan persampahan TPA
dengan tahun 2016 belum mencakup Jelu Air, Zona 5 dengan pelayanan
seluruh kecamatan, dari 19 Kecamatan persampahan TPA Santok (masih
yang ada di Kabupaten Sambas, baru dalam perencanaan untuk melayani
11 Kecamatan yang memperoleh kecamatan yang belum memperoleh
pelayanan persampahan. Beberapa pelayanan persampahan). Daftar
Kecamatan yang telah mendapat Kecamatan per Zona pelayanan
pelayanan persampahan duantaranya persampahan dapat dilihat pada Tabel
Kecamatan Selakau, Kecamatan 1. berikut ini.
Pemangkat, Kecamatan Semparuk,
Kecamatan Salatiga, Kecamatan Tabel 1 Daftar Kecamatan per Zona
Tebas, Kecamatan Sambas, Pelayanan Persampahan di
Kecamatan Jawai, Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas
Selatan, Kecamatan Teluk Keramat,
Kecamatan Tangaran, dan Kecamatan
Galing.

Peningkatan jumlah sampah di


Gambar 3 Peta Wilayah Cakupan Kabupaten Sambas dari tahun ke tahun
Pelayanan Persampahan di terus mengalami peningkatan,
Kabupaten Sambas berdasarkan data kinerja penanganan
sampah persentase jumlah sampah
Adapun pelayanan persampahan yang tidak terlayani masih lebih besar
di Kabupaten Sambas dibagi dibanding persentase sampah yang
berdasarkan 5 zona Kecamatan, yaitu terlayani. Data tahun 2016 diperoleh
Zona 1 seluas 4 Ha dengan pelayanan persentase jumlah sampah yang
persampahan TPA Salatiga, Zona 2 terlayani di Kabupaten Sambas sebesar
seluas 6 Ha dengan pelayanan 28,54% (436,30 m3/hr), sedangkan
persampahan TPA Sorat, Zona 3 seluas persentase jumlah sampah yang tidak
3 Ha dengan pelayanan persampahan terlayani di Kabupaten Sambas sebesar
TPA Sekura, Zona 4 seluas 2 Ha 71,46% (1.092,17 m3/hr). Hal ini perlu

5
mendapat perhatian khusus dari dibangun dengan anggaran APBN
Pemerintah untuk menyediakan sarana tahun 2012-2013, kemudian
dan prasarana untuk pengelolaan dilanjutkan dengan dana APBD tahun
persampahan dengan menyiapkan 2014, mulai dioperasikan pada tahun
teknologi yang ramah lingkungan 2015. Infrastruktur sarana dan
disertai dengan SDM yang handal prasarana persampahan yang ada saat
untuk melaksanakan pengelolaan ini dipersiapkan dipersiapkan dengan
persampahan. Data kinerja Sistem Controlled Landfill.
penanganan sampah tahun 2009-2016 Lokasi TPA Sampah Sorat
di Kabupaten Sambas dapat dilihat Kecamatan Sambas terleak di Dusun
pada Tabel 4.2. berikut ini. Sebenuak Desa Lubuk Dagang
Kecamatan Sambas. Terletak pada
Tabel 2 Kinerja Penanganan Sampah suatu lahan yang sangat sedikit
di Kabupaten Sambas Tahun 2009- terdapat permukiman penduduk.
2016 Status lahan adalah milik Pemda
Kabupaten Sambas. Untuk mobilisasi
pengangkutan sampah satu-satunya
jalur jalan yang dapat digunakan
adalah Jalan Raya Sambas – Subah
yang merupakan jalan provinsi.
Fasilitas yang dimiliki adalah jalan
akses ke lokasi TPA dan kantor
lapangan untuk pencatatan volume
sampah yang masuk.
Peningkatan laju timbulan Pelayanan persampahan di
sampah perkotaan yang diperkirakan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
( 2 – 4 % / tahun ) yang tidak diikuti Sorat di Kabupaten Sambas yang
dengan ketersediaan prasarana dan dilaksanakan Dinas Perumahan
sarana persampahan yang tidak Rakyat, Kawasan Permukiman dan
memadai, berdampak pada Lingkungan Hidup Kabupaten Sambas
pencemaran lingkungan yang selalu sampai sejauh ini masih dioperasikan
meningkat dari tahun ke tahun. Dengan secara open dumping memerlukan
selalu mengandalkan pola kumpul- upaya rehabilitasi agar pencemaran
angkut-buang, maka beban lingkungan dan sumber-sumber air
pencemaran akan selalu menumpuk di dapat diminimalkan serta mencegah
lokasi TPA (Tempat Pemrosesan terjadi kerusakan lingkungan akut.
Akhir). Kondisi Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sorat dapat dilihat pada Gambar
3.1.2.Fasilitas Pengolahan Sampah 4.
di TPA Sorat di Kabupaten
Sambas
Tempat Pemrosesan Akhir
(TPA) Sorat di Kecamatan Sambas
Kabupaten Sambas seluas 8 Ha

6
= 329,448 ton/hari
5. Luas area yang dibutuhkan
Volume yang dibutuhkan/hari
= 329,448 ton/hari x 1000 kg/ton
474,6 kg/m³
= 694,159 m³/hari
Area yang dibutuhkan/tahun
= (694,159 m³/hari) x (365 hari/tahun)
6m
= 39,794 m²/tahun
Jadi area yang dibutuhkan kota
Sambas (tinjauan TPA Sorat, di zona 2
pelayanan persampahan) untuk
Landfill per tahun adalah 4 Ha.

Gambar 4 Kondisi TPA Sorat 3.2. Hasil Analisa dan Pembahasan


3.2.1. Evaluasi Kinerja Pengelolaan
3.1.3. Kebutuhan Lahan TPA TPA Sorat Kondisi Eksisting
Setelah ditentukan lokasi atau Lokasi TPA Sampah Sorat
lahan untuk TPA, maka dapat Kecamatan Sambas terletak di Dusun
diprediksi luas area yang dibutuhkan Sebenuak Desa Lubuk Dagang
untuk penimbunan sampah. Untuk Kecamatan Sambas. Terletak pada
memperkirakan kebutuhan lahan suatu lahan kosong seluas kurang lebih
penimbunan dapat dilakukan dengan 8 ha yang belum terdapat atau sangat
cara contoh soal berikut ini: sedikit terdapat permukiman
Perkirakan kebutuhan area penduduk. Status lahan adalah milik
untuk landfill untuk kota Sambas Pemda Kabupaten Sambas. Untuk
(tinjauan TPA Sorat) dengan populasi mobilisasi pengangkutan sampah satu-
117.660 orang (Jumlah penduduk di satunya jalur jalan yang dapat
zona 2 pelayanan persampahan Tahun digunakan adalah Jalan Raya Sambas –
2016, Tabel 4.1.). Asumsi yang Subah yang merupakan jalan provinsi.
digunakan sebagai berikut : Fasilitas yang dimiliki adalah jalan
1. Sampah yang dihasilkan penduduk akses ke lokasi TPA dan kantor
di Kota Sambas (tinjauan TPA lapangan untuk pencatatan volume
Sorat) = 2,8 l/org/hari atau 2,8 sampah yang masuk.
kg/kapita.hari Data timbulan sampah yang
2. Massa jenis sampah terkompaksi di terangkut dan tidak terangkut setiap
landfill = 474,6 kg/m³ harinya di TPA Sorat dapat dilihat
3. Kedalaman sampah terkompaksi = pada Tabel 3.
6m
4. Sampah yang dihasikan dalam
ton/hari
=(117.660 orang) x (2,8 kg/kapita.hari)
1000 kg/ton

7
Tabel 3 Pengangkutan Sampah di TPA
Sorat

3.2.2. Analisis Strategi Pengelolaan


TPA Sorat dengan Metode
SWOT
Dalam menentukan alternatif Gambar 5 Diagram Analisis SWOT
tindakan atau kebijakan pengelolaan (Sumber: Freddy Rangkuti,2004)
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
Sorat, dibutuhkan suatu kerangka kerja Berdasarkan diagram analisa
yang logis. Analisis SWOT merupakan SWOT Gambar 5 menunjukan bahwa
salah satu cara yang dapat membantu sumber nilai masing-masing kuadran
menganalisis suatu organisasi dalam yaitu Berdasarkan matriks
menentukan strategi berdasarkan pembobotan pada tabel 4 dapat
keadaan lingkungan organisasi diketahui posisi sumbu X dengan
tersebut, yang dalam hal ini adalah rumus sebagai berikut :
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) X = Total kekuatan – Total kelemahan
Sorat. Strategi yang dipergunakan = 2,06 – 1,23 = 0,83
dalam pengelolaan Tempat Berdasarkan matriks pembobotan pada
Pemrosesan Akhir (TPA) Sorat tabel. 4.26 dapat diketahui posisi
dilakukan dengan menggunakan sumbu Y dengan rumus sebagai
pendekatan analisis SWOT (Strength, berikut :
Weakness, Opportunity, and Threat). Y = Total peluang – Total ancaman
Dari matriks pembobotan = 2,74 – 1,61 = 1,13
SWOT dapat diketahui bahwa posisi Jadi dapat diketahui posisi kajian
internal dan eksternal kajian penelitian penelitian di di Tempat Pemrosesan
di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Akhir (TPA) Sorat berada pada
Sorat dalam menentukan langkah- Kuadran I dengan sumbu (X,Y) = 0,83
langkah yang strategis dalam ; 1,13. Hal ini menunjukkan bahwa
pengelolaan TPA terletak di kuadran I pengelolaan Tempat Pemrosesan
yaitu titik koordinat (0,83 ; 1,13) pada Akhir (TPA) Sorat mempunyai
strategi SO, dapat dilihat pada gambar kekuatan dan peluang dengan strategi
5 dibawah ini : S-O (Strengh – Opportunity).
Sedangkan untuk menentukan
alternatif strategi dapat diuraikan
sebagai berikut :
Kuadran I : Memiliki kekuatan
internal dengan daya tarik bidang
kegiatan yang cukup bagus serta
peluang yang cukup besar, strategi

8
Tabel 4. Matriks SWOT dalam Strategi Pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sorat

9
yang harus diterapkan dalam kondisi maksimal. Hal ini terkendala oleh
ini adalah peningkatan sarana dan kemampuan sarana dan prasarana yang
prasarana di Tempat Pemrosesan tidak sebanding dengan jumlah
Akhir (TPA) Sorat, diantaranya: volume sampah yang dihasilkan.
a. Identifikasi data dan potensi aset
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) 3.2.3. Sumber Pembiayaan
Sorat. Pengelolaan Persampahan
b. Melakukan penambahan sarana dan Adapun beberapa langkah yang
prasarana di Tempat Pemrosesan dapat dijadikan sumber dana untuk
Akhir (TPA) Sorat. pengelolaan persampahan yaitu:
c. Melakukan pemeliharaan sarana 1. Penyusunan Tarif Retribusi
dan prasarana secara optimal. a. Biaya untuk penyediaan
d. Melakukan pengelolaan sampah prasarana dan sarana
secara terpadu berbasis masyarakat pengumpulan serta
dilaksanakan dengan melakukan pengelolaannya yang
reduksi sampah semaksimal. dilakukan oleh masyarakat
e. Meningkatkan kualitas sarana dan sendiri dikenakan pada
prasarana di Tempat Pemrosesan anggota masyarakat yang
Akhir (TPA) Sorat, dengan mendapat pelayanan dalam
pemanfaatan teknologi modern bentuk iuran (besarnya
yang ramah lingkungan. ditentukan melalui
f. Pemanfaatan sarana dan prasarana musyawarah dan mufakat) dan
yang sudah tersedia di Tempat dikordinasikan dengan pihak
Pemrosesan Akhir (TPA) Sorat instansi pengelola
dengan baik. persampahan
g. Menerapkan Program 3 R. b. Biaya untuk pengelolaan
Dalam mengatisipasi kelebihan persampahan yang dilakukan
produksi sampah pada TPA Sorat, oleh Pemerintah Daerah atau
pemerintah Kabupaten Sambas swasta untuk kepentingan
mencoba menerapkan pengelolaan masyarakat dibebankan
sampah terpadu. Pengolahan sampah kepada masyarakat dalam
secara terpadu berbasis masyarakat bentuk retribusi kebersihan.
dilaksanakan dengan melakukan Biaya pengelolaan tersebut
reduksi sampah semaksimal mungkin meliputi biaya investasi dan
dengan cara pengolahan sampah di biaya operasi dan
lokasi sedekat mungkin dengan pemeliharaan
sumber sampah yaitu dapat dilakukan c. Penentuan tarif retribusi
di Tempat Penampungan Sampah disusun berdasarkan asas
Sementara (TPS), transfer depo keterjangkauan /willingness to
maupun di lokasi sekitar sumber pay (secara umum
sampah yang sesuai dengan kondisi kemampuan masyarakat
setempat. Strategi ini sangat tepat membayar retribusi adalah 1 -
karena pelayanan pengelolaan sampah 2 % dari income) dan subsidi
di Kabupaten Sambas belum

10
silang dari masyarakat sejak dini, penyuluhan yang
berpenghasilan tinggi ke intenssif, terpadu dan terus
masyarakat berpenghasilan menerus serta diterapkannya
rendah dan dari sektor sistem insentif dan disinsentif
komersial ke non komersial d. Masyarakat bertanggung
tanpa meninggalkan prinsip jawab atas penyediaan dan
ekonomi / cost pemeliharaan fasilitas
recovery (minimal 80 %, 20 % pewadahan dan atau
merupakan subsidi Pemerintah meyelenggarakan
kota/kab untuk pembersihan pengumpulan / pengolahan
fasilitas umum). sampah
2. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Kemitraan
penarikan retribusi sampah a. Pemerintah memberikan
a. Mekanisme penarikan peluang kepada pihak swasta
retribusi selain dilakukan untuk menyelenggarakan
langsung oleh instansi pembangunan dan
pengelola juga dapat pengelolaan prasarana dan
dilakukan melalui kerjasama sarana persampahan serta
dengan PLN, PDAM, RT/RW dapat menciptakan iklim
dan lain-lain sesuai dengan investasi yang kondusif
kondisi daerah pelayanan. b. Kemitraan dapat dilakukan
3. Fasilitas Pengembangan Kemitraan terhadap sebagian atau seluruh
dengan Swasta kegiatan sistem pembangunan
Peran Serta Masyarakat persampahan, termasuk
a. Peran aktif masyarakat dalam melakukan upaya
penyelenggaraan prasarana pengendalian pencemaran
dan sarana persampahan lingkungan.
diperlukan sejak dari c. Pola kemitraan dapat
perencanaan sampai dengan dilakukan melalui studi
operasi dan pemeliharaan kelayakan dengan
b. Peran serta masyarakat memperhatikan
berkaitan dengan keterjangkauan masyarakat,
penyelenggaraan prasarana kemampuan Pemda, peluang
dan sarana persampahan dapat usaha dan keuntungan swasta.
berupa usulan, saran, d. Kemitraan dapat dilakukan
pertimbangan, keberatan serta dengan sistem BOO, BOT,
bantuan lainnya atau kontrak manajemen, kontrak
pelaksanaan program 3R baik konsesi dan lain-lain.
untuk skala individual maupun
skala kawasan.
c. Peningkatan peran serta
masyarakat dapat dilakukan
melalui pendidikan formal

11
3.2.4. Analisa Pembiayaan pelayanan 2 di TPA Sorat Tahun 2016
Pengelolaan Persampahan sebesar Rp. 1.344.962.000,-
Kondisi eksisting untuk zona - Biaya operasional pengelolaan
pelayanan 2 di TPA Sorat berdasarkan sampah dalam 1 tahun : jumlah
data dan analisa yang telah dilakukan sampah (timbulan sampah yang
sebelumnya dapat diuraikan: terangkut) yang dikelola dalam 1
1. Sumber sampah sebagian besar tahun
berasal dari sampah permukiman - Rp. 1.344.962.000,- : (147,099
(domestik), yang mencapai 329,448 m3/hr x 365 hr)
m3/hr. - Rp. 1.344.962.000,- : (53.691,14
2. Besaran timbulan sampah m3 )
diperkirakan sebesar 2,8 - Rp 25.050,- / m3
liter/orang/hr. Untuk mengangkut 100% timbulan
3. Tingkat pelayanan pengangkutan sampah yang dihasilkan yaitu 329,448
sampah pada tahun 2016 baru m3 diperlukan biaya pengolahan
mencapai 45%, dengan jumlah sampah per tahun (sudah termasuk
sampah yang terangkut 147,099 biaya tenaga kerja) sebesar 329,448 m3
m3/hr (sumber Dinas Perumahan x Rp 25.050,- / m3 x 365 hr = Rp.
Rakyat, Kawasan Permukiman dan 3.012.225.426,-
Lingkungan Hidup Kabupaten Untuk retribusi persampahan
Sambas. jika setiap rumah tangga dikenakan
4. Perbandingan komposisi sampah tarif/bulan sebesar Rp. 25.000,-
yang didominasi oleh sampah dengan jumlah penduduk yang
organik dan sampah non organik menjadi cakupan pelayanan
yaitu 2:1 persampahan di TPA Sorat 117.660
5. Pengoperasian kendaraan jiwa = 29.415 KK (asumsi 1 KK = 4
pengangkut sampah dilakukan jiwa), diperoleh nilai PAD = Rp.
sebanyak 2 ritase/hari dengan 25.000,-/bln x 29.415 RT x 12 bln =
jumlah kendaraan pengangkut Rp. 8.824.500.000,- per tahun. Asumsi
sampah (dump truck) 2 unit dengan nilai PAD ini jika diterapkan dan
kondisi baik, dan supir sejumlah 3 dikelola dengan baik sudah bisa
orang. membiayai 100% timbulan sampah
Sumber pembiayaan untuk dalam 1 tahun, dan sisanya dapat
pengelolaan persampahan selama ini digunakan untuk perbaikan fasilitas
berasal dari anggaran APBD sarana dan prasarana pengelolaan
Kabupaten Sambas dan kontribusi persampahan dengan meningkatkan
persampahan pada PAD (retribusi sistem open dumping menjadi controll
sampah). landfill.
Pembiayaan operasional Perhitungan jumlah dump
persampahan di Kabupaten Sambas truck yang dibutuhkan mengangkut
seluruhnya dialokasikan dari timbulan sampah per/hr, jika 1 unit
Anggaran Pendapatan dan Belanja dump truck berkapasitas 6 m3/hr, yaitu:
Daerah (APBD), jika kondisi eksisting - Jumlah timbulan sampah 329,448
untuk pengelolaan sampah zona m3 : 6 m3 = 54, 908 m3

12
- 1 unit dump truck ideal per hari Selain supir juga diperlukan
dengan waktu kerja 8 jam sehari penambahan tenaga kerja lapangan
adalah 2 trip, 54, 908 m3 : 2 = 27, untuk pelaksanaan pemungutan,
454 m3 pengumpulan dan pengangkutan
- Jumlah dump truck yang sampah. Selain dengan alternatif
dibutuhkan untuk mengangkut penambahan dump truck juga dapat
timbulan sampah dalam 1 hr yaitu dilakukan dengan sarana pemindahan
27, 454 m3 ; 6 m3 = 4, 575 = 5 sampah dalam skala cukup besar yang
unit dump truck dengan 2 trip harus menangani sampah, seperti arm
sehari. roll truck (lebih praktis dan cepat
dalam pengoperasian dan tidak
Dengan penambahan dump diperlukan tenaga kerja yang banyak).
truck sebanyak 3 unit, tentunya Tabel 4.18 berikut merupakan jenis
membutuhkan penambahan tenaga peralatan sub sistem pengangkut yang
kerja, dari awalnya 3 supir menjadi 7 dapat dipilih untuk meningkatkan
supir (2 supir untuk cadangan). efektivitas dan efisiensi pengoperasian
sarana angkutan sampah.

Tabel 5 Peralatan Sub Sistem Pengangkutan Sampah

13
Lanjutan Tabel 5 Peralatan Sub Sistem Pengangkutan
Sampah

Peningkatan jumlah timbulan - Total nilai ekonomi kompos dan


sampah selain menjadi non organik sampah per bulan Rp.
permasalahan/tantangan, juga 1.176.000,- + Rp. 3.528.000,- = Rp.
menunjukkan besarnya potensi 4.704.000,- /bln
ekonomi yang sampai saat ini belum - Total nilai ekonomi kompos dan
dimanfaatkan secara optimal. Proporsi non organik sampah per tahun Rp.
sampah sebagaimana analisa contoh 4.704.000,- x 12 bln = Rp.
simulasi untuk 2.000 KK (+ 8.000 56.448.000,- / tahun.
jiwa) pada Tabel 4.15. untuk zona 2 Potensi ekonomi timbulan
pelayanan persampahan pada TPA sampah jika dimanfaatkan dengan baik
Sorat: dapat menghasilkan nilai ekonomis
- Jumlah penduduk yang menjadi Rp. 56.448.000,- / tahun bagi
cakupan pelayanan persampahan di masyarakat.
TPA Sorat 117.660 jiwa = 29.415 Jumlah timbulan sampah per
KK (asumsi 1 KK = 4 jiwa), untuk hari di zona 2 pelayanan persampahan
simulasi 2.000 KK digunakan TPA Sorat (Tabel 4.4.) sebesar
pengali 14,7 (29.415 : 2.000 = 329,448 m3/hr, dengan jumlah
14,7). timbulan sampah yang terangkut di
- Sampah yang berpotensi untuk Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)
dikomposkan per bulan Rp. Sorat sebesar 44,65% (147,099 m3/hr),
80.000,- x 14,7 = Rp. 1.176.000,- sedangkan persentase jumlah sampah
- Sampah non organik yang bernilai yang tidak terangkut sebesar 55,346%
ekonomis per bulan Rp. 240.000,- (182,35 m3/hr).
x14,7 = Rp. 3.528.000,-

14
kekuatan dan peluang dengan
4. PENUTUP strategi S-O (Strengh –
4.1. Kesimpulan Opportunity). Kuadran I : Memiliki
1. Data tahun 2016 diperoleh jumlah kekuatan internal dengan daya tarik
timbulan sampah per hari di zona 2 bidang kegiatan yang cukup bagus
pelayanan persampahan TPA Sorat serta peluang yang cukup besar,
sebesar 329,448 m3/hr, dengan strategi yang harus diterapkan
jumlah timbulan sampah yang dalam kondisi ini adalah
terangkut di Tempat Pemrosesan peningkatan sarana dan prasarana
Akhir (TPA) Sorat sebesar 44,65% di Tempat Pemrosesan Akhir
(147,099 m3/hr), sedangkan (TPA) Sorat, diantaranya:
persentase jumlah sampah yang a. Identifikasi data dan potensi aset
tidak terangkut sebesar 55,346% Tempat Pemrosesan Akhir
(182,35 m3/hr), (TPA) Sorat.
2. Belum maksimalnya kinerja b. Melakukan penambahan sarana
pengangkutan sampah di Tempat dan prasarana di Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Sorat Pemrosesan Akhir (TPA) Sorat.
diantaranya hal ini disebabkan c. Melakukan pemeliharaan sarana
jumlah sarana pengangkut yang dan prasarana secara optimal.
kurang, sarana prasarana d. Melakukan pengelolaan sampah
persampahan uang kurang secara terpadu berbasis
memadai, serta nilai anggaran yang masyarakat dilaksanakan
belum mencukupi untuk dengan melakukan reduksi
pengangkutan timbulan sampah. sampah semaksimal.
Selain itu juga dipengaruhi oleh e. Meningkatkan kualitas sarana
minimnya jumlah armada dan dan prasarana di Tempat
jumlah personil yang tersedia, pola Pemrosesan Akhir (TPA) Sorat,
buang sampah oleh masyarakat dengan pemanfaatan teknologi
yang belum disiplin, masih sangat modern yang ramah lingkungan.
minim kerjasama stakeholder f. Pemanfaatan sarana dan
dalam pengelolaan persampahan prasarana yang sudah tersedia di
untuk mengurangi jumlah sampah Tempat Pemrosesan Akhir
(3R: reduce, reuse, dan recycle), (TPA) Sorat dengan baik.
belum dimanfaatkannya g. Menerapkan Program 3R :
pengelolaan sampah sistem reduce, reuse, dan recycle.
controlled landfill disebabkan
mahalnya pengelolaan sampah ‘4.2. Saran
sitem ini. 1. Pemerintah dan juga pihak
3. Berdasarkan kajian penelitian di di pengelola yaitu Dinas Perumahan
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Rakyat, Kawasan Permukiman dan
Sorat berada pada Kuadran I Lingkungan Hidup Kabupaten
dengan sumbu (X,Y) = 0,83 ; 1,13. Sambas diharapkan terus
Hal ini menunjukkan bahwa memberikan penyuluhan kepada
pengelolaan TPA Sorat mempunyai masyarakat Kabupaten Sambas

15
mengenai pentingnya kebersihan tentu akan memperpanjang usia
lingkungan dan pelatihan mengolah TPA.
sampah dalam skala rumah tangga.
Dan diharapkan dapat membantu DAFTAR PUSTAKA
dalam upaya penurunan volume
sampah yang diakibatkan oleh Azwar, A. 1990. Pengantar Ilmu
peningkatan jumlah penduduk. Lingkungan. Jakarta : Mutiara
2. Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Sumber Widya
Permukiman dan Lingkungan Arikunto, S. 2006. Prosedur
Hidup Kabupaten Sambas Penelitian Suatu Pendekatan
diharapkan dapat menerapkan Praktik. Jakarta : PT. Asdi
sistem 3R (reduce, reuse, recycle) Mahasatya
dalam pengolahan sampah organik Badan Standarisasi Nasional – BSN,
dan anorganik di Tempat (1995). Metode Pengambilan dan
Pemrosesan Akhir (TPA) Sorat. Pengukuran Contoh Timbulan
Pengolahan sampah dapat dan Komposisi Sampah
menjadikan sampah sebagai suatu Perkotaan. SNI 19-3964-1995,
sumber daya yang dapat diolah LPMB, Bandung.
menjadi barang yang memberikan Boone, Louis E. Kurtz, David L. 2008.
nilai ekonomis. Pengantar Bisnis Kontemporer,
3. Penerapan dan pengelolaan tarif buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
retribusi per rumah tangga, tarif David, Fred R. 2010. Manajemen
retribusi untuk pedagang dan Strategis; Konsep. Jakarta:
kawasan perekonomian, perlu Gramedia.
untuk dilaksanakan sebagai sumber Direktur Jendral Cipta Karya, (2008),
PAD, untuk selanjutnya dikelola Pedoman 3R Berbasis
untuk pengelolaan persampahan di Masyarakat di Kawasan
Kabupaten Sambas. Permukiman, Departemen
4. Penerapan sistem controlled Pekerjaan Umum.
landfill di Tempat Pemrosesan Damanhuri, E. 2008. Diktat
Akhir (TPA) Sorat untuk segera Landfilling Limbah. FTSL ITB
dilaksanakan dengan menyiapkan Gilbert M, Prihanto, D dan Suprihati,
sarana prasarana yang mendukung A. 1996. Konsep Pendidikan
sistem tersebut. Lingkungan Hidup dan ”Wall
5. Harus ada keberanian Pemerintah Chart”. Malang : Buku Panduan
Daerah menetapkan target-target Lingkungan Hidup.
tertentu dalam masalah sampah, PPPGT/VEDC
dan ini dikemas dalam sebuah Glueck, William F. dan Jauch,
perencanaan pengelolaan sampah, Lawrence R. Manajemen
katakan semakin menurunnya Strategis dan Kebijakan
sampah yang dibawa ke TPA dan Perusahaan. Jakarta: Erlangga,
meningkatnya pengelolaan sampah 1994.
di sumbernya. Hal ini sudah barang Hamdani, Abdulgani, (2015),
Perencanaan Tempat

16
Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah tentang Penyelenggaraan
Dengan Sistem Sanitary Landfill Prasarana dan Sarana
di TPA Pecuk Kabupaten Persampahan dalam Penanganan
Indramayu, ISSN 1693 – 7945 Sampah Rumah Tangga dan
Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan Sejenis Sampah Rumah Tangga.
dan Pemanfaatan Sampah. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Jakarta : Yayasan Idayu Nomor 21/PRT/M/2006, (2006),
Hartono, I. Gusniani. 1993. tentang Kebijakan dan Strategi
Perencanaan Sistem Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan. Pengelolaan Persampahan.
Jakarta : Universitas Indonesia Peraturan Bupati Sambas Nomor 39
Press Tahun 2008, tentang Struktur
Irman, 2003. Peran Serata Organisasi, Tugas Pokok, dan
Masyarakat Dalam Teknik Fungsi, dan Tata Kerja Dinas
Operasional Sampah di Kota Pekerjaan Umum, Cipta Karya,
Padang. Semarang : Magister Tata Ruang dan Perumahan
Teknik Pembangunan Wilayah Kabupaten Sambas.
dan Kota. UNDIP Porter ME. 1985. Competitive
Jatmiko, Rammad Dwi. 2003. Advantage – Creating and
Manajemen Stratejik. Malang: Sustaining Superior Performance.
Universitas Muhammadiyah New York : The Free Press.
Malang Press. Rangkuti, Freddy. SWOT Balanced
Kastaman, Roni. Pengelolaan Sampah Scorecard: Teknik Menyusun
Terpadu Berbasis Masyarakat. Strategi Korporat yang Efektif
Jurnal Agrikultura Vol.17. 2006. plus Cara Mengelola Kinerja dan
Kodoatie, R. J. 2003. Manajemen dan Risiko. Jakarta, Gramedia
Rekayasa Infrastruktur. Pustaka Utama. 2011.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar RUTRK. Pemerintah Kabupaten
Materi 1 Bidang persampahan. 2006. Sambas. Tahun 2002-2012.
Ditjen Cipta Karya Departemen SNI 19-2454-2002 : Tata Cara Teknik
Pekerjaan Umum Pengelolaan Sampah Perkotaan.
Master Plan Persampahan Kabupaten Saaty. 1986. Proses Hirarki Analitik
Sambas. Tahun 2010. Dinas Dalam Pengambilan Keputusan
Pekerjaan Umum Cipta Karya Dalam Situasi yang Komplek .
Dan Perumahan Kabupaten Slamet, J. S. 2002. Kesehatan
Sambas Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Mada University Press
Nomor 16 Tahun 2005, tentang Standart Nasional Indonesia Nomor
Pengembangan Sistem SNI-19-2454-2002 tentang Tata
Penyediaan Air Minum. Cara Teknik Operasional
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun Pengelolaan Sampah Perkotaan.
2003, tentang Dinas Daerah. Jakarta : Badan Standart
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nasional.
Nomor 03/PRT/M/2013, (2013),

17
Tchobanoglous. H.H. Theisen dan
S.A. Vigil. 1993. Integrated
Solid Waste Management.
McGraw-Hill International
Edition. New York.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 32 tahun 2008, (2004),
tentang Pemerintah Daerah,
Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 tahun 2008, (2008),
tentang Pengelolaan Sampah,
Menteri hukum dan Hak Asasi
Manusia, Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai